Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Fokus Konseling , Volume 3, No.

2 (2017), 123-137
ISSN Cetak : 2356-2102
ISSN Online : 2356-2099
DOI: https://doi.org/10.26638/jfk.386.2099

Teknik Psikodrama dalam Mengembangkan


Kontrol Diri Siswa
Syska Purnama Sari
Bimbingan dan Konseling Universitas PGRI Palembang
E-mail koresponden: syskapurnamasari@gmail.com

Abstract: This research is motivated by the phenomenon of juvenile delinquency. Teenagers


often do not have good self-control. If self-control skills are developed early on, adolescents
are expected to be able to control themselves from deviant behavior that can damage their
lives in the future. The purpose of this research is to know the general description of self-
control of fourth-grade students of SD Negeri 1 Lubuk Ngin and to test the effectiveness of
psychodrama in developing student self-control. The research is done using quasi-
experimental method. The research subject is the fourth grader of SD Negeri 1 Lubuk Ngin.
The results showed that Psikodrama technique is effective in developing self-control fourth-
grade students SD Negeri 1 Lubuk Ngin.
Keywords: Self Control, Psychodrama

Abstrak: Penelitian ini termotivasi oleh fenomena kenakalan remaja. Remaja sering tidak
memiliki kontrol diri yang baik. Jika keterampilan pengendalian diri dikembangkan sejak
dini, maka remaja diharapkan dapat mengendalikan diri dari perilaku menyimpang yang
dapat merusak hidupnya di masa depan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran umum pengendalian diri siswa kelas IV SD Negeri 1 Lubuk Ngin dan untuk
menguji efektifitas psikodrama dalam mengembangkan pengendalian diri siswa. Penelitian
dilakukan dengan metode kuasi eksperimental. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD
Negeri 1 Lubuk Ngin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teknik Psikodrama efektif
dalam mengembangkan self-control Siswa kelas empat SD Negeri 1 Lubuk Ngin.
Kata kunci: Kontrol Diri, Psikodrama

Artikel diterima: 14 Juni 2017; direvisi: 20 Agustus 2017; disetujui: 30 Agustus 2017

Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.


Tersedia online di : http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus

123
Syska Purnama Sari…

1. PENDAHULUAN agresivitasnya. Jadi, siswa dengan


kontrol diri yang baik mampu
Schulz (2004) mengungkapkan
mengendalikan diri dari perilaku agresif
kontrol diri dapat membantu individu
sedangkan siswa dengan kontrol diri yang
untuk mengendalikan emosi, menyusun,
kurang baik maka kemampuan untuk
membimbing, mengatur dan meng-
mengendalikan diri dari perilaku juga
arahkan individu untuk menampilkan
kurang.
perilaku yang positif agar dapat diterima
Pada kenyataannya kenakalan
dalam lingkungan sosial. Kontrol diri
remaja yang mengarah pada kejahatan
sangat dibutuhkan individu agar dapat
semakin meningkat diantaranya “dua
mengendalikan diri dari perilaku-perilaku
remaja asal Kota Depok Jawa Barat
yang merusak dan merugikan diri sendiri
menjadi korban penganiayaan
dan orang lain di sekitarnya sehingga
sekelompok orang tak dikenal, Kamis
dapat diterima oleh lingkungan
dinihari, 8 Juni 2017, sekira pukul 03.30
sekitarnya.
WIB” (Viva, 2017a), selain itu ada juga
Perilaku agresif merupakan contoh
“Gara-gara saling pandang sinis saat
perilaku yang merusak dan merugikan
bertemu di warnet, seorang pelajar SMP
diri sendiri dan orang lain. Teori kontrol
di Kota Pekanbaru, Riau, tewas setelah
diri yang diungkapkan oleh Gottfredson
duel dengan seorang pelajar SMK ”
dan Hirschi (1990) yang menjelaskan
(Viva, 2017b).
kecenderungan individu untuk melakukan
Fakta kekerasan dan tindak asusila
atau menahan diri dari perilaku yang
lain terjadi di perguruan tinggi, seperti
melakukan kejahatan.
tindakan kekerasan dan asusila dalam
Selain itu menurut Denson,
kegiatan OSPEK yang dilakukan oleh
DeWall, & Finkel (2012) kontrol diri
mahasiswa senior. Fakta yang lainnya
dapat membantu seseorang untuk
adalah “kebiasaan merokok di kalangan
berperlikau sesuai dengan standar pribadi
anak meningkat pesat dalam 10 tahun
atau sosial yang dapat menghindari
terakhir, dimana anak usia 13-15 tahun
agresi. Semakin tinggi kontrol diri
merupakan perokok aktif" (Detik news,
seseorang maka semakin rendah
2014).
agresivitasnya. Sebaliknya semakin
rendah kontrol diri maka semakin tinggi

