Anda di halaman 1dari 15

RAYMON B CATTLE

Raymond B. Cattle dan juga Hans J. Eysenck mempunyai keyakinan dasar bahwa kepribadian
memiliki banyak sekalu dimensi yang dapat dikukur, dan teknik statistik analisis factor dapar
dipakai sebagai sarana untuk mengisolasi variable-variabe kepribadian itu.

Pengukuran merupakan dasar dari kemajuan ilmu kontemporer, dan dalam psikologi yang harus
mengukur obyek obyek yang tidak kasat mata, taksonomi atau klasifikasi tingkah laku memakai
analisis factor menjadi langkah yang signifikan pemakaian teknik statistik yang canggih dalam
mengembangkan teori dan konsep kepribadian menempatkan Cattel, Eyesenck, dan J.P Guilford
sebagai pelopor pemakaian kaidah-kaidah ilmiah dalam memahami kepribadian manusia.

A. STATISTIK

Cattel memakai pendekatan: induktif-hipotetik-deduktif. Menurutnya, kepribadian itu sangatlah


kompleks, sehingga eksperimen harus selalu bersifat multivariate. Eksperimen bivariate terlalu
menyederhanakan masalah dan tidak akan memperoleh gambaran kepribadian yang utuh.

1. Datal L : data hasil dari observasi orang lain, terdiri dari dua macam data;
Data L(T) : observsi objektif, mislnya dara jumlah penduduk selama 20 tahun
Jenis data

terakhir
Data L(R) : observsi subjektif, misalnya data hasil rating supervisior pabrik
2. Data Q : data hasil kuesioner pengukuran diri.
3. Data T: data hasil Tes objective.
1. Teknik-R : sejumlah besar orang dibandingkan performansinya dalam beberapa
hasil tes. Tujuannya untuk melihat apakah orang yang mendapatkan skor tinggi di
tes yang satu juga mendapatk skor tinggi dites yang lan, dan apakah tes-tes itu
saling berkorelasi
2. Teknik-P : skor satu orang pada sejumlah tes lintas waktu dan situasi saling
dibandingkan, untuk menemukan konsestensi tingkah laku orang itu dan aspek
Teknik analiss

aspek tingkah laku yang berbeda yang cendrung muncul bersama.


3. Teknik-Q : dua orang dkenai banyak tes yang sama,dan hasilnya dikorelasikan,
untuk melihat persamaan dan perbedaan kedua orang itu. Analisis terhadap
persamaan banyak orang sekaligus akan menghasilkan tipe kepribadian
sekelompok seseorang.
4. Teknik diferensial R : adalah varian teknik R di mana pengukuran diulang di
kejadian yang berbeda, dan hasilnya dikorelasikan. Prosedur ini disamping
menggambarkan trait-trait yang berkorelasi, juga menggambarkan trait yang
berubah cara bersama-sama, untuk memahami keadaan psikologik orang itu.
B. STRUKTUR TRAIT

1. Kategori Trait

Kepribadian adalah struktur komplek dari trait yang tersusun dalam berbagai kategori, yang
memungkinkan prediksi tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu,mancakup seluruh tingkah
laku baikyang konkret maupun yang abstrak simpulan. Trait dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori;

 Kategori kepemilikan: trait umum-trait khusus ( common-unique trait)


1) Trait umum adalah trait yang dimiliki semua orang dalam tingkatan tingkatan
tertentu.misalnya intelegensi, introversi, dan suka berteman.
2) Trait khusus adalah trait yang hanya dimiliki satu orang saja (bisa juga dimiliki oleh
beberapa orang dengan trait yang berbeda). Sifat unik ini terutama berhubungan dengan
interest dan attitude.
 Kategori kedalaman trait permukaan dan trait sumber (surface-source trait)
1) Trait permukaan adalah sifat yang tampak, yang menjadi tema umum dari beberapa tingkah
laku. Misalnya,misalnya remaja yang lincah, merencanakan kegiatan menarik dan
menyenangkan oranglain dapat dikatakan memiliki trait permukaan yang periang namun
sebaliknya remaja yang memiliki rasa senang mengkritiki seseorang, memandang masa
depan selalu suram dan tampak kelelahan, dikatakan memiliki sifat permukaan depresif.
2) Trait sumber adalah elemen elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku. Sifat ini tidak
dapat disimpulkan langsung dari amatan tingkah laku, dan hanya dapat diidentifikasikan
memakai analisis factor.
 Kategori modalitas ekspresi: Trait kemampuan-temperamen-dinamik (ability-
temprament-dynamic trait)
1) Trait kemampuan : menentukan keefektifan seseorang dalam usaha mencapai tujuan. Contoh
: kecerdasan
2) Trait temperamen : gaya atau irama tingkah laku. Contoh: ketenangan/kegugupan,
keberanian, santai, mudah terangsang.
3) Trait dinamik: motivasi dan kekutan pendorong tingkah laku, contoh: dorongan, interes dan
ambisi menguasai sesuatu.

2. Faktor sumber (faktor primer)

Cattel meneliti trait sumber denga mengumpulkan 4000 sifat manusia (sebagian besar diperoleh
dari kamu yang disusun oleh Alport dan Obert.) yang kemudian dia ringkas dengan cara
mengelompokan sifat yang mirip dan menghilangkan istiah yang asing dan metaforik, mejadi
200 sifat. Memakai metoda klutser (mirip analisis factor tetapi lebih sederhana), 200 sifat itu
dikelompokan dan diperas menjadi 35 sifat (dinamakan 35 sifat sumber atau sifat
primer,masing-masing diberi symbol huruf yang berbeda) . 35 sifat itu terbagi menjadi 2
kelompok, 23 sifat populasi normal dan 12 sifat populasi berdemensi patologis. Sesudah
dilakukan analisis factor terhadap 23 sifat primer dari populasi normal, ditemukan 16 sifat
sumber yang dinamakan 16 faktor primer.

Faktor-faktor pada 16 PF

 Factor A (Sizia-Affectia)

Faktor yang paling besar proporsinya, mirip dengan polarisasi tipe schizothemes-cyclothemes
dari Kretschmer. Type reserved = schizomethes adalah orang yang menarik diri, halusinasi,
cenderung mempuunyai bentuk tubuh tinggi kurus. Type outgoing = cyclothemes adalah orang
yang ramah, senang tertawa dan cenderung memiliki bentuk tubuh gemuk pendek.

 Faktor B (Intelligence)

Faktor yang berhubungan dengan kecerdasan dan kemampuan berfikir pada umumnya. Nilai
rendah atau tinggi dari faktor ini berhubungan dengan skor tes intelegensi, tingkat pendidikan,
kemampuan berfikir dan logika.

 Faktor C (Ego Strength)

Faktor ini ditemukan melalui analisis faktor. Mirip dengan konsep kekuatan ego pada
psikoanalisis, orang yang neurotik cenderung memiliki kekuatan ego yang rendah. Begitu pula
alkoholik, adiksi narkotik, delingkuen, dan putus sekolah memiliki kekuatan ego yang rendah.
Hakekat faktor ini adalah kekuatan mengontrol impuls dan menangani masalah dengan realisitik.
 Faktor E ( Submissive-Dominance)

Orang yang dominan pada faktor E adalah orang yang percaya diri, sombong, congkak, agresif,
bersemangat, bertenaga, berkemauan, mementingkan diri sendiri. Sebaliknya E- cenderung ragu-
ragu, rendah hati, ogah-ogahan, lembut, diam, penurut. Ini berarti E+ dan E- sama-sama
mempunyai sifat positif (yang dikehendaki) dan sifat negatif (yang tidak dikehendaki).

 Faktor F (Disurgency-Surgency)

Faktor yang proporsinya paling besar pada masa anak-anak, dan tetap penting pada usia dewasa.
Orang yang disurgensinya tinggi (F-) adalah orang yang depresi, pesimistik, seklusif, kelelahan,
lemah, introspektif, dan khawatir. Sebaliknya surgensi (F+) ditandai oleh sifat penggembira,
ramah, mudah bergaul, responsif, bersemangat, jenaka, humoris, dan senang berbicara.

 Faktor G (Superego Strength)

Faktor ini mirip dengan konsep superego dari Freud, orang yang superegonya kuat cenderung
memilikinya ketetapan atau setia dengan tujuan mengejar tujuan ideal, dan peduli dengan control
diri terhadap tingkahlaku.

 Faktor H (Threctia-Parmia)

Faktor ini dipengaruhi oleh keturunan sekitar 40%. Threctia (H-) adalah reaksi bahaya dari
sistem simpatetik (malu, takut-takut, menyendiri, dan menahan diri), sedang Parmia (H+)
bercirikan dominasi syaraf parasimpatik pemberani, penjelajah, senang berkelompok, periang,
responsif).

 Faktor I (Harria-Premsia)

Harria berhubungan dengan sikap disiplin dari orang tua, sedang Premsia berhubungan dengan
proteksi yang berlebihan dari orang tua. I- menjadi orang yang masak, independen, realisitik, dan
mencukupi diri sendiri. I+ adalah orang yang tidak sabaran, banyak tuntutan, tidak masak, sopan,
sentimental, imajinatif, kreatif, dan kecemasan. Budaya yang lama cenderung premsik, sedan
budaya pioneer Levi hayrick.

 Faktor L (Alaxia-Protension)
Alaxia diambil dari kata relaxation, sedang Protension adalah gabungan dari projection dan
tension. Orang yang protensif cenderung mudah curiga, cemburu, fan menarik diri, sedang alaxis
mudah percaya, memahami, dan sabar.

 Faktor M (Praxernia-Autia)

Praxernia (M-) merupakan gabungan dari istilah practical dan concerned. Sifat ini mengacu ke
orang yang konvensional, praktis, sadar tujuan, logis, dan khawatir. Autia (M+) dari kata
Autistic, orang yang tidak konvensional, kritis-rewel, perhatiannya terserap, imajinatif, dan
intelektual. M+ pada orang neurotik menjadi terserap dengan fikirannya sendiri, dan tidak peduli
dengan rencana praktis, orang ini cenderung kehilangan kebutuhan terhadap realitas eksternal.
Sebaliknya orang dengan tipe M- peduli dengan kebutuhan terhadap lingkungan, cenderung
memperhatikan detail.

 Faktor N (Artlessness-Shrewdness)

N- adalah ciri orang yang naïf, rendah hati-bersahaja, dan spontan, sedang N+ bercirikan
materialis, cerdik, berpandangan luas, pintar.

 Faktor O (Assurance-Guild Proneness)

O- adalah orang yang percaya diri, ulet, tabah, dan tenang. O+ adalah trait yang ditemukan pada
orang-orang yang patologis – alkoholik, criminal, manis depresif. Mereka hanya memiliki teman
terbatas dengan standar hidup yang tidak normal, selalu khawatir dan merasa berdosa.

Faktor

Q1 (Conservative-Radicalims)

Q2 (Group Adherence-Selfsufficient)

Q3 (Low Integration-High Self Concept)

Q4 (Ergic Tension)

Empat faktor ini proporsi pengaruhnya terhadap tingkah laku hanya kecil. Semuanya
menjelaskan tentang self, dan satu dengan yang lain saling berhubungan walaupun bentuk
sifatnya berbeda-beda. Orang yang konservatif cenderung terikat dengan kelompok, integrasi
dirinya kurang sehingga lebih santai dalam memperjuangkan sesuatu. Sebaliknya, orang yang
radikal cenderung mandiri, percaya diri, dan bersemangat.
C. DINAMIKA TRAIT

Bahasan mengenai dinamika trait sebagai motivasi secara spesifik, menganalisis asal-muasal
penggerak trait, dan saling hubungan subsidiasi, antara sikap, sentimen, dan sifat keturunan
(attitude, sentiment, dan erg).
Sikap (attitude)
Attitud adalah aksi atau keinginan melakukan aksi sebagai respon terhadap situasi tertentu. Sikap
atau attitude bukan pandangan tentang sesuatu – menolak atau menerima, senang atau tidak
senang – tetapi sikap adalah konsep tentang tingkahlaku spesifik (atau keinginan untuk
bertingkahlaku tertentu) sebagai respon terhadap suatu situasi. Misalnya, seorang mahasiswi,
Monica, ingin belajar bahasa Perancis dengan teman sekelas tertentu, itu adalah sikap. Seperti
semua attitud, pada peristiwa itu ada stimulus atau situasi tertentu (kurikulum bahasa perancis),
interes (intensita tingkat keinginan mengikuti kelas), respon (pilihan teman) dan objek (kelas
bahasa Perancis). Sikap itu kemudian akan berperan sebagai motivator tingkahlaku (belajar
bahasa Perancis).
Dorongan pembawaan (Erg dari Ergon [Yunani] = kerja atau enerji)
Dorongan atau motif pembawaan oleh Cattel disebut Erg. Semua dorongan primer yang dibawa
bersama kelahiran disebut Erg, seperti seks, lapar, haus, rasa ingin tahu, marah, dan motif-motif
lainnya yang biasanya tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga dimiliki oleh primata dan
mamalia lainnya.
Sentimen (Sentiment)
Sentimen adalah organisasi struktur keseimbangan attitude, yang memperoleh enerji dari erg
tetapi dibentuk oleh hasil belajar. Sentimen merupakan sumber motivasi yang penting karena
kecenderungannya mengorganisir diri di sekitar institusi social yang menonjol (misalnya karir,
agama) atau disekitar orang yang penting (orang tua, pasangan, self), dia dibutuhkan oleh
lingkungan social dan memuaskan beberapa erg pada saat yang sama.
Kalkulus Dinamik (Dynamic Calculus)
Dalam kalkulus dinamik, erg dan sentimen dipandang sebagai akar dari semua motivasi dan
dimasukkan kedalam persamaan tingkah laku (behavior equation), yang dapat dipakai untuk
meramalkan tingkah laku seseorang. Persamaan itu memasukkan semua data tentang hubungan
trait, erg, dan sentiment dengan situasi tertentu, untuk menentukan bentuk respon seseorang.
D. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Tahap perkembangan

Tahap bayi (infancy,0-6)


Periode pembentukan yang terpenting dalam perkembangan kepribadian. Pada tahap ini individu
sangat di pengaruhi oleh orang tua dan saudara-saudaranya.pengaruh tersebut membentuk sikap
sosial ,kekuatan super ego .
Tahap anak (childhood, 6-14 tahun)
Hanya sedikit masalah psikologis yang timbul ,sehingga oleh cattel di sebut periode
konsolidasi,sesudah periode bayi yang kristis. Ada awal kecendrungan terhadap orang tua
Tahap adolesen (adolescene, 14-23)
Ini adalah periode yang paling menyulitkan dan menekan.kejadian kelainan mental ,neurosis, dan
delinkuensi bany
ak muncul periode ini ; begitu pula konflik disekitar dorongan kemandirian ,keyakinan diri dan
seks .
Tahap kemasakan (maturity ,23-50)
Secara umum,awal tahap ini di tandai dengan kesibukan ,kebahagiaan ,dan produktivitas . pada
umum nya orang pada usia itu menyiapkan karir,perkawinan,dan keluarga. Kepribadian
cenderung menjadi tidak mudah berubah atau bisa di bilang fase di mana orang sudah
menemukan kemantapan pada jati diriya .
Tahap usia pertengahan (middle age 50-60/70 tahun)
Ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sesuai respon terhadap fisik ,sosial, dan
psikologikal.kesehatan dan kekuatan semakin redup pada tahap ini, begitu pula dengan daya tarik
pribadi.
Tahap tua (senility,60/70-mati)
Tahap final melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan kematian keluarga dan sahabat
,pensiun,kehilangan status di masyarakat mengikuti perasaan kesendirian dan tidak aman.
Keturunan dan lingkungan

Cattel menunjukkan penting nya peran keturunan pada beberapa traits .misal nya datanya
mengungkapkan pengaruh keturunan terhadap kecerdasan 80% ,malu-malu 80%,dan kepuasan
emotional 30%. Karena pengaruh keturunan terhadap trait kecerdasan yang sangat
tinggi,membuat cattel kuat berpihak terhadap teori kelahiran selektif ,yang akan menciptakan
masyarakat cerdas.

Ada banyak pranata sosial yang dapat berperan sebagai sumber pembentuk kepribadian,yang
paling penting ialah keluarga. Macam-macam pranata sosial : pekerjaan,sekolah,kelompok
sebaya,agama,partai politik, dan suku bangsa. Pranata-pranata itu mempengaruhi kepribadian
melalui salah satu dari tiga cara berikut :

a) Pembentukan karakter yang disengaja : masyarakat mempunyai harapan sosial begaimana


anggotanya harus bertingkahlaku,bersikap dan mengembangkan konsep diri.

b) Faktor situasi yang berdampak terkembangnya sifat tertentu dalam diri individu yang bukan
menjadi kemauan sadar masyarakat atau institusi

c) Akibat pola tingkah laku yang berbentuk dari cara pertama dan kedua,individu mengalami
perubahan kepribadian lebih lanjut dalam rangka mengekpresikan atau memuaskan motif-
motif yang penting.

