Anda di halaman 1dari 10

Available online at:

http://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jrt/
Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat
E-ISSN: 2622-0636
Volume 3, No 3, Oktober 2020 (120-129)
DOI: https://doi.org/10.36928/jrt.v3i3.610

UPAYA EDUKASI PENCEGAHAN BULLYING PADA SISWA SEKOLAH


MENENGAH ATAS DI KABUPATEN MANGGARAI NTT

Nur Dafiq1 Claudia Fariday Dewi2 Nai Sema3 Sahrul Salam4


1,2,3,4 Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

Jalan Ahmad Yani No. 10, Ruteng, Flores NTT, 86518. Indonesia
e-mail: saungndaeng@gmail.com1, claudiafaridaydewi@gmail.com2

Abstrak
Kasus bullying di Indonesia menduduki peringkat teratas. Perilaku
bullying sering kali terjadi apabila seseorang mempunyai kekurangan
dalam dirinya, baik secara fisik maupun mental. Dampak bullying bagi
siswa berupa menurunnya nafsu makan, sakit kepala, malu, dan merasa
takut untuk bergaul di lingkungan sosial. Peningkatan pemahaman para
siswa terkait perilaku bullying dapat menurunkan kasus bullying.
Kegiatan pengabdian dilakukan pada 4 sekolah di Kabupaten Manggarai
dan Manggarai Barat, yaitu MAN 2 Langke Rembong, MAN Salahudin
Nagalili, SMA Familia Lembor, dan SMA Negri 1 Rahong Utara. Kegiatan
dilakukan pada tahun 2019 dengan rentang waktu 1 Minggu. Kegiatan
ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman serta
meningkatkan pengetahuan remaja mengenai perilaku bullying serta
konsekuensi dampak psikologis. Metode pelaksanaan kegiatan ini, yaitu
dengan cara penyuluhan yang dirancang dalam bentuk pemaparan
materi serta diskusi dan tanya jawab. Kegiatan dilakukan dalam jangka
waktu yang bebeda untuk tiap sekolah. Melalui kegiatan ini remaja
mendapatkan pengetahuan tentang bullying, mengetahui bentuk dan
faktor-faktor yang mempengaruhi bullying, jenis-jenis bullying serta cara
melawan bullying agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kondisi
psikis. Manfaat pelaksanaan kegiatan ini bagi sekolah, yaitu adanya
kesadaran pihak sekolah terhadap dampak buruk perilaku bullying
sehingga dapat melakukan berbagai kebijakan untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya kasus bullying di sekolah.
Kata kunci: Bullying; remaja; dampak psikologis; penyuluhan

Abstract
The case of bullying in Indonesia is at the top of the list. Bullying often occurs
when a person has a deficiency in himself both physically and mentally. The
impact of bullying for students can be in the form of loss of appetite, dizziness
and inferiority in friendship and withdrawal in social relations. Increasing
student and student understanding related to bullying behavior can reduce
bullying cases. Community service activities were carried out at 4 schools in
Manggarai and West Manggarai Regencies, namely MAN 2 Langke Rembong,
MAN Salahudin Nagalili, Familia Lembor High School and Negri 1 North Rahong
High School. Activities carried out in 2019 with a span of 1 week. This activity is
carried out with the aim of providing increased knowledge of adolescents about
bullying behavior and the consequences of psychological impacts. The method of
implementing this activity is by means of counseling, designed in the form of
material exposure as well as discussion and question and answer. Activities are
carried out in different time periods for each school. Through this activity

120 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Nur Dafiq1 Claudia Fariday Dewi2 Nai Sema3 Sahrul Salam4

adolescents gain knowledge about bullying, know the forms and factors that
influence bullying, the types of bullying and how to fight bullying so as not to have
a negative impact on psychological conditions. The benefits of implementing this
activity for schools are the awareness of the school towards the adverse effects
of bullying behavior so that various policies can be implemented to reduce and
prevent bullying in schools.
Keywords: Bullying; teenager; psychology; counseling