124
Teknik Psikodrama dalam Mengembangkan Kontrol Diri Siswa ……

Jenis kenakalan dengan fenomena- Berdasarkan penelitian Aisyah


fenomena yang telah dikemukakan dapat (2010) ditemukan perkembangan perilaku
direduksi dengan mengembangkan agresif terjadi sejak masa hayi,
kontrol diri siswa. Chapple (2005) dilanjutkan dengan pada masa pra-
mengemukakan terdapat korelasi antara sekolah. masa usia sekolah, remaja
variabel kontrol diri dan perilaku hingga dewasa, namun ditemukan
kecenderungan kenakalan remaja, terdapat masa kritis dimana perilaku
korelasi antara perilaku kenakalan agresif dapat menjadi sebuah
dengan kontrol diri banyak dijembatani kecenderungan yang dapat bertahan
oleh konformitas pada teman sebaya, sampai masa dewasa yaitu masa usia
selain itu juga dipengaruhi faktor-faktor sekolah dan remaja.
eksternal yang mempengaruhi adalah Sedangkan Hurlock (1980)
keluarga, dan lingkungan tempat tinggal. mengemukakan pada usia Sekolah Dasar
Kenakalan remaja yang semakin anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
meningkat dewasa ini disebabkan karena pengetahuan yang dianggap penting
individu belum memiliki kontrol diri untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
yang baik. kehidupan dewasa dan mempelajari
Keterampilan kontrol diri dapat keterampilan penting tertentu. Peran BK
diberikan melalui kegiatan bimbingan sangat penting untuk mencegah
dan konseling. Upaya bimbingan dan kenakalan pada anak, Guru BK dapat
konseling dalam mengembangkan kontrol melakukan upaya preventif sejak dini
diri dapat diberikan kepada siswa sejak agar tidak berdampak pada masa mereka
dini yaitu sejak usia sekolah dasar. Sara, yang akan datang, sehingga populasi
Amy & Carol (2008) mengemukakan penelitian yaitu siswa-siswa Sekolah
bahwa dengan melihat anak ketika anak Dasar.
masih usia Sekolah Dasar, maka akan Terdapat beragam upaya BK yang
diketahui tingkat agresifitas anak pada dapat mengembangkan kontrol diri siswa
saat dewasa nanti. Perilaku agresif yang SD. Menurut Kartadinata (dalam Yusuf.
belum dapat diatasi, akan semakin lebih 2006) secara konseptual bimbingan
berbahaya, karena dapat melanggar berperan sebagai upaya membantu
hukum dan menjurus pada perkelahian individu agar berkembang secara optimal.
dan tindakan kekerasan. Adapun tujuan pemberian layanan
bimbingan dan konseling adalah agar

125
Syska Purnama Sari…

siswa mampu memahami dirinya dan kecakapan individu dalam kepekaan


lingkungannya (Yusuf & Nurihsan, membaca situasi diri dan lingkungannya,
2005). Upaya layanan BK yang diberikan selain itu juga kemampuan untuk
pada penelitian adalah menggunakan mengontrol dan mengelola perilaku
layanan dasar dengan strategi bimbingan sesuai dengan situasi dan kondisi agar
kelompok. sesuai dengan orang lain, menyenangkan
Beragam bentuk bimbingan orang lain, selalu konform dengan orang
kelompok yang dapat dilakukan untuk lain, dan menutupi perasaannya.
mengembangkan kontrol diri siswa Logue (1995) memaknai kontrol
Sekolah Dasar, salah satunya adalah diri pada pilihan tindakan yang akan
psikodrama. Psikodrama efektif untuk memberikan manfaat dan keuntungan
mengembangkan kontrol diri siswa, dengan cara menunda kepuasan sesaat.
sebagaimana yang diungkapkan oleh Pendapat lain dikemukakan oleh Carter
Kellermann (1999) bahwa psikodrama Ryan & Alex (2012) bahwa dalam diri
mempengaruhi variabel dependen seperti seseorang terdapat suatu sistem
kepribadian, locus of control, gejala, pengaturan diri (self regulation) yang
sikap, dan perilaku terbuka. Sedangkan memusatkan perhatian pada pengontrolan
White et al (dalam Kellermann, 1999) diri (self control). Proses pengontrolan
mengemukakan psikodrama efektif untuk diri ini menjelaskan bagaimana diri
mengembangkan sikap positif orang mengatur dan mengendalikan perilaku
dewasa melalui peningkatan penerimaan dalam menjalani kehidupan sesuai
diri, pengendalian diri, tanggung jawab, dengan kemampuan individu dalam
dan sosialisasi. mengendalikan perilaku. Apabila
Kontrol diri merupakan bagian individu mampu mengendalikan
penting bagi individu untuk perilakunya dengan baik maka indivisu
membimbing, mengarahkan, dan dapat menjalani kehidupan dengan baik.
mengatur segi-segi perilakunya yang Averill (1973) menyatakan bahwa
pada akhirnya mengarah kepada aspek-aspek kontrol diri terbagi menjadi
konsekuensi positif yang diinginkan. tiga yaitu kontrol perilaku (behavior
Kontrol diri menurut Ghufron & control), kontrol kognitif (cognitif
Risnawita (2010) merupakan suatu

