Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Teori ekologi merupakan sebuah teori yang menekankan pada pengaruh lingkungan
dalam perkembangan setiap individu di mana perkembangan peserta didik merupakan hasil
interaksi antara alam sekitar dengan peserta didik tersebut. Dalam konteks ini, interaksi
antara peserta didik dengan lingkungan sekitar dinilai secara signifikan dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangannya. Teori ekologi perkembangan merupakan salah
satu teori yang mencoba menguraikan pengembangkan pendidikan karakter anak dengan
pendekatan ekologi.

Perkembangan teori ekologi menunjukkan adanya perhatian terhadap ketergantungan


biologi dan sosiologi dalam kaitan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yang
mana hal itu secara signifikan mempengaruhi pemikiran-pemikiran psikologi lingkungan.
Dengan perkembangan teori ekologi, seseorang tidak dianggap terpisah dari lingkungannya,
melainkan merupakan bagian yang integral dari lingkungannya

. Teori Ekologi lebih menekankan pada system lingkungan menurut Urie


Brofenbrenner terhadap perkemban gan mengajukan bahwa konstek di mana berlangsung
perkembangan individu, baik kognitif, sosioemosional, kapsitas dan karakteristik
motivasional, maupun partisipasi aktifnya, merupakan unsur-unsur penting bagi perubahan
perkembangan. Dalam teori ekologinya, Brofenbrenner menggambarkan lima kondisi
lingkungan di mana perkembangan terjadi, yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem ,
makrosistem, dan kronosistem. Menurut Bronfenbrenner, dalam mengkaji suatu masalah
berdasar teori ekologi maka harus melibatkan aspekaspek prediktor yang mewakili empat
komponen, yaitu konteks masalahnya, orang yang terlibat, proses, dan waktu.1

Dari teori tersebut, penulis pernah mengamati di suatu lingkungan pesantren terdapat
masyarakat yang awam akan pengetahuan agama. Tentunya dalam lingungan pesantren,
santri juga bersosial dengan masyarakat dilingkungannya. Meskipun dalam pendidikan di
1
Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosadakarya, Bandung; 2013, hlm 55
pondok pesantren ditanamkan pengetahuan agama yang luas, tetapi karna lingkungannya
kurang mendukung dalam proses penididikan tersebut, santri yang sering berbaur dengan
masyarakat awam, dan mengikuti budaya-budaya mereka, seiring berjalannya waktu santri
tersebut terganggu perkembangan psikologinya. Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan
bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam proses perkembangan psikologi seseorang.

Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner ialah setting dimana


individu hidup. Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman sebaya, sekolah dan
lingkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen
sosial berlangsung, misalnya dengan orang tua, teman-teman sebaya, dan guru. Individu tidak
dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagai
seseorang yang menolong membangun setting. Bronfenbrenner menunjukkan bahwa
kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus pada mikrosistem.

Mesosistem (mesosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi hubungan


antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara beberapa konteks. Contohnya : ialah
hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dan
pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya.
Misalnya, anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan
mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para ahli perkembangan mengamati perilaku
dalam setting majemuk-seperti keluarga, teman sebaya, dan konteks sekolah-untuk
memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan individu.

Eksosistem (exosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner dilibatkan pengalaman-


pengalaman dalam setting sosial lain- di mana individu tidak memiliki peran yang aktif-
mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Misalnya, pengalaman
kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya.
Seorang ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan,
yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua-anak.
Contoh lain ekosistem ialah pemerintah kota, yang bertanggung jawab bagi kualitas taman,
pusat-pusat rekreasi, dan fasilitas perpustakaan bagi anak-anak dan para remaja. Contoh lain
ialah pemerintah pusat melalui perannya dalam kualitas perawatan kesehatan dan sistem
bantuan bagi manusia usia lanjut.
Makrosistem (macrosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi
kebudayaan dimana individu hidup. Kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan,
dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi.
Studi lintas budaya – perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih
kebudayaan lain – memberi informasi tentang generalitas perkembangan.

Kronosistem (chronosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi pemolaan


peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan-
keadaan sosiohistoris. Misalnya, dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak,
para peneliti menemukan bahwa dampak negatif serin memuncak pada tahun pertama setelah
perceraian dan bahwa dampaknya lebih negatif bagi anak laki-laki daripada anak perempuan.
Dua tahun setelah perceraian, interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil.
Dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan
tampaknya sangat didorong untuk meniti karir dibandingkan pada 20 arau 30 tahun lalu.
Dengan cara seperti ini, kronosistem memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan kita.2

Dalam bukunya “ The Ecology of Human Development”, Bronfenbrener (1979)


mengatakan ada tiga hal penting yang menjadi kerangka pemikiran mengenai ekologi
perkembangan manusia. Pertama, manusia yang tumbuh dipandang tidak hanya sebagai
tabula rasa yang hanya lingkungan saja memberikan dampak, tetapi sebagai entitas yang
tumbuh secara dinamis bergerak ke dalam dan merestruktur lingkungan dimana ia 6 tinggal.
Kedua, karena lingkungan juga mempunyai pengaruh atasnya, membutuhkan proses
akomodasi timbal balik, interaksi antara individu dan lingkungan dipandang sebagai dua-
arah, karena itu dicirikan oleh adanya reciprocity atau hubungan timbal balik. Ketiga,
lingkungan ditegaskan sebagai tempat dimana proses perkembangan individu tidak terbatas
pada setting tunggal dan dekat saja, tetapi diperluas untuk bergabung membentuk hubungan
antara berbagai setting lingkungan, juga pengaruh luar yang datang dari lingkungan sekitar
yang lebih luas. Dengan kata lain, berbagai setting dari lingkungan, baik yang dekat atau
secara langsung berhubungan dengan proses perkembangan individu, serta lingkungan yang
jauh berinteraksi dalam proses perkembangan individu.3

2
Jhon W. Santrock, Life –Span Development Perkembangan Maasa Hidup, ( Penerbit Erlangga, 2012), hal 56
3
Rita Eka Izzaty, “Peran Aktivitas Pengasuhan pada Pembentukan Perilaku Anak sejak Usia Dini ; Kajian
Psikologis berdasarkan Teori Sistem Ekologis”, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-rita-eka-
izzaty-spsi-msi/MAKALAH%20PAUD.pdf
Pusat dari pemikiran para ahli teori ekologi adalah gagasan tentang kecocokan
manusia dan lingkungannya. Lingkungan dirancang atau barangkali berkembang sehingga
memungkinkan terjadinya perilaku tertentu. Setting perilaku adalah evaluasi terhadap
kecocokan antara lingkungan dengan perilaku yang terjadi pada konteks lingkungan tersebut.
Tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh lingkungan atau sebaliknya, melainkan kedua hal
tersebut saling menentukan dan tidak dapat dipisah-pisahkan.

Teori ekologi telah memberikan sumbagan dalam studi mengenai perkembangan


psikologi yang meliputi kajian yang sistematis yang bersifat makro dan mikro terhadap
dimensi lingkungan serta memberikan perhatian terhadap kaitan antarsistem lingkungan.
Kontribusi lebih lanjut dari teori Bronfenbrenner mencakup mengedepankan pengaruh dari
sejumlah konteks sosial di luar keluarga, seperti tempat tinggal, agama, sekolah, dan tempat
kerja terhadap perkembangan anak.

Anda mungkin juga menyukai