Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

PERSEPSI BENDA DAN PERSEPSI SOSIAL

DOSEN PENGAMPU :

Bawinda Sri Lestari, S.H.,M.Psi

DISUSUN OLEH :

Nadyah Wahyu Effendi 1512100292 (E)

Meuthiara Mayavida T. 1512100280 (E)

Fanny Anggraini J.P. 1512100260 (E)

Muhamad Rafli A.R. 1512100250 (E)

Stephanus Felix Aldi S. 1512100179 (E)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA

2022
A. PERSEPSI
1. PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi adalah proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh
otak.2 Istilah Persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Persepsi ini
didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data
indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Persepsi
berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh
organ-organ bantunya yang kemudian masuk kedalam otak. Di dalamnya terjadi
proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman.
Bimo Walgito mengatakan persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indra atau disebut proses sensoris. Proses itu tidak berhenti begitu saja,
melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses
persepsi.
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
di dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami
persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi.
2. PROSES TERJADINYA PERSEPSI
Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari
berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon
sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima
rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang
digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses
pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan
berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data
diterima dan diatur, proses selanjutnya individu
menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi
persepsi setelah data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan.
Sedangkan faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang dapat disebut
sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli (Rakhmat,
1998). Sejalan dengan hal tersebut, maka persepsi seseorang ditentukan oleh dua
faktor utama yaitu pengalaman masa lalu dan faktor pribadi (Sugiharto, 2001).
3. BENTUK-BENTUK PERSEPSI
Menurut Walgito (2004: 118) bentuk-bentuk persepsi adalah sebagai berikut:
1. Persepsi melalui Indera Penglihatan
Alat indera merupakan alat utama dalam individu mengadakan persepsi.
Seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata bukanlah satu-satunya
bagian hingga individu dapat mempersepsi apa yang dilihatnya, mata hanyalah
merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus
ini dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat
menyadari apa yang dilihat. Apabila seseorang melihat sesuatu objek maka
stimulus yang mengenai mata bukanlah objeknya secara langsung, tetapi sinar
yang dipantulkan oleh objek tersebut yang bekerja sebagai stimulus yang
mengenai mata. Sinar yang mengenai mata mempunyai sifat gelombang, ada
yang bergelombang pendek dan ada juga yang bergelombang panjang. Di
samping itu sinar juga mempunyai sifat kekuatan atau intensitas gelombang
yang bermacam-macam. Perbedaan dalam soal intensitas akan membawa
perbedaan dalam soal terang tidaknya sinar yang diterima. Perbedaan panjang
pendeknya gelombang akan membawa perbedaan dalam warna yang dilihat.
Apabila seseorang melihat suatu benda, maka dari benda itu dapat dilihat
bentuknya, jaraknya, warnanya, ukurannya, dan kadang-kadang geraknya.
2. Persepsi melalui Indera Pendengaran
Orang dapat mendengar sesuatu dengan alat pendengaran, yaitu telinga.
Telinga merupakan salah satu alat untuk dapat mengetahui sesuatu yang ada di
sekitarnya. Telinga dapat dibagi atas beberapa bagian yang maisng-masing
mempunyai fungsi atau tugas sendiri-sendiri, yaitu:
a. Telinga bagian luar, yaitu merupakan bagian yang menerima stimulus dari
luar.
b. Telinga bagian tengah, yaitu merupakan bagian yang meneruskan stimulus
yang diterima oleh telinga bagian luar, jadi bagian ini merupakan
transformer.
c. Telinga bagian dalam, yaitu merupakan reseptor yang sensitif yang
merupakan syaraf-syaraf penerima. Seperti halnya dalam penglihatan,
dalam pendengaran individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor
sebagai suatu respon terhadap stimulus tersebut. Kalau individu dapat
menyadari apa yang didengar, maka dalam hal ini individu dapat
mempersepsi apa yang didengar, dan terjadilah suatu pengamatan atau
persepsi.
3. Persepsi melalui Indera Pencium
Orang dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera pencium yaitu
hidung. Sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam hidung sebelah dalam.
Stimulusnya berwujud benda-benda yang bersifat khemis atau gas yang dapat
menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada dalam hidung, kemudian
diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagai respon dari stimulus
tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya yaitu bau yang diciumnya.
4. Persepsi melalui Indera Pengecap Indera pengecap terdapat di lidah.
Stimulusnya merupakan benda cair. Zat cair itu mengenai ujung sel
penerima yang terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf
sensoris ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsi
tentang apa yang dikecap itu. Mengenai rasa ini ada empat macam rasa pokok
yaitu rasa pahit, manis, asin, asam. Masing-masing rasa ini mempunyai daerah
penerima rasa sendiri-sendiri pada lidah.
5. Persepsi melalui Indera Peraba (Kulit)
Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan dan temperatur.
Tetapi tidak semua bagian kulit dapat menerima rasa-rasa ini. Pada bagian-
bagian tertentu saja yang dapat untuk menerima stimulusstimulus tertentu.
Rasa-rasa tersebut di atas merupakan rasa-rasa kulit yang primer, sedangkan di
samping itu masih terdapat variasi yang bermacammacam. Dalam hal tekanan
atau rabaan, stimulusnya langsung mengenai bagian kulit bagian rabaan atau
tekanan. Stimulus ini akan menimbulkan kesadaran akan lunak, keras, halus,
kasar. Stimulus yang dapat menimbulkan rasa sakit dapat bersifat khemis
maupun electrical dan sebangsanya yang pada pokoknya stimulus itu cukup
kuat menimbulkan kerusakan pada kulit, dan hal ini menimbulkan rasa sakit.
Bentuk persepsi pada intinya merupakan persepsi yang tidak hanya
dilakukan oleh penglihatan saja, namun dengan alat indera secara lengkap agar
menghasilkan suatu data yang maksimal dan sesuai dengan kenyataan yang ada
di lapangan, dimana stimulus itu bersifat kuat maka hasil yang didapat agar
lebih spesifik. Dan dalam hal ini stimulus yang dimaksud adalah remaja hamil
di luar nikah dan seseorang yang melihat kemudian memberikan persepsi adalah
tokoh masyarakat.
B. PERSEPSI BENDA
1. PENGERTIAN PERSEPSI BENDA
Objek persepsi dapat berada di luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat berada dalam diri individu yang mempersepsi. Bila objek persepsi terletak di
luar orang yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu
dapat berwujud benda-benda situasi dan juga berwujud manusia. Bila objek
persepsi berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau
juga disebut Non-Social Perception.
Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) adalah proses penafsiran terhadap
objek-objek yang tidak beryawa disekitar. Dalam mempersepsikan lingkungan
fisik, terkadang indera kita melakukan kekeliruan. Indera kita tidak jarang menipu
kita, sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realitas
sebenarnya. Ada 10 beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap objek
yaitu: latar belakang pengalaman, latar belakang budaya, suasana psikologi
pengharapan, dan kondisi factual panca indera (Mulyana, 2004: 184-190).
Dalam individu mempersepsi benda-benda mati bila dibandingkan dengan
mempersepsi manusia, terdapat segi-segi persamaan di samping terdapat segi-segi
perbedaan. Adanya persamaan bila dilihat bahwa manusia atau orang itu dipandang
sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan
tempat, pada dasarnya tidak berbeda. Namun karena manusia itu semata-mata
bukan hanya benda fisik saja, tetapi mempunyai kemampuan- kemampuan yang
tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya, maka hal ini akan membawa perbedaan
antara mempersepsi benda-benda dengan mempersepsi manusia.
2. FAKTOR TERJADINYA PERSEPSI BENDA
Individu memprediksikan suatu benda yang sama berbeda-berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Veithzal, 2002), yaitu:
1) Faktor yang ada pada pelaku persepsi (Perceiver) yang termasuk faktor
pertama adalah sikap, keutuhan atau motif, kepentingan atau minat
pengalaman dan pengharapan individu.
2) Faktor yang ada pada objek atau target yang dipersepsikan yang meliputi
hal-hal baru, gerakan, bunyi, ukuran latar belakang dan kedekatan.
3) Faktor konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan yang meliputi waktu,
keadaan / tempat kerja, dan keadaan sosial
C. PERSEPSI SOSIAL
1. PENGERTIAN PERSEPSI SOSIAL
Persepsi sosial adalah suatu proses seseorang untuk mengetahui,
menginterpretasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, mengenai
sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang
dipersepsi, sehingga terbentuk sebuah gambaran mengenai orang lain yang
dipersepsi. Namun demikian seperti yang mempersepsi, maka objek persepsi
mampiu memberikan pengaruh kepada manusia atau orang (person) adanya dua
pihak masing-masing mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan,
harapan-harapan, pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda satu sama lain,
yang kemudia dapat berpengaruh dalam mempersepsi manusia atau orang tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan
berpengaruh dalam mempersepsi manusia yaitu:
1) Keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi
2) Situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus
3) Keadaan orang yang mempersepsi.