126
Teknik Psikodrama dalam Mengembangkan Kontrol Diri Siswa ……

control), dan kontrol keputusan sejauh mana hal tersebut sesuai dengan
(decisional control). peraturan yang ditetapkan. Anak menilai
baik-buruk, atau benar-salah dari sudut
a. Behavioral control
dampak (hukuman atau ganjaran) yang
Merupakan kesiapan atau
diterimanya dari yang mempunyai
tersedianya suatu respon yang dapat
otoritas (yang membuat aturan), baik
secara langsung mempengaruhi atau
orang tua atau dewasa lainnya. Disini
memodifikasi suatu keadaan yang tidak
anak mematuhi aturan orang tua agar
menyenangkan.
terhindari dari hukuman (McInerney,
b. Cognitive control
2006).
Merupakan kemampuan individu
Ditunjau dari teori perkembangan
dalam mengelola informasi yang tidak
kognitif piaget, anak SD memasuki tahap
diinginkan dengan cara menginterpretasi,
operasional konkret. Sehingga ketika
menilai, atau menggabungkan suatu
memberikan pembelajaran, sebaiknya
kejadian dalam suatu kerangka kognitif
menggunakan benda-benda konkret,
sebagai adaptasi psikologis atau untuk
menggunakan contoh-contoh yang akrab
mengurangi tekanan.
dengan anak, dari contoh sederhana
c. Decisional control
sampai kompleks, penyajian yang padat
Merupakan kemampuan seseorang
dan terorganisasi dan latihan
untuk memilih hasil atau suatu tindakan
memecahkan masalah secara konkret.
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini
Menurut Bandura belajar
atau disetujuinya.
obsevasional terjadi ketika tingkah laku
anak berubah sebagai hasil dari
Karakteristik anak dalam
pandangannya terhadap tingkah laku
berperilaku biasanya mengobservasi dan
seorang model. Selain itu bentuk belajar
memodel. Standar keterampilan perilaku
dimana tingkah laku operan berubah
mereka yaitu dengan penghargaan yang
karena dipengaruhi oleh dampak tingkah
dinilai oleh guru dan teman sebaya.
laku tersebut (Yusuf, 2004). Biasanya
Anak-anak cenderung melihat perilaku
anak akan mengikuti model disekitarnya
sebagai totalitas benar atau salah, dan
dan melakukannya kembali jika diberikan
berpikir setiap orang memandang mereka
dampak yang baik untuknya, sehingga
dengan cara yang sama. Anak menilai
anak akan belajar mengendalikan dirinya
apakah suatu tindakan itu benar atau
untuk berperilaku yang baik ketika telah
salah atas dasar besarnya konsekuensi,
127
Syska Purnama Sari…

mengalami dampak dari perilaku mengembangkan kontrol diri siswa. Hasil


sebelumnya, seperti mendapat hukuman penelitian White, Rosenblatt, Cinta, dan
apabila perilaku yang dilakukannya salah Little (Kellermann, 1999) adalah
atau mendapatkan reward apabila yang psikodrama efektif untuk
dilakukan benar. mengembangkan sikap positif orang
Usia sekolah dasar mulai belajar dewasa melalui peningkatan penerimaan
mengendalikan dan mengontrol ekspresi diri mereka, pengendalian diri, tanggung
emosinya. Kemampuan mengontrol jawab, dan sosialisasi.
emosi diperoleh anak melalui peniruan Menurut Moreno (Ryan, 2013)
dan latihan (pembiasaan). Dalam proses psikodrama adalah sebuah bentuk
peniruan, kemampuan orang tua dalam pengembangan manusia dengan
bertingkah laku yang terkontrol sangat eksplorasi, melalui tindakan dramatis,
berpengaruh. Apabila anak masalah, isu, keprihatinan, mimpi dan
dikembangkan dalam lingkungan cita-cita tertinggi orang, kelompok, dan
keluarga yang kontrol dirinya baik, maka sistem. Hal ini kebanyakan digunakan
perkembangan kontrol diri anak akan sebagai metode kerja kelompok, di mana
semakin baik, dan sebaliknya (Yusuf, setiap orang dalam kelompok dapat
2004). menjadi agen penyembuhan (terapeutic
Ciri-ciri orang yang mampu agent) untuk satu sama lain dalam
mengendalikan diri menurut Logue kelompok.
(1995) adalah memegang teguh tugas Fong (Clark & Gage, 2010)
yang berulang meskipun berhadapan mengemukakan bahwa psikodrama
dengan berbagai gangguan, mengubah adalah sebuah bentuk seni terapi dimana
perilakunya sendiri sesuai dengan norma konselor mendorong klien untuk
yang ada, tidak menunjuk perilaku yang menggunakan tubuh mereka sebagai
dipengaruhi oleh kemarahan dan bersikap media untuk menggali kebenaran pribadi
toleran terhadap stimulus yang dan penyembuhan dari trauma
berlawanan. pengalaman bukan partisipasi lisan
Psikodrama adalah pendekatan tradisional.
bimbingan kelompok yang juga Pendapat lain yang dikemukakan
dipandang tepat digunakan untuk oleh Kipper & Roosevelt (Clark & Gage,

