Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME

Judul Buku : Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis


Sub Bab : Basis Sosial Hukum: Pertautan Ilmu Hukum dan Ilmu Pengetahuan
Sosial
Penulis : Prof. Dr. Eswi Warassih, SH., MS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

SOSIOLOGI HUKUM

Oleh:

RONI AKROMA

NIM :

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AGUNG

SEMARANG 2022

1
BASIS SOSIAL HUKUM: PERTAUTAN ILMU HUKUM DAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL

Hukum yang berlaku pada masyarakat akan mengikuti keyakinan dan ideologi
yang dianut masyarkat tersebut. Sehingga hukum harus dapat selalu dinamis dalam
merespon perkembangan tatanan sosial masyakat, hal ini mengingat bahwa hukum
berperan sebagai pedoman aturan sekaligus memberi sanksi bagi siapa saja yang
melanggarnya. Oleh karena itu, tidak cukup seandainya hukum hanya dipahami secara
yuridis-normatif, diperlukan bidang ilmu lainnya seperti ilmu sosial. Dapat dikatakan
bahwa ilmu hukum dan ilmu sosial memiliki keterikatan yang saling mempengaruhi,
lalu seberapa jauh pengaruh ilmu sosial terhadap perkembangan ilmu hukum, makalah
ini akan mencoba untuk mendeskripsikan hubungan antara keduanya.

1. Dinamika Pemikiran dalam Ilmu Hukum


Pemikiran adalah ‘proses’ atau ‘cara’ berpikir tentang hukum, sedangkan
perkembangan adalah proses berpikir yang tidak dimulai dari titik 0 (nol), tetapi sudah
terdapat modal atau bahan untuk mencapai kesempurnaan. Dapat dikatakan berpikir
merupakan sunnatullah untuk menjawab permasalahan kehidupan dalam hal ini adalah
bidang hukum dengan menggunakan akal sehat. Dalam perkembangan kajian hukum,
terdapat aliran analitis, yang memandang bahwa hukum sebagai penetapan kaitan-kaitan
logis antara kaidah-kaidah dan antara bagian-bagian yang ada dalam tertib hukum.
Manusia sebagai makluk sosial yang salah satu karakteristiknya memiliki
peradaban yang selalu berkembang, sehingga hukum yang berlaku juga harus selalu
menyesuaikan dengan kebutuhan manusia akan hukum positif. Perkembangan
pemikiran ilmu hukum lainnya adalah aliran pemikiran non-analitis, yang memandang
hukum sebagai suatu lembaga yang bekerja untuk dan di dalam masyarakat. Menurut
Sinzheimer, bahwa hukum selalu berada pada tatanan masyarakat yang selalu
berkembang secara dinamis.
Hukum sebagai suatu proses perwujudan tujuan sosial di dalam hukum, yakni
Keadilan dan keadilan sosial yang memiliki sejarah pemikiran yang panjang dalam
diskursus hukum dan negara. Bredmeuer berpendapat bahwa dalam suatu sistem sosial
dapat dijumpai 4 (empat) proses-proses fungsional utama, yakni: (1) adaptasi, (2)
perwujudan tujuan, (3) mempertahankan pola dan (4) integrasi. Keempat memiliki
hubungan imbal-balik, setiap satu sub-proses memperoleh input dari ketiganya lainnya,

2
sementara out put dari salah satu proses dapat menjadi input bagi proses lainnya. Oleh
karena itu hasil penelitian dari ilmu sosial lainnya diperlukan untuk pengembangan ilmu
hukum.

2. Hukum dan Ilmu Pengetahuan Sosial


Pengambil kebijakan dan pembuat hukum perlu kiranya untuk memperhatikan
komponen-komponen sosial yang mengitari proses hukum, selain itu stakeholder
hukum juga harus memanfaatkan temuan-temuan dari hasil penelitian ilmu sosial, hal
ini agar hukum yang dibuat benar-benar dapat memahami kondisi sosial masyarkat,
serta mampu menyelesaikan persoalan sosial hukum, seperti politik, ekonomi dan lain
sebagainya. Montesquieu menyatakan bahwa gejala sosial hanya dapat dipahami dengan
memahami bekerjanya peristiwa sebab dan akibat dalam masyarkat.
Adanya teori hukum sosial akan memperluas wawasan keilmuan dari hukum,
sehingga hukum akan keluar dari paradigma lama, kelusan wawasan keilmuan dapat
dilakukan dengan melibatkan kekuatan-kekuatan kultur sosial dan ekonomi serta sebab-
sebab sosial lainnya. Sehingga sarjana hukum dituntut untuk dapat menguasai segi
kehidupan sosial. Kebutuhan akan ilmu-ilmu sosial juga untuk menjelaskan hubungan
hukum, terutama terkait dengan kegiatan manusia dengan peraturan yang berlaku
ditengah-tengah masyarakat.
Peraturan formal sudah tidak mampu lagi dijadikan sarana pengendali sosial,
Satjipto Raharjo pernah mengajukan suatu pertanyaan "apakah nilai-nilai hukum yang
kita miliki cukup mampu untuk mengatur kehidupan masyarakat Indonesia sekarang
yang sudah jauh lebih rumit daripada sediakala?". Perntanyaan demikian ini adalah
isyarakat bahwa ahli hukum harus mengkaitkan hukum dengan ilmu-ilmu sosial
lainnya. Hukum tidak dapat dipisahkan dari realitas sosial yang ada, sehingga banyak
tugas-tugas yang menyangkut pelaksanaan keadilan memerlukan keahlian-keahlian
yang bersifat non-hukum yang sering kali belum dikuasai oleh stakeholder (petugas)
hukum.
3. Kompleksitas Bekerjanya Hukum
Keadilan sebagai tujuan hukum tidak dapat dilahirkan dari rasionalitas, tetapi juga
ditentukan oleh atmosfir sosial yang dipengaruhi oleh tata nilai dan norma lain dalam
masyarakat. Sehingga hukum perlu menangapi terhadap perubahan-perubahan tata nilai

3
yang ada di dalam masyarakat agar hukum tidak menjadi instusi yang tertutup, dan
dapat menata kehidupan sosial yang semakin besar dan kompleks.
Sehingga hasil penelitian dari ilmu-ilmu sosial akan menjadi bahan dan arah bagi
hukum, bagaimana semestinya hukum dibuat, demi tercapainya ketertiban pada
masyarakat. Masyarakat dan ketertiban merupakan dua hal yang berhubungan sangat
erat, bahkan bisa juga dikatakan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Susah untuk
mengatakan adanya masyarakat tanpa ada suatu ketertiban, bagaimanapun kualitasnya.
Ketertiban dalam masyarakat diciptakan bersama-sama oleh berbagai lembaga secara
bersama-sama seperti hukum dan tradisi.
Menurut Robert B. Sudirman bahwa tindakan apa pun yang akan diambil baik
oleh pemegang peran, lembaga-lembaga pelaksana maupun pembuat undang-undang
selalu berada dalam lingkup kompleksitas kekuatan-kekuatan sosial, budaya, ekonomi,
dan politik dan lain sebagainya. Penerapan yang dijalankan oleh lembaga dan pranata
hukum merupakan hasil dari bekerjanya berbagai macam faktor.
Model yang ditawarkan oleh Seidman menjelaskan bahwa pengaruh faktor-faktor
dan kekuatan-kekuatan sosial terjadi mulai dari tahap pembuatan undang-undang,
penerapannya, sampai dengan peran yang diharapkannya. Hal ini menunjukkan bahwa
hukum merupakan suatu proses sