Anda di halaman 1dari 9

Siswoyo dan Yuliansyah Hubungan AntaraPsikologi

PSIKIS-Jurnal Confused Indentity


Islami Vol. 2Dengan Perilaku
No. 1 (2016) … 75
75-83

HUBUNGAN ANTARA CONFUSED IDENTITY DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA


PADA SISWA SMP NEGERI 22 KELAS VII PALEMBANG

Siswoyo dan Yuliansyah


Prodi Psikologi Umum
Sekolah Tinggi Ilmu Psikologi Abdi Nusa Palembang
sisputra93@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether there is relationship identity confused
with aggressive behavior of adolescents Junior High School (SMP) 22 countries Palembang class
VII. While the research hypothesis is that there is a positive relationship between identity confused
with aggressive behavior of teenagers in SMP 22 countries Palembang.
The variables of this study was confused identity and adolescent aggressive behavior. The
population in this study are students (SMP) 22 countries Palembang totaling 270 students, the
number of samples taken 45 students were determined using ramdon Sampling. Be Used collection
instruments in this research is scale and scale identity confused adolescent aggressive behavior.
Methods of data analysis using Pearson Product Moment of Pearson. Based on this analysis,
showed no significant positive correlation between identity confused with aggressive behavior of
teenagers at high school students (SMP) 22 countries Palembang with a correlation coefficient of
0.916 with a significance level by 0.05. That is, the higher the confused identity, the higher the
aggressive behavior in adolescence.

Keywords: Confused Identity, Youth Aggressive Behavior

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan confused identity
dengan perilaku agresif remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 22 kelas VII Palembang.
Sedangkan hipotesis penelitian adalah ada hubungan positif antara confused identity dengan
perilaku agresif remaja pada SMP Negeri 22 Palembang.
Variabel penelitian ini adalah confused identity dan perilaku agresif remaja. Populasi dalam
penelitian ini adalah Siswa Menengah Pertama (SMP) 22 Palembang yang berjumlah 270 orang
siswa, dengan jumlah sampel yang diambil 45 siswa yang ditentukan dengan menggunakan
Ramdon Sampling. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
confused identity dan skala perilaku agresif remaja.
Metode analisis data menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Berdasarkan
analisis tersebut, menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara confused identity
dengan perilaku agresif remaja pada siswa Sekolah Menengah pertama (SMP) Negeri 22
Palembang dengan koefisien korelasi 0,916 dengan taraf berdasarkan signifikansi 0,05. Artinya,
semakin tinggi confused identity,semakin tinggi pula perilaku agresif remajanya.

Kata Kunci: Confused Identity, Perilaku Agresif Remaja

ISSN: 2502-728X
76‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

Pendahuluan kotoran) dan tidur. Fase anak-anak (1-3 tahun),


Anak sangat berperan penting dalam Pada tahap ini anak belajar mengenal hak dan
suatu keluarga. Anak merupakan tumpuan kewajiban serta pembatasan-pembatasan tingka
orang tua. Dari anak inilah cita-cita orang tua laku, belajar mengontrol diri sendiri dan
yang belum tercapai bisa diwujudkan. Anak menerima kontrol dari orang lain. Usia bermain
menjadi tolak ukur kemampuan orang tua (3-6 tahun), mengembangkan gerakan tubuh,
dalam mendidik dan mengasuh mereka. keterampilan bahasa, rasa ingin tahu dan
Keberhasilan anak, keberhasilan orang tua. imajinasi. Memasuki usia sekolah (6-12 tahun
Perasaan atau emosi mencakup rasa senang, keatas), dunia sosial anak meluas keluar dari
benci, sayang, suka, tidak suka dan kondisi dunia keluarga, anak bergaul dengan teman
jiwa lainnya yang relatif cepat berubah yang sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya.
merupakan hasil pengamatan dan pengalaman Pada usia ini keingintahuan menjadi
individu secara unik dengan orang tua, saudara, sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan
serta pergaulan sosial yang lebih luas lagi. perjuangan dasar menjadi berkemampuan, akan
Segala usaha dilakukan orang tua untuk membuat anak dapat memakai energinya untuk
mewujudkan semua itu. Mulai dari asupan gizi, mempelajari teknologi dari budayanya dan
pendidikan, baik itu pendidikan anak usia dini, mempelajari strategi interaksi sosialnya. Ketika
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, bermain dan bekerja keras mempelajari dua hal
sekolah menengah atas, ataupun sekolah tinggi itu, mereka mulai membentuk gambaran
lainnya. Anak diharapkan bisa menjadi orang tentang diri sendiri, sebagai berkemampuan
yang hebat dan memiliki kemampuan luar atau tidak berkemampuan. Gambaran ini
biasa di masa depannya. menjadi asal-muasal identitas ego perasaan
Untuk mendapatkan pemahaman tentang “aku” atau “keakuan” yang berkembang masa
remaja, sebaiknya memahami arti pertumbuhan pada usia adolescence (Alwisol, 2004).
dan perkembangan terlebih dahulu. Langfeld Istilah Adolescence atau remaja yang
(dalam Mighwar 2006), menjelaskan bahwa berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa,
istilah pertumbuhan dan perkembangan berangsur-angsur menuju kematangan secara
berkaitan dengan kematangan. Manusia disebut fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional.
matang jika fisik dan psikisnya telah Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum,
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari
sampai pada tingkat tertentu. Misalnya tanpa satu fase ke fase lainnya secara tiba-tiba, tetapi
diajari, seorang remaja sudah bisa berkencan pertumbuhan itu berlangsung setahap demi
ketika organ-organ seks telah tumbuh. Sikap, setahap (Mighwar, 2006)
perasaan, serta pikiran mereka telah berkembang Dalam pengembangan kepribadiannya,
(telah ada keterikatan dengan lawan jenis) dari seorang remaja membutuhkan interaksi dengan
sini dapat disimpulkan, pertama, istilah orang yang ada disekitanya. Menurut teori
pertumbuhan dan perkembangan mengacu pada perkembangan sosial, teori ini menekankan
perubahan sebagai akibat adanya pengaruh yang pentingnya interaksi. Membuat interaksi
menimpa kehidupan organisme. Kedua, menjadi menyenangkan, bertingkahlaku secara
pertumbuhan lebih berkaitan dengan aspek efektif dan tidak canggung dimasyarakat.
fisik, sedangkan perkembangan lebih berkaitan Dengan adanya ritualisasi ini orang menjadi
dengan aspek psikis. terdorong untuk berkomunikasi sekaligus
Tahun pertama kehidupannya Fase bayi mengembangkan kepribadiannya.
(0-1 tahun), bayi memakai sebagian besar Pada tahap ini orang harus mencapai
waktunya untuk Makan, eliminsi (buang identitas ego yang baik. Walaupun pencarian
Siswoyo dan Yuliansyah Hubungan Antara Confused Indentity Dengan Perilaku … 77