128
Teknik Psikodrama dalam Mengembangkan Kontrol Diri Siswa ……

2010) bahwa psikodrama adalah, dalam peran yang dilakukan secara spontanitas
salah satu cara, unik dari terapi lain, dan berasal dari kreatifitas masing-
meskipun menggunakan komunikasi masing anak, dilanjutkan dengan
verbal, tidak terlalu bergantung pada pembalikan peran agar anak dapat
mode seperti pengobatan. Sebaliknya, melihat diri sendiri melalui sudut
berbicara melalui gerakan tubuh adalah pandang individu lain, dan diakhiri
yang utama, memberlakukan pengalaman dengan diskusi.
yang memungkinkan konseli untuk Guru BK dalam psikodarama
memproses kenangan dengan bimbingan berperan sebagai sutradara yang memiliki
konselor dan partisipasi anggota banyak peran. Sutradara berperan sebagai
kelompok dengan masalah yang sama produser, fasilitator, pengamat, dan
Selain itu Corey (2008) mengemu- seorang analis. Menurut Kellermann
kakan psikodrama merupakan permainan (1999) Seorang sutradara seyogianya
peran agar individu dapat memperoleh membangun keterampilannya dalam tiga
pengertian lebih baik tentang dirinya, bidang yang saling tergantung, yaitu:
dapat menemukan konsep pada dirinya, a. Pengetahuan tentang metode-metode,
menyatakan kebutuhannya-kebutuhannya prinsip-prinsip, dan teknik-teknik;
dan menyatakan reaksinya terhadap b. Pemahaman tentang teori kepribadian
tekanan-tekanan terhadap dirinya. dan hubungannya dengan
Menurut Kipper & Roosevelt pengembangan pembentukan filosofi
(2003) psikodrama adalah satu cara yang hidup;
unik dengan berbicara melalui gerakan c. Pematangan dan perkembangan
tubuh, memberlakukan fisik kepada kepribadiannya sendiri. Ia juga
pengalaman masa lalu yang dibawa ke menambahkan bahwa ilmu
masa sekarang, yang mumngkinkan pengetahuan yang luas tentang hidup
protagonis untuk memproses kenangan dan hakikat manusia, seorang
dengan bimbingan pemimpin dan sutradara diharapkan memiliki kerja
partisipas anggota kelompok. khusus dalam bidang pokok seperti
Dari beberapa definisi psikodarama psikologi umum, proses kelompok,
yang dikemukakan oleh beberapa ahli, psikologi humanistik, teori komuni-
maka dapat disimpulkan psikodrama kasi, dan komunikasi nonverbal;
adalah kegiatan bimbingan dan konseling d. Sutradara berfungsi untuk
yang menggunakan metode bermain menyelenggarakan tugas-tugas seperti

129
Syska Purnama Sari…

memimpin pengalaman pemanasan, fisik seperti menggunakan music, menari,


mendorong pengembangan kepercaya- dan gerakan atau latihan nonverbal
an, menetapkan struktur, agar laiinya. Menurut Blatner (Corey, 2008),
protagonist dapat mengidentifikasi dan tugas yang paling penting selama tahap
bekerja berdasarkan pokok-pokok pemanasan terdiri dari menciptakan
pikiran yang signifikan dalam hidup suasana yang menumbuhkan spontanitas.
mereka, melindungi konseli dari b. Tahap pelaksanaan (The action).
terbius oleh orang lain dan Kelompok melakukan aksi drama
membawakan beberapa bentuk untuk mengeluarkan pikiran, sikap dan
penghentian sesi kelompok. Secara perasaan yang mereka tidak sadari.
menyeluruh, sutradara kelompok yang Tujuan dari tahap ini adalah untuk
efektif memiliki tiga kualitas, yaitu: membantu anggota dalammembawa
kreativitas, dorongan, dan kharisma. pikiran-pikiran yang mendasari, sikap,
Individu seperti ini akan bekerja keras dan perasaan yang mereka tidak sadari
untuk kebaikan kelompok dan sepenuhnya. Hal ini berguna untuk
senantiasa berani mengambil resiko memudahkan proses sehingga protagonist
untuk membantu konseli mencapai dapat bergerak ke dalam tindakan
tujuan. sesegara mungkin. Dalam melakukan hal
ini, pemimpin dapat menarik isyarat
Langkah-langkah pelaksanaan
penting bahwa protagonist menyerah
psikodrama menurut Corey (2008)
menyajikan situasinya, termasuk ekspresi
diantaranya:
wajah, angka yang pasti berbicara, dan
a. Tahap persiapan (The warm-up).
postur tubuh. Sutrdara membantu
Pemanasan merupakan bagian
protagonis mendapatkan fokus yang jelas
penting dalam menumbuhkan
pada perhatian khusus. Saat protagonis
kepercayaan dan ikatan dalam kelompok.
sudah mendapatkan “feel” yang
Pemanasan teridiri dari kegiatan awal
diinginkan, maka ego pendukung dapat
yang diperlukan untuk peningkatan
membantu protagonis menyelesaikan
secara bertahap dalam keterlibatan dan
masalah itu. Sutradara bisa memberika
spontanitas. Ini bertujuan untuk
arahan keterlibatan semua anggota
mendorong keterlibatan secara maksimal.
kelompok.
Pemanasan bisa dilakukan dengan teknik

