Anda di halaman 1dari 27

SENSASI

Sensasi berasal dari kata "sense" yang artinya alat penginderaan yang menghubungkan organisme
dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang
tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan
dengan kegiatan alat indera. Sensasi merupakan proses merasakan lingkungan sekitar kita melalui
sentuhan, rasa, pandangan, suara, dan penciuman. Kapabilitas sensorik dipengaruhi oleh berbagai
faktor genetik. Sensasi juga merupakan proses pendeteksi hadirnya stimuli sederhana/perasaan/kesan
yang timbul akibat sebagai perangsang reseptor.

Definisi sensasi sebagai fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting.
Kita mengenal lima alat indera atau pandaindera. Kita mengelompokkannya pada 3 macam indera
penerima sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari luar(eksternal) atau
dari dalam diri(internal). Informasi dari luar indera oleh eksteroseptor (misalnya telinga atau mata).
Informasi dari dalam indera oleh ineroseptor (misalnya system peredaran darah)

Faktor-faktor yang mempengaruhi sensasi

1. Faktor Eksternal

Kuat lemahnya stimulus distraksi dari lingkungan, jarak stimulus terhadap alat indera dan durasi
stimulus. Stimulus yang berasal dari luar apakah sangat signifikan untuk diterima oleh syaraf dan otak.
Misalnya alat pendengaran, jika kita mendengar sesuatu yang suaranya agak jauh apakah kita masih bisa
mendengarkannya dengan jelas atau samar-samar. dan misalnya alat pengelihatan, jika kita melihat
seseorang yang cantik/ganteng yang sedang berjalan dikerumunan orang banyak apakah kita bisa
melihatnya secara jelas atau tidak. Dan inilah yang merupakan faktor luar yang dapat mempengaruhi
sensasi yang di inderai.
2. Faktor Internal

Kondisi alat indera, apakah alat indera itu masih berfungsi dengan baik atau tidak dalam menerima
stimulus atau rangsangan. Lalu kondisi syaraf dan otak apakah masih berfungsi secara aktif untuk
menerima stimulus yang datangnya dari luar serta dapat diolah secara baik sehingga mendapatkan
respon yang baik. Faktor internal lebih kepada kefungsian alat indera kita sendiri. Jika alat indera kita
masih baik maka dalam menerima rangsangan akan lebih efektif lagi, dan tidak timbul keraguan
sehingga dapat sinkron dengan alat pengolahan yaitu syarat dan otak.

KONSEP DASAR SENSASI

Sensasi memiliki 3 konsep dasar, yaitu : Stimuli, tranduksi dan ambang

- Stimuli (rangsang) merupakan setiap aspek dari luar yang secara langsung berpengaruh [ada
perilaku/kesadaran manusia

- Tranduksi (tranduction) merupakan proses perubahan suatu bentuk energi kedalam bentuk energi
yang lain

- Ambang adalah batas minimal rangsang agar pengalaman sensoris bisa terjadi. Ambang terbagi
menjadi 2, yaitu :

1. Absolute Threshold (ambang batas absolute)


Ambang batas absolute adalah tingkat terdeteksi terkecil dari stimulus. Setiap sistem sensoris harus
dapat mendeteksi tingkat energi yang berbeda. Energi ini dapat bebrbentuk rangsangan cahaya, suara,
kimia atau mekanis. Jika energi sebuah rangsangan berada dibawah ambang batas absolute ini kita tidak
dapat mendeteksi rangsangan tersebut (Glasberg dan Moore, 2006)

2. Difference Threshold (ambang batas perbedaan)

Ambang batas perbedaan adalah perbedaan pada rangsangan yang diperlukan untuk membedakan satu
rangsangan dengan rangsangan yang lain. Ambang batas perbedaan ini juga disebut sebagai "just
noticeable difference" atau perbedaan yang dapat dilihat. Sebagai contoh, ketika musik dimainkan
dengan pelan, anda akan dapat menyadari ketika teman anda menaikkan volumenya bahkan pada
jumlah yang kecil. Akan tetapi pada saat ia menaikkan volume dengan jumlah yang sama ketika musik
dimainkan dengan keras, anda mungkin tidak akan menyadarinya. Itu merupakan ambang perbedaan.
Pada ambang batas perbedaan ini kita juga mengenal sebuah hukum yaitu Hukum Weber (weber law).

Macam-macam Sensasi

1. Sensasi Penglihatan

Alat penginderaannya yaitu mata, dengan melalui penglihatan individu bisa melihat keindahan atau
kejelekan dilingkungannya

2. Sensasi Pendengaran
Sensasi auditori didapatkan dari indera pendengar yaitu telinga. Pendengaran adalah kemampuan
untuk mengenali suara pada manusia dan binatang bertulang belakang.

3. Sensasi Peraba

Alat penginderaannya yaitu kulit, dengan alat perabaan inilah kita bisa merasakan permukaan benda
yang halus atau yang kasar, basah maupun kering

4. Sensasi Pengecap

Alat penginderaannya yaitu lidah. Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indera pengecap yang
terdapat kemoreseptor (bagian yang berfungsi untuk menangkap rangsangan kimia yang larut pada air)
untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan rasa manis

5. Sensasi Penciuman

Alat penginderaannta yaitu hidung. Dengan alat penciuman itu kita dapat membedakan mana yang
wangi dan mana yang bau.

Syarat-syarat Sensasi

Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus objek menimbulkan stimulus yang mengenai indera
(reseptor) sehingga terjadi sensasi. Untuk bisa diterima oleh indera diperlukan kekuatan stimulus yang
disebut sebagai ambang mutlak (absolute threshold)
Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris) yang baik sebagai penerus
kepada pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon.

Pengalaman dan lingkungan budaya pengalaman dan budaya mempengaruhi kapasitas alat indera yang
mempengaruhi sensasi.

PERSEPSI

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang
diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara
individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu,
diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diindera. Dengan kata alain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi
kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang
diterimanya, apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan
ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Gibson, dkk (1989) dalam buku organisasi dan manajemen perilaku, struktur memberikan definisi
persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami
dunia sekitarnya (terhadap obyek)

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu Faktor Internal dan
Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal

Yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mencakup
beberapa hal antara lain :
1. Fisiologis informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan
mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya.

2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek

3. Minat. Persepsi terhadap terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan
kecenderungan seseorang seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat
dikatakan sebagai minat.

4. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh
mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau

2. Faktor Eksternal

Yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat
didalamnya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya
hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami

2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

3. Keunikan dan kekintrasan stimulus. Stimulus luar yang penampialnnya dengan latar belakang dan
sekelilingnya yang sama sekali diluar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4. Intesitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila sering
diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuaran dari stimulus merupakan daya
dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

Jenis-jenis Persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsangan atau stimulus diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi
terbagi menajdi beberapa jenis, yaitu :

1. Persepsi Visual

Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal
berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.

2. Persepsi Auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pedengaran yaitu telinga.

3. Persepsi Perabaan

Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.

4. Persepsi Penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.

5. Persepsi Pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

Kasus

Berikut ini adalah contoh kasus yang saya ambil dari http://erabaru.net/top-news/37-news2/30379--
jatuhnya-sukhoi-human-error-kegagalan-teknis-atau-faktor-cuaca- dan telah saya persingkat. Media
massa di Rusia ramai membicarakan mengenai jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet100 pada Rabu 9 Mei
2012 lalu. Media Rusia mengambil tema dengan menulis apakah kejatuhan Sukhoi disebabkan oleh
human error, kesalaham teknis bahkan diakibatkan oleh faktor cuaca. Dalam laporannya disebutkan
bahwa para ahli percaya human error dan kerusakan teknis bisa jadi penyebab utama dibalik kecelakaan
pesawat Superjet 100 Rusia di Indonesia. Meskipun bangkai pesawat telah ditemukan, tetapi
kesimpulan resmi belum diambil terkait penyebab kecelakaan pesawat yang menewaskan 45 orang ini.
Dari berbagai persepsi itulah kasus ini masih simpang siur
Analisis

Saat itu fenomena jatuhnya pesawat Sukhoi superjet100 memang sedang ramai dibicarakan, banyak
sekali kemungkinan yang terjadi sehingga mengakibatkan pesawat tersebut jatuh. Dalam kasus tersebut
dapat kita lihat banyaknya berbagai macam pandangan yang berbeda mengenai sebab dari jatuhnya
pesawat Sukhoi tersebut seperti human error, kesalahan teknis dan faktor cuaca. Pilot dari Indonesia
berpendapat bahwa ia sangat percaya bahwa jatuhnya pesawat Sukhoi superjet100 ini karena human
error. Namun ada pihak lain yang mempunyai pandangan bahwa faktor cuaca yang buruk saat itu dapat
menyebabkan kecelakaan pesawat itu terjadi. Sekain itu kesalahan teknis pun juga dianggap sebagai
alasan mengapa kecelakaan peswat itu terjadi.

Dari fenomena jatuhnya peswat Sukhoi tersebut terdapat berbagai macam pandangan yang berbeda
mengenai sebab dari kecelakaan tersebut. Fenomena jatuhnya pesawat Sukhoi superjet100 ini
menunjukan bahwa setiap orang memounyai pandangan dan interpretasi yang berbeda-beda dalam
memandang sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/

"Absolute Threshold." (2001).(2001). Gale Encyclopedia of Psychology. Gale Encyclopedia of Psychology.


Found at http://www.encylopedia.com/doc/1G2-3406000012.html

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

http://erabaru.net/top-news/37-news2/30379--jatuhnya-sukhoi-human-error-kegagalan-teknis-atau-
faktor-cuaca-

www.dunia.psikologi.com/sensasi-persepsi

Teori Persepsi

Persepsi merupakan isu sentral dalam epistemologi (cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-
batas pengetahuan), teori pengetahuan. Pada "akar semua pengetahuan empiris" didasarkan pada
bagaimana kita melihat, mendengar, menyentuh, membau dan merasakan dunia di sekitar kita (O'Brien,
Daniel ,2014).

Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah peristiwa menyusun, mengenali, dan menafsirkan
informasi sensoris guna sehingga dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan.
Hal ini juga sudah lama dikemukakan oleh para filsuf, misalnya Kant berpendapat bahwa dalam melihat
fakta, kejadian atau peristiwa manusia melahirkan ide-ide dan konsep tertentu yang diutarakan dalam
label–label bahasa. Immanuel Kant (1724-1804), seorang filsuf Jerman, berpendapat bahwa ide-ide itu
harus dikoordinasi, kalau tidak akan menimbulkan kekacauan. Oleh karena itu, ada beberapa tahap
pengorganisasian idea, yaitu sensasi, persepsi, konsepsi, ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1) Sensasi merupakan stimulus (rangsang) yang tidak ditertibkan.

2) Persepsi adalah sensasi yang telah diatur.

3) Konsepsi adalah persepsi yang telah dikategorisasikan.

4) Science adalah pengetahuan yang telah diorganisasi.

5) Kebijaksanaan adalah organisasi hidup manusia.

Sensasi yang dimaksud oleh Immanuel Kant adalah semua rangsang yang diterima oleh manusia melalui
panca indra. Umumnya sensasi itu dianggap belum tertib, belum terpola pada suatu pengertian. Kita
menerima sensasi-sensasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya, semuanya itu
disebut persepsi.

Kajian batas persepsi itu sangat luas, contoh-contoh di bawah ini hanya sebagian kecil dari kajian batas
persepsi itu. Menurut penulis kajian persepsi dapat meliputi tiga wilayah besar kajian yaitu wilayah
kajian (1) peristiwa fisiologis, (2) peristiwa persepsi sosial dan budaya dan pembelajaran, (3) wilayah
kajian peristiwa pengamatan kepada produk kreatif manusia seperti persepsi karya seni dan desain
dengan detail-detailnya.

Persepsi sebagai Peristiwa fisiologis. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan
hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra, misalnya penglihatan yang merupakan cahaya
yang mengenai retina pada mata, pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan
pendengaran yang melibatkan gelombang suara. Persepsi bergantung pada fungsi kompleks sistem
saraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaran. Kajian ini tidak di bahas secara spesifik
dalam tulisan singkat ini.

Persepsi sebagai peristiwa sosial, budaya, komunikasi dan pembelajaran. Persepsi bukanlah hanya
penerimaan isyarat secara pasif, tetapi dibentuk oleh komunikasi antar manusia, pembelajaran, ingatan,
harapan, dan perhatian yang berlangsung dalam konteks sosial dan budaya.Kajian ini juga tidak di bahas
secara spesifik dalam tulisan singkat ini.

Persepsi terhadap karya manusia. Persepsi khusus dapat terlihat bagaimana manusia mempersepsikan
atau menginterpretasikan artefak seperti bangunan, gedung (skala lingkungan luar), lingkungan dalam
(interior) dan objek-objek seperti karya seni dan desain. Kajian ini sedikit dikembangkan dalam tulisan ini
berikut contoh-contohnya.
Pengertian Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris
mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins, Stephen P.,2007,174-184) Perilaku
individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu
sendiri (Kelley,H ,1972, p.7-10) Stimulus diperoleh dari proses penginderaan dunia luar atau dunia nyata,
misalnya tentang objek-objek, peristiwa, hubungan-hubungan antar gejala, dan stimuli ini diproses otak
yang akhirnya disebut kognisi. Kemampuan manusia untuk membedakan, mengelompokkan kemudian,
memfokuskan pikiran kepada suatu hal dan untuk menginterpretasikannya disebut persepsi.
Pembentukan persepi berlangsung ketika seseorang menerima stimulus dari lingkungannya. Dan
stimulus itu diterima melalui panca indra dan diolah melalui proses berpikir oleh otak, untuk kemudian
membentuk suatu pemahaman (Sarwoto, Sarlito, W., 2012)

Dalam kehidupan sehari-hari yang memegang peran penting pembentukan persepsi adalah indra mata
dan telinga dan kadang juga indra kulit untuk merasakan tekstur suatu bentuk. Telinga sama pentingnya
dengan mata, melalui indra telinga kita mendengar sesuatu kemudian merespon melalui persepsi.
Respon tiap individu, erat dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya.

Dengan mendengar kita dapat merasakan suasana. Dengan memejamkan mata kita dapat merasakan
dan mengenal apa yang ada di sekitar kita, seperti suara air mengalir, berada di jalan raya, atau di
pinggir pantai yang berkaitan dengan realitas dan alami. Bukti bahwa telinga berpengaruh dalam
persepsi manusia dapat dilihat dalam hipnotis atau hipnoterapi. Seseorang dapat di ajak untuk
merespon sesuatu hanya dengan mendengar sekaligus dapat diperintah untuk melakukan sesuatu. Mata
sering disebut “jendela hati”, melalui mata manusia melihat sesuatu di dunia nyata maupun di dunia
media komunikasi massa (Koran, TV dsb). Maka secara spontan biasanya terbentuk persepsi, banyak hal
yang dipelajari melalui “sensasi dan persepsi” visual yang kemudian diterapkan untuk kepentingan
desain.

Batas Persepsi: Treshold (Ambang Batas Penerimaan Sensasi)

1. Ambang Batas Absolut


Ambang batas absolute adalah tingkat terendah terdeteksinya stimulus. Setiap sistem sensoris harus
dapat mendeteksi tingkat energi yang berbeda. Energi ini dapat berbentuk rangsangan cahaya, suara,
kimia atau mekanis.

Seberapa banyak rangsangan yang di butuhkan agar dapat melihat, mendengar, mengecap, mencium
atau meraba sesuatu? Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan menganggap
adanya sebuah ambang batas absolut (absolute threshold), atau jumlah energi rangsangan minimum
yang dapat dideteksi seseorang. Jika energi sebuah rangsangan berada di bawah ambang batas absolut
ini kita tidak dapat mendeteksi rangsangan tersebut (Glasberg dan Moore, 2006).

Gambar 1.Pemasangan iklan di jalan raya kadang-kadang tidak memperhatikan aspek ambang batas
penerimaan sensasi (treshold).

Misalnya, ambilah sebuah jam yang berdetak; letakkan di atas meja dan berjalanlah menjauh sampai
anda tidak dapat mendengarnya kembali. Setelah itu dekati kembali sampai anda mendengar detak jam
itu lagi. Tahan posisi anda dan perhatikan bahwa kadang-kadang detak jam ini menghilang dan anda
harus mendekat untuk mencapai ambangnya; pada kesempatan lain mungkin saja detaknya terdengar
keras dan anda dapat mundur menjauh. Ambang batas absolute dapat juga diartikan tingkat terendah di
mana seseorang dapat mengalami sensasi. Contoh: Jarak terjauh dimana seorang pengendara sepeda
motor masih dapat melihat billboard di jalan raya. Atau kecepatan terendah dari pengendara sepeda
motor agar dapat menangkap pesan bilboard dan maknanya.

Orang yang liwat di jalan raya hanya sekilas dapat mengamati iklan ini, hal ini berbeda dengan desainer
yang bisa berjam-jam bahkan berhari-hari mengamati desain iklan ini di studionya, apa yang terjadi pada
penerima stimuli di jalan sesuai dengan konsepi JND dan atau absolute threshold? Desainer harus
memperhitungkan jarak, dan besar huruf serta gambar agar dapat dipersepsi walaupun hanya sekilas
terlihat oleh pengendara (mobil, motor dsb) saat berjalan di jalan raya. Persepsi apa yang terbentuk
dalam penglihatan seperti ini ? Tentu saja hanya persepsi bentuk, dan bisa juga penafsiran lain jika di
lihat lama.
Gambar 2 Teori Pengamatan batas pengamatan melihat cermin di dinding (penglihatan vertikal).
Goldsmith (1964)

2. Pengamatan Objek dalam Ruang

Kasus Pemasangan Cermin

Praktik pembuatan sistem tanda yang profesional selalu memperhitungkan akibat dari objek yang
diamati, kajian ini tidak terlepas dari masalah psikologi persepsi agar objek yang dibuat dapat diamati
dengan jelas. Menurut Nasbahry (2010: 45) Pemahaman bagaimana orang merasa dan bereaksi
terhadap berbagai aspek ruang dalam lingkungan adalah hal yang essensial bagi seniman, arsitek, dan
para desainer, termasuk juga untuk desainer grafis lingkungan (environmental graphics)

Goldsmith (1984) menetapkan bahwa untuk orang normal berdiri, ujung atas cermin dinding tidak boleh
lebih rendah dari 180 cm di atas lantai, sementara ujung bawah tidak boleh lebih tinggi dari 130 cm
(Goldsmith. S.1984).

Kasus Pemasangan Display, lukisan, Gambar di dinding

Pemasangan display grafis pada toko (retail), lukisan di dinding, pemasangan display pameran selalu
memperhitungkan jarak pandang, ketinggian dan penyinaran dalam ruang, termasuk pemasangan
poster, signage, Sign System, dan way finding, selalu memperhitungkan besar huruf, jenis huruf,
sehingga jelas dibaca oleh pengamat. Dalam memandang, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan
yang disebabkan oleh adanya keterbatasan rentang gerakan kepala. Secara antropometrik gerakan ini
disebut sebagai rotasi leher dengan memiliki rentang yang dapat diupayakan sebesar 45 derajat ke arah
kiri atau kanan secara horizontal tanpa menimbulkan ketegangan atau ketidaknyamanan bagi sebagian
besar orang.

Gambar 3. Batas Pengamatan objek gambar di dinding, dengan batasan ini dapat dirancang poster, peta
atau pamflet yang lebih baik.
Rentang gerak kepala dalam bidang vertikal (sagital) dapat dilakukan mulai dari rentang 0 derajat sampai
30 derajat tanpa menimbulkan perasaan tidak nyaman (Panero dan Zelnik, 2003). Sudut pandang
nyaman memandang ke atas pada kisaran 27 derajat, sudut pandang vertikal pada kisaran 10 derajat,
dan sudut pandang nyaman horizontal pada kisaran 45 derajat. Ada daerah visual bidang horizontal
dikenal dengan istilah penglihatan binocular yang besar sudutnya 60 derajat pada setiap arah. Di dalam
bidang ini bayangan tajam ditransmisikan ke otak sehingga muncul persepsi yang dalam, serta
dimungkinkan pengenalan perbedaan warna.

Jarak dan sudut pandang yang nyaman

Dalam dunia nyata mata selalu digunakan untuk melihat semua bentuk tiga dimensi. Mata dipaksa
untuk dapat melihat objek yang sebenarnya objek dua dimensi, dan kadang harus dilihat sebagai objek
tiga dimensi dengan teknik-teknik tertentu (Dowton dan Leedhan, 1992). Penglihatan mata manusia
dipakai untuk menghasilkan persepsi yang terorganisir oleh (1) gerak manusia, (2) ukuran, bentuk,
tekstur, dan warna benda dan (3) jarak antara penerima stimuli dan objek pengamatan. Jarak penerima
stimuli dengan objek, di antara 0,50 meter – 0,70 meter, tetapi jarak pengamatan ini tergantung pada
besar kecilnya lukisan. Jarak nyaman antar penerima stimuli dan lukisan di dinding adalah sekitar 0,75
m. Sudut pandang pengamatan terhadap kata-kata dan simbol yang dipajang di dinding (misalnya
poster, plakat) adalah 10 0 sampai 200 dari garis pandang untuk font, dan 50 derajat sampai 300 derajat
dari garis pandang bagi simbol-simbol. Di bawah dari batas-batas tersebut, baik kata-kata ataupun
simbol-simbol cendrung untuk tidak jelas dilihat, yaitu pada sudut antara 30 derajat – 60 derajat dari
garis pandang (Panero dan Zelnik, 2003).

Kasus pengamatan pada benda: Komputer, handphone, kemasan produk tertentu

Grafis untuk benda-benda kecil seperti huruf pada layar komputer, handphone, smart phone, label
kemasan obat dan sebagainya, juga memperhitungkan agar huruf yang tertera dapat dibaca karena
keterbatasan dan kekeliruan persepsi. Banyak kasus terjadi hurufnya sangat kecil, sehingga bisa saja
berkesan penipuan pada konsumen, karena tidak bisa dibaca.
Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-
00ttWehz_0A/VHX5_re9DEI/AAAAAAAAAE4/xM1ldpr_mP0/s1600/alfafishfix.jpg

3. Pengamatan Objek Luar Ruang

Way Finding, untuk penunjuk arah

Sumber: http://www.dallasdigitalsigns.com/uploads/1/4/7/4/14748336/1752076_orig.jpg

Teori pengamatan menjelaskan batas-batas pengamatan manusia terhadap sebuah objek. Misalnya
sewaktu memajang cermin, atau memajang gambar di dinding, maka akan diperoleh pengamatan yang
paling baik terhadap objek yang dilihat.

Menurut Yoshinobu Ashihara (1978) antara objek yang diamati dengan manusia pengamatnya harus
terdapat keseimbangan. Pada dasarnya hal ini dapat terjadi karena hubungan antara sebuah objek dan
manusia yang melihatnya. Hubungan itu mulanya ditentukan oleh penglihatan

Teori skala dapat dibedakan menjadi dua yaitu skala manusia dan skala monumental. Skala manusia
yaitu yaitu perbandingan antara objek yang dengan diamati dengan dimensi tubuh manusia.

Skala monumental, menurut Rustam Hakim (1987) adalah suatu skala bentuk dan ruang yang besar
sehingga manusia akan merasakan lebih kecil dari objek yang di amati. Perasaan spiritual manusia akan
terangkat oleh adanya pengaruh nilai monumental, yaitu perasaan besarnya objek dan begitu kecilnya
manusia terhadap objek disamping besar sudut pandang manusia terhadap objek yang ada. Dengan
demikian, dalam hal ini harus diperhitungkan perbandingan tinggi dan jarak benda itu terhadap
manusia yang mengamatinya.

Besarnya sudut pandang manusia normal, menurut Julius Panero dan Martin Jelnik (1979) jika melihat
lurus ke depan, dengan pandangan vertikal di atas bidang pandangan horizontal adalah 25º. Jika
melihat dalam posisi duduk, maka sudut pandang vertikal di bawah pandang horizontal adalah 15º,
Dengan demikian, keseluruhan sudut pandang vertikal adalah 40º. Sedangkan sudut pandang mata
manusia jika melihat ke depan dengan pandangan horizontal adalah sudut 60º

Gambar 4. Maksimum lapangan penglihatan manusia di luar ruang 600, Pejalan kaki sudut pandang
efektif 400, pengendara mobil antara 180 - 270, dari batas pandang atau horizon, pandang ke bawah
horison 200, Dengan standar ini dapat dirancang berapa tinggi maksimum patung di taman, atau tinggi
safety sign di jalan raya, grafis lingkungan yang ingin memberikan kesan monumental dan seterusnya.
Sumber, Neufert.

Gambar 5.D/H = 2, objek berpengaruh pada pengamat, D/H = 2 adalah batas maksimum pengaruh
objek, dapat melihat benda sebagai komposisi

Jarak pandang seseorang terhadap sebuah objek (misalnya furniture street) akan menentukan
kemampuan seseorang untuk melihat objek furniture street secara sempurna. Diantaranya, dalam
melihat detail makin dekat detail semakin kelihatan, tetapi objek secara keseluruhan akan menjadi
kurang jelas. Pada jarak tertentu peranannya akan hilang sebagai pengamat, semakin jauh akan timbul
jarak pemisah antara orang dengan objek yang diamatinya.

Gambar 6. Signage + Desain Informasi, Perancangan sebuah grafis lingkungan yang tidak
memperhitungkan kemampuan pengamatan, Jarak (D= distansi) lebih besar 3 x h (hight)/tinggi maka
objek sekeliling kelihatan, tetapi detail huruf tidak terbaca lagi, kecuali huruf di perbesar atau didekati.
Oleh karena tidak ada peraturan kota yang mengatur penempatan desain informasi hanya boleh dalam
gedung maka terjadi hal seperti ini (merusak lingkungan). Sumber: Penulis
Gambar 7. Pemasangan sistem tanda yang sudah tepat untuk pejalan kaki, tetapi warna latar yang
hitam, huruf putih dan huruf sansserif yang dipakai tidak cocok dengan karakter bangunan yang
dibelakangnya.

Gambar. 8. Signage: Desain yang kurang nyaman dari gerbang UNP dari segi persepsi, desain huruf tidak
harmonis dengan desain gerbang, sebab desain gerbang sifatnya dekoratif, font yang harmonis dan
cocok untuk desain ini adalah jenis serif, bukan sanserif. Material huruf mengkilat menyakitkan mata,
jarak terlalu pendek dari jalan raya, bukan untuk pengendara, dan bukan pula sepenuhnya untuk pejalan
kaki. Keputusan desain yang mungkin hanya memenuhi keinginan selera pemilik desain, tetapi tidak
paham teori persepsi dan mengerti desain.

Gambar 9. Persepsi subliminal yang tidak disengaja, sebagai pengaruh efek invariants dalam persepsi.
Satu lagi desain yang kurang nyaman karena hanya mempertimbangkan semiotika, baik untuk desain
keseluruhan dan detail yang mencomot saja unsur-unsur semiotika tradisional. Dari segi persepsi bisa
saja terlihat sebagai mulut yang tertawa/ terbuka dengan 7 gigi yang runcing. Kesan monumentalnya
hanya muncul dari struktur beton, unsur lainnya tidak mendukung kesan monumental, dan tidak juga
untuk mendukung konsep kesakralan (Mesjid Raya Padang).

4. Persepsi Ambang Diferensial (JND)

Gambar 10. Perubahan desain logo Pepsi Cola dengan memanfaatkan JND.

Sumber http://jugookushal.wordpress.com/author/harshill12/

JND sering juga disebut “Perbedaan terkecil dapat ditangkap antara dua stimuli” yaitu: Perbedaan
minimal yang dapat dirasakan antara dua macam stimuli yang hampir serupa. Ambang diferensial sering
disingkat dengan J. N. D (just noticeable difference) Contoh: Pepsi Cola mendesain ulang berkali-kali
label kaleng merahnya yang awalnya berbentuk tanda tangan ke bentuk baru agar kelihatan tetap segar
dan baru. Persoalan desain: bagaimana desain lama tetap serupa dengan yang lama, tetapi penerima
stimuli melihat seakan ada yang baru pada produk itu.

Contoh di bawah adalah bagaimana JND dimanfaatkan untuk desain sebuah Web.

Gambar 11 Foto untuk web, (Leggett, David, 2009)

Pada gambar 11 Di sebelah kiri adalah kualitas gambar maksimum menggunakan Adobe Photoshop
yang disimpan dengan (74,9 KB). Di tengah adalah gambar yang sama disimpan di High Quality,
meskipun ada sedikit perbedaan terlihat sekilas, ukuran file berkurang menjadi 19,6 KB!, karena
dikompresi dan disimpan dengan png (8-bit). Di sebelah kanan kanan adalah gambar yang sama
disimpan pada kualitas rendah, tetapi dengan artefak sangat nyata (6.29 KB) yang disimpan dengan gift.
Ledgett, D. 2009, menganjurkan Anda untuk menggunakan file gift, untuk situs Web, yang anda kelola,
alasannya adalah sebagai berikut:

Untuk desain Web, sangat penting untuk meminimalkan waktu loading dengan beban halaman yang
lebih ringan, sebab halaman yang berat loading nya akan sangat lambat. Dengan menampilkan gambar
yang lebih ringan penggunaannya akan lebih cepat.

Tidak ada perbedaan yang nyata (JND), pada ketiga gambar ini walaupun disimpan dengan cara yang
berbeda-beda (.jpg, png-8 bit dan .gift) hasil simpanan ini adalah 74,0 kb dengan jpg, dapat dikompresi
menjadi 19.29 kb dengan ekstension .png; dan dapat pula dikompresi dengan ektension .gif dengan
beban 6.29 kb.

Menurut Ledget, mengompresi satu gambar bisa mengurangi sedikit beban pada keseluruhan ukuran
halaman, caranya adalah dengan mengelola secara umum dengan mengoptimalkan gambar-gambar
pada situs web Anda, yang akan menyebabkan bandwidth menjadi lebih kecil. Dengan menggunakan file
yang lebih kecil, Anda dapat membuat loading halaman lebih cepat, tetapi para pemakai masih merasa
bahwa gambarnya jauh lebih tajam.

Waktu loading halaman Web, adalah faktor yang sangat penting dalam mempertahankan pengguna.
Yaitu agar pengguna tidak lari ke situs lain,

Menurut, Ledget, dalam satu polling online baru-baru ini, 51% responden, menunjukkan bahwa beban
yang sangat berat sekian kali, dan lambat, adalah penyebab nomor satu yang mengusir mereka dari
sebuah halaman web. Mengoptimalkan gambar dengan kb yang besar bukan satu-satunya cara untuk
mempercepat website Anda, tetapi dengan memperhatikan saran di atas, itu adalah sebuah cara yang
bagus untuk memulai.

Gambar. 12. Differential Threshold, kanan adalah desain baru, tugas desainer adalah agar penerima
dapat merasa desain ini sama dengan yang lama tetapi berbeda. Perbedaan ini menyebabkan konsumen
merasa ada yang baru. Sumber:

imgarcade.com (http://www.lookfordiagnosis.com/mesh_info.php?term=Differential+Threshold)

5. Persepsi Sinyal (Signal)

Persepsi Sinyal (signal), persepsi terhadap sinyal-sinyal, manusia dipengaruhi oleh berbagai hal dalam
menerima sinyal, misalnya keadaan fisik, atensi, motivasi. Hal ini dipelajari pada teori deteksi signal
(signal detection Theory. Ambang mutlak tidak benar-benar mutlak. Hal-hal seperti motivasi atau
keadaan fisik dapat mempengaruhi apa yang kita rasakan.

Contoh:

Istri saya bisa tidur dalam perang,

tetapi jika salah satu dari anak-anak nya merintih dia bangun!

Teori teori deteksi sinyal berevolusi dari perkembangan komunikasi dan peralatan radar paruh pertama
abad ini. Teori ini kemudian bermigrasi ke bidang psikologi, awalnya sebagai bagian dari sensasi dan
persepsi pada tahun sekitar 50-an dan 60-an sebagai upaya untuk memahami beberapa fitur dari
perilaku manusia ketika mendeteksi rangsangan yang sangat samar yang tidak dapat dijelaskan oleh
teori ambang batas tradisional.

Situasi yang menarik adalah ini: Seseorang dihadapkan dengan stimulus yang sangat samar atau
membingungkan. Untuk mudahnya memungkinkan kita menyebutnya stimulus sinyal. Orang harus
membuat keputusan, apakah ada sinyal ada atau tidak. Apa yang membuat situasi ini membingungkan
dan sulit adalah kehadiran dari kekacauan lain yang mirip dengan sinyal.

6. Pentingnya Kontras dalam Persepsi

Persepsi kontras penting dalam menyampaikan kejelasan informasi visual. Untuk menjelaskan kontras
visual dapat melalui bentuk dan warna atau pertentangan dua buah bentuk, misalnya pada susunan
huruf, susunan warna, susunan bentuk dan seterusnya.

Misalnya, ribuan font tersedia di komputer. Jika Anda hanya ingin main-main dengan informasi, tentu
Anda akan memilih yang disukai, bukan yang jelas untuk dilihat dan dibaca. Dari hasil penelitian ternyata
font jenis serif seperi times new roman, baik dipakai untuk membaca buku. Dan tidak meletihkan mata,
ketimbang jenis huruf sanserif. Demikian juga jika membaca susunan kalimat yang sangat panjang -- dari
kiri kekanan di halaman buku -- akan meletihkan mata untuk membaca. Oleh karena itu diperlukan dua
kolom.

Font jenis sanserif seperti arial cocok untuk luar ruangan, walaupun ada saatnya juga dipakai untuk
dalam ruang dan juga untuk buku karena sebuah pertimbangan kontras. Misalnya untuk menimbulkan
efek kontras untuk membedakan heading dengan body teks, membedakan paragraf dengan dengan
judul tabel, atau fotenote. Sebuah desain informasi juga tidak terlepas dari sistem pembacaan,
kekontrasan, keselarasan dan, hirarkhi . Demikian juga dengan desain WEB, banyak hasil penelitian yang
bisa dipakai untuk pertimbangan desain.
Gambar 13. Penerapan (aplikasi) efek kontras pada layout buku. Penulis punya pengalaman, karena
komandan penerbit yang hanya mengerti mencetak dan tidak menghargai desain, beranggapan bahwa
profit hanya dari segi penghematan kertas, sehingga semua informasi di padatkan. Komandan penerbit
ini pikiran yang kurang bijaksana dan keliru, karena tidak memikirkan kenyamanan membaca (persepsi).
Ruang kosong (negatif space) juga diperlukan, sama pentingnya dengan positif space. Kontras dilakukan
melalui pemilihan teks yang berbeda dan kontras untuk pengamatan selintas, misalnya pada header
dan keterangan gambar. Selanjutnya teks yang memerlukan pengamatan berulang dan lama dipakai
jenis serif. Dari kaus ini kita melihat hubungan desain dengan politik (kekuasaan) dan dimensi sosial.
Penentu desain bukan lagi ilmu desain tetapi yang menguasai desainer.

Sumber:
http://www.expertsubjects.com/images/interiorFormatting/gallery/display/Buddha_Part3_col.jpg

Font jenis Serif yang populer. Sumber: http://www.bulletinbag.com/blog/wp-


content/uploads/2013/12/popular_serif_fonts.jpg

Kontras Penting dalam DKV, sebab kontras dapat menjamin hal-hal yang disampaikan dalam informasi
(gambar, teks) dapat ditangkap dengan jelas. Secara fisiologis, semua kontras diukur dari besaran
gelombang cahaya yang sampai dimata, sebab semua benda yang terlihat adalah akibat langsung dari
gelombang cahaya, termasuk bentuk dan warna..

Kontras dalam desain juga bisa disampaikan dalam bentuk kata sifat, yaitu kombinasi dua buah sifat
yang berlawanan misalnya: besar-kecil, halus-kasar, tua-muda, jelas-transparan, datang-pergi, negatif
positif, kurus, gemuk, lurus-bengkok, panjang–pendek, terang dan gelap,licin-kasar dan sebagainya.

Pentingnya Kontras Warna dalam Desain

Menurut Arditi, Aries (2015), seorang pakar warna dari Amerika, menyimpulkan bahwa kontras warna
itu penting dalam seni dan desain karena banyak orang yang tidak normal penglihatannya, dengan
pengertian sel-sel seperti “cones”, dan “rods” pada mata manusia dalam menangkap gelombang cahaya
--setelah diteliti ternyata tidak seperti diduga orang -- banyak diantaranya memiliki perbedaan dan
kelainan. Hal ini diperoleh dari hasil penelitian Aries, Arditi, 2005 (Low Vision and Blindness Statistics).
Aries berkesimpulan, desain yang baik oleh desainer yang normal penglihatannya belum tentu akan
menghasilkan desain yang berfungsi untuk semua orang, sebab orang yang terlihat normal
pengamatannya setelah diteliti, belum tentu benar-benar normal. Oleh karena itu desain yang aman
adalah yang memperhitungkan kekontrasan warna dan bentuk, dan pilihan warna tertentu (hal ini tidak
akan diuraikan secara detail pada laman ini).

Secara fisiologis, sesuai dengan teori penerimaan gelombang cahaya pada mata. Kemungkinan sekali
adanya perbedaan penerimaan gelombang cahaya pada bagian sel kerujut (cones) pada mata yang
berbeda-beda pada setiap orang. Seperti yang diketahui sel kerucut ini adalah penerima tiga jenis
gelombang warna (RGB). Bisa saja salah satu sel kerucut penerima ketiga jenis warna ini memiliki
kelainan. Sedangkan sel batang pada mata, adalah penerima gelombang cahaya untuk malam hari. Dan
orang ini bukan buta warna.

Penglihatan mata yang tidak sempurna (parsial), adalah akibat penuaan (usia tua) dan persepsi warna
mata bawaan. Semua kekurangan kemampuan itu akan menghasilkan perubahan persepsi yang
mengurangi efektivitas dan aksessibilitas visual dari kombinasi warna tertentu.

Dua warna yang kontras serta tajam yang dihadapkan kepada seseorang dengan penglihatan mata yang
normal mungkin jauh berbeda hasilnya jika dihadapkan kepada seseorang yang memiliki gangguan
penglihatan. Oleh karena itu penting untuk menghargai prinsip bahwa : kontras warna itu penting. Dan
kontras warna yang satu satu terhadap yang lain akan membuat warna dilihat lebih jelas daripada
warna dipasang secara individual.

Jadi mendesain itu bukan hanya butuh pengalaman dan penguasaan teknis tetapi juga membutuhkan
pengetahuan/sains dan membaca hasil penelitian para pakar komunikasi visual. Sebab ilmu desain
informasi (DKV) dapat terdiri dari berbagai cabang pengetahuan yang kadang-kadang tidak terduga.

Beberapa kesimpulan

Uraian laman ini adalah bagian dari prinsip kognisi desain, disamping prinsip-prinsip lainnya seperti
prinsip fungsi (function), prinsip administrasi, prinsip estetika. Prinsip kognisi desain ini ada yang
dipelajari secara khusus pada bidang desain tertentu seperti DKV dan ada juga yang tidak. Pada bidang
desain Arsitektur prinsip kognisi ini jarang dipelajari, kemungkinan sekali adalah kajian dan studi khusus
untuk S2 di bidang Desain Perkotaan dan Lanscaping.
Pengetahuan atau ilmu desain bukan satu-satunya penentu keberhasilan atau kesalahan desain seperti
contoh di atas. Sebab bidang Desain adalah bidang yang erat hubungannya dengan pengambil
keputusan di semua lini dan peringkat sosial. Jika ada kesalahan dan keberhasilan desain berarti bukan
kesalahan dan keberhasilan desainer. Tetapi akibat pengambilan keputusan secara sosial dan kelompok.

Oleh karena situasi dan kondisi sosial politik di Indonesia yang multi partai, maka bidang desain dan seni
belum dihargai/diapresiasi. Karena bidang desain bukanlah bagian dari sistem politik dan kekuasaan
atau minimal dilindungi oleh pemerintah. Akibatnya dapat dirasakan walaupun sudah lebih dari 60
tahun merdeka, kualitas lingkungan hidup dan desain Indonesia masih seperti seperti negara-negara
yang baru saja merdeka. Artinya, perhatian masih saja seperti dulu waktu baru merdeka, yaitu hanya
kepada dunia politik dan ekonomi (walaupun ada zamannya Bapeda) hanya diisi oleh orang-orang
sosial , politik,dan ekonomi bukan bidang desain.

Banyak yang tidak menyadari bahwa arti desain (desain) itu adalah "mengatur, tata atur, perencanaan
dan perancangan (kata kerja transitif) yang erat hubungannya dengan kebijakan (policy) atau politik.
Jika pemerintah tidak tertarik kepada desain berarti pemerintah tidak tertarik kepada hubungan
pengambilan keputusan di berbagai lini dan peringkat sosial dengan desain. Pendidikan seni dan budaya
sudah dipolitikkan, kapan giliran pendidikan desain?

Untuk melihat hubungan dunia desain dengan politik lihat artikel ini (1) design and politics, (2) design as
politic, (3) The relationship design and politics, (4) blog khusus design as politics lihat disini.

Akibatnya, walaupun pendidikan desain dan seni sudah berkembang di Indonesia, yang memanfaatkan
tenaga desain hanyalah bidang swasta seperti pemilik modal untuk kepentingan jasa dan produk-produk
yang diproduksi dan yang di pasarkannya.

Hal ini berbeda dengan negara Korea dan negara maju lainnya, dimana dunia desain dan seni adalah
bagian dari dunia sosial-politik di negaranya. Artinya tenaga-tenaga desainer mengabdi untuk
kepentingan negara, bukan hanya untuk kepentingan pemilik modal. Akibatnya dapat dilihat dimana
tata lingkungan dan kehidupannya menjadi sangat teratur. (bisa dibaca di sini)

Desain di India juga sudah dilindungi secara politik, sosial dan budaya dan mencita-citakan adanya
kementerian desain di negaranya. Tahapan desain masuk ke wilayah sosial dan politik adalah sebagai
berikut: Tahun 1961 berdiri National Institute of Design, 1970: Industrial Design Center, 2007: National
Design Policy, 2009 : India Design Council, 2011 : Institute of National Importance, 2013: Deconstructing
Design Education. Sumber. Prof. Ranjan, India.
Di Indonesia baru ada Jakarta Design Center, untuk menampung kegiatan pemilik modal, pedagang
mebel, furniture, interior, dan pengembang bangunan (yang rata-rata bukan di kuasai oleh pribumi).

"sumber: http://www.yfcad.com/images/2009_12/jdc.jpg

Arti kata Desain:

de·sign [di zn]:verb (past and past participle de·signed, present participle de·sign·ing, 3rd person
present singular de·signs)

transitive and intransitive verb create detailed plan of something: to make a detailed plan of the form or
structure of something, emphasizing features such as its appearance, convenience, and efficient
functioning. a well-designed car interior

transitive and intransitive verb plan and make something: to plan and make something in a skillful or
artistic way

transitive verb intend something for particular use: to intend something for a particular purpose.The
scholarship was designed to aid foreign students.

transitive verb invent something: to contrive, devise, or plan something .Microsoft® Encarta® 2009. ©
1993-2008 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Sebagai kata kerja (transitif), desain itu adalah mengatur, tata atur, perencanaan dan perancangan.
Memahami fungsi desain dalam kehidupan manusia termasuk kepada prinsip kognisi desain.

Arti kata Politik dalam KBBI

po·li·tik n 1 (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem


pemerintahan, dasar pemerintahan): bersekolah di akademi --;

2 segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dsb) mengenai pemerintahan negara atau terhadap
negara lain: -- dalam dan luar negeri; kedua negara itu bekerja sama dl bidang -- , ekonomi, dan
kebudayaan; partai --; organisasi --;
3 cara bertindak (dl menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan: -- dagang; -- bahasa
nasional;

Literatur:

Arditi, Aries, 2005. Low Vision and Blindness Statistics – CNIB,


www.cnib.ca/en/about/.../Documents/VREBR_Chap1_May2005.doc?bcsi.

Couto, Nasbahry, 2010, Psikologi Persepsi dalam Kawasan Desain Komunikasi Visual

Robbins, Stephen, Management (2007, hal.174-184)

Ashihara, Yoshinobu , (1978), Exterior Design in Architecture, NY: Mc Graw-Hill Book Company, USA

Julius Panero dan Martin Jelnik (1979), Human Dimension and Interior Space. New York: Whitney Library
of Design, The Architectural Press Ltd.

Neufert Architect Data,

Rustam Hakim (1987), Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap

Goldsmith (1984)

imgarcade.com, (http://www.lookfordiagnosis.com/mesh_info.php?term=Differential+Threshold)

Leggett, David, 2009

Dowton dan Leedhan, 1992

http://jugookushal.wordpress.com/author/harshill12/

Glosari

DKV : Desain Komunikasi Visual atau Desain Informasi

Serif : Jenis font yang berkaki atau berkait, seperti Times New Roman

Signage: : Signage adalah sistem tanda-tanda, atau petunjuk dalam bentuk gambar, simbol atau kata-
kata.

Subliminal adalah persepsi terhadap sesuatu tetapi tidak disadari


Invariant : adalah sebuah aliran penglihatan yang tidak bisa diubah, misalnya barisan jendela pada
dinding gedung terlihat dari jauh seperti tekstur (lihat teori Gipson)

Anda mungkin juga menyukai