Walaupun stimulus personnya sama. Namun jika situasi sosial yang melatar
belakangi stimulus person berbeda hasil persepsinya. Pikiran, perasaan, kerangka
acuan, pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain keadaan pribadi orang yang
mempersepsi akan mampu berpengaruh dalam seseorang yang mempersepsi orang
lain. Hal tersebut terjadi karena persepsi adalah aktivitas yang ingegrated. Jika
seseorang yang dipersepsi akan berbeda hasil persepsinya bila orang yang
dipersepsi itu memberikan pengalaman yang sebaliknya. Demikian pula dengan
aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri orang yang mempersepsi.

Begitu pula situasu sosial yang melatarbelakangi stimulus person juga akan ikut
berperan dalam hal mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial yang
melatarbelakangi berbeda, hal tersebut akan dapat membawa perbedaan hasil
persepsi seseorang. Orang yang biasa bersikap keras, namun karena situasi
sosialbya tidak memungkinkan untuk menunjukkan kekerasannya maka hal
tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam berperan sebagai stimulus person.
Keadaan tersebut akan mempengaruhi persepsinya. Karena situasi sosial yang
melatarbelakangi stimulus person memiliki peran yang sangat penting dalam
persepsi, khususnya persepsi sosial.

Sarwono (2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai persepsi


sosial yang sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi sosial yang
berbeda tentang stimulus yang ada di lingkungannya. Hal ini disebabkan antara lain
oleh pengaruh sosial budaya dari lingkungan individu, objek yang dipersepsi, motif
individu, dan kepribadian individu. Lebih jauh, sarwono (2002) menambahkan
bahwa persepsi sosial juga sangat tergantung pada komunikasi. Artinya, bagaimana
komunikasi yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya akan
mempengaruhi persepsi di antara keduanya. Komunikasi di sini menurut Sarwono
(2002) bukan hanya sebatas komunikasi verbal melainkan juga komunikasi non-
verbal yang terjadi antara keduanya, seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain
sebagainya.

Persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi sosial yaitu
pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik orang lain. Kesan
yang diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi
persepsi, yaitu:

1) Dimensi Evaluasi
Dimensi evaluasi merupakan bentuk penilaian untuk memutuskan sifat baik
buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
2) Dimensi Potensi
Dimensi potensi merupakan bentuk kualitas oran sebagai stimulus yang
diamati (kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3) Dimensi Aktivitas
Dimensi aktif merupakan sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus
yang diamati.

Berdasarkan tiga dimensi diatas, maka persepsi sosial didasarkan pada


dimensi evaluative, yaitu untuk menilai orang lain. Penilaian ini akan
menjadi suatu arah untuk penentu interaksi dengan orang selanjutnya.
Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk megerti dan
meramalkan orang lain. Maka persepsi sosial akan terungkap tiga hal
penting yang saling berkaitan, yaitu:
1) Aksi orang lain
Aksi orang lain merupakan tindakan individu yang didasarkan atas
pemahaman mengenai orang lain yang dinamis, aktif dan independen.
2) Reaksi orang lain
Reaksi orang lain mnerupakan aksi individu yang menghasilkan reaksi
dari individu, karena aksi individu dan orang lain tidak berpisah.
Pemahaman individu serta cara pendekatannya terhadap orang lain
mempengaruhi perilaku orang lain tersebut sehingga menimbulkan
reaksi.
3) Interaksi dengan orang lain
Interaksi dengan orang lain merupakan sebuah reaksi dari orang lain
yang mempengaruhi reaksi baik yang akan muncul.