identitas ego itu tdak dimulai dan tidak berakhir pada remaja tersebut. Pada anak sekolah
pada usia remaja. Lingkungan sosial yang luas terutama anak yang baru memasuki usia
memaksa anak untuk mengembangkan metode sekolah remaja misalnya Sekolah Menengah
mereka sendiri bagaimana berinteraksi secara Pertama, rentan dengan perilaku yang tidak
efektif. Disekolah anak juga banyak belajar sesuai dengan norma atau aturan yang ada di
tentang sistem, aturan, metode yang membuat sekolah tersebut, jika tidak di batasi dengan
suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif aturan yang tegas, perilaku anak sekolah
dan efisien. Jika tidak dilakukan dengan benar, tersebut bisa berubah menjadi perilaku yang
maka menyebabkan Confused Identity atau agresif.
kekacauan remaja. Saat usia kematangan kian dekat, para
Confused identity atau kekacauan remaja sekolah baik SMP atau SMA,
identitas mencapai puncaknya pada tahap kebanyakan merasa gelisah untuk meninggalkan
Adolescence ini. Pada fase ini individu sibuk stereotip usia belasan tahun yang indah di satu
dengan diri sendiri, dilatarbelakangi oleh sisi, dan harus bersiap-siap menuju usia dewasa
pubertas genital yang memberi berbagai di sisi lainnya. Kegelisahan itu timbul akibat
peluang konflik, baik yang berhubungan kebimbangan tentang bagaimana meninggalkan
dengan seks, pekerjaan, keyakinan diri dan masa remaja dan bagaimana pula memasuki
filsafat hidup. Mereka mencoba-coba peran masa dewasa. Mereka mencari-cari Sikap yang
baru sambil terus berusaha menemukan dipandangnya pantas untuk itu. Bila kurang
identitas ego yang mantap (Alwisol, 2004). arahan atau bimbingan tingkah laku mereka
Cara untuk menemukan identitas diri akan menjadi ganjil seperti berpakaian dan
adalah dengan cara mengoleksi segala bertingkah laku meniru-niru orang dewasa,
pengetahuan dan pengalaman yang telah merokok, minum minuman keras,
dialami, sehingga remaja dapat menyatukan menggunakan obat obatan dan terlibat dalam
pengetahuan dan pengalaman tersebut menjadi perilaku seks. Hal ini karena di satu sisi mereka
ciri khasnya. Remaja akan sering ingin segera menyesuaikan diri dengan tipe
mempertanyakan dirinya dan apa pandangan orang dewasa yang sudah matang, tetapi di sisi
orang terhadapnya. Atau dia sendiri yang lain mereka masih Belum lepas dari tipe
bertanya pada dirinya atas pertanyaan itu. remajanya yang belum matang.
Penyesuaian diri dengan standar Dalam hal ini, penulis menangkap gejala
kelompok dianggap jauh lebih penting bagi tersebut di kehidupan sekolah. Penulis melihat
remaja daripada individualitas. Contohnya keseharian siswa, baik di dalam kelas maupun
dalam hal pakaian, berbicara, dan tingkah laku, di luar kelas misalnya dalam jam istirahat.
remaja ingin seperti teman-temannya. Apabila Fenomena yang terlihat , ada siswa yang masih
tidak demikian ia akan terusir dari bertingkah seperti anak kecil dan ada siswa
kelompoknya. Bagi remaja, penyesuaian diri yang bertingkah seperti orang dewasa serta
dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa mereka mempunyai keunikannya masing-
remaja adalah penting. Secara bertahap, mereka masing misalnya dalam berpakaian ada yang
mulai mengharapkan identitas diri dan tidak melapisi pakaian sekolah dengan baju sweeter,
lagi merasa puas adanya kesamaan dalam model rambut yang berbeda, dikuncir atau
segala hal dengan teman-teman sebayanya. diurai, menandakan keunikan mereka masing-
Dengan adanya beberapa sikap penolakan masing.
yang terkadang dilakukan oleh sebagian Penulis mencoba meneliti hal tersebut,
masyarakat, seperti kesal dan marah maka hal fenomena apa yang sebenarnya terjadi pada
itu dapat memicu timbulnya perilaku agresif anak usia sekolah SMP dan SMA. Fenomena

ISSN: 2502-728X
78‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

yang tepat dari kejadian yang terlihat adalah Beberapa konsep yang dijelaskan oleh
tentang Confused Identity. Maka penulis para ahli diantaranya Mighwar (2006), Masa
tertarik mengangkat fenomena tersebut untuk pencarian identitas adalah penyesuaian diri
diteliti dan penulis mengambil sampel dengan standar kelompok dianggap jauh lebih
penelitian di salah satu sekolah negeri di kota penting bagi remaja daripada individualitasnya.
Palembang, yaitu SMP Negeri 22 kelas VII Contohnya, dalam hal pakaian, berbicara, dan
Palembang. tingkah laku. Bagi remaja penyesuaian diri
Penulis meneliti tentang confused identity pada tahun-tahun awal masa remaja adalah
karena yang merisaukan peneliti bahwa penting secara bertahap, mereka mulai
confused identity yang dialami anak usia 12 mengharapkan identitas diri dan tidak lagi puas
sampai dengan 15 tahun adalah perilaku agresif dengan adanya kesamaan dalam segala hal
yang ada pada anak usia tersebut. contohnya dengan teman-teman sebayanya.
anak laki-laki mengganggu anak perempuan Menurut Erickson (dalam Papalia, 2014)
misal : mencolek bagian tubuh yang dilarang, Identitas adalah konsepsi koheren (Perbaikan)
membuat keributan dikelas, mengganggu tentang diri, terbuat dari tujuan, nilai-nilai dan
teman (bully), membuat kelompok-kelompok kepercayaan saat individu membentuk
gank dalam kelas, tidak berpakaian rapi, sering komitmen yang solid.
berkelahi dan sebagainya ini menunjukkan Confused identity atau kekacauan
confused identity dalam pencarian identitas diri identitas adalah sindrom (ciri-ciri atau tanda-
remaja sekolah dengan disertai perilaku agresif tanda) masalah-masalah yang meliputi
yang mengarah pada perilaku agresivitas. terbaginya gambaran diri (penilaian orang lain
Faktor eksternal yang dapat terhadap dirinya), ketidakmampuan membina
mempengaruhi agresivitas diantaranya adalah persahabatan yang akrab, kurang memahami
faktor lingkungan, faktor biologis, adanya pentingnya waktu, tidak bisa konsentrasi pada
perbedaan kesenjangan komunikasi yang tugas yang memerlukan hal itu dan menolak
kurang lancar antara anak dan orang tua dapat standar keluarga atau standar masyarakat
memicu perilaku agresif, sikap amarah yang (Alwisol, 2004).
dimiliki seseorang sehingga menimbulkan Menurut Erikson (dalam Hurlock, 2005)
keinginan untuk menyerang, memukul dan confused identity merupakan masa-masa sulit
melemparkan sesuatu, model kekerasan yang yang dialami remaja, ternyata ia berusaha
dilihat oleh seorang individu, dan munculnya merumuskan dan mengembangkan nilai
sikap frustasi karena timbulnya rasa kesetiaan (komitmen), yaitu Setia dalam
ketidakmampuan dalam mencapai keinginan. beberapa pandangan visi masa depan, dengan
kemampuan standar internal tingkah laku,
Landasan Teori adolesen tidak membutuhkan lagi bimbingan
Menurut James Marcia dan Watterman orang tua, dan mereka kini memiliki keyakinana
(dalam Yusuf, 2000), Identitas diri merujuk bahwa agama, politik dan idiologi sosial akan
kepada pengorganisasian atau pengaturan memberi standar tingkah laku yang konsisten.
dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan Identitas bisa positif dan bisa negatif.
dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri Identitas positif adalah keputusan mengenai
secara konsisten yang meliputi kemampuan akan menjadi apa mereka dan apa yang mereka
memilih dan mengambil keputusan baik yakini. Kebalikannya, identitas negatif adalah
menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan apa yang mereka tidak ingin menjadi seperti itu
filsafat hidup. dan apa yang mereka tolak untuk
mempercayainya. Sering adolesen menolak
Siswoyo dan Yuliansyah Hubungan Antara Confused Indentity Dengan Perilaku … 79

nilai-nilai orang tua tetapi juga tidak mengakui lagu rock metal yang juga digemari sang anak.
nilai-nilai kelompok sebaya, suatu dilema yang Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak
akan memperkuat kekacauan identitas dapat dihapuskan sampai dewasa, maka besar
(Mighwar, 2006) kemungkinan dia akan mengalami confused
Berdasarkan uraian diatas, penulis identity sampai ke masa dewasanya (Sarwono,
mengartikan confused identity atau kekacauan 2012).
identitas adalah seorang individu yang berada Secara umum pengaruh perubahan paling
pada tahap perkembangan remaja, fase dimana serius dan kuat yang menimpa masa remaja
remaja mencari jati dirinya, mengidentifikasi adalah sebagai berikut :
diri, mengenai siapa dirinya untuk memperoleh a. Suka menyendiri
identitas diri yang stabil, Ketika itu, remaja Menyebabkan remaja menarik diri dari
memiliki sikap untuk mencari identitas dirinya, teman-teman dan berbagai aktivitas
siapa dirinya saat sekarang dan di masa depan. keluarga, sering bertengkar dengan teman-
Dalam penelian ini, penulis mengkaji teman dan anggota keluarga, sering
variabel Confused Identity menggunakan melamun dan mempertanyakan mengapa
konsep teori yang dikemukakan oleh Mighwar keinginannya tidak dimengerti dan
(2006) luasnya pengaruh perubahan fisik masa diperlakukan dengan kurang baik.
remaja juga berpengaruh pada sikap dan b. Jemu
tingkah lakunya. Realita menunjukkan bahwa Berbagai permainan yang dulu disenangi
perubahan sikap dan tingkah lakunya itu lebih mulai ditinggalkan karena merasa jemu,
merupakan akibat dari perubahan sosial. Bila jemu pada tugas-tugas sekolah, aktivitas
orangtua, kakak-adik, guru-guru dan teman- sosial dan lainnya. Akibatnya, dia malas
teman kurang memberikan pengertian dan hingga prestasinya menurun.
simpati pada anak remaja yang ditimbulkan c. Kontradiksi dengan sosial
oleh perubahan fisik semakin besar. Seringkali anak remaja kontradiksi dengan
Sebelum sampai pada pembentukan orang-orang di sekitarnya, seperti enggan
kepribadian yang matang dewasa, dan bekerja sama, membantah dan menentang.
permanen, proses pembentukan identitas diri Antara dua jenis seks yang berlainan
harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu sering terjadi permusuhan terang-terangan
tingkatan yang harus dilalui adalah imitasi yang diaplikasikan dalam bentuk kririk dan
(keinginan untuk meniru orang lain) komentar yang menjatuhkan.
dilanjutkan dengan identifikasi (dorongan d. Beremosi tinggi
untuk menjadi identik dengan orang lain). Pada Anak remaja cepat murung, khawatir,
masa remaja, tahap identifikasi ini dapat cemas, marah dan menangis hanya karena
menyebabkan kebingungan dan kekaburan hasutan yang sangat kecil.
akan peranan sosial, karena remaja remaja e. Kurang percaya diri
cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan Rasa percaya diri yang dulu dimiliki anak
beberapa tokoh sekaligus, misalnya dnegan remaja, kini hilang akibat menurunnya
ayah, ibu, kakak, saudara, guru, kawan atau daya tahan fisik dan datangnya kritikan
bintang sinetron idolanya. Padahal sering kali dari teman-teman dan orang tua. Tidak
tokah-tokoh identifikasi itu saling sedikit anak laki-laki dan perempuan yang
bertentangan. Ayah yang sangat dibanggakan mengalami perasaan kurang percaya diri
dan dikagumi oleh anaknya, justru melarang (Mighwar, 2006).
anak itu bergaul dengan sahabatnya yang baik
hanya karena sahabatnya itu menyukai lagu-

ISSN: 2502-728X
80‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

Beberapa pendapat para ahli mengenai perilaku Agresif Remaja bisa dilihat dari
pengertian agresif, Murray (Chaplin, 2004) gambar dibawah ini :
mengatakan bahwa agresif adalah kebutuhan
untuk menyerang, atau melukai orang lain, Gambar 1. Hubungan antara confused
untuk meremehkan, merugikan, mengganggu, indentity dengan perilaku Agresif Remaja
membahayakan, merusak, menjahati, mengejek, Confused Identity Perilaku Agresif
mencemoohkan, atau menuduh secara jahat, 1. Suka Menyendiri 1. Perilaku Agresif
2. Jemu Secara Fisik
menghukum berat, atau lainnya.
3.Kontradiksidenga 2. Perilaku Agresif
Perilaku agresif secara psikologis berarti n sosial Secara verbal
cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu 4. Beremosi Tinggi
yang dipandang sebagai hal yang 5. Kurang Percaya
mengecewakan, menghalangi atau menghambat Diri
(Mighwar, 2006) Berdasarkan uraian yang telah
Agresivitas diartikan sebagai tindakan dikemukakan diatas, peneliti mengajukan
dengan maksud melukai atau menyakiti orang hipotesis penelitian sebagai berikut : “Ada
lain baik secara fisik maupun psikis (Berowitz, hubungan antara confused identity dengan
dalam Elida, 2006:19). perilaku agresif remaja pada siswa di SMP
Kisni (2001) mengungkapkan bahwa Negeri 22 Palembang”
agresif sebagai bentuk perilaku yang
dimaksudkan untuk melukai seseorang (secara Metode Penelitian
fisik atau verbal) atau merusak harta benda. Dalam penelitian ini terdapat dua
Menurut Geen dan Donnestein (dalam variabel yaitu variabel independen (bebas) dan
Kurniati, 2007) bentuk agresivitas dibagi variabel dependen (tergantung). Variabel
menjadi dua bagian yaitu : bebasnya yaitu confused identity. Variabel
a. Agresivitas secara verbal yaitu meledek, tergantungnya adalah perilaku agresif remaja.
menghina dengan perkataan, mengancam Sampel penelitian ini adalah sebanyak 45 siswa
dengan perkataan, intimidasi, atau dari total 270 siswa kelas VII SMP Negeri 22
ancaman dengan kekerasan. Palembang.
b. Agresivitas secara fisik yaitu : memukul, Adapun metode pengambilan sampel
menendang, mendorong, menjambak, yang dipakai pada penelitian ini adalah
menjegal, meludahi, menggigit, merusak, menggunakan teknik random sampling.
dan mengambil paksa barang milik orang Menurut Hadi (2005) random sampling adalah
lain. memberikan peluang yang sama bagi setiap
Berdasarkan beberapa uraian diatas, anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
maka dapat disimpulkan ada berbagai bentuk Selain hal tersebut Hadi (2005) mengatakan
dan jenis agresivitas yang terdiri dari suatu cara disebut random apabila peneliti
agresivitas secara verbal atau agresivitas fisik tidak memilih-milih individu yang akan
tidak aktif seperti menghina, mengancam, ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian.
mencaci maki. Agresivitas secara fisik atau Teknik random sampling yang digunakan
agresivitas fisik yang aktif seperti memukul, adalah dengan cara memilih langsung anak.
menendang, menggigit, merusak barang milik Langkah pertama adalah peneliti mendatangi
orang lain. sekolah, menemui guru BK, kemudian Guru
Kerangka berpikir tentang bagaimana BK memanggil sejumlah anak kelas VII (1)
hubungan antara confused indentity dengan sampai dengan VII (7), sampai mencukupi
jumlah sample yaitu berjumlah 45 siswa baik
Siswoyo dan Yuliansyah Hubungan Antara Confused Indentity Dengan Perilaku … 81

laki-laki maupun perempuan, maka terdapatlah demikian r-hitung (0,916) > r-tabel (0,294),
siswa berjumlah 45 orang secara acak dari dan nilai probabilitas signifikansi rxy = 0,000 <
seluruh siswa kelas VII. Siswa yang dipilih α 0,01. Adapun besarnya Koefisein determinan
dipergunakan sebagai sampel penelitian. sebesar 0,916, confused identity menyumbangkan
Data yang diperoleh dalam penelitian ini 83,9% terhadap perilaku agresif remaja. Hal ini
akan dianalisis dengan analisis statistik mengidentifikasikan Ho ditolak, yang
inferensial. Alasan yang mendasari adalah menunjukan bahwa confused identity mempunyai
bahwa statistik inferensial berfungsi untuk hubungan secara signifikan terhadap perilaku
mengeneralisasikan hasil yang dilakukan pada agresif remaja.
sampel bagi populasi atau meramalkan
keberlakuan hasil penelitian sampel bagi Diskusi
populasi yang subjeknya jauh lebih banyak, Berdasarkan hasil pengolahan data
dan sangat cocok untuk menganalisis hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik
komparasi dan korelasi (Arikunto, 2006). inferensial didapat nilai 0,916. Berdasarkan
Selanjutnya untuk membuktikan nilai perhitungan koefisien determinasi yang
hipotesis yang diajukan, pada penelitian ini menunjukan besarnya hubungan langsung
data yang dikumpulkan akan dianalisis confused identity terhadap perilaku agresif
menggunakan metode skala. Menurut azwar remaja sebesar 83,9% dengan arah positif, yang
(2008) karakteristik skala sebagai alat ukur berarti semakin meningkat confused identity
psikologi yaitu stimulusnya berupa pernyataan akan menjadikan semakin tinggi perilaku
dan pertanyaan yang tidak langsung agresif remaja. Sedangkan untuk pengujian
mengungkapkan atribut yang hendak diukur hipotesis menghasilkan r-hitung (0,916) > r-
melainkan mengungkapkan indikator perilaku tabel (0,294). Hal ini berarti Ha diterima Ho
dan atribut yang bersangkutan, dari indikator ditolak. Sehingga hipotesis Ha yang diajukan
perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item yakni ada hubungan antara confused identity
dan respon subjek tidak diklasifikasikan dengan perilaku agresif remaja kelas VII di
sebagai jawaban benar atau salah. SMP Negeri 22 Pelambang terbukti.
Untuk menghitung analisis item dan Nilai koefisien determinasi menunjukan
korelasi antar faktor digunakan rumus koefisien besarnya pengaruh langsung confused identity
product moment dan perhitungannya dibantu terhadap perilaku agresif remaja adalah 83,9%.
dengn program SPSS (Statistical Programme Artinya hubungan langsung confused identity
For Social Science) PASW Statistic Base 22 terhadap perilaku agresif remaja
For windows. menyumbangkan 83,9% terhadap perilaku
agresif remaja, sedangkan 16,1% dipengaruhi hal
Hasil Penelitian lain yang tidak diteliti.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Demikian hasil penelitian ini mendukung
“ada hubungan yang sangat erat dan signifikan teori dari hasil penelitian oleh Hurlock (dalam
antara confused identity dengan perilaku agresif Mighwar, 2006) bahwa keinginan untuk
remaja pada siswa kelas VII di SMP Negeri 22 menyendiri, kurangnya kemauan untuk bekerja,
Palembang”, Dengan koefisien korelasi 0,916 kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh,
dengan taraf berdasarkan signifikansi 0,05. kejemuan, kegelisahan, konflik sosial,
Hasil analisis tersebut diperoleh koefisien penantangan terhadap kewibawaan orang
korelasi (rxy) atau r-hitung sebesar = 0,916 dewasa, kepekaan perasaan, mulai timbul minat
dengan N = 45, pada taraf signifikan 5% pada lawan seks, kepekaan perasaan susila, dan
diperoleh r-tabel sebesar 0,294. Maka dengan kesukaan berkhayal sejalan dengan Mighwar

ISSN: 2502-728X
82‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 1 Juni 2016

(2006), bahwa Perilaku Agresif secara agresif remaja pada siswa SMP Negeri 22 kelas
psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang VII Palembang, dapat ditarik simpulan bahwa
kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal terdapat hubungan yang signifikan confused
yang mengecewakan, menghalangi atau identity dengan perilaku agresif remaja pada
menghambat. siswa SMP Negeri 22 kelas VII Palembang.
Selain itu menurut Alwisol (2006), pada
masa remaja, anak menyadari individualsnya Saran
yang unik, membangun citra diri sesuai dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
keyakinan baik buruk yang telah dimilikinya, dilakukan, berikut ini disampaikan beberapa
karena masa peralihan masa sulit yang dialami saran, antara lain :
anak, maka terjadilah confused identity, cirinya 1. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
adalah diantaranya adalah muncul tingkah laku mengembangkan jenis penelitian yang
yang aneh yang tidak konsisten. sama, dengan responden yang berbeda dan
Confused identity yang membuat remaja jumlah responden yang lebih banyak,
terjebak pada resiko yang berdampak dengan sehingga hasil penelitiannya dapat lebih
aspek sosial, emosional maupun kesehatan. bermanfaat bagi perkembangan ilmu
Keingintahuan yang kuat pada remaja pengetahuan, khususnya psikologi.
beriringan dengan kebutuhan bereksplorasi. 2. Para Guru dan orang tua melakukan upaya
Remaja mulai memberontak terhadap nilai- yang lebih untuk dapat meningkatkan
nilai yang digunakan adalah standar yang sama kepercayaan diri, mengembangkan
dengan teman sebaya untuk membutikan kreatifitas, memberikan masukan apa saja
kemandirian dan untuk menguji saran-saran yang boleh dilakukan dan apa saja yang
dari teman sebaya. Hal ini kadang belum tidak boleh dilakukan pada masa-masa
diiringi dengan kematangan perkembangan remaja.
psikososial sehingga remaja cenderung
bertindak untuk mengikuti dorongan emosinya. Daftar Pustaka
Dimaknai secara normatif, maka hasil
penelitian ini akan bermanfaat bagi para remaja Alwisol, 2006. Psikologi Perkembangan,
dan orang tua. Semoga hal ini lebih dapat Yogyakarta : Pustaka Belajar
meningkatkan pandangan pribadi remaja,
Azwar, S. 2005. Metode Penelitian.
kepercayaan diri yang kuat serta eksplorasi
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
pengetahuan pada diri remaja tersebut, dan
dalam memilih teman diharapkan bisa --------. 2005. Penyusunan Skala Psikologi.
menentukan teman sebaya mana yang akan Yogyakarta : Pustaka Pelajar
memberikan dampak positif baginya dalam
berperilaku yang baik dan sewajarnya, dan B. Hurlock. Elizabeth, 2006. Psikologi
orang tua bisa lebih memperhatikan pergaulan Perkembangan : Erlangga
anaknya serta memberikan arahan dan
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan :
bimbingan agar anak tidak salah memilih Bandung : PT Remaja Rosdakarya
teman sebaya.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan.
Simpulan Dan Saran Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Diane Papalia. 2014. Menyelami
Perkembangan Manusia (Experience
Hubungan confused identity dengan perilaku
Siswoyo dan Yuliansyah Hubungan Antara Confused Indentity Dengan Perilaku … 83

Human Development) edisi 12 buku 2, http://rumahmandiri.com/artikel/414/laporan-


Salemba Humanika. statistika-3-penyajian-data-dengan-tabel-
distribusi-frekuensi/
Handayani, Moerti. 2012. Hubungan Antara
Kecerdasan Emosi Dengan Agresivitas https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&
Anak Jalanan Sebagai Pengamen Di esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ua
Pusat Kota. Proposal Penelitian (Tidak ct=8&ved=0CBwQFjAAahUKEwiXz-
Diterbitkan). Palembang Sekolah Tinggi jRsaLGAhULcY4KHUUjAFE&url=http
Ilmu Psikologi Abdi Nusa %3A%2F%2Franni.mercubuana-
yogya.ac.id%2Fwp-
Koeswara, E. 2006. Agresi Manusia. Bandung : content%2Fuploads%2F2012%2F05%2F
PT. Eresco Deskripsi-Data-
Penelitian.docx&ei=zoSHVZewJ4viuQT
Kurniawan, Albert. 2011. SPSS Serba Serbi FxoCIBQ&usg=AFQjCNGNFAlbO2xsx
Analisis Statistika Dengan Cepat Dan wbenUKiYBmiW9WwbQ&bvm=bv.963
Mudah. www.Jasakom.com : Jasakom 39352,d.c2E

Malik, Muh. Anas. 2007. Pengantar Psikologi http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/117/jtptu


Sosial. Makassar : Badan Penerbit UNM nimus-gdl-hexsarinip-5847-3-babiii.pdf

Mighwar, 2006 Psikologi Remaja, Petunjuk http://www.unja.ac.id/fe/images/karya-


Bagi Guru dan Orang Tua, Bandung : ilmiah/Menghitung-Nilai-F-t-r-tabel-
Pustaka Setia dengan-excel_2014.pdf

Mujiati. 2014. Hubungan Antara https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&


Overconformity Terhadap Kelompok esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&ua
Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual ct=8&ved=0CC0QFjACahUKEwiXz-
Pada Remaja Kelas IX Di Sekolah jRsaLGAhULcY4KHUUjAFE&url=http
Menengah Pertama Negeri 22 %3A%2F%2Feprints.uny.ac.id%2F8498
Palembang (Tidak Diterbitkan). %2F3%2FArtikel%2520Ilmiah.docx&ei
Palembang Sekolah Tinggi Ilmu =zoSHVZewJ4viuQTFxoCIBQ&usg=AF
Psikologi Abdi Nusa QjCNFv1FZWZ_EBwfTAY4-
Auh8Wm3ql5Q&bvm=bv.96339352,d.c2
Santrock, John W. 2002. Life-Span E
Development perkembangan Masa Hidup
: Erllangga http://rumushitung.com/2013/06/08/tabel-r-
statistika-dan-cara-membacanya/
SarlitoW. Sarwono.2012 Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada.

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Sosial.


Jakarta: Balai Pustaka.

Trihendradi, C. 2010 Step By Step SPSS 18


Analisis Data Statistik. Yogyakarta :
Andi Yogyakarta

Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian


Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba empat

ISSN: 2502-728X

Anda mungkin juga menyukai