130
Teknik Psikodrama dalam Mengembangkan Kontrol Diri Siswa ……

pemahaman, menyatakan reaksi terhadap


c. Tahap diskusi atau tahap berbagi
tekanan–tekanan yang dialaminya dan
pendapat dan perasaan (The sharing).
merubah perilaku baru yang lebih baik.
Menurut Moreno (dalam Corey,
Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk
2008) dalam tahap diskusi atau tahap
menguji efektifitas psikodrama dalam
sharing, kelompok mengeluarkan
mengembangkan kontrol diri siswa dan
pendapat yang tak menghakimi sesama.
mengetahui gambaran umum kontrol diri
Sharing, yang dilakukan pertama terdiri
siswa.
dari pernyataan yang menghakimi diri
sendiri, diskusi dari proses kelompok 2. METODE PENELITIAN
berikut. Setelah adegan psikodrama
Penelitian dilakukan dengan
dilakukan, pemimpin yang mengajak pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian
semua anggota kelompok untuk untuk meneliti populasi atau sampel
mengungkapkan pengaruhnya untuk tertentu dan pengumpulan data
pribadi. Lalu dilanjutkan dengan diskusi menggunakan angka-angka dan
tentang bagaimana action tadi pengolahan statistik. Metode penelitian
mempengaruhi pola piker dan perasaan yang digunakan ialah quasi eksperimen.
mereka. Desain yang digunakan dalam
penelitian adalah “one group pretest-
Psikodrama adalah metode posttest design”. Peneliti memberikan tes
pembelajaran dengan bermain peran yang awal skala kontrol diri sebelum kelompok
bertitik tolak dari permasalahan- diberi layanan bimbingan kelompok
permasalahan psikologis yang dipelopori melalui psikodrama. Kelompok
oleh Moreno. Menurut Jefferies (2005) mendapatkan layanan dalam enam sesi.

psikodrama yang dikembangkan oleh Setelah kegiatan dilakukan, kelompok


diberi tes akhir. Hasil kedua tes
Moreno mengintegrasikan emosi,
dibandingkan. Perbedaan hasil tes awal
kecerdasan dan imajinasi melalui
dan tes akhir menunjukkan efektivitas
pengembangan spontanitas dan
psikodrama dalam mengembangkan
kreativitas.
kontrol diri siswa.
Psikodrama bisanya digunakan
untuk terapi agar siswa memperoleh 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pemahaman yang lebih baik tentang
Hasil pengumpulan data yang
dirinya, menemukan konsep diri,
dilakukan terhadap 34 siswa kelas IV SD
mendapatkan wawasan baru dan
131
Syska Purnama Sari…

Negeri 1 Lubuk Ngin menunjukkan Artinya metode psikodrama dapat


18.18% siswa memiliki kontrol diri mengembangkan kontrol diri siswa.
tinggi, 60.61% siswa memiliki kontrol Efektivitas psikodrama dalam
mengembangkan kontrol diri siswa
diri sedang dan 21.21% memiliki kontrol
diperoleh dengan menghitung uji-t.
diri rendah.
Tabel 2. Skor-t hasil penelitian diperoleh
Efektifitas psikodrama dalam menggunakan excel.
mengembangkan kontrol diri siswa
n 33
dilakukan dengan membandingkan skor DF 29
kontrol diri siswa ketika pre-test dan taraf sig 0.05
rata2 pretest 87.93545455
post-test.
rata2 posttest 96.63818182
rata2 selisih -8.702727273
Tabel 1
stdev 5.225360199
Perbandingan Kontrol Diri Siswa Kelas
IV SD Negeri 1 Lubuk Ngin sebelum dan t-hit -9.567448006
setelah Intervensi t-tabel 2.045229611

Sebelum Setelah
Kategori Intervensi Intervensi Keputusan: Karena nilai t-hit < t-
f % f %
tabel maka h1 diterima sehingga ada
Tinggi 5 15.15 16 48.48
Sedang 21 63.63 17 51.52 perbedaan yang signifikan. Terjadi
Rendah 7 21.21 0 0
Jumlah 33 100 % 33 100 % peningkatan nilai yang signifikan dari
pretest ke posttest, artinya psikodrama
Data menunjukkan lima orang efektif dalam mengembangkan kontrol
siswa memiliki kontrol diri tinggi namun diri siswa.
setelah mendapat intervensi meningkat
Hasil penelitian menunjukkan
menjadi 16 orang siswa, 11 orang siswa
gambaran umum kontrol diri siswa kelas
mengalami peningkatan menjadi kategori
IV SD Negeri 1 Lubuk Ngin memiliki
tinggi, 21 orang memiliki kontrol diri
sedang sebelum intervensi, namun setelah tingkat kontrol diri sedang yaitu sebesar

mengikuti kegiatan psiikodrama menjadi 63.63 %, siswa memiliki kontrol diri


17 orang. Dan sebelum melakukan tinggi sebesar 15.15%, dan 21.21%
intervensi, sebanyak tujuh orang siswa memiliki kontrol diri rendah.
yang memiliki kontrol diri rendah, dan Siswa yang menjadi peserta pada
tidak ada yang berada pada kategori kegiatan psikodrama ialah siswa kelas IV
rendah setelah melakukan intervensi.
SD negeri 1 Lubuk Ngin karena menurut

132
Teknik Psikodrama dalam Mengembangkan Kontrol Diri Siswa ……

Hurlock (1980) pada usia Sekolah Dasar membangkitkan ekspresi-ekspresi positif


anak diharapkan memperoleh dasar-dasar maupun negatif di dalam dirinya.
pengetahuan yang dianggap penting Manfaat psikodrama menurut
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada Corey (2008) adalah sebagai a).
kehidupan dewasa dan mempelajari psikodrama cocok digunakan dalam
keterampilan penting tertentu. lingkungan psikoterapeutik maupun
Kompetensi siswa Kelas IV dalam seting psikoedukasional dan seting
Sekolah Dasar adalah Mereview konsep bisnis. Ia dapat diterapkan pada segala
tentang dirinya sebagai pengendali bagi tingkat usia, pendidikan, sosial, ekonomi.
pikiran, perasaan dan perilakunya sendiri. Bentuk psikodrama digunakan dalam
Sehingga siswa kelas IV SD Negeri 1 terapi keluarga, treatmen adiksi, latihan
Lubuk Ngin sangat perlu mendapatkan teologi dan kepekaan keadaan; b).
bimbingan kelompok mengenai kontrol sebagai katarsis; c). pembentukan
diri agar siswa mampu mengantisipasi spontanitas dan kreativitas pada konselor
keadaan atau peristiwa yang tidak dan konseli kelompok; d). pengaruhnya
menyenangkan dengan berbagai seakan-akan mengalami sendiri dan
pertimbangan. Mampu menginterpretasi integratif; e). sebagai masukan dan
keadaan atau peristiwa yang tidak umpan balik yang penonton dan sutradara
menyenangkan dengan berbagai berikan pada protagonist satu sama
pertimbangan. Mampu menilai suatu lainnya.
keadaan atau peristiwa dengan cara Sara, Amy & Carol (2008)
memperhatikan segi-segi positif secara menunjukkan bahwa dengan melihat
subjektif dan mampu menafsirkan suatu anak pada waktu anak masih usia
keadaan atau peristiwa dengan cara Sekolah Dasar, maka dapat diketahui
memperhatikan segi-segi positif secara seberapa agresif seseorang pada saat
objektif. dewasa. Menurut Gottfredson dan Hirschi
Senada yang dikemukakan oleh (1990) pengendalian diri sebagai
Lazarus (1976) kontrol diri merupakan kecenderungan untuk mempertimbang-
pemahaman tentang pengungkapan diri, kan penuh berbagai potensi untuk
baik yang merupakan pengungkapan diri melakukan tindakan tertentu, sehingga
positif maupun negatif sehingga individu untuk mencegah kenakalan remaja maka
dapat menyadari hal-hal yang bisa diperlukannya perkembangan kontrol diri
pada anak-anak.

133
Syska Purnama Sari…

Sebagaimana yang dikemukakan sudah mampu menunjukkan sikap yang


oleh Rothbaum, Weisz, & Snyder memiliki kontrol diri tinggi dan sesi
(Tangney, Baumeister & Boone, 2004) terakhir yaitu diskusi siswa mampu
kapasitas manusia untuk mengerahkan menyebutkan karakteristik-karakteristik
pengendalian diri ini bisa dibilang salah kontrol diri tinggi. Siswa mampu
satu adaptasi yang paling kuat dan menyadari perilaku-perilaku dan
menguntungkan jiwa manusia. Orang- kebiasaan mereka selama ini yang
orang paling bahagia dan sehat adalah menunjukkan kontrol diri rendah dan
orang yang memiliki kontrol diri yang mampu menyebutkan perilaku dan
optimal. kebiasaan seperti apa yang harus
Secara umum pelaksanaan dilakukan, dan terakhir mereka berjanji
intervensi psikodrama berjalan sesuai akan selalu menampilkan perilaku
dengan rancangan yang telah dirancang dengan kontrol diri tinggi.
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari Hasil dari observasi dan wawancara
perhitungan uji t. Data dari hasil Uji t siswa yang berhasil mengikuti kegiatan
menunjukkan psikodrama efektif dalam intervensi ini mampu melakukan
mengembangkan kontrol diri siswa. generalisasi pengalaman selama bermain
Setelah dilakukan kegiatan psikodrama peran dalam kehidupan sehari-harinya.
sebanyak 16 siswa berada pada kategori Menurut Wali kelas, banyak perubahan
sedang, 17 siswa berada pada kategori yang terjadi di kelas, seperti suasana
sedang dan tidak ada yang berada pada kelas semakin disiplin, kegaduhan di
kategori rendah. kelas mulai berkurang.
Indikator keberhasilan juga dapat Menurut White, Rosenblat, Love &
dilihat dari keterlibatan siswa ketika Little (Kallermann, 2007) psikodrama
bermain peran dari sesi kedua sampai sesi efektif dalam memodifikasi sikap positif
keempat. Pada sesi kedua baik ketika individu melalui peningkatan
bermain peran ataupun ketika diskusi penerimaaan diri, pengendalian diri,
siswa banyak menampilkan kontrol diri tanggung jawab dan sosialisasi. Menurut
yang rendah, sesi ketiga siswa yang Moreno (Leveton, 2010) psikodrama
menampilkan kontrol diri rendah semakin memungkinkan kesempatan untuk
berkurang, bahkan sesi keempat siswa memberlakukan adegan dari kehidupan