2. PRINSIP-PRINSIP PERSEPSI SOSIAL

Persepsi sosial atau persepsi manusia merupakan sebuah proses menankap arti
objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dilingkungan kita. Setiap
manusia memiliki gambaran berbeda-beda mengenai realitas disekelilingnya. Ada
beberapa prinsip mengenai persepsi sosial, yaitu:

1) Persepsi berdasarkan pengalaman


Persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka
terhadap hal-hal tersebut berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu
mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian yang serupa.
2) Persepsi bersifat selektif
Setiap individu mendapat rangsangan indrawi. Atensi individu pada suatu
rangsangan merupakan faktor utama untuk menentukan selektifitas individu
atas rangsangan tersebut.
3) Persepsi bersifat dugaan
Persepsi ini terjadi karena data yang diperoleh individu mengenai objek tidak
lengkap sehingga proses persepsi yang bersifat dugaan ini memungkinkan
individu untuk menafsirkan suatu objek dengan maknayang lebih lengkap dari
sudut pandang manapun.
4) Persepsi bersifat evaluatif
Persepsi ini kebanyakan dari kita mengatakan bahwa apa yang kita persepsikan
merupakan suatu yang nyata. Namun terkadang alat-alat indra dan persepsi kita
menipu kita sehingga kita ragu seberapa dekat persepsi denga realitas
sebenarnya.
5) Persepsi bersifat kontekstual
Semua pengaruh dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh
yang paling kuat. Ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian,
konteks rangsangan sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan oleh
karenanya juga persepsi kita.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa kita terkadang melakukan
beberapa kekeliruan dalam mempersepsikan lingkungan fisik. Kondisi mampu
mempergaruhi kita terhadap suatu benda. Misalnya ketika kita mencicipi sebuah minuman,
mungkin kita akan berbeda pendapat dengan orang lain karena kita memiliki persepsi yang
berbeda-beda. Sementara persepsi terhadap sosial atau manusia menunjukkan suatu proses
mnenangkan arti objek-objek sosial dan kejadian yang kita alami dilingkungan kita. Sebab
setiap oranag memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap lingkungan sosialnya.

3. ASPEK-ASPEK PERSEPSI SOSIAL


Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen,
dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar’at, 1991) ada tiga yaitu:

1. Komponen Kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang
dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan
terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif
yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang
dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan
dengan obyek sikapnya.

4. 3 DIMENSI DAN HAL YANG BERKAITAN DENGAN PERSEPSI


Sarwono (2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai persepsi sosial
yang sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi sosial yang berbeda tentang
stimulus yang ada di lingkungannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh sosial
budaya dari lingkungan individu, objek yang dipersepsi, motif individu, dan kepribadian
individu. Lebih jauh, sarwono (2002) menambahkan bahwa persepsi sosial juga sangat
tergantung pada komunikasi. Artinya, bagaimana komunikasi yang terjadi antara satu
individu dengan individu lainnya akan mempengaruhi persepsi di antara keduanya.
Komunikasi di sini menurut Sarwono (2002) bukan hanya sebatas komunikasi verbal
melainkan juga komunikasi non-verbal yang terjadi antara keduanya, seperti gerak tubuh,
ekspresi wajah dan lain sebagainya. Selanjutnya, persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian
dari kognisi sosial yaitu pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik orang
lain. Kesan yang diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi
persepsi, yaitu:

1. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-
tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
2. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-
lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang
diamati.

Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi
evaluatif, yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk berinteraksi
dengan orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk
mengerti dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi sosial tercakup tiga hal yang
saling berkaitan, yaitu:

1. Aksi orang lain, yaitu tindakan individu yang berdasarkan pemahaman tentang
orang lain yang dinamis, aktif dan independen.
2. Reaksi orang lain, merupakan aksi individu menghasilkan reaksi dari individu,
karena aksi individu dan orang lain tidak terpisah. Pemahaman individu dan cara
pendekatannya terhadap orang lain mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga
timbul reaksi.
3. Interaksi dengan orang lain, yaitu reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi
balik yang akan muncul.

5. BIAS DALAM PERSEPSI SOSIAL


Bias artinya kondisi psikologis seseorang yang cenderung tidak obyektif dalam
mempersepsikan sesuatu. Menurut Oxford Dictionary, bias diarti prasangka yang mendukung
atau menentang satu hal, orang, atau kelompok dibandingkan dengan yang lain, biasanya
dengan metode yang dianggap tidak adil. Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi
sosial, antara lain yaitu:
1. Hallo Effect

Hallo Effect merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten. Hallo
effect ini secara umum terjadi karena individu hanya mendasarkan persepsinya hanya pada
kesan fisik atau karakteristik lain yang bisa diamati.

