Ecologycal Theory dan perannya terhadap perkembangan
Teori Ekologis ini dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner (1917).
Bronfenbrenner mengajukan suatu pandangan lingkungan yang kuat tentang perkembangan yang sedang menerima perhatian yang meningkat. Teori Ekologi (ecological theory) ialah pandangan sosiokultural Brofenbrenner tentang perkembangan, yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-agen sosial (social agents) yang berkembang baik hingga masukan kebuadayaan yang berbasis luas. Kelima sistem dalam teori ekologi Bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. Model ekologis Bronfenbrenner diperlihatkan saat ia (dengan cucu laki- lakinya) mengembangkan teori ekologis, suatu perspektif yang sedang menerima perhatian yang meningkat. Teorinya menekankan pentingnya dimensi mikro dan makro lingkungan di mana anak hidup.
Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner ialah setting
dimana individu hidup. Konteks ini meliputi keluarga individu, teman-teman sebaya, sekolah dan lingkungan. Dalam mikrosistem inilah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial berlangsung, misalnya dengan orang tua, teman-teman sebaya, dan guru. Individu tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagai seseorang yang menolong membangun setting. Bronfenbrenner menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus pada mikrosistem. Mesosistem (mesosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau hubungan antara beberapa konteks.
Contohnya : Ialah hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah,
pengalaman sekolah dan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Misalnya, anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para ahli perkembangan mengamati perilaku dalam setting majemuk-seperti keluarga, teman sebaya, dan konteks sekolah-untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan individu. Eksosistem (exosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner dilibatkan pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain- di mana individu tidak memiliki peran yang aktif-mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan, yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua-anak. Contoh lain ekosistem ialah pemerintah kota, yang bertanggung jawab bagi kualitas taman, pusat-pusat rekreasi, dan fasilitas perpustakaan bagi anak-anak dan para remaja. Contoh lain ialah pemerintah pusat melalui perannya dalam kualitas perawatan kesehatan dan sistem bantuan bagi manusia usia lanjut.
Makrosistem (macrosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi
kebudayaan dimana individu hidup. Kebudayaan mengacu pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Studi lintas budaya – perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain – memberi informasi tentang generalitas perkembangan.
Kronosistem (chronosystem) dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi
pemolaan peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan sosiohistoris. Misalnya, dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif serin memuncak pada tahun pertama setelah perceraian dan bahwa dampaknya lebih negatif bagi anak laki-laki daripada anak perempuan. Dua tahun setelah perceraian, interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil. Dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan tampaknya sangat didorong untuk meniti karir dibandingkan pada 20 arau 30 tahun lalu. Dengan cara seperti ini, kronosistem memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan kita.
Teori ekologi telah memberikan sumbagan dalam studi mengenai perkembangan
masa hidup yang meliputi kajian yang sistematis yang bersifat makro dan mikro terhadap dimensi-dimensi sistem lingkungan serta memberikan perhatian terhadap kaitan antarsistem lingkungan. Kontribusi lebih lanjut dari teori Bronfenbrenner mencakup mengedepankan pengaruh dari sejumlah konteks sosial di luar keluarga, seperti tempat tinggal, agama, sekolah, dan tempat kerja terhadap perkembangan anak (Gauvian & Parke, 2010). Beberapa kritik juga dilontarkan terhadap teori ekologi karena kurang menggali faktor-faktor biologis dan juga kurang memberikan perhatian terhadap faktor-faktor kognitif.