PENDAHULUAN Kuesioner Olwelus tentang


perundungan atau kekerasan,
Sekolah merupakan lingkungan
membagi bullying menjadi beberapa
pendidikan kedua setelah keluarga.
aspek. Aspek verbal, yaitu ucapan
Sekolah memegang peran penting
yang dilontarkan seseorang dengan
dalam perkembangan psikologi,
maksud untuk menyakiti atau
sosial, dan emosi seorang remaja.
menertawakan seorang individu,
Lingkungan pergaulan yang positif
dengan menyapa nama yang tidak
akan berdampak pada
layak, menyebarkan berita palsu
perkembangan mental yang positif,
atau menceritakan tentang
demikianpun sebaliknya. Misalnya,
kebohongan. Indirect yaitu perilaku
kasus bullying yang banyak terjadi di
menolak, meninggalkan atau
lingkunga sekolah. Amerika
mengeluarkan seseorang dari
merupakan negara yang memiliki
kelompok pertemanan secara
kasus bullying sebanyak 15. 600
sengaja. Physical, yaitu memberikan
siswa dari SD sampai SMA. 17 % di
tindakan fisik yang dapat
antaranya melaporkan menjadi
menyinggung atau menyakiti
korban bullying dan 19 % mengaku
seseorang seperti dipukul, ditendang,
melakukan bullying selama berada di
mendorong, perilaku terror (Nasional,
lingkungan sekolah (Sari, 2017).
dkk, 2011).
Menggertak atau mengganggu
Penelitian mengenai bullying
adalah dasar kata bullying dalam
telah dilakukan oleh LSM Plan
bahasa Inggris (bully). Agresi,
Intenasional, yaitu pusat penelitian
kekerasan verbal, kekerasan fisik
pada wanita di beberapa Negara
adalah komponen perilaku bullying
kawasan asia. Indonesia merupakan
yang biasanya dilakukan dengan
negara yang memiliki persoalan
sengaja. Trevi menegaskan bahwa
tindakan perilaku agresif tinggi,
perilaku bullying juga terjadi apabila
seperti bullying di lingkungan
sekelompok orang merasa kuat dan
sekolah sebanyak 84%. Penelitian ini
perilaku tersebut digunakan untuk
melibatkan 9000 anak berusi 12-17
menyakiti orang lemah (Bulu, 2019).
tahun (Pratiwi, 2017). Penelitian
Perilaku kekerasan seperti
tentang masalah perundungan di
bullying telah diteliti oleh para ahli di
Indonesia masih terbilang baru. Hasil
berbagai negara. Misalnya, di
studi yang diperoleh oleh pakar
Norwegia perilaku bullying pada
dalam bidang intervensi bullying
anak-anak berusia 7-16 berjumlah
mengungkapkan bahwa di Indonesia
15% baik sebagai pelaku maupun
siswa yang melaporkan pernah
sebagai korban. Olweus pada tahun
menjadi korban perundungan seperti
1995 telah melakukan penelitian
diejek, dicemooh, dikucilkan,
signifikan terhadap pelaku dan
dipukul, ditendang, atau didorong.
korban bullying di Swedia, sebanyak
Frekuensi perilaku bullying ini
9 % anak-anak SD diindikasi sebagai
dilakukan sedikitnya seminggu sekali
korban secara regular, sedangkan
(Fithria & Auli 2016).
sebanyak 7% sebagai pelaku bullying
Yayasan Semai Jiwa Amini (2008)
(Marela dkk, 2017).
telah melakukan penelitian tentang

121 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Upaya Edukasi Pencegahan Bullying…

bullying di tiga kota besar Indonesia, bullying menggunakan kekerasan,


yaitu Yogyakarta, Jakarta dan ancaman atau perilaku memaksa
Surabaya. Hasil penelitian tersebut, untuk menyalahgunakan wewenang
yaitu terjadinya kekerasan di tingkat dan menindas orang lain tanpa
SMA sebesar 67,9% dan 66,1% mengormati hak asasi manusia.
terjadi di tingkat SMP. Kategori Perilaku bullying ini telah
kekerasan psikologis berupa menjadi satu kebiasaan yang
pengucilan pada tingkat SMP sebesar melibatkan ketidakseimbangan
41,2% dan SMA sebanyak 43,7%. kekuasaan pada aspek sosial dan
Tercatat sebesar 41,2% melakukan fisik antarsesama manusia, sehingga
kekerasan sesama siswa untuk perilaku kekerasan ini sangat
tingkat SMP sedangkan sebanyak mendapatkan perhatian khusus baik
43,7% oleh tingkat SMA. Gambaran dari pihak pemerintah, pendidik,
kekerasan di Yogyakarta mengakui sampai kepada setiap orang tua
adanya tindakan kekerasan pada (Zakiyyah, 2018).
tingkat SMP sebesar 77,5%, kota Olweus merupakan orang yang
Surabaya 59,8%, dan Jakarta 61,1% pertama kali memperkenalkan
(Wiyani, dalam Azwar, 2017). konsep bullying pada tahun 1973.
Junior Chamber International Bullying dipandang sebagai bentuk
(JCI) mencatat sekitar 40% pelajar perilaku agresif, yaitu tindakan
menjadi korban perundungan di kejahatan atau membuat individu
beberapa kota. Kota Bogor, Jawa merasa tidak berdaya. Perilaku ini
Barat sebanyak 30-40% dari korban dilakukan secara terus menerus, dan
bullying yang masih berusia SD, dengan sengaja.
SMP, dan SMA. Perilaku bullying Bullying adalah suatu perilaku
sering kali terjadi apabila seseorang yang agresif dengan maksud
mempunyai kekurangan fisik dan menyakiti orang lain yang dilakukan
psikis dalam dirinya (Republika, secara berulang-ulang dan secara
2016). terus menerus dalam suatu relasi
Pusat Pelayanan Terpadu interpersonal yang ditandai dengan
Pemberdayaan Perempuan dan Anak ketidakseimbangan kekuatan, meski
(P2TP2A) mengatakan bahwa tanpa adanya profokasi yang nyata
fenomena kasus perundungan yang (Faizah, 2017). Djuwita (Masdin,
terjadi di Provinsi Aceh meningkat 2 2013) mengemukakan bahwa ada
kali lipat dalam waktu tiga tahun bentuk-bentuk perilaku pemaksaan
terakhir. Persentasi bullying tertinggi atau usaha menyakiti kejiwaan atau
di Banda Aceh terdapat pada SMA fisik seseorang. Biasanya perilaku ini
(38,37%), SMP (36,67), dan Sekolah dilakukan oleh orang yang
Dasar (32,90%) (Faizah, 2017). mempunyai kekuatan atau
Perilaku kekerasan seperti kekuasaan terhadap orang yang
bullying tetap menjadi perbincangan dianggap lemah.
hangat setiap kalangan di Indonesia. Tindakan perundungan di
Dunia pendidikan menjadi sorotan sekolah masih menjadi
dimana banyak terjadi penindasan di permasalah dunia pendidikan
lingkungan sekolah yang dilakukan Indonesia. Siswa dan siswi SMP
guru kepada siswa ataupun oleh belum banyak memahami secara
siswa kepada siswa lain. Kasus mendalam tentang perilaku
semacam ini tidak hanya membawa bullying yang mereka lakukan
citra buruk pendidikan sebagai atau mereka dapatkan dari
tempat proses humanisasi lingkungan. Siswa dan siswi SMP
berlangsung, namun kenyataanya juga belum mengatahui
tidak sesuai keinginan bahkan bagaimana cara menolak perilaku
menimbulkan suatu kekawahtiran bullying agar tidak menjadi akar
dan perlu mempertanyakan esensi permasalahan kesehatan mental
pendidikan di sekolah. Perilaku
122 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636
Nur Dafiq1 Claudia Fariday Dewi2 Nai Sema3 Sahrul Salam4

dunia pendidikan. Menurut mengerjakan pekerjaan sekolah, d)


Yamin dkk (2018), faktor-faktor menurunnya daya kosentrasi di
yang melatarbelakangi siswa sekolah, e) berkurangnya minat pada
melakukan perilaku bullying, kegiatan sekolah, f) dikeluarkan dari
antara lain: kegiatan yang tadinya dia sukai.
1. Perbedaan kelas, masalah Berdasarkan pengelompokannya
ekonomi, etnisitas atau rasisme. (Riauskina, 2005), ada lima kategori
Faktor bullying dapat terjadi perilaku bullying, yaitu:
ketika terdapat perbedaan 1. Kontak Fisik: seperti memukul,
ekstrim individu dengan suatu menggigit, menjambak,
kelompok dimana ia bergabung menedang, mengunci seseorang
dan jika tidak dapat disikapi dalam ruangan, dicubit, dicakar,
dengan baik oleh anggota juga termasuk pemerasan dan
kelompok tersebut, dapat merusak barang-barang yang
menjadi faktor penyebab dimiliki orang lain.
bullying. 2. Kontak verbal langsung: seperti
2. Tradisi atau kebiasaan dalam mengancam, mempermalukan,
senioritas. Senioritas sering merendahkan, mengganggu,
diajadikan alasan tindakan memberi panggilan nama (name-
bullying. Senioritas ini tidak calling), sarkasme, mencela atau
berhenti begitu saja, senioritas mengejek, mengintimidasi,
termasuk dalam perilaku yang memaki, menyebarkan berita
berulang dan berantai. Senioritas buruk.
ini terjadi dengan alasan untuk 3. Perilaku verbal langsung:
memuaskan keinginan mencari memberikan tatapan sinis,
masalah, mencari popularitas, memberikan ekspresi muka
penyaluran dendam dan merendahkan, menjulurkan
menunjukan kekuasaan. lidah. Hal ini biasanya disertai
3. Keluarga tidak rukun. Adanya dengan bullying fisik atau verbal.
berbagai masalah internal dari 4. Perilaku non-verbal tidak
keluarga seperti krtidakhadiran langsung: seperti mendiamkan
orang tua, menderita depresi, seseorang, memanipulasi
kurangnya komunikasi dan persahabatan sehingga menjadi
ketidakharmonisan merupakan retak, sengaja mengucilkan atau
peyebab tindakan kekerasan mengabaikan, mengirim surat
yang signigfikan. kaleng
4. Iklim lingkungan sekolah yang 5. Pelecehan seksual: perilaku
tidak hangat dan tidak agresif
bersahabat atau diskriminatif.
Apabila pengawasan dari pihak Hasil survei global yang
sekolah itu loggar dan tidak diadakan oleh The Health Behavior
disiplin maka perilaku bullying in School Aged Children (HBSC)
dapat terjadi. pada 40 negara di dunia,
5. Karakerter inidvidu atau menunjukkan negara yang
kelompok. Memiliki rasa dendam memiliki kasus bullying tertinggi
dalam pergaulan teman sebaya, adalah Jepang, Indonesia,
kesalahan interpretasi pada Kanada, dan Amerika Serikat.
perilaku korban. Hasil penelitian di berbagai
Negara, siswa dengan rentang usia
Menurut Sucipto (2012), tanda 8-16 tahun menujukkan bahwa
dan gejala terjadi tindakan bullying 8% sampai 38% menjadi korban
pada remaja di sekiolah, yaitu a) bullying. Di Indonesia, khususnya
menurunnya nilai akademis, b) Provinsi Kalimantan Timur
menurunnya jumlah kehadiran di (Kaltim) merupakan provinsi yang
sekolah, c) hilangnya minat meimiliki kasus terbanyak tentang

123 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Upaya Edukasi Pencegahan Bullying…

kekerasan anak, yaitu 649 kasus, Rembong, MAN Salahudin Nagalili,


Provinsi Jawa Barat sebanyak 391 SMA Familia Lembor, dan SMA Negri
kasus, Sumatera Utara sebanyak 1 Rahong Utara pada tahun 2019.
317 kasus, Lampung sebanyak Tujuan kegiatan ini, yaitu untuk
252 kasus, NTT 234 kasus, memberikan gambaran pemahaman
Provinsi Jatim 228 kasus, Sultra dan pengetahuan remaja tentang
sebanyak 206 kasus, dan Bali 182 perilaku bullying serta konsekuensi
kasus (Rachman, 2018). dampak psikologis yang ditimbulkan.
Berdasarkan hasil
peneilitian, dampak bullying bagi ANALISIS SITUASI DAN
siswa sangat bervariasi, yaitu PERMASALAHAN MITRA
hilangnya nafsu makan, migraine, Permasalaha pada mitra
dan menarik diri dalam pergaulan pengabdian antara lain:
teman sebaya. Dampak psikologis a. Rendahnya motivasi belajar,
tersebut bisa menghambat siswa yang menjadi koban
perkembangan anak dikemudian bullying mendapatkan hasil
hari. Bahkan, ironisnya kegiatan belajar yang rendah, serta tidak
inisiasi siswa seperti MOS, memiliki motivasi berprestasi.
perubahan kepengurusan b. Harga diri rendah. Remaja atau
oraganiasi OSIS, LDK, outbound, siswa yang mendapat perilaku
dan kegiatan yang melibatkan bullying, merasa diri tidak
senior cenderung menjadi ajang diterima dalam lingkungan
terjadinya bullying dengam cara pergaulan sehingga cenderung
mempermalukan siswa-siswi yang mempunyai kepribadian menarik
baru masuk sekolah atau adik diri.
kelas dengan kegiatan yang c. Pihak sekolah belum
merendahkan dan mengintimidasi mendapatkan pengetahuan yang
siswa (Menengah, 2018). luas mengenai bullying sehingga
Hal tersebut menunjukkan para pendidik juga melakukan
bahwa perilaku bullying atau perilaku bullying terhadap pada
perundungan ini harus dihentikan siswa.
demi terciptanya kesehatan mental Hasil penelitian dari lembaga
remaja yang positif. Kerjasama STKIP Santu Paulus Ruteng
antara orang tua dan pihak sekolah menunjukkan bahwa dari data 674
perlu dilakukan untuk memantau responden sebanyak 15.4%
perilaku bullying di sekolah agar mendapat kekerasan verbal dari
perilaku tersebut dapat dihentikan. orangtua, 17.7% mendapat
Media sosial dan majalah dinding kekerasan verbal dari guru, dan
sering membuat kampaye tentang 17.7% mendapat kekerasan verbal
perilaku bullying untuk dari teman atau lingkungan.
meningkatkan pengetahuan siswa Sebanyak 31.54% menjadi pelaku
dan menghentikan perilaku bullying. kekerasan.
Tema utama yang diangkat Berdasarkan hasil analisis
dalam pengabdian ini adalah dampak situasi tersebut, dapat identifikasi
psikologis akibat perilaku bullying. masalah-masalah yang dihadapi oleh
Tim PkM ingin memberikan mitra kerja sama, yaitu (1) kurangnya
gambaran dampak psikologis akibat pengetahuan mengenai perilaku
perilaku bullying. Kegiatan bullying baik oleh siswa maupun
pengabdian ini dilakukan bersama pendidik (2) belum maksimalnya
mahasiwa STIKES Santu Paulus pencegahan bullying yang terjadi di
Ruteng (sekarang menjadi lingkungan sekolah dan lingkungan
Univeristas Katolik Indonesia Santu bermain bersama teman sebaya (3)
Paulus Ruteng). Kegiatan PkM ini korban bullying tidak mendapatkan
dilakukan di MAN 2 Langke penanganan professional. Dengan
124 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636
Nur Dafiq1 Claudia Fariday Dewi2 Nai Sema3 Sahrul Salam4

mempertimbangkan hal tersebut, pengalaman mereka tentang perilaku


maka disepakati untuk melakukan bullying.
kegiatan Pengabdian kepada
Beberapa remaja siswa
Masyarakat (PkM), yaitu melakukan
penyuluhan dan edukasi bagi para mengemukakan pengalaman mereka
siswa, guru, dan pegawai sekolah tentang bullying, seperti diejek oleh
tentang perilaku bullying. teman dan orang tua, dikucilkan oleh
lingkungan, dan mendapat
METODE PELAKSANAAN kekerasan fisik. Anak remaja lain
menyatakan pendapat tentang faktor
Tujuan kegiatan ini adalah
pemicu terjadinya bullying, yaitu
memberikan gambaran pengetahuan
bentuk fisik. Pernyataan di atas
tentang perilaku bullying atau
sesuai dengan pendapat Sejiwa
perundungan serta dampak
(Harahap & Saputri, 2019) bahwa
psikologis yang ditimbulkan akibat
pelaku perundungan atau bullying
perilaku bullying. Manfaat kegiatan
biasanya dengan mudah mengendus
ini adalah remaja dapat mengetahui
calon korbannya dan pada
tentang bullying serta mencegah
pertemuan pertama, pelaku akan
bullying pada diri sendiri dan
melancarkan aksinya terhadap sang
lingkunganya. Selain itu, diharapkan
korban. Ciri-ciri korban yang dapat
menurunnya perilaku bullying pada
memicu adanya bullying adalah
remaja. Sebelum melakukan
berfisik kecil, lemah, kurang
kegiatan tersebut, tim PkM
bersosialisasi, tidak percaya diri,
melakukan pendekatan pada
memliki aksen yang khas dan
sekolah-sekolah yang menjadi
berbeda, kurang pandai, tidak cantik
sasarang pengabdian dengan cara
atau tidak ganteng. Begitu juga
mengirim surat permohonan izin
dengan yang peneliti temukan di
serta melakukan wawancara
sekolah bahwa korban yang mudah
terhadap pihak sekolah untuk
untuk dibully, yaitu siswa yang
mengetahui permasalahan mitra
mempunyai fisik kecil dan pendiam
secara mendalam.
atau sangat memilih-memilih teman
Metode pelaksanaan kegiatan
di sekolah.
ini, yaitu penyuluhan yang dirancang
Siswa sebagai partisipan
dalam bentuk pemaparan materi
dalam kegiatan pengabdian ini
serta diskusi dan tanya jawab secara
menjelaskan alasan mereka
aktif. Kegiatan pengabdian ini
menerima perilaku bullying karena
dilakukan dalam waktu yang bebeda
orang tua dan lingkungan yang tidak
untuk setiap sekolah.
mendukung. Banyak faktor yang
menjadi pemicu terjadinya perilaku
HASIL DAN PEMBAHASAN bullying. Salah satunya adalah faktor
Siswa dan guru merupakan lingkungan sekolah dan pergaulan
sasaran yang tepat untuk diberikan teman sebaya (Monks, dalam Bulu,
edukasi tentang perilaku bullying. 2019).
Kegiatan PkM ini merupakan bentuk Sekolah merupakan tempat
eduksi tentang bullying. Kegiatan belajar utama bagi siswa. Dalam
edukasi ini berjalan sesuai dengan
kesehariannya, siswa remaja lebih
rencana. Hal ini berdasarkan
kepuasan dan antusiasme peserta dekat dengan teman sebaya
dalam bertanya dan menceritakan dibandingkan orang tua. Remaja

125 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Upaya Edukasi Pencegahan Bullying…

lebih banyak menghabisakan waktu psychology well being, mengalami


dengan teman sebayanya daripada hambatan dalam penyesuaian sosial,
keluarganya (Murtiyani dalam perilaku marah, rasa dendam, rasa
Muhlisin, 2016). Pengaruh teman tertekan, rasa tidak nyaman, rasa
sebaya memberikan kontribusi besar sedih mendalam, merasa terancam
dalam perilaku bullying, seperti dan timbul pemikiran bunuh diri.
memberikan gambaran bahwa Pelaku bullying mendapatkan
bullying bukan suatu masalah hukuman pidana karena melakukan
melainkan hal yang wajar. pelanggaran HAM dan otoritas
Tahap perkembangannya, lembaga, sekolah memberikan sanksi
anak memiliki keinginan untuk atau perilaku tersebut.
mandiri dan mencari support. Dampak negatif yang
Perilaku konformitas, yaitu perilaku dirasakan akibat bullying adalah
kelompok yang dapat mengubah marah, rasa dendam, rasa tertekan,
aspek kehidupan seseorang. Faktor mau, dan merasa sedih. Bahkan,
teman sebaya dalam pergaulan sosial emosi negative pun sering dirasakan
dikenal sebagai fase pertama dalam oleh korban bullying. Dampak psikis
pergaulan kelompok anak dan bullying yang berbahaya adalah
membawa pengaruh besar terhadap munculnya gangguan psikologis,
perubahan perilaku. Faktor media seperti cemas berlebihan, takut,
juga membari pengaruh pada depersi, bunuh diri, dan PTSD. Anak
perilaku bullying. Media menjadi yang mengalami tindakan bullying di
bagian dari kehidupan manusia dan sekolah akan mengalami depresi dan
dapat mengubah pola hidup gangguan mental.
seseorang. Media cetak maupun Gejala-gejala klinis gangguan
elektronik dapat membawa dampak mental yang muncul pada masa
baik dan buruk (Bulu, dkk, 2019). anak-anak, yaitu anak tumbuh dan
berkembang menjadi individu cemas,
Bullying memberikan dampak
cepat gugup, dan takut hingga tak
fisik dan psikologis. Secara fisik, bisa berbicara (Djuwita, dalam Bulu
dampak yang ditimbuklan yaitu dkk 2019). Bullying yang belum
kerusakan tulang, gigi rusak, luka- diatasi akan mengancam
luka sampai kerusakan otak perkembangan psikososial remaja.
permanen. Korban prilaku bullying Konsekuensi negatif tersebut akan
akan merasakan dampak kurang ada dalam jangka waktu yang
panjang, dimana korban berisiko
baik terhadap perkembangannya.
tinggi mengalami depresi, stress,
Siswa atau remaja yang menjadi merasa harga diri rendah, dan
korban bullying merasa tergangggu menimbulkan trauma (Racman &
dan tidak nyaman dengan tindakan Syahrir, 2018).
tersebut (Sullivan dalam Damayanti Perilaku bullying remaja sering
& Karsih, 2016). Lebih lanjut, Wiyani kali dilakukan oleh guru.
(Bulu dkk 2019) mengatakan bullying Berdasarkan hasil diskusi bersama
remaja dalam pengabdian ini, mereka
memberikan dampak negatif bagi
sering diejek, dibentak, dan tindakan
korban dan juga pelaku. Dampak bullying lainnya. Banyak intervensi
buruk bullying pada fisik, yaitu sakit pencegahan perilaku bullying pada
kepala, mengalami sakit dada, luka remaja di sekolah.
benda tajam, dll. Beberapa kasus Intervensi terhadap masalah
terjadi berdampak pada kematian. bullying, Smith (dalam Putri &
Dampak psikologis, yaitu rendahnya Suyanto, 2016) menyebutkan sebelas