Menurut cattel memahami individu harus dilakukan dengan memahami kepribadian individu
dan sintaliti kelompok yang mempengaruhi individu itu (baik kelompok kecil atau besar maupun
kelompok-kelompok yang luas).
Kecemasan

Cattel menekankan pentingnya kecemasan sebagai aspek kepribadian karena bahaya dampaknya
terhadap fungsi fisik dan mental.menurutnya ,kecemasan itu bisa merupakan suatu keadaan
sekaligus sifat dari kepribadian. Orang dapat mengalami berbagai tingkat kecemasan sebagai
dampak keadaan yang mengancam atau menekan. Orang itu dalam keadaan cemas.di sisi lain
,ada orang yang terus menerus kronis cemas,yang berarti cemas itu menjadi bagian atau faktor
dari kepribadiannya. Dari analisis faktor tentang kecemaan ini, cattel menyatakakan bahwa
kecemasan di pakai untuk menggambarkan minimal 5 macam jenis perasaan lainnya.orang yang
cemas secara kronis,perasaan cemasnya mudah terangsang oleh perasaan curiga kepada orang
lain,khawatir mendapat celaan,tidak mampu membentuk konsep diri ,tegang dan kegembiraan
berlebihan.

Belajar
Menurut cattel ada 3 jenis belajar untuk tujuan pengembangan kepribadian :
1. Kondisioning klasik (asosiasi sederhana dari kognisi yang simultan) : secara khusus
digunakan untuk mengaitkan respon emosional dengan isyarat lingkungan,misalnya belajar
menghubungkan antara kehadiran ibu dengan perasaan tenang.

2. Kondisioning instrumental (asosiasi berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu) belajar


membentuk subsidiasi untuk memuaskan tujuan sadar erg,misalnya belajar bahwa makan
siang bersama rekan bisnis dapat melancarkan penjualan sekaligus meningkatkan rasa
aman/percaya diri. Kondisioning instrumental yang khas pada belajar kepribadian adalah
belajar konfluen (confluence learning), yakni belajar memperoleh kepuasan beberapa tujuan
dengan melalui satu kegiatan tingkahlaku.

3. Belajar integrasi (model instrumental kondisioning yang canggih): belajar memaksimalkan


kepuasan total jangka panjang dengan memilih erg tertentu untuk diekspresikan seraya
menehan atau mensublimasi erg yang lain.belajar terintegrasi merupakan aspek kuncoi ke
arah pemmbentukan sentimen self dan superego. Misalnya,seorang anak belajar menekan erg
kebebasan diri dan memilih membantu orang tua untuk menyatakan erg cinta dan
perlindungan dari orang tua.
E. APLIKASI

Neurosis

Neurosis adalah pola tingkah laku yang di tunjukkan oleh seseorang yang merasa dirinya
mengalami kesulitan emosional tetapi tidak menunjukkan gangguan psikotik. Definisi ini sangat
operasional karena menurut cattel pemahaman tentang neurosis harus di mulai dengan
pengukuran untuk mengidentifikasi perbedaan orang neurosis dengan orang normal.

Cattel menemukan neurotik banyak berkembang pada keluarga yang penuh konflik,kurang
disiplin,dan kurang kasih sayang.

Psikosis

Psikosis adalah bentuk gangguan mental yang berbeda dengan neurosis, di mana individu
kehilangan kontak dengan realita dan membutuhkan perawatan untuk melindungi dirinya dan
orang lain. Jadi perbedaan dengan neurotik adalah psikotik tidak memilki pemahaman terhadap
masalah nya sendiri,tidak dapat merawat diri,dan mungkin membahayakan orang lain dan
dirinya sendiri. Menurut cattel ,psikosis manis-depresif dan skipzoprenia faktor keturunan sangat
besar. Sama seperti neurosis,peran keluarga cukup besar menyumbang terjadinya psikotik. Di
sekolah , psikotik biasanya tidak pintar bicara ,nilai matematika rendah,ingatannya buruk,tidak
dapat berkonsentras,lambat dalam membaca dan aspirasinya tidak realistik.

Psikoterapi

Cattel menyarankan pemakaian asesmen sebagai sentral dari terapi . asesmen dapat dipakai
untuk melakukan diagnosis ,dan kemudian menentukan tritmen berdasarkan kelemahan-
kelemahan apa yang harus diperbaiki.data keras dari asesmen dapat mengurangi bahkan
menghilangkan subyektivitas terapis , menjamin bahwa perlakuan kepada klien sudah dilakukan
dengan sebaik-baikna , mempertimbangkan semua peluang hasil pengamatan obyektif. Asesmen
sebelum dan sesudah tritmen psikoterapi dapat di pakai untuk menilai keefektivan dan kemajuan
prosedur terapi.
MAKALAH
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

FAKTORIAL ANALITIK ( Raimon B. Cattel )

DOSEN :
Dyta Setiawati H, M.Psi, Psikologi

DISUSUN OLEH:
Kelompok

Ahmad Taufik 1673201110001

M.hasan hunafa 1673201110008

Khairul rizal ramadhan 1673201110009

S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2016

Anda mungkin juga menyukai