134
Teknik Psikodrama dalam Mengembangkan Kontrol Diri Siswa ……

mereka, dari hari mereka, mimpi, dan keberhasilan dalam hubungan


dari fantasi dan keinginan mereka. antarpribadi adalah memiliki kemampuan
Mereka memberlakukan adegan ini untuk untuk mengkoordinasikan sudut pandang
mengungkapkan perasaan mereka seseorang dengan sudut pandang orang
sebelumnya yang tidak mampu lain.
diungkapkan dan mengandung ekspresi b. Dikusi
perasaan yang keluar dari kontrol. Menurut Moreno (dalam Corey,
Proses pelaksanaan psikodrama 2008) Pada tahapan diskusi siswa
yang terjadi selama kegiatan adalah terdorong untuk berbagi tentang apa yang
sebagai berikut: mereka temukan dan rasakan atau
a. Pembalikan peran, berpikir dalam peran mereka. Serta siswa
Pembalikan peran dianggap sebagai bisa lebih lanjut dan berbagi sesuatu dari
salah satu tahap yang paling kuat dari kehidupan mereka sendiri yang tersentuh
psikodrama, melibatkan diri sendiri oleh peran yang telah dilakukan.
melalui sudut pandang individu lain. Kegiatan diskusi dalam
Dalam pembalikan peran protagonis pelaksanaan psikodrama diawali dengan
mengambil bagian dari kepribadian lain hanya sebagian siswa yang dominan
yang digambarkan dalam peran. Melalui terlibat dalam diskusi, namun bagi proses
pembalikan peran, orang bisa ini efektif bagi peneliti. Karena ketika
mendapatkan sumber di luar kerangka melakukan diskusi, peneliti dapat melihat
mereka sendiri dan memberlakukan sisi lebih jelas perilaku dan sikap siswa yang
mereka sendiri yang jarang diperlihatkan sebenarnya.
kepada orang lain. Contohnya, ketika bermain peran
Pembalikan peran pada penelitian siswa dapat menampilkan kontrol diri
ini didasarkan pada pandangan kognisi yang baik, namun setelah melakukan
sosial. Menurut Flavel (Siregar, 1991) diskusi, siswa terlihat tidak mau
pandangan kognisi sosial merupakan mengalah dalam mengemukakan
pemikiran tentang pengetahuan dan pendapat, siswa marah ketika mendapat
pengertian seseorang mengenai diri kritikan dari teman-temannya atau ada
sendiri (self), orang lain (other self), siswa yang terlihat mengganggu teman-
hubungan antarpribadi atau hubungan temannya. Selain itu peneliti juga
kelompok dengan kelompok. Menurut mendapatkan banyak informasi dari
Selman (Siregar, 1991) kunci siswa bagaimana perilaku mereka sehari-

135
Syska Purnama Sari…

hari, seperti mengetahui siswa yang Relationship to Stress. Jurnal of


Psychological Bulletin. Vol. 80, No.
sering terlambat, siswa yang sering bolos
4, 286-303.
sekolah dan sebagainya. Carter, H., Ryan, C. M., & Alex, R.
Piquero. (2012). Negative Cases in
4. SIMPULAN
the Nexus Between Self-Control,
Social Bonds, and Delinquency.
Dari hasil penelitian di pahami
Journal of Youth Violence and
bahwa Gambaran umum kontrol diri Juvenile Justice. Vol 11, (1), 3-25.
doi: : 10.1177/1541204012447 959
siswa kelas IV SD Negeri 1 Lubuk Ngin
Chapple, L. C. (2005) Self Control, Peer,
berada pada tingkat kategori sedang. and Delinquency. Jurnal of Justice
Quarterly. Vol 22(1), 89-96. doi:
Kemudian Psikodrama efektif dalam
10.1080/0741882042000333654
mengembangkan kontrol diri siswa. Clark, T. L., & Davis-Gage, D. (2010).
Treating trauma: Using
Efektif ini dilihat dari nilai t-hit < t-
psychodrama in groups. Retrieved
tabel maka h1 diterima sehingga ada from http://counselingoutfitters.
com/vistas/vistas10/Article_59.pdf.
perbedaan yang signifikan. Terjadi
Corey, Gerald. (2008). Teori dan Praktek
peningkatan nilai yang signifikan dari Konseling & Psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
pretest ke posttest, artinya psikodrama
Denson, T. F., DeWall, C. N., & Finkel,
efektif dalam mengembangkan kontrol E. J. (2012). Self-control and
aggression. Current Directions in
diri siswa.
Psychological Science, 21(1), 20-
Berdasarkan hasil skor pre-test dan 25. doi: 10.1177/09637214114
29451
skor post-test kontrol diri siswa
Detik News. (2014). Miris, jumlah anak
menunjukkkan adanya peningkatan skor perokok aktif di Indonesia
meningkat tajam. (2 februari 2014).
kontrol diri siswa kelompok psikodrama,
Online [Tersedia] http://news.detik.
dan pada proses pelaksanaan kegiatan com/berita/2484666/miris-jumlah-
anak-perokok-aktif-di-indonesia-
intervensi psikodrama menunjukkan
meningkat-tajam.
kontrol diri yang dimiliki oleh siswa Ghufron, N. M., & Risnawita, R. (2010).
Teori-teori psikologi. Jogjakarta:
mengalami perubahan yang sangat baik.
Ar Ruz Media.
Gottfredson, M. R., & Hirschi, T. (1990).
5. DAFTAR PUSTAKA A general theory of crime. Stanford
University Press.
Aisyah, S. (2010). Pengaruh pola asuh Hurlock, E. B. (1980). Psikologi
orang tua terhadap tingkat Perkembangan, Suatu Pendekatan
agresivitas anak. Jurnal Medtek, Sepanjang Rentang Kehidupan.
2(1), 26-53. Jakarta: Erlangga.
Averill. (1973). Personal Control Over Jefferies, Jinnie. (2005). Psychodrama:
Aversive Stimuli and Its Working Through Action: My

136
Teknik Psikodrama dalam Mengembangkan Kontrol Diri Siswa ……

Thank You is for Your Concern. Siregar, Juke. (1991). Pengingkatan


Group Analysis. 2005, 38: 37. doi: Pemahaman Pribadi Calon
10.1177/0533316405055395 Konselor melalui Stimulasi
Kellermann, Petter F. (1999). Ethical Diskusi: Studi Terhadap
Concerns In Psychodrama. Journal Mahasiswa Semester V Jurusan
of the British Psychodrama Psikologi Pendidikan dan
Association. Vol 14, (½) 3-19. Bimbingan Fakultas Ilmu
Kipper, D., & Roosevelt, U. (2003). The Pengetahuan IKIP Bandung. Tesis.
Effectiveness of Psychodramatic Bandung: Program Studi
Techniques: A Meta-Analysis. Bimbingan dan Konseling Sekolah
Jurnal of Group Dynamics: Theory, Pascasarjana Universitas
Research, and Practice. Vol. 7(1), Pendidikan Indonesia.
pp. 13-25. doi: 10.1037/1089- Tangney, J. P., Baumeister, R. F., &
2699.7.1.13 Boone, A. L. (2004). High
Lazarus, R. S. (1976). Pattern of self‐control predicts good
Adjustment. Tokyo: McGraw-Hill, adjustment, less pathology, better
Kogakusha, Ltd. grades, and interpersonal success.
Leveton, Eva. (2010). Healing Collective Journal of personality, 72(2), 271-
Trauma Using Sociodrama and 324. doi: 10.1111/j.0022-3506.
Drama Therapy. New York: 2004.00263.x
Springer Publishing Company. Viva (2017a). Bercelurit, 10 remaja
Logue, A. W. (1995). Self Control serang pengendara motor yang
Waiting Until Tomorrow For What melintas. (8 Juni 2017). Viva.
You Want Today. USA: A Online [Tersedia] http://www.viva.
Paramount Communications co.id/berita/metro/924114-
Company. bercelurit-10-remaja-serang-
McInerney, D. M. (2006). Developmental pengendara-motor-yang-melintas.
Psychology For Teachers. Viva . (2017b). Gara-gara pandangan
Australia: National Library of sinis, pelajar tewas setelah berduel.
Australia. Viva. (8 Juni 2017). Online
Ryan, A. (2013). Isaiah Berlin: The [Tersedia] http://www.viva.
history of ideas as psychodrama. co.id/berita/nasional/828829-gara-
European Journal of Political gara-pandangan-sinis-pelajar-
Theory, 12(1), 61-73. doi: tewas-setelah-berduel.
10.1177/1474885112463651 Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika.
Sara E. G., Amy, Y., & Carol, B. (2008). (2005). Landasan bimbingan dan
Relational Aggression at School: Konseling. Bandung: PT Remaja
Associations with School Safety Rosda Karya.
and Social Climate. Journal of Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi
Youth Adolescence. Vol (37) 641– Perkembangan Anak dan Remaja.
654. doi: 10.1007/s10964-007- Bandung: Remaja Rosda Karya.
9192-4 Yusuf, Syamsu. (2006). Program
Schulz, S. (2004). Problems with the Bimbingan dan Konseling di
versatility construct of Gottfredson Sekolah. Bandung: PT Remaja
and Hirschi’s general theory of Rosda Karya.
crime European. Journal of Crime,
Criminal Law, and Criminal
Justice. Vol. 12 (1), 61–82.

137

Anda mungkin juga menyukai