Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ARTIKEL ILMIAH

Perubahan Sosial dan Hukum Islam

(Studi Kasus Masyarakat Muslim Indonesia)

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

SOSIOLOGI HUKUM

Oleh:
RONI AKROMA
NIM :

Dosen Pembimbing:
Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AGUNG

SEMARANG 2022

1
A. Judul

Perubahan Sosial dan Hukum Islam (Studi Kasus Masyarakat Muslim


Indonesia)

B. Pendahuluan

Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Adanya interaksi sosial antar kebudayaan antar bangsa pada era industri 4.0
saat ini semakin mempercepat laju perubahan sosial. Dampak perubahan sosial itu
tidak saja menimbulkan kesenjangan antara nilai lama dengan nilai baru, tetapi juga
menimbulkan kesenjangan antara hukum yang telah mapan dengan realitas sosial
yang terus mengalami perubahan. Salah satu dampak dari perubahan sosial itu, yaitu
dapat mempengaruhi konsep serta pranata hukum Islam.1
Perubahan sosial pada masyarakat dapat dipengaruhi berbagai fakor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal pada umumnya bersumber pada
masyarakat itu sendiri, misalnya antara lain ideologi yang dianut, kebudayaan,
background pendidikan dan lain sebagainya, faktor eksternal misalnya bertambahnya
penduduk suatu wilayah dengan kedatangan transmigrasi, sehingga masyarakat
menjadi heterogen, interaksi dari berbagai latar belakang etnik yang berbeda
biasanya mengalami kadar perubahan yang pesat akan memudahkan terjadinya
perubahan sosial. Begitu pula, timbunan kebudayaan dan penemuan baru, yaitu suatu
kebudayaan semakin lama semakin beragam dan bertambah secara akumulatif. 2
Termasuk sitem hukum yang berlaku dimasyarakat tersebut, hal ini dikarenakan
hukum memiliki fungsi social control, dispute settlement dan social engeneering
atau inovation.
Demikianhalnya dengan masyarakat Indonesia, yang sebagian besar menganut
agama Islam, sehingga penerapan hukum positif di Indonesia juga dipengaruhi oleh
hukum Islam, Meskipun Indonesia tidak menerapkan hukum Islam secara
menyeluruh seperti Arab Saudi atau Qatar, namun pada dasarnya nilai-nilai yang
terkandung dalam Islam juga diterapkan dalam hukum positif Indonesia. Hal ini

1
Muhammad Khalid Mas’ud, Filsafat Hukum: Studi Tentang dan Pemikiran Abu Ishaq al-Shatibi
(Bandung: Pustaka, 1999), 1.
2
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), 163.

2
terlihat dari berbagai peraturan perundang-undangan yang telah disahkan oleh
pemerintah, di antaranya:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan;
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama dan kedua kali dengan Undang-Undang Nomor
50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;
c. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf;
d. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;
f. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji dan Umrah;
g. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren;
h. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan
Kompilasi Hukum Islam.

Dinamisasi sebagai karakteristik hukum Islam mengindikasikan kemampuan


hukum dalam mengakomodir, merespon dan menjawab setiap permasalahan baru
yang tidak terdapat hukumnya dalam al-Qur’an dan Sunnah sebagai konsekwensi
logis dari perubahan sosial yang tak mungkin dielakkan3. Hal ini menunjukkan
bahwa antara perubahan sosial dan hukum Islam memiliki hubungan timbal balik, di
mana kedua saling mempengaruhi, atau dapat dikatakan hubungan antara perubahan
sosial dan hukum Islam merupakan hubungan interaksi, dalam arti terdapat pengaruh
perubahan sosial terhadap perubahan hukum Islam, sementara di sisi yang lain,
perubahan hukum Islam juga berpengaruh terhadap perubahan sosial.

3
Ibn Rushd, Bidayat al-Mujtahid wa Niha>yat al-Muqtas}id (Indonesia: Daar al-Kutub al-
Arabiyyah, n.d.), 2.

3
Oleh karena itu artikel ini mencoba untuk mendeskripsikan keterkaitan antara
hukum Islam dan perubahan sosial khususnya di Indonesia, untuk melihat sejauh
mana pengaruh perubahan sosial terhadap hukum Islam.

C. Pembahasan
Dalam sistem sosial, sosial dan hukum sabagai sub sistem yang masing-
masingnya berjalan sesuai dengan fungsinya, namun sebagai sistem ada
ketergantungan dan keterkaian. Oleh karena itu, adanya perubahan sosial akan
membawa kepada perubahan hukum, dan sebaliknya adanya perubahan hukum akan
membawa kepada perubahan sosial. Adanya hubungan dan keterkaitan dalam sosial
dan hukum, sesuai dengan Teori Sibernetika (Cybernetics) Talcott Parsons, pada
teori ini sistem sosial merupakan suatu sinergi antara berbagai sub sistem sosial yang
saling mengalami ketergantungan dan keterkaitan. Bahwa tingkah laku individu tidak
merupakan tingkah laku biologis, tetapi harus ditinjau sebagai tingkah laku yang
berstruktur. Tingkah laku seseorang harus ditempatkan dalam kerangka sistem sosial
yang luas yang terbagi dalam sub sistem-sub sistem. 4
Hubungan sebab akibat antara sosial dan hukum, sebagaimana tersebut di atas,
juga terdapat hubungan sebab akibat antara perubahan sosial dengan hukum Islam,
Hukum Islam membawa perubahan sosial dan perubahan sosial membawa perubahan
hukum Islam, sebagaimana penjelasan berikut:
1. Hukum Islam Membawa Perubahan Sosial
Hukum Islam akan dapat merubah sosial masyarakat, apabila hukum Islam itu
telah ditaati dan dilaksanakan serta menjadi pegangan, dan bahkan menjadi adat
kebiasaan bagi masyarakat. Di samping itu, hukum Islam dapat merubah sosial
masyarakat apabila hukum Islam itu diserap menjadi hukum positif bagi suatu
negara. Dalam sejarah hukum Islam, berbagai kajian yang dilakukan berkesimpulan
bahwa hukum Islam dengan terang merubah sosial masyarakat. Di masa klasik,
ketika Rasulullah SAW. disamping sebagai seorang rasul juga sebagai kepala negara,
maka hukum Islam dapat diterapkan dan dijadikan peraturan kepada seluruh kegiatan
umat Islam.

4
Fathurrahman Azhari, "Dinamika Perubahan Sosial Dan Hukum Islam", Al-Tahrir, Vol. 16, No. 1 Mei
2016 : 197 - 221

4
Misalnya saja Abu al-Hasan al-Nadwi menggambarkan sosial masyarakat Arab
Jahiliyah, bahwa bangsa Arab pada waktu itu sangat bejat moralnya. Mereka gemar
meminum minuman yang memabukkan, berjudi,dan senang dengan berbagai macam
kebrutalan lainnya seperti menanam bayi perempuan hidup-hidup, merendahkan
derajat kaum wanita. Kaum laki-laki dibebaskan untuk mengawini banyak
perempuan tanpa batas. Setiap kabilah mempertahankan kepentingan dan rasa
kesukuan kabilahnya masing-masing, sehingga sering terjadi pertumpahan darah
antara satu kabilah dengan kabilah lainnya. Bahkan pertumpahan darah merupakan
suatu kebanggaan dan kesenangan mereka. Dalam proses selama 22 tahun syariat
Islam yang di bawa oleh Rasulullah SAW, yang mengatur kehidupan seseorang
secara individu maupun bermasyarakat, baik yang berhubungan dengan akidah,
ibadah, maupun akhlak dianggap sempurna. Masyarakat Arab yang semula dikenal
dengan masyarakat jahiliyyah yang berprilaku dan berpegang kepada tradisi yang
tidak baik, berubah menjadi masyarakat yang sangat taat kepada hukum Islam.
Dimasa kontemporer, sebut misalny adalah Indonesia, sebagaimana yang telah
disampaikan di atas, pemerintah telah mengesahkan beberapa hukum positif yang
bersumber dari hukum Islam, maka hukum Islam jelas mengatur tentang tingkah
laku, kedudukan, struktur dan lembaga masyarakat bangsa Indonesia. Misalnya
hukum Islam yang diserap dan dijadikan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
perkawinan. Perubahan yang terjadi, misalnya sebelum lahirnya UU No.1 Tahun
1974, masyarakat di Indonesia tidak jarang melangsungkan perkawinan usia di
bawah umur. Setelah lahirnya UU No. 1 Tahun 1974 berdasarkan ketentuan Bab 2
pasal 7 ayat yang berbunyi “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 tahun (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai
umur 16 tahun”. maka sosial masyarakat berubah untuk melangsungkan perkawinan
harus sesuai dengan UU tersebut.
Contoh lain adalah setelah diterapkannya UU tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, yang awalnya masyarakat Indonesia hanya bisa melakukan transaksi
finansial dengan lembaga keuangan konvensional (bank konvensional), maka saat ini
masyarakat Indonesia perlahan dan pasti sudah menjadikan ekonomi Islam sebagai
lifestyle, khususnya dalam hal transaksi finansial, mulai menabung, pengajuan
pembiayaan permodalan untuk usaha atau bahkan untuk keperluan investasi.

5
Sesuai dengan pendapat William Dahl yang mengatakan, bahwa hukum
merupakan alat utama dari hasil rekayasa sosial yang kemudian dijadikan dasar
terbentuknya suatu masyarakat yang sejahtera karena aturan-aturan yang diterapkan
ditujukan untuk terciptanya sebuah keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, maka hukum dapat menciptakan perubahan sosial dalam
masyarakat atau setidak-tidaknya dapat memacu perubahan-perubahan yang
berlangsung dalam masyarakat.
Hukum dapat merubah sosial masyarakat sebagaimana gambaran di atas sesuai
dengan teori fungsi hukum. Menurut Raharjo dalam GibtiahYusida Fitriat, apabila
hukum dihadapkan kepada perubahan sosial, ia akan menempati salah satu dari dua
fungsi. Pertama, bisa berfungsi sebagai kontrol sosial (social control). Dalam hal ini,
hukum dilihat sebagai sarana untuk mempertahankan stabilitas sosial. Kedua, hukum
bisa pula berfungsi sebagai sarana untuk mengubah masyarakat (social engineering).
Dengan demikian, maka hukum dengan segala perangkatnya, memainkan peran
untuk membawa perubahan sosial masyarakat kedalam suatu tatanan baru.
2. Perubahan Sosial Membawa Perubahan Hukum Islam
Perubahan-perubahan sosial dan perubahan hukum ataupun sebaliknya,
dalam berbagai peristiwa sering kali tidak berjalan bersama-sama. Artinya,
perkembangan hukum bisa jadi tertinggal oleh perkembangan dalam masyarakat,
peradabannya, ataupun budayanya. Keadaan yang sebaliknya juga bisa terjadi,
yakni bahwa hukum mendahului fenomena masyarakat, sehingga tidak mengakar
dalam masyarakat. Jika hal itu terjadi, maka timbullah social lag, yaitu suatu
keadaan di mana terjadi ketidakseimbangan perkembangan antar beberapa
lembaga kemasyarakatan, dalam konteks ini antara lembaga hukum dan
perkembangan masyarakat.
Tuntutan perubahan hukum dalam konteks ini mulai mengkristal manakala
kesenjangannya dengan kondisi sosial masyarakat telah mencapai taraf yang
benar-benar lebar. Tingkat kebutuhan yang demikian itu dapat dilihat pada
fenomena masyarakat yang tidak lagi menghiraukan kewajiban-kewajiban yang
dituntut hukum. Tarik menarik hukum dan perubahan sosial akan tampak lebih

6
nyata dalam dua fungsi hukum, yakni sebagai kontrol sosial (social control) dan
alat rekayasa/pengendalian sosial (social enginering)5.
Hukum Islam adalah hukum yang selalu hidup dan berada pada masyarakat,
sedangkan sosial masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perubahan
masyarakat dapat berupa perubahan tatanan sosial budaya, sosial ekonomi dan
lain-lainnya.6 Oleh karena itu, harus menjadi pertimbangan hukum Islam terhadap
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tersebut. Perubahan sosial memang
menghendaki adanya perubahan hukum. Soekanto mengatakan bahwa terjadinya
interaksi antara perubahan hukum dan perubahan sosial adalah fenomina nyata. 7
Perubahan sosial akan memunculkan tuntutan supaya hukum Islam yang
mengatur masyarakat turut berkembang bersamanya.
Pada masa klasik, perubahan hukum karena perubahan sosial dapat dilihat
pada masa Nabi Muhammad SAW, di mana Nabi menghukum pemabuk, dengan
pukulan sampai 40 kali, kemudian pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, beliau
menetapkan hukuman peminum minuman yang memabukkan dengan hukuman
pukulan sampai dengan 80 kali. Hal ini terjadi karena pada masa itu masyarakat
mulai menganggap bahwa hukuman dengan pukulan 40 kali adalah hukuman
yang ringan, sehingga Umar Bin Khattab meningkatkan hukuman bagi pelanggar,
hal ini menunjukkan bahwa munculnya fenomena sosial tersebut tentu
membutuhkan format hukum baru yang mampu membuat masyarakat menjadi
taat. Maksudnya, perubahan hukuman itu untuk memelihara kemaslahatan umat
Islam dengan jalan memberikan hukuman yang lebih berat guna mencegah
semakin tersebarnya perbuatan yang dilarang tersebut.
Di masa kontemporer ini, misalnya masyarakat Indonesia yang sudah mulai
mengenal dan memahami ekonomi Islam, yang tentu diperlukan landasan hukum
agar kegiatan mualah (ekonomi) legal secara syar'i dan konstitusi negara, maka
masyarakat Indoensia tidak lagi menerapkan sebagian sistem hukum mu’amalah
yang sebagai hasil pemikiran fatwa ulama klasik yang terdapat dalam kitab-kitab
fikih klasik. Sosial masyarakat ekonomi telah melakukan terobosan-terobosan

5
Rasyidi, L, Filsafat Hukum Apakah Hukum Itu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), 202
6
GibtiahYusida Fitriat, Perubahan Sosial dan Pembaruan Hukum Islam Perspektif Sadd al-
Dzari’ah, Nurani, 2, (Desember 2015), 108-109.
7
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia
(Jakarta: Yayasan Penerbit UI, 1975), 139–40.

7
yang memerlukan fatwa dan ketetapan hukum dari para ulama. Terobosan-
terobosan itu yang melahirkan Kompilasi Hukum Ekonomi Islam, dan Fatwa-
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia dalam berbagai
jenis transaksi ekonomi Islam. Dalam ekonomi Islam kontempoter terkadang
penamaan produknya sama dengan penamaan produk ekonomi klasik, tetapi
dalam akad dan aplikasinya berbeda sebagaimana transaksi murabahah pada
lembaga keuangan syariah. Misalnya dalam akad, jika dalam fikih klasik dilarang
terjadinya dua akad dalam satu produk, maka transaksi seperti itu berubah dengan
adanya beberapa akad (al-uqud al-murakab), namun akadnya diselesaikan satu
persatu.
Dalam hukum Islam perubahan sosial, budaya dan letak geografis menjadi
variabel penting yang ikut mempengaruhi adanya perubahan hukum. Para fukaha
membuat kaidah fikih 8 la yunkar taghayyur al-ahkam bi taghayyur al-azman
(Tidak dapat dipungkiri bahwa berubahnya hukum dengan sebab berubahnya
zaman). Lebih khusus Ibn Qayyim al-Jauziah, mengatakan faktor sosial tersebut
dirumuskan dalam empat hal yakni: 1). Situasi zaman, 2). Situsi tempat, 3) Sebab
keadaan dan keinginan, dan 4). Adat atau tradisi.
D. Kesimpulan

Dari paparan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa


dinamika sosial yang terjadi di Indoensia dan hukum Islam yang telah menjadi
sumber hukum positif di Indoensia saling memiliki keterkaitan dalam perubahan.
Perubahan hukum Islam dapat membawa kepada perubahan sosial, apabila hukum
Islam itu telah menjadi adat bagi suatu masyarakat. Begitu juga apabila hukum Islam
itu telah diserap menjadi hukum positif seperti UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankasn Syariah, dan berbagai
fatwa DSN/MUI tentang ekonomi syariah. Dan sebaliknya perubahan sosial pada
masyarakat Indonesia telah menuntut adanya fatwa-fatwa DSN-MUI sebagai
landasan hukum kegiatan-kegiatan mualah masyarakat Indonesia.

8
Azhari, Al-Qawid al-Fiqhiyyah, 221.

8
Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insanio Press.1997
Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
Azhari, Fathurrahman. "Dinamika Perubahan Sosial Dan Hukum Islam". Al-Tahrir,
Vol. 16, No. 1 Mei 2016
GibtiahYusida Fitriat, Perubahan Sosial dan Pembaruan Hukum Islam Perspektif Sadd
al-Dzari’ah, Nurani, 2, Desember 2015
Djamil, Faturrahman. Hukum Perjanjian Syariah dalam Kompilasi Hukum Perikatan.
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.
Fitriat, Fitriat GibtiahYusida, “Perubahan Sosial dan Pembaruan Hukum Islam
Perspektif Sadd al Dzari’Ah”. Nurani. 2, Desember 2014
Ibn Rushd, Bidayat al-Mujtahid wa Niha>yat al-Muqtas}id (Indonesia: Daar al-Kutub
al-Arabiyyah, n.d.), 2.
Mas'ud, Muhammad Khalid. Filsafat Hukum: Studi Tentang dan Pemikiran Abu Ishaq
al-Shatibi. Bandung: Pustaka. 1999
Rasyidi, L. Filsafat Hukum Apakah Hukum Itu. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1993
Rasyidi, L, Filsafat Hukum Apakah Hukum Itu, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993),
202
Soekanto, S. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Ghalia. 1984
Soekanto, S. Beberapa Permasalahan dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia.
Jakarta: Yayasan Penerbit UI. 1975

Anda mungkin juga menyukai