Sistem hukum yang berlaku di Indonesia ada tiga, yaitu; hukum eropa
kontinental, hukum adat, dan hukum islam, namun sebagian besar sistem yang
dianut baik secara perdata maupun pidana berdasar kepada hukum Eropa, hal ini
disebabkan oleh aspek sejarah Indonesia dahulu. Berdasarkan 3 sistem ini dapat
diketahui seberapa efisien hukum di Indonesia. Dapat dilihat bahwa sistem hukum
yang sudah berlaku saat ini baik melalui kejadian atau kasus yang terjadi dari
kalangan atas hingga bawah telah menyedot banyak perhatian publik. Banyaknya
ketidak adilan dalam pelaksanaan hukum yang saat ini membuktikan bahwa hukum
yang diterapkan di Indonesia masih belum efisien.
Republik Islam Iran terletak di barat daya asing. Penduduknya kurang lebih
berjumlah 38 juta jiwa, dan 98% penduduknya menganut agama islam. Negara ini
menggunakan kitab undang- undang yang menggunakan gagasan - gagasan hukum
civil (kontinental). kitab undang-undang hukum pidana disusun oleh sebuah komisi
yang terdiri dari ahli- ahli pidana Perancis. Meskipun konstitusi Iran 1906 memberi
kekuasaan pada dewan islam Iran untuk menolak setiap undang-undang yang tidak
sesuai dengan islam, pemerintah tetap melahirkan hukum-hukum yang bersumber
dari hukum barat.
YORDANIA
Di negara ini, hukum pidana diatut dalam KUHP baru Yordania yang
sumbernya berasal dari KUP Mesir tahun1948 dan KHU Suriah tahun 1949.
Dimana di negara ini tidak ada lagi hudud dan qishas.
SUDAN
Pada saat ini HAM telah menjadi issue global, yang seharusnya sangat tidak
mungkin diabaikan dengan dalih atau alasan apapun termasuk Indonesia. Konsep
dan implementasi atau penerapan HAM di setiap negara tidak mungkin sama,
meski demikian sifat dan hakikat HAM tetaplah sama. Dalam hal ini, terdapat 3
konsep dan model pelaksanaan HAM di dunia yang dianggap mewakili, masing-
masing di negara barat, komunis-sosialis, dan ajaran islam.Adanya HAM telah
menimbulkan konsekuensi adanya kewajiban asasi, dimana keduanya berjalan
secara paralel dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pengabaian
salah satunya dapat menimbulkan pelanggaran HAM itu sendiri.
Salah satu kendala bagi perlindungan dan penegakan HAM dalam masyarakat
khususnya masyarakat beragama adalah keraguan dalam menyikapi hubungan
antara agama dan sekulerisme. Hingga kini keduanya dipahami sebagai domain
yang berbeda, bahkan berbenturan satu sama lain. Yang perlu diingat, sebagian
besar penduduk dunia adalah umat beragama. Karena itu, keengganan untuk
melibatkan perspektif agama sebagai pondasi HAM bukan hanya hilangnya
dukungan terhadap komunitas beragama tetapi juga bisa menjebak melakukan
perlawanan terhadap sebagian hak-hak universal tersebut.
Maylani, U., Vistiani Gulo, D. and Lutfhi Azidan, F. 2022. Penegakan Hukum Mengenai Hak
Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. PLEDOI (Jurnal Hukum dan Keadilan). 1, 1 (Jul. 2022),
10-17.
Hutagalung, Siti Merida. (2011). Sociae Polites: Edisis khusus. Penegakan hukum di
Indonesia:apakah Indonesia negara hukum?, 110-126.
Siagian, Erick Christian F,dkk. (2021). Jurnal lex specialis. Sejarah sistem hukum Eropa
komtinental(civil law) dan implementasinya di Indonesia. 1(1). 43-47.
Supriyanto, Bambang Heri. (2014). Jurnal al- azhar Indonesia seri pranata social. Penegakan
hukum mengenai HAM menurut hukum positif di Indonesia. 2(3). 151-168.
Yuliarso, Kurniawan kunto & Nunung prajarto. (2005). Jurnal ilmu social dan ilmu politik.
HAM di Indonesia: menuju Democratic Governmences.8(3). 291-308.
Malaka, zuman. (2009). Al-Qanun. HAM dan demokrasi dalam dunia islam. 12(2). 359-384.