2. Forked Tail Effect (Negative Hallo)


Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya
berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk.

6. INFERENSI PERSEPSI SOSIAL

Inferensi sosial berarti usaha untuk mengerti apa yang kita pelajari tentang orang atau
orang-orang lain. Kita mendengar nama-nama atau gambaran tentang seseorang sebelum kita
berjumpa dengan mereka langsung. Dengan kata lain inferensi sosial berarti apa yang kita
pelajari tentang orang atau orang-orang lain. Prosesnya dimulai dari mengumpulkan data
sosial, yaitu:

1) Informasi sosial

2) Penampilan fisik

3) Isyarat-isyarat nonverbal

4) Tindakan-tindakan orang lain

Semua itu membentuk data sosial yang terintegrasi dan terkumpul untuk membentuk kesan
mengenai orang lain.

1) Informasi sosial

Menurut pandangan Psikologi Kognitif, manusia adalah makhluk pengolah informasi


(information processors). Informasi itu dibutuhkan sebagai suatu cara manusia bertahan hidup
sebagai makhluk sosial. Manusia akan berusaha untuk mencari informasi terbaru tentang orang
yang ada di sekitarnya. Informasi sosial ini ada beberapa bentuk, yaitu:

a. Trait (sifat, pembawaan)

Sifat yang dimiliki seseorang cenderung stabil dan mengacu pada pribadinya. Sifat ini
dapat menjelaskan cara dan bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi tertentu. Trait
ini merupakan suatu generalisasi tentang sikap seseorang. Mengenai nilai kebenaran yang
ada didalamnya tentu tidak mutlak sepenuhnya. Bisa saja orang berperilaku berbeda saat
menghadapi situasi dan keadaan yang berbeda pula.

b. Nama

Shakespeare bertanya: “What is a name?” terhadap pertanyaan ini kita dapat menjawab
bahwa nama sangat berarti. Setiap manusia memiliki nama yang membedakan dirinya
dengan orang lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa nama yang
memiliki daya tarik dan lebih mudah diingat daripada yang lain. Tentunya hal ini sifatnya
relatif dan tergantung dari budaya dan kebiasaan tertentu. Sebuah studi menunjukkan
bahwa nama memiliki asosiasi dengan sejumlah kualitas seperti kecerdasan, daya tarik,
kekuatan, dan feminitas. Contoh: Habibi  diidentikkan dengan kecerdasan Herkules 
diasosiasikan dengan kekuatan

c. Stereotype

Merupakan suatu generalisasi tentang kelompok tertentu yang dianggap sebagai suatu
kebenaran. Misalnya: Suku Batak dianggap memiliki sifat dan karakteristik keras, selalu
terburuburu dan tidak sabar. Hal ini dianggap sebagai suatu kebenaran meskipun nilai
kebenarannya masih diragukan. Stereotype memiliki dua efek, yaitu:

(1) Simplikasi dan Social Judgement


mempermudah kita dalam berfikir tentang kelompok tertentu dan melakukan
penilaian sosial secara cepat. Contohnya: anak perempuan bisa menjahit.
(2) Oversimplikasi dan Prejudice
Membuat generalisasi secara negatif berdasarkan pengetahuan yang terbatas dan
melakukan penilaian yang tidak benar atau prasangka Contohnya: Anak muda tidak
berbudaya.

2) Penampilan Fisik

Pernyataan “Jangan menilai orang berdasarkan penampilan” atau “don’t judge a book
by its cover” akan menjadi sumber penilaian dalam mempelajari seseorang.

Tidak bisa dihindari penampilan fisik merupakan hal yang pertama kali diperhatikan saat kita
bertemu dan bertatap muka dengan seseorang. Dari penampilan fisik seseorang kita bisa
memperoleh data-data sosial yang penting tentang dirinya.

Contoh: Seorang laki-laki berpakaian rapi, berkemeja licin, berdasi lengkap dengan setelan jas,
memakai sepatu kulit dengan potongan rambut rapi sambil membawa laptop pouch dan
menggunakan smartphone terbaru. Anda akan mendapatkan data-data sosial tentang laki-laki
tersebut, mulai dari pekerjaannya, pendidikan, usia, status, tingkat pendidikan dan lainnya.

3) Petunjuk Nonverbal

Ada beberapa petunjuk nonverbal yang menjadi sumber inferensi sosial, yaitu:

a) Ekspresi wajah
Petunjuk wajah merupakan sumber persepsi yang dapat diandalkan. Ekspresi wajah
menampilkan suasana hati dan emosi seseorang yang tentunya amat berpengaruh saat
interaksi.

b) Kontak mata

Kontak mata menunjukkan seberapa intim kita dengan lawan bicara. Saat berinteraksi dengan
orang yang tidak kita kenal biasanya kita akan menghindari kontak mata yang terlalu sering
dengan mereka. Bentuk dan cara seseorang menggunakan mata bisa menunjukkan ekspresi
dan perhatian tertentu.

c) Gesture
Gerakan tubuh (gesture) dianggap penting dalam proses komunikasi karena gerakan tubuh
sangat susah dikontrol secara sadar oleh orang.

d) Suara
Suara yang dikeluarkan bisa memberikan pengaruh yang besar dalam menunjukkan emosi
dan perasaan. Cara kita menggunakan bahasa yang tertulis maupun yang terucap disebut
dengan paralanguage. Dari suara, paralanguage bisa terlihat dari tinggi rendah suara
(volume), logat, intonasi, kualitas suara, dan kecepatan berbicara.

4) Tindakan

Dalam membentuk persepsi interpersonal, manusia sering kali memfokuskan atau


memberi perhatian pada bagaimana cara seseorang bertindak terhadap orang lain. Ia akan
mencoba mengerti dan memahami alasan atau penyebab mengapa orang lain melakukan suatu
tindakan. Proses seseorang mencari alasan atau penyebab tindakan disebut sebagai atribusi.

7. PERBEDAAN PERSEPSI BENDA DAN PERSEPSI SOSIAL

Jalaludin Rahmat (2003) mengemukakan ada empat perbedaan antara persepsi benda
(objek) dan persepsi tentang orang atau sosial yang biasa disebut dengan persepsi interpersonal.

1. Pada persepsi objek/benda, stimuli ditangkap oleh pancaindra melalui benda-benda fisik:
gelombang, cahaya, suara, dan temperatur. Sedangkan persepsi tentang orang, stimuli yang
didapat berasal dari lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga. Pihak
ketiga (berita TV, Majalah atau media sosial) ini dapat mengurangi kecermatan persepsi kita,
sebelum kita benar-benar berjumpa dengan orang, yang kemudian mempengaruhi persepsi kita.
2. Persepsi tentang orang jauh lebih sulit daripada persepsi objek. Pada persepsi objek, kita
hanya menanggapi sifat-sifat luar objek. Namun, pada persepsi tentang orang, kita mencoba
memahami apa yang tidak ditangkap oleh alat indra kita. Kita mencoba memahami bukan saja
perilaku seseorang, tetapi juga motif atau mengapa orang berperilaku. Ini yang mendasari kita
perlu mempelajari atribusi.

3. Saat melakukan persepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita. Kita tidak memberikan
reaksi emosional terhadap objek. Namun, ketika melakukan persepsi terhadap orang lain,
berbagai faktor terlibat seperti faktor-faktor personal kita, karakterisktik orang lain yang
dipersepsi maupun hubungan antara kita dengan orang tersebut.

4. Objek relatif tetap, tetapi orang cenderung berubah-ubah. Ruang kuliah yang diamati
mahasiswa relatif sama dari waktu ke waktu, tetapi manusia yang diamati selalu berubah. Ada
kemungkinan orang yang dipersepsi kemarin sedang gembira, tetapi hari ini ia sedang sedih.
DAFTAR PUSTAKA

Pramita, V. Persepsi Sosial. Diakses pada 17 Oktober 2022 di


https://www.academia.edu/11873784/PERSEPSI_SOSIAL

Pertemuan 5 Persepsi. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2022 di


https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/240410/Psikologi-Komunikasi-5.pdf

Bab II Landasan Teori. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2022 di http://etheses.uin-


malang.ac.id/1838/5/09410034_Bab_2.pdf

Bab II Landasan Teori. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2022 di


http://eprints.radenfatah.ac.id/4135/3/BAB%20II.pdf

Bab II Tinjauan Pustaka, Diakses pada tanggal 17 Oktober 2022 di

https://eprints.umm.ac.id/35211/3/jiptummpp-gdl-dhanyprase-48974-3-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai