Urie Bronfenbrenner (1979, 1989, 1998, 2005) menjelaskan dalam beberapa tulisan
hasil kajiannya mengenai sebuah teori yang membantu memahami bagaimana individu
berkembang di dalam berbagai lapisan dalam konteks keunikan lingkungan atau ekologi.
Penjelasan ini di payungi dengan sebuah teori yang awalnya disebut dengan Teori Sistem
Ekologis. Contohnya yaitu, Arini adalah anak yang berusia 15 tahun yang masih menempuh
di Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Beberapa teman Arini dalam satu kelas sudah ada
yang mempunyai pacar dan teman satu bangku Arini juga sudah mempunyai pacar. Dengan
beberapa teman yang sudah mempunyai pacar dan Arini selalu diajak untuk membicarakan
tentang pacaran, dari situlah Arini menjadi tertarik untuk berpacaran dan perilaku Arini ini
menjadi berani untuk berpacaran, padahal sebelumnya tidak berani. Satu hal yang terpenting
dalam teori ekologi Bronfenbenner adalah bahwa pengkajian perkembangan anak dari
subsistem manapun, harus berpusat pada anak, artinya bahwa pengalaman hidup anak
dianggap menjadi penggerak utama bagi perkembangan karakter dan habitnya.
B. Aspek-aspek
Teori ekologi yang merupakan salah satu dari teori psikologi perkembangan
berpendapat bahwa kita akan menghadapi berbagai lingkungan yang berbeda di
sepanjang rentang usia kita yang dapat mempengaruhi perilaku kita dalam berbagai segi.
Bronfenbrenner membagi beberapa aspek teori ekologi dalam psikologi perkembangan
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak yaitu:
2. Mesosistem, yaitu hubungan antar dalam mikrosistem. Sebagai contoh, orang tua dan
guru berinteraksi dalam sistem sekolah. Dari hasil penelitian Walker, Stieber,
Ramsey, & O’Neill ( dalam Leeuwen, Marvielde, Braet, Bosmans, 2004.) dinyatakan
bahwa kurangnya keterlibatan orangtua di sekolah dan dalam kegiatan
ekstrakurikuler menjadi determinan dalam perilaku bermasalah anak.
3. Eksosistem, yaitu sistem yang berisi sejumlah kondisi yang mempengaruhi
perkembangan anak, namun anak di sini tidak terlibat dalam suatu peran langsung.
Misalnya kesejahteraan sosial, serta pengaruh media massa, dalam hal ini adalah
pengaruh TV yang banyak memberikan berbagai macam model yang membentuk
perilaku tertentu.
4. Makrosistem, Lingkungan yang paling besar dan jauh dari orang – orang dan tempat
yang masih dapat memberikan pengaruh signifikan pada anak adalah makrosistem.
Lingkungan ini tersusun akan pola budaya dan nilai – nilai sang anak, khususnya
keyakinan dan ide dominan anak sebagaimana sistem politik dan ekonomi. Konteks
budaya akan melibarkan status sosial dan ekonomi dari seseorang atau keluarganya,
etnis atau ras. Misalnya, anak – anak di daerah perang akan mengalami
perkembangan yang berbeda daripada anak yang tumbuh di masyarakat yang damai
dan sejahtera. Orang yang dilahirkan di keluarga miskin akan harus bekerja keras
setiap harinya melebihi orang – orang lain. Anggaran pendidikan yang dikurangi
oleh pemerintah juga dapat mempengaruhi perkembangan anak, juga anak yang
hidup di daerah yang masih tradisional, dan lain sebagainya.
5. Kronosistem, yaitu dimensi waktu yang menuntun perjalanan setiap level sistem dari
mikro ke makro. Menurut Bronfenbrenner lebih lanjut (1989) bahwa kronosistem ini
menyangkut berbagai kejadian yang dialami individu yang dapat mempengaruhi
adanya perubahan perilaku. Pengalaman-pengalaman ini bisa berasal dari lingkungan
eksternal (seperti perceraian orangtua, kelahiran saudara kandung, masuk sekolah),
ataupun dari lingkungan internal yaitu pubertas,atau adanya penyakit parah yang
diderita individu. Kondisi-kondisi seperti ini menciptakan dinamika perubahan atas
individu terhadap lingkungannya.