Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad sabil

Nim : B011191311

Matkul : hukum islam

1. Sejarah pengajaran Matakuliah Hukum Islam di perguruan tinggi sudah dilakukan sejak
penjajahan bahkan diajarkan pada perguruan tingi diluar negri. Uraikan jawaban
saudara
 Sejak zaman penjajahan dulu,setiap sekolah tinggi hukum yang didirikan oleh
pemerintah,selalu mengajarkan mata kuliah Hukum Islam. Setelah Indonesia
merdeka, kebiasaan tersebut terus dilanjutkan. Istilah yang digunakan
MOHAMMEDAANSCH RECHT atau MOHAMEDAN LAW tidaklah tepat,karena hukum
islam bersumber pada al Qur'an yang berasal dari Allah. Muhammad hanyalah
pembawa risalah. Istilah yang benar adalah Islamic Law,tercatat dalam daftar kode
disiplin Iptek UNESCO dengan nomor 5606.01.
Dulu,dalam kurikulum Sekolah Tinggi Hukum (Rechts Hogeschool) di Belanda
dan Batavia, ada mata Mata Kuliah Hukum Islam dan lembaga-lembaga Islam
(Mohammedaansch Recht en Instellingen van den Islam).
2. Mengapa mata kuliah hukum islam WAJIB diajarkan pada fakultas hukum di seluruh
Indonesia? Jelaskan !
 Karena alasan sejarah; Di semua Sekolah Tinggi/Fakultas Hukum yang didirikan oleh
pemerintah Belanda dahulu, seperti Recht Hogeschool, diajarkan hukum Islam atau
yang mereka sebut Mohammedaansch Recht. Tradisi ini dilanjutkan oleh fakultas
hukum yang didirikan setelah Indonesia merdeka.
 Karena alasan penduduk; Karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam
dan jumlah orang muslimnya terbanyak di dunia, maka sejak dahulu para pegawai,
para pejabat pemerintahan, dan para pemimpin yang akan bekerja di Indonesia
selalu dibekali dengan pengetahuan keislaman, baik mengenai lembaganya maupun
mengenai hukumnya yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat muslim
Indonesia.
 Karena alasan yuridis; Di Indonesia, hukum Islam berlaku secara normatif dan
secara formal yuridis;
(a) Secara Normatif adalah bagian hukum Islam yang mempunyai sanksi
kemasyarakatan apabila norma-normanya dilanggar.
(b) Secara formal yuridis adalah bagian hukum Islam yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat. Bagian hukum Islam ini
menjadi hukum posistif berdasarkan atau karena ditunjuk oleh peraturan
perundang-undangan, seperti hukum perkawinan, hukum kewarisan, dan lain-lain.
 Alasan konstitusional; Tafsiran Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menurut Prof. Hazairin:
(a) Di dalam negara Republik Indonesia tidak boleh berlaku atau diberlakukan hukum
yang bertentangan dengan norma-norma (hukum) agama dan norma kesusilaan
bangsa Indonesia;
(b) Negara RI wajib menjalankan dalam makna menyediakan fasilitas agar hukum
yang berasal dari agama yang dipeluk bangsa Indonesia dapat terlaksana sepanjang
pelaksanaan hukum agama itu memerlukan bantuan alat kekuasaan atau
penyelenggara negara, misalnya hukum perkawinan dan kewarisan;
(c) Syariat yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara untuk
melaksanakannya karena dapat dijalankan sendiri oleh setiap pemeluk agama yang
bersangkutan, menjadi kewajiban pribadi pemeluk agama itu sendiri
menjalankannya menurut agamanya masing-masing.
 Alasan ilmiah; Tujuan para orientalist barat mempelajari hukum Islam
(a) Untuk mempertahankan kesatuan wilayah negara mereka dari pengaruh
kekuasaan Islam;
(b) Untuk menyerang Islam dari dalam dengan cara mencari-cari kelemahannya;
(c) Untuk tujuan-tujuan politik guna mengukuhkan penjajahan barat di benua Afrika,
Timur Tengah, dan Asia yang penduduknya mayoritas beragama Islam;
(d) Untuk memahami Islam dan umat Islam guna pengembangan kerjasama dengan
negara Islam dan negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
3. Hubungan antara syariat dengan fiqih pada satu perbuatan hukum yang terjadi dalam
hukum islam
 Syariah. Menurutkan akar katanya ‫ ش رع‬yang berarti jalan menuju sumber air
Menurut istilah: Hukum yang diatur oleh Allah SWT, untuk hambanya melalui lisan
para Rasul. Para Rasul menyampaikan kepada umatnya untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Baik berbentuk aqidah, hukum, akhlak, muamalah dan
sebagainya, secara singkat dapat dikatakan bahwa syariah Islam adalah keseluruhan
ajaran Islam yang bersumber dari wahyu Allah SWT.
4. Salah satu prinsip-prinsip hukum islam adalah “bertahap dalam menerapkan hukum”.
Kemukakan jawaban saudara dengan argumentasi yang jelas bilamana hal tersebut
dihubungkan dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia
 Bertahap Dalam Penerapan Hukum Islam Adalah Seruan Bid’ah dan Bahaya
Mematikan. Penerapan Islam merupakan perkara Agama yang pasti (ma’lum min ad-
din bi ad-dharurah), dua kubu kaum muslim tidak berbeda pendapat terkait hal
tersebut –baik yang pro tadarruj/bertahap maupun yang kontra.
5. Gambarkan dengan jelas apa yang saudara ketahui mengenai hukum taklify dan hukum
wadh’i/wad-iy
 Hukum taklifi, adalah tuntutan Allah SWT yang berkaitan dengan perintah untuk
berbuat atau perintah untuk meninggalkan suatu perbuatan.[1] Hukum taklifi ialah
hukum yang menghendaki dilakukannya suatu perbuatan oleh mukallaf atau
melarang mengerjakannya atau disuruh memilih antara melakukan atau
meninggalkannya.[2] Hukum taklifi yakni perintah Allah SWT yang mendorong
seseorang untuk memilih mengerjakannya atau melarangnya, atau memilih untuk
mengerjakan atau meninggalkan. Menurut Jumhur Ulama’ Hukum Taklifi ada 5 yaitu
a. Ijab
b. Tahrim
c. Nadb
d. Karahah
e. Ibahah
 Hukum wadh’I
Hukum wadhi ialah hukaum yang menghendaki adanya sesuatu itu sebagai sebab
bagi sesuatu yang lain atau sebagai syarat atau sebagai penghalang atau sebagai
sesuatu yang memperkenankan keringanan (rukhsah) atau sebagai pengganti hukum
ketetapan pertama (azimah).] Dengan kata lain Wadh’i ini sebagai kejelasan dari
penetapan hukum taklifi yang masih sebagai dasar dan dijelaskan didalam hukum
Wadh’i.

Anda mungkin juga menyukai