Abstrak
hukum Islam dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak terlepas pengaruhnya masuknya Islam ke nusantara
pada abad ke 12 dan ke 13 masehi di mana pada masa itu para penyebar agama Islam di nusantara menganut mazhab
syafi'i. Perjalanan sejarah transformasi Hukurn Islam sarat dengan berbagai dimensi historis, filosofis, politik,
sosiologis dan yuridis. Hukum Islam di Indonesia terlihat dari dua sisi. Pertama, hukum Islam berlaku secara yuridis
formal atau dikodifikasikan dalam struktur hukum nasional. Kedua, hukum Islam berlaku secara normatif yakni
diyakini memiliki sanksi atau padanan hukum bagi masyarakat muslim.Hukum Islam di Indonesia telah mengalami
perkembangan signifikan sepanjang sejarahnya. Dengan fokus pada latar belakang, tujuan penelitian, dan hasil
temuan, penelitian ini menggali pengaruh Hukum Islam dalam membentuk sistem hukum nasional. Analisis historis
menunjukkan interaksi yang kompleks antara Hukum Islam dengan konteks sosial, politik, dan budaya Indonesia.
Temuan penting menekankan peran krusial Hukum Islam dalam kebijakan hukum terutama dalam aspek-aspek
seperti keluarga, warisan, dan perkawinan. Tantangan dan adaptasi juga menjadi sorotan penting dalam konteks
masyarakat Indonesia yang pluralistik.
Abstract
Islamic law in the Unitary State of the Republic of Indonesia is inseparable from the influence of the entry of Islam
into the archipelago in the 12th and 13th centuries AD where at that time the spreaders of Islam in the archipelago
adhered to the Shafi'i school of thought. The historical journey of the transformation of Islamic Law is full of various
historical, philosophical, political, sociological and juridical dimensions. Islamic law in Indonesia can be seen from
two sides. First, Islamic law applies formally juridically or is codified in the structure of national law. Second,
Islamic law applies normatively, that is, it is believed to have sanctions or legal equivalents for the Muslim
community. With a focus on the background, research objectives, and findings, this study explores the influence of
Islamic Law in shaping the national legal system. The historical analysis shows the complex interaction between
Islamic Law and the Indonesian social, political and cultural context. Key findings emphasize the crucial role of
Islamic Law in legal policy especially in aspects such as family, inheritance and marriage. Challenges and
adaptations are also highlighted in the context of Indonesia's pluralistic society.
A. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara hukum. Hal ini disebutkan secara jelas dalam pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara. Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa, "Negara
Indonesia adalah negara Hukum," Negara hukum selalu dimaknai dengan adanya norma tertulis
yang menjadi landasan bersama. Konsepsi negara hukum meniscayakan hukum tertulis sebagai
panglimanya.
Tentang hukum Islam, jika ditilik dari sejarahnya, eksistensi hukum Islam di Indonesia
mulai sejak masuknya Islam di nusantara. Paling tidak ada tiga teori tentang ini. Teori Gujarat
(India), teori Makkah (Arab) dan teori Persia. Ketiganya terjadi jauh di masa pra kemerdekaan.
Sejak masuknya Islam itu, nilai- nilai hukum Islam telah menjadi norma yang dianut oleh
masyarakat nusantara.
Pada masa kerajaan Islam, hukum Islam punya peran penting dalam masyarakat. Hukum
Islam menjadi acuan dalam menyelesaikan masalah hukum di masyarakat. Lalu, pada masa
kolonial Belanda, mereka berusaha memberlakukan hukum. mereka pada masyarakat secara
kaku. Namun, akhirnya mereka memberi ruang pada hukum Islam dan hukum adat. Begitu juga.
pada masa kolonial jepang, mereka berusaha merebut dominasi hukum atas hukum Islam,
Di masa pasca kemerdekaan, hukum Islam berlaku atas dasar pasal 29 Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."
Hal tersebut menunjukkan bahwa, pengaruh positifisme. hukum begitu kuat. Yang
artinya, penerapan hukum Islam harus juga memiliki dasar peraturan pemberlakuanya. Dan ini
berpengaruh pada eksistensi hukum Islam itu sendiri. Dari persoalan tersebut, penting kiranya
untuk melihat bagaimana eksistensi hukum Islam di Indonesia dewasa ini.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian berisi spesifikasi penelitian, jenis penelitian, metode pendekatan,
teknik pengumpulan data, dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. Metode
penelitian ditulis secara deskriptif dan dibuat dalam 1 alinea.
Pendapat Abdul Wahhab Khallaf membagi hukum menjadi tiga, yaitu: hukum
i'tiqadiyyah (keimanan), hukum-hukum khuluqiyyah (akhlak), dan hukum- hukum
'amaliyyah (aktivitas baik ucapan maupun perbuatan).
Hukum- hukum amaliyyah menjadi dua, yaitu: hukum-hukum ibadah yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, dan hukum-hukum muamalah yang mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya (khallaf. 1978: 32). Kedua bidang hukum ini
akan diuraikan sebagai berikut:
a) Ibadah
Secara etimologis kata ibadah' berasal dari bahasa Arab 'al-ibadah, yang
merupakan mashdar dari kata kerja 'abada-ya'budu yang berarti menyembah atau
mengabdi (Munawwir, 1997: 886). Sedangkan secara terminologis ibadah dapat
diartikan dengan perbuatan orang mukallaf (dewasa) yang tidak dapat didasari
hawa nafsunya dalam rangka mengagungkan Tuhannya (al-Jarjani, 1988: 189).
Menurut pendapat Hasbi ash Shiddieqy (1985: 4) mendefinisikan ibadah segala
sesuatu yang dikerjakan untuk mencapai keridhoan ALLAH dan mengharap
pahala-Nya di akherat. Hakikat ibadah menurut para Ahli, berpendapat:
ketundukkan jiwa yang timbul karena hati merasakan cinta akan yang disembag
(Tuhan) dan merasakan keagungan-Nya, karena meyakini bahwa dalam alam ini
ada kekuasaan yang hakikatnya tidak diketahui oleh akal.
Pendapat lain, hakikat ibadah adalah: memperhambakan jiwa dan
menundukkannya kepada kekuasaan yang ghaib yang tidak dijangkau ilmu dan
tidak diketahui hakikatnya. Sedangkan menurut Ibnu Katsir, hakikat ibadah adalah:
suatu ungkapan yang menghimpun kesempurnaan cerita, tunduk dan takut (Ash
Shiddieqy. 1985: 8).
b) Muamalah
Pengertian muamalah secara etimologis kata muamalah dari segi bahasa Arab
'al-muamalah yang berpangkal pada kata dasar 'amila-ya'malu-'amalan artinya
membuat, berbuat, bekerja, atau bertindak (Munawwir, 1997: 972). Arti lainnya
bahwa hubungan kepentingan (seperti jual beli, sewa, dsb) (Munawwir, 1997:
974). Menurut etimologis muamalah, yaitu: bagian dari hukum muamalah selain
ibadah yang mengatur hubungan orang-orang mukallaf antara satu dengan lainnya
baik secara individu, dalam keluarga, maupun bermasyarakat (Khallaf, 1978: 32).
Bidang muamalah berlaku asas umum, yakni: pada dasarnya semua akad dan
muamalah diperbolehkan untuk melakukan, kecuali ada dalil yang membatalkan
dan melarangnya (Ash Shiddieqy, 1980, II: 91).
Muamalah, adalah: Ketetapan Allah yang berhubungan dengan kehidupan sosial
manusia walaupun ketetapan tersebut terbatas pada pokok-pokok saja. Karena
sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui Ijtihad manusia yang memenuhi
syarat usaha itu.
Oleh sebab itu, bidang muamalah terbuka sifatnya untuk dikembangkan
melalui Ijtihad. Prinsip dasar tersebut dapat dipahami bahwa semua perbuatan yang
termasuk dalam kategori muamalah boleh saja dilakukan selama tidaka ada nash
yang melarangnya. Ruang lingkup hukum Islam dalam bidang muamalah, menurut
Abdul Wahhab Khallaf (1978: 32-33), meliputi antara lain:
1. ahkam al-ahwal al-syakhsiyyah (hukum-hukum masalah personal/keluarga);
2. al-ahkam al-madaniyyah (hukum-hukum perdata);
3. al-ahkam al-jinayyah (hukum-hukum pidana);
4. ahkam al-murafa'at (hukum-hukum acara peradilan);
5. al-ahkam al-dusturiyyah (hukum-hukum perundang-undangan);
6. al-ahkam al-duwaliyyah (hukum-hukum kenegaraan); dan
7. al-ahkam al-istishadiyyah wa al-maliyyah (hukum-hukum ekonomi dan harta).
D. SIMPULAN
Hukum Islam di Indonesia memiliki peranan penting dalam konteks hukum keluarga.
Penerapannya diatur dalam berbagai undang-undang, khususnya terkait dengan perkawinan,
perceraian, dan warisan bagi warga negara yang menganut agama Islam.Meskipun mayoritas
penduduk Indonesia adalah Muslim, secara resmi Indonesia adalah negara sekuler. Namun,
Islam diakui sebagai salah satu agama resmi. Ini menciptakan keunikan di mana prinsip- prinsip
hukum Islam diakui dalam beberapa aspek kehidupan, sambil tetap mempertahankan kerangka
hukum sekuler.Indonesia memiliki sistem hukum positif yang berlaku untuk semua warga
negara, tanpa memandang agama. Meskipun hukum Islam dapat dijadikan pedoman dalam
beberapa keputusan, namun tidak berlaku secara eksklusif seperti di negara dengan sistem
hukum berbasis syariah.Dengan demikian, makalah tersebut menunjukkan bahwa kedudukan
hukum Islam di Indonesia merupakan bagian integral dari sistem hukum yang mencerminkan
keberagaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai agama dalam kerangka hukum negara.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Muchammad Ichan, L. M. (2015). PENGANTAR HUKUM ISLAM. Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Nia Puspita Habsari, S. (2020). MODUN SESI 2 : Ruang Lingkup Hukum Islam. 1-15.
Sirojudin. (2020). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam. 1-17.
Sumarni. (2012). KEDUDUKAN HUKUM ISLAM DALAM NEGARA REPUBLIK
INDONESIA. 447-458.