126 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Nur Dafiq1 Claudia Fariday Dewi2 Nai Sema3 Sahrul Salam4

pendekatan bullying yang dilakukan,


baik bersifat preventif maupun
interventif, yaitu (1) melakukan
pendekatan dengan kebijakan, (2)
memotivasi siswa, (3) menciptakan
atmosfer kelas dengan menciptakan
hubungan hangat antara siswa, (4)
kurikulum menyediakan informasi
mengenai bullying, dampak yang
timbulkan kepada korban dan
pertolongan yang didapatkan siswa,
(5) mengatasi prejudice sosial dan
sikap yang tidak esuai atau SIMPULAN DAN SARAN
diinginkan seperti SARA, (6) Berdasarkan hasil dikusi
pengawasan dan monitoring perilaku tentang bullying dalam kegiatan
siswa diluar kelas, (7) melibatkan pengabdian tersebut, kesimpulan
siswa-siswa yang telah di training bahwa masih banyak remaja yang
sebagai mediator grup untuk menjadi korban bullying maupun
membantu dan mengatasi konflik, (8) pelaku. Kurangnya pengatahuan
memberikan bentuk penalti non fisik remaja dan lingkungan masyarakat
atau sanksi, (9) keterlibatan orang sehingga perilaku bullying terus
tua korban bullying dan mengundang terjadi. Faktor lingkungan sangat
mereka ke sekolah untuk berpengaruh dan memberikan
mendiskusikan tentang intervensi dampak negatif bagi kondisi kejiwaan
bullying, (10) menyelenggarakan remaja. Selain itu, dunia pendidikan,
semacam konfrensi komunitas, perilaku bullying guru pada siswa
dimana korban didorong untuk masih sering terjadi.
menyatakan kesedihan mereka di Peran sekolah dirasakan
hadapan pelaku bullying dan juga belum optimal dalam menangani
teman-teman atau pendukung yang perilaku bullying. Hasil lain yang
terlibat dalam peristiwa bullying diperoleh melalui diskusi tersebut
tersebut, dan (11) pendekatan- adalah remaja yang menjadi korban
pendekatan lainnya yang bertujuan perilaku bullying membutuhkan
untuk memberi dampak perubahan intervensi lebih lanjut. Bullying
perilaku yang positif kepada siswa masih menjadi topik yang akan selalu
dalam masalah bullying. menjadi pembicaraan. Perilaku
bullying tidak dapat berhenti atau
Foto dokumentasi kegiatan: selesai apabila masyarakat belum
maupunyai pengetahuan yang cukup
tentang bullying.
Perilaku bullying menjadi
fenomena sosial yang terjadi pada
remaja, khusunya daerah Manggari,
NTT. Bullying dianggap sebagai hal
yang biasa. Remaja sering
mendapatkan bullying dan tekanan
sosial lingkungan, namun minim
intervensi. Dampak yang
ditimbuklan berupa depersei dan
berujung pada bunuh diri. Kegiatan
pengabdian ini, remaja juga
mendapatkan pengetahuan tentang
bullying, khususnya mengenai
bentuk dan faktor-faktor yang
mempengaruhi bullying, jenis-jenis

127 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Upaya Edukasi Pencegahan Bullying…

bullying, serta cara melawan bullying Masdin. (2013). Fenomena Bullying


agar tidak menimbulkan dampak Dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta’dib
buruk bagi kondisi psikis. Selain itu, Vol. 6 No. 2, 73–83.
pihak sekolah menyadari bahwa
perilaku bullying sangat buruk bagi Pratiwi, C, J., Ariestanti, Y. (2017).
kondisi kesehatan mental remaja. Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Bullying Pada
Siswa Di Yayasan Pendidikan Bina
DAFTAR PUSTAKA
Pangudi Luhur Jakarta Timur Tahun
2017.Jurnal Ilmu Bidang Kesehatan,
Bulu, Y., Maemunah, N., & Sulasmini.
(2019). Faktor-faktor yang Vol 10(2) 678-683
Mempengaruhi Perilaku Bullying
pada Remaja Awal. Nursing News, Putri, F., Suyanto, T. (2016). Strategi
Guru Dalam Mengatasi Perilaku
4(1), 54–66.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.p Bullying Di Smp Negeri 1
Mojokerto.Jurnal Kajian Moral Dan
hp/fikes/article/download/1473/104
7 Kewarganegaraan, 1(4), 62–76.

Damayanti, dkk. (2016). Studi Kasus Rachman, D dan Syahrin A. M. N. (2018).


Pelatihan Komunikasi Teman
Dampak Psikologis Bullying pada
Siswa Tunarungu di SMK Negeri 30 Sebaya Sebagai Upaya
Meminimalisasi Bullying di Sekolah
Jakarta.Jurnal Insight Vol 2(2), 86–
90. Menangah Atas negri (SMA) 16
Samarinda. Jurnal Abdimas
https://doi.org/10.21009/INSIGHT.0
Mahakam Vol 2(2)
22.14
https://doi.org/10.24903/jam.v2i2.36
Faizah, F., & Amna, Z. (2017). Bullying 9
dan Kesehatan Mental Pada Remaja
SMA di Banda Aceh. International Republika News. (2016). 40 Persen
Pelajar Kota Bogor Jadi
Jurnal of Child and Gender Studies,
Perundungan.
3(1), 77.
https://www.republika.co.id/berita/n
asional/jabodetabek-
Fithria, dan Auli, R. (2016). Faktor-Faktor
nasional/16/06/15/o8tlky284-40-
yang Berhubungan dengan Perilaku
persen-pelajar-bogor-jadi-korban-
Bullying.Idea Nursing Journal, 7(3),
perundungan diakes bulan Agustus
9–17.
2020
Harahap, E., & Ika Saputri, N. M. (2019).
Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan Soesetio,
Dampak Psikologis Siswa Korban
S.R. (2005). ‘Gencet-gencetan’ di
Bullying Di Sma Negeri 1 Barumun.
mata siswa/siswi kelas 1 SMA:
RISTEKDIK: Jurnal Bimbingan Dan
Naskah Kognitif tentang arti,
Konseling, 4(1), 68.
skenario, dan dampak ‘gencet-
https://doi.org/10.31604/ristekdik.v4
gencetan’. Journal Psikologi Sosial,
i1.68-75
12 (01), 1-13.
Marela, G., Wahab, A., & Marchira, C. R.
Sari, E. P. (2017). Faktor Yang
(2017). Bullying verbal
Mempengaruhi Bullying Pada Anak
menyebabkan depresi remaja SMA
Usia Sekolah Di Sekolah Dasar
Kota Yogyakarta.Berita Kedokteran
Kecamatan Syiah Kuala Banda
Masyarakat, 33(1), 43.
https://doi.org/10.22146/bkm.8183

128 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Nur Dafiq1 Claudia Fariday Dewi2 Nai Sema3 Sahrul Salam4

Aceh. Idea Nursing Journal, Vol VIII Sucipto. (2012). Bullying Dan Upaya
No. 3 Meminimalisasikannya. Jurnal
Psikopedagogia, 1(1).
Sari, Y. P., & Azwar, W. (2018).
Fenomena Bullying Siswa: Studi Yamin, A., dkk. (2018). Pencegahan
Tentang Motif Perilaku Bullying Perilaku Bullying Pada Siswa-Siswi
Siswa di SMP Negeri 01 Painan, SPN 2 Tarogong Kidul Kabupaten
Sumatera Barat. Ijtimaiyya: Jurnal Garut. Jurnal Pengabdian Kepada
Pengembangan Masyarakat Islam, Mayarakat Vol 2 (4) 293-295
10(2), 333–367.
https://doi.org/10.24042/ijpmi.v10i2
.2366

129 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636

Anda mungkin juga menyukai