Anda di halaman 1dari 5

Yusril Ihza Mahendra: Sejak Ratusan Tahun Lalu,

Syariah Telah Menjadi Rujukan Hukum Kita


Selasa, 18 Agustus 2015 | 08:13 WIB

JAKARTA (voa-islam.com) - Berkaitan dengan hukum Islam, pakar hukum Prof


Yusril Ihza Mahendra membuat tweet panjang yang menarik. Ia menjelaskan
sejarah hukum Islam di tanah air dan berbagai hal berkenaan dengan hukum
Islam. Menurut Yusril, hanya agama Islam, Yahudi dan Hindu yg membentuk
sistem hukum.
Diantara ketiganya, hukum Islam yang paling berpengaruh sampai kini. Makanya
matakuliah Hukum Islam diajarkan dimana saja di fakultas hukum, termasuk di
Eropa, Amerika dan Amerika Latin.
“Sementara agama Kristen, Buddha dan Shinto tidak mengandung norma hukum
dan tidak melahirkan sistem hukum selama perkembangan sejarahnya.Sistem
Hukum Kristen misalnya memang tidak ada di dunia ini. Jesus sendiri mengacu dan
mentaati hukum Taurat seperti disebutkan dalam alKitab. Meskipun agama Kristen
tidak membentuk sistem hukum, namun setelah Imperium Romawi memeluk
Kristen, doktrin Kristen mempengaruhi Romawi. Doktrin dalam berbagai konsili itu
dinamakan Hukum Kanonik Gereja Katolik. Namun seiring dengan renesance
pengaruh itu kian berkurang,” jelas Yusril.
Pakar hukum ini melanjutkan, proses sekularisasi Eropa mendorong sekularisasi di
bidang hukum, pengaruh gereja dalam pembentukan norma hukum makin
memudar. Di fakultas hukum manapun di dunia ini tidak diajarkan hukum Kristen,
Hukum Buddha atau Hukum Shinto. Agama-agama tersebut tidak membentuk
sistem hukum.
Menurut Guru Besar Hukum UI ini, secara sosiologis dan historis, hukum Islam
tetap mempengaruhi para pemeluknya dari dulu sampai sekarang. Hukum Islam
adalah the living law. Bagaimanakah hukum Islam di Indonesia? Sejak kedatangan
Islam pengaruh hukum Islam itu cukup besar kepada masyarakat suku di
Nusantara.
“Ditingkat yang paling awal, pengaruh hukum Islam itu terletak di bidang
peribadatan dan hukum kekeluargaan. Ketika terbentuk kerajaan-kerajaan Islam
Nusantara, pengaruh hukum Islam makin besar karena dijadikan sebagai rujukan
utama pembentukan hukum. Pengaruh itu terasa di bidang hukum tatanegara,
hukum pidana, perdata dan publik lainnya. Transformasi syari'ah ke dalam hukum
kerajaan-kerajaan Nusantara dilakukan melalui kitab-kitab fiqih yg dijadikan
pegangan oleh para ulama. Sebagian lagi ditransformasikan langsung ke dalam
hukum positif kerajaan tersebut dalam bentuk Qanun, yang selanjutnya
membentuk sistem peradilan,” terang Yusril.
Dalam melakukan transformasi itu, kaidah-kaidah hukum kebiasaan atau hukum
adat yang dijadikan sebagai sumber rujukan pembentukan norma hukum. Raja
Melaka yang memeluk Islam, Parameswara, membentuk hukum laut yang sangat
menarik.
Namanya Qanun Laut Kesultanan Melaka. Qanun Laut Kesultanan Melaka itu
sangat menarik, mengingat posisi Melaka sebagai negara yang bertanggungjawab
atas keamanan Selat Melaka.
“Qanun yang diciptakan oleh kerajaan-kerajaan Islam Nusantara itu sangat banyak,
belum terhimpun dengan baik, walau sudah ada beberapa riset tentang hal itu,”
tulisnya.
Kesultanan Cirebon misalnya mempunyai Pepakem yang berisi hukum positif
kesultanan itu.
Hukum tatanegara pasti berlaku di kesultanan-kesultanan itu, mulai dari Kesultanan
Ternate dan Tidore, Buton, Goa Tallo dan Makassar. Penelitian tentang
ketatanegaraan Demak, Pajang dan Mataram Islam juga belum banyak dilakukan.
Namun pasti norma-norma hukum Islam dibidang perkawinan berlaku di Mataram
Islam, juga hukum jual beli.
“Ketika VOC mulai menguasai tanah Jawa, mereka meminta Prof De Friejer untuk
menghimpun hukum yg berlaku di tanah Jawa. Prof Priejer menerbitkan
kompilasinya tahun 1660 yang ternyata kompediumnya itu berisi hukum Islam yg
disana sini mengadopsi hukum adat Jawa. Dari berbagai ilustrasi tadi saya ingin
menunjukkan bahwa sejak ratusan tahun yang lalu, syari'ah itu telah menjadi
sumber hukum dan rujukan dalam pembentukan hukum dalam sejarah hukum di
tanah air kita. Pertanyaannya kini adalah setelah kita merdeka dan membentuk
sebuah republik yg demokratis, dimanakah posisi syari'ah itu?” tanya Yusril.
Kemudian Yusril menjawabnya, ”Kemerdekaan kita sebagai sebuah bangsa belum
banyak mengubah wajah hukum kita. Dari sudut pandang hukum, negara RI
adalah penerus Hindia Belanda. Semua peraturan kolonial, kita nyatakan masih
berlaku sebelum diadakan aturan yang baru menurut UUD45. Itu diatur dalam
pasal peralihan UUD45. Meski demikian, Hindia Belanda dahulu mengakui
keberlakuan hukum Islam walau terbatas pada hukum perkawinan dan hukum
kewarisan. Sementara hukum Islam di bidang peribadatan tidak dicampuri
pemerintah kolonial. Bidang ini mereka anggap sensitif kalau diintervensi.
Sementara untuk bidang hukum publik, pemerintah kolonial merumuskan norma
hukum berdasarkan konstitusi Belanda.”
Lebih lanjut ia menjelaskan, di bidang hukum privat pemerintah kolonial membagi
penduduk Hindia Belanda dalam 3 golongan. Golongan Eropa tunduk pada BW
dan aturan-aturan lainnya. Golongan Timur Asing tunduk pada hukum adat
mereka, kecuali mereka sukarela menundukkan diri pada hukum golongan Eropa.
Ketiga, Golongan Inlander atau bumiputra mereka tunduk pada hukum adat
mereka masing-masing. Pemerintah Hindia Belanda katakan gol Inlander tunduk
pada hukum adatnya, bukan tunduk pada hukum Islam, meskipun mereka taat
kepada agama Islam.
“Kebijakan Belanda tersebut terkait erat dengan politik devide et impera untuk
memecah belah kaum bumiputra. Belanda tidak akui hukum Islam berlaku karena
jika hukum Islam berlaku akan menyatukan semua suku bangsa yg beragama
Islam. Dengan mendukung hukum adat, maka Belanda mudah memecahbelah
mereka. Sejak awal abad 20, Pemerintah Hindia Belanda mengikuti teori-teori van
Vollenhoven dan Snouck Hurgronje yang mengatakan bahwa yang berlaku di
kalangan Inlander bukanlah hukum Islam melainkan hukum adat. Hukum Islam
baru berlaku apabila telah diterima atau “direcipier” oleh hukum adat. Pendapat-
pendapat seperti itu di alam kemerdekaan dibantah oleh para ahli hukum adat
sendiri seperti Prof Hazairin. Beliau mengatakan sebaliknya. Hukum Adat baru
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Hal itu disadari oleh
orang Islam. Secara faktual hukum Islam adalah hukum yang hidup atau the living
law dalam masyarakat Indonesia. Sebagai the living law, hukum Islam itu menjadi
bagian dari kesadaran hukum rakyat yang tidak bisa diabaikan,” terangnya.
Yusril melanjutkan, sebagai kesadaran hukum, maka negara demokratis manapun
di dunia ini tidak dapat mengabaikan kesadaran hukum itu. Karena itu, Republik
Philipina yang konstitusinya menyatakan dirinya sebagai negara sekular, belum
lama ini mencabut UU Kontrasepsi.
Sebab apa? Sebab mayorotas penduduk yang beragama Katolik menentang
kontrasepsi sesuai doktrin gereja yg diyakini mayoritas rakyat. Tugas negara dalam
merumuskan kaidah hukum adalah mengangkat kesadaran hukum yang hidup
dikalangan rakyatnya sendiri menjadi hukum positif.
Dengan demikian, negara tidak melawan kesadaran hukum rakyatnya sendiri,
apalagi negara itu menganut kedaulatan rakyat dan demokrasi. Dalam konteks
seperti itu jugalah hendaknya negara RI. Negara adalah satu-satunya institusi yang
diberi wewenang untuk memformulasikan norma hukum.
“Karena itu, alm. Ismail Saleh mengatakan sumber hukum dalam pembentukan
hukum nasional kita adalah hukum Islam (syari'ah), hukum adat, hukum eks
kolonial Hindia Belanda yg telah diterima oleh masyarakat Indonesia, serta
konvensi-konvensi internasional yang sudah sudah kita ratifikasi. Kebijakan
pembangunan norma hukum di negara kita ini haruslah mempertimbangkan
kemajemukan bangsa kita. Karena itu di bidang hukum privat, khususnya hukum
kekeluargaan, kita harus memberlakukan berbagai jenis hukum sesuai
kemajemukan tersebut. Hukum Perkawinan dan Kewarisan misalnya mustahil untuk
dapat disatukan dan diberlakukan kepada semua orang. Maka biarlah ada
kemajemukan. Bagi orang Islam, negara memberlakukan hukum perkawinan dan
kewarisan Islam yang harus dituangkan dalam bentuk undang-undang. Begitu juga
negara dapat mengangkat hukum kewarisan adat bagi komunitas adat tertentu,
sesuai kesadaran hukum mereka. Sejalan dengan konsep negara kesatuan, di
bidang hukum publik, sejauh mungkin negara merumuskan satu jenis hukum yg
belaku buat semua orang,” jelas Yusril.
Dosen Hukum Tatanegara UI ini melanjutkan, Hukum Lalu Lintas misalnya tidak
mungkin ada beberapa jenis hukum yg diberlakukan secara bersamaan. Begitu
pula di bidang hukum pidana dan hukum administrasi negara harus ada satu jenis
hukum yg berlaku bagi semua orang. Dengan demikian, di bidang hukum publik
kita memberlakukan unifikasi hukum. Sedang di bidang hukum privat kita hormati
kemajemukan.
Dalam konteks merumuskan norma hukum publik yang betsifat unifikasi itu, kita
merujuk kepada sumber-sumber hukum, yakni syari'ah, hukum adat, hukum eks
kolonial yang sudah diterima dan konvensi-konvensi internasional yg sudah kita
ratifikasi. Ketika sudah disahkan menjadi undang-undang, maka yang berlaku itu
tidak lagi disebut syari'ah, hukum adat atau hukum eks kolonial, tetapi UU RI.
Undang-undang Republik Indonesia itulah hukum positif yang berlaku di negara ini
yang asalnya digali dari sumber-sumber hukum dengan mengingat kebutuhan
hukum.
“Apakah dengan berlakunya hukum Islam di bidang privat dan transformasi asas-
asas syari'ah ke dalam hukum publik, Indonesia kemudian menjadi sebuah “negara
Islam”? Bagi saya tidak. Negara ini tetaplah Negara RI dengan landasan falsafah
bernegara Pancasila. Sama halnya dengan dijadikannya hukum adat di bidang
privat dan ditransformasikannya hukum adat ke dalam hukum publik, tidaklah
menjadikan Negara RI ini berubah menjadi Negara Adat. Negara ini tetaplah
Negara RI dengan Pancasila sebagai landasan falsafah bernegaranya. Selama ini
kita gunakan KUHP yang asalnya adalah Code Penal Napoleon yang diadopsi oleh
Belanda dan diberlakukan di sini. Tokh negara kita tidak pernah berubah menjadi
Negara Napoleon. Tetap saja negara kita Negara RI,” jelas cendekiawan Islam ini.
[nh/sharia/voa-islam.com]
Sumber: http://www.voa-islam.com/read/liberalism/2015/05/31/37302/yusril-ihza-
mahendra-sejak-ratusan-tahun-lalu-syariah-telah-menjadi-rujukan-hukum-
kita/#sthash.AMrdHtTo.dpbs
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11833

Anda mungkin juga menyukai