Anda di halaman 1dari 5

B. Penerapan Hukum dan HAM di Indonesia dan Internasional.

1. Penerapan Hukum di Indonesia dan Internasional


Hukum merupakan sebuah perangkat aturan yang jika dilanggar maka akan
mendapat sanksi. Indonesia merupakan negara hukum, pernyataan ini tercantum
jelas di dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3. Dengan demikian seluruh sistem maupun
pemerintahan yang ada di negara ini dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku di
Indonesia. Menurut Aristoteles, suatu negara yang baik adalah negara yang
diperintah dengan konstitusi dan kedaulatan hukum.

Membahas tentang hukum sebenarnya selalu diiringi dengan “paksaan”, karena


sifat dari hukum ini semdiri adalah mengikat. Indonesia adalah negara hukum, hal
inilah yang menjadi titik tolak dari berbagai pembentukan aturan yang bersifat
mengikat bagi masyarakat. Segala macam aturan yang ditetapkan dan dibentuk
tentu objeknya adalah masyarakat sebagai warga negara Indonesia. Hukum adalah
segala aturan yang sifatnya mengikat, memaksa, dan mewajibkan setiap warga
negara untuk menaati serta menjalankannya, jika melanggarnya maka akan terkena
sanksi atau hukuman.

Sistem hukum yang berlaku di Indonesia ada tiga, yaitu; hukum eropa
kontinental, hukum adat, dan hukum islam, namun sebagian besar sistem yang
dianut baik secara perdata maupun pidana berdasar kepada hukum Eropa, hal ini
disebabkan oleh aspek sejarah Indonesia dahulu. Berdasarkan 3 sistem ini dapat
diketahui seberapa efisien hukum di Indonesia. Dapat dilihat bahwa sistem hukum
yang sudah berlaku saat ini baik melalui kejadian atau kasus yang terjadi dari
kalangan atas hingga bawah telah menyedot banyak perhatian publik. Banyaknya
ketidak adilan dalam pelaksanaan hukum yang saat ini membuktikan bahwa hukum
yang diterapkan di Indonesia masih belum efisien.

Dalam pemberlakuan sistem hukum, selain Indonesia terdapat beberapa negara


yang walaupun notabene nya adalah negara islam tetapi dalam sistem hukumnya
menyerap dan menggunakan hukum Eropa. Di antaranya:
 IRAN

Republik Islam Iran terletak di barat daya asing. Penduduknya kurang lebih
berjumlah 38 juta jiwa, dan 98% penduduknya menganut agama islam. Negara ini
menggunakan kitab undang- undang yang menggunakan gagasan - gagasan hukum
civil (kontinental). kitab undang-undang hukum pidana disusun oleh sebuah komisi
yang terdiri dari ahli- ahli pidana Perancis. Meskipun konstitusi Iran 1906 memberi
kekuasaan pada dewan islam Iran untuk menolak setiap undang-undang yang tidak
sesuai dengan islam, pemerintah tetap melahirkan hukum-hukum yang bersumber
dari hukum barat.

 YORDANIA
Di negara ini, hukum pidana diatut dalam KUHP baru Yordania yang
sumbernya berasal dari KUP Mesir tahun1948 dan KHU Suriah tahun 1949.
Dimana di negara ini tidak ada lagi hudud dan qishas.

 SUDAN

Republik Demokrasi Sudan, terletak di benua Afrika. Memiliki jumlah


penduduk kurang lebih 18 juta jiwa dan 82% di antaranya adalah beragama islam.
Ketika negara ini berada di bawah kendali pemerintahan inggris menjelang akhir
Abad ke 19, beberapa undang-undang Inggris dan India di terapkan di negara ini,
antara lain:

1) Kitab undang-undang hukum pidana 1860


2) Kitab undang-undang hukum acara pidana 1898. Undang-undang
pidana ini berdasarkan undang-undang pidana India. Tetapi setelah
merdeka, di bawa ketetapan komisi hukum konstitusi, dilakukanlah
revisi undang-undang hingga sesuai dengan tradisi negara ini. Konstitusi
tetap berlaku diadopsi tahun 1973 yang telah mendeklarasikan syariat
sebagai landasan utaman atau pokok perundang-undangan.
2. Penerapan HAM di Indonesia dan Internasional

Pada tahun 1948 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendeklarasikan piagam


hak asasi manusia ( the universal declaration of human rights). Di Indonesia sendiri
HAM telah diatur dalam UUD 1945 baik sebelum ataupun sesudah amandemen.
Hak asasi yang diatur antara lain hak tentang merdeka, hak berserikat, hak memeluk
agama, hak membela negara, dan hak mendapat pendidikan. Perlindungan negara
terhadap HAM termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa:
negara melindungi segenap bangsa Indonesia; tumpah darah indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan
ketertiban dan perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan. Jika melihat hakikat
HAM yang sebenarnya, sangat indah membayangkan penerapan terhadap HAM
pun terpenuhi dengan adil. Akan tetapi realita yang ada tidak seperti itu, bahkan
bisa dikatakan sangat bertolak belakang. HAM yang katanya harus dijunjung
tingginya, dihormati, dan dipenuhi justru diinjak- injak begitu saja oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab.

Pada saat ini HAM telah menjadi issue global, yang seharusnya sangat tidak
mungkin diabaikan dengan dalih atau alasan apapun termasuk Indonesia. Konsep
dan implementasi atau penerapan HAM di setiap negara tidak mungkin sama,
meski demikian sifat dan hakikat HAM tetaplah sama. Dalam hal ini, terdapat 3
konsep dan model pelaksanaan HAM di dunia yang dianggap mewakili, masing-
masing di negara barat, komunis-sosialis, dan ajaran islam.Adanya HAM telah
menimbulkan konsekuensi adanya kewajiban asasi, dimana keduanya berjalan
secara paralel dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pengabaian
salah satunya dapat menimbulkan pelanggaran HAM itu sendiri.

Penerapan HAM di Indonesia sendiri, meskipun dilihat banyak terjadi


pelanggaran berat terhadap HAM dan belum kondusifnya mekanisme penyelesaian
nya, tetapi dilihat secara umum perkembangan dan penegakkan nya mulai
menampakkan kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM
melalui aturan perundang- undangan serta dibentuk pengadilan HAM dalam upaya
menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi.

Salah satu kendala bagi perlindungan dan penegakan HAM dalam masyarakat
khususnya masyarakat beragama adalah keraguan dalam menyikapi hubungan
antara agama dan sekulerisme. Hingga kini keduanya dipahami sebagai domain
yang berbeda, bahkan berbenturan satu sama lain. Yang perlu diingat, sebagian
besar penduduk dunia adalah umat beragama. Karena itu, keengganan untuk
melibatkan perspektif agama sebagai pondasi HAM bukan hanya hilangnya
dukungan terhadap komunitas beragama tetapi juga bisa menjebak melakukan
perlawanan terhadap sebagian hak-hak universal tersebut.

Negara-negara muslim sangat sering dijadikan sasaran atas pelanggaran-


pelanggaran HAM, karena banyak orang yang menilai bahwa hukum yang mereka
terapkan banyak yang melanggar terhadap hak-hak seseorang. Padahal, jika dilihat
lebih dalam, maka akan menemukan bahwa pengertian atau pemahaman konteks
terhadap HAM antara tiap-tiap negara pasti memiliki perbedaan yang tajam.
Karena, setiap negara, masing-masing memiliki kultur yang berbeda.
Daftar Referensi:

Maylani, U., Vistiani Gulo, D. and Lutfhi Azidan, F. 2022. Penegakan Hukum Mengenai Hak
Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. PLEDOI (Jurnal Hukum dan Keadilan). 1, 1 (Jul. 2022),
10-17.

Waluyo, Bambang. (2016). Penegakan hukum di Indonesia. Indonesia: Sinar Grafika.

Utama, Andrew Shandy. (2019). Ensiklopedia Social Review. Kepercayaan masyarakat


terhadap penegakan hukum di Indonesia, 1(3), 306-313.

Suma, Muhammad Amin.(2004). Hukum keluarga islam di dunia islam. Jakarta:Raja


Grafindo Persada.

Hutagalung, Siti Merida. (2011). Sociae Polites: Edisis khusus. Penegakan hukum di
Indonesia:apakah Indonesia negara hukum?, 110-126.

Siagian, Erick Christian F,dkk. (2021). Jurnal lex specialis. Sejarah sistem hukum Eropa
komtinental(civil law) dan implementasinya di Indonesia. 1(1). 43-47.

Supriyanto, Bambang Heri. (2014). Jurnal al- azhar Indonesia seri pranata social. Penegakan
hukum mengenai HAM menurut hukum positif di Indonesia. 2(3). 151-168.

Yuliarso, Kurniawan kunto & Nunung prajarto. (2005). Jurnal ilmu social dan ilmu politik.
HAM di Indonesia: menuju Democratic Governmences.8(3). 291-308.

Malaka, zuman. (2009). Al-Qanun. HAM dan demokrasi dalam dunia islam. 12(2). 359-384.

Anda mungkin juga menyukai