Anda di halaman 1dari 12

ADA TIGA PEMBAHASAN

1. Hubungan Peradilan Agama dengan proses


penerapan Hukum di Indonesia
2. Hukum Islam Dan Pranata Sosial
3. Hukum Islam Dan Organisasi Sosial
Kelompok 1

1. Achmad Burhanudin (102210002)


2. Aisah syafira (10221000
3. kating (10221000
A. Hubungan PA dengan proses penerapan Hukum di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-VII. Ajaran-


ajaran agama Islam secara perlahan-lahan diterima masyarakat
Indonesia dan menggeser ajaran-ajaran agama Hindu sebagai
agama yang telah ada dan di anut oleh masyarakat sebelumnya
Peradilan Agama pun mulai ada walaupun mula-mula
masih dalam bentuk yang sederhana yang belum terbentuk
dalam suatu lembaga khusus dan pada akhirnya mengalami
perkembangan menjadi sebuah lembaga kekuasaan kehakiman
di Indonesia.
Peradilan Agama dalam melaksanakan kekuasaan
kehakiman berpedoman pada ajaran-ajaran agama Islam

Terdapat hubungan yang signifikan antara Peradilan Agama


dengan proses penerapan hukum Islam di Indonesia walaupun
hanya terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Perdilan Agama
tidak mencakup pada masalah ibadah seperti salat, zakat, puasa
dan lain-lain. Peradilan Agama tidak mencakup pula urusan
pidana Islam (Jinayah dan hudud)
Peradilan Agama berwenang memeriksa, mengadili, menuntut, dan
mnyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud “antara
orang yang beragama Islam” adalah orang atau badan hukum yang dengan
sendirinya menundukan diri dengan suka rela kepada hukum Islam
mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama.
Kewenangan Peradilan Agama sebagaimana diatur dalam UU No. 3 Tahun
2006 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, yaitu:
1. Perkawinan; 2. Waris 3. Wasiat 4. Hibah 5. Wakaf 6. Zakat;
7. Infak 8. Shodaqoh 9. Ekonomi Syariah.
Pengadilan Tinggi Agama merupakan Pengadilan tingkat Banding
yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara yang
diputus oleh pengadilan Agama dan merupakan Pengadilan Tingkat
Pertama dan Terakhir mengenai sengketa kewenangan mengadili antar
Pengadilan Agama di daerah hukumnya.
Hubungan antara Peradilan Agama dengan proses penerapan
hukum Islam dapat dilihat dari berbagai peraturan perundang-undangan
yang mengatur Peradilan Agama sebagai berikut.
1. Staatsblad Tahun 1854 Nomor 129
2. Staatsblad Tahun 1882 Nomor 152
3. Staatsblad Tahun 1937 Nomor 116 dan 610
4. Staatsblad Tahun 1937 Nomor 638 dan 639
5. Peraturan Pemerintahan Nomor 45 Tahun 1957
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL

Sebagaimana dikemukakan diatas, hukum Islam mencakup dimensi


yang bervariasi, ia mengalami internalisasi ke dalam berbagai pranata
sosial yang tersedia di dalam masyarakat. Pranata sosial didapat dari dua
sudut pandang.
1. Pranata sosial merupakan aktualisasi hukum Islam yang
bertumpu pada interaksi sosial yang berpola setelah mengalami
pergumulan dengan kaidah-kaidah lokal yang dianut oleh masyarakat
Indonesia yang majemuk.
2. Pranata-pranata itu merupakan perwujudan interaksi sosial
dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Interaksi sosial itu berpatokan dan mengacu kepada
keyakinan nilai dan kaidah yang dianut oelh mereka.
Pranata sosial itu muncul dan berkembang sebagai
refleksi dari sebuah kebudayaan manusia yang menurut
Kluckhom adalah keseluruhan cara hidup manusia. Pranata-
pranata itu meliputi berbagai bidang kehidupan yang
senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Ada pranata yang amat dekat dengan keyakinan yang dianut,
sehingga memiliki tingkat kepekaan yang sangat tinggi,
misalnya pranata peribadatan, pranata kekerabatan dan
pranata pendidikan.
Sementara itu Cik Hasan membagi 11 ruang lingkup pranata
yaitu:
1. PRANATA PERIBADATAN 7. PRANATA HUKUM
2. PRANATA KEKRABATAN 8. PRANATA EKONOMI
3. PRANATA KEILMUAN 9. PRANATA KESEHATAN
4. PRANATA PENDIDIKAN 10. PRANATA PERAWATAN SOSIAL
5. PRANATA PENYIARAN 11. PRANATA KESENIAN
6. PRANATA POLITIK
HUKUM ISLAM DAN ORGANISASI SOSIAL
Syari'at atau Syari'at Islam adalah bagian dari Agama. Agama bagi umat
Islam mengandung dua sisi. (Pertama) Apa yang harus diyakininya; (Kedua) Apa
yang harus diamalkannya.
Ketentuan tentang apa yang harus diyakininya disebut dengan akidah,
Petunjuk tentang apa yang harus diamalkannya disebut syari’at.
Sedangkan Hukum Islam sejak kedatangannya di bumi Nusantara Indonesia
hingga pada hari ini tergolong hukum yang hidup (living law) di dalam
masyarakat.
Di Indonesia, pelaksanaan hukum Islam diwakili oleh beberapa institusi,
MUI lebih dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga yang berusaha
menyelesaikan banyak permasalahan agama dengan mengeluarkan fatwa, KUA
bertugas melakukan pencatatan perkawinan dan wakaf; Peradilan Agama
bertugas menangani masalah hukum al-ahwal al-syakshiyyat (hukum keluarga
muslim) yang terjadi di masyarakat
Dari persoalan-persoalan yang terjadi dimasyarakat tidak terlepas dengan
pengaruh modernisasi, begitu pula dengan pengambilan beberapa keputusan
yang dikeluarkan oleh ormas-ormas Islam tidak terlepas dengan pengaruh
mazhab- mazhab yang berkembang di Asia Tenggara.
Ormas keagamaan, khususnya ormas Islam telah memberikan warna tersendiri
dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, baik dari konteks hukum di
indonesia, sehingga lahirlah beberapa organisasi Islam di Indonesia seperti SI
(syarikat Islam) yang berorientasi politik dengan cikal bakal dari syarikat Dagang
Islam yang berorientasi bisnis yang tidak lepas dari motivasi kuat untuk
mengimplementasikan ajaran-ajaran Islam dalam berbagai aspeknya, kemudian
Muhammadiyah yang bergerak pada sosial keagamaan dan dakwah, dan
Nahdatul Ulama (NU) yang sering dikatakan sebagai organisasi masa Islam
tradisional yang mengembangkan ajaran empat mazhab. Dari beberapa ormas
Islam yang ada di Indonesia, penulis mengambil ormas Islam yang sangat kuat
pengaruhnya yaitu : N.U (Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah), dalam
pengembangan Hukum Islam di Indonesia.
Mangan Kupat duduh Santen
menawi lepat nyuwun pangapunten
MATUR SUWUN

Anda mungkin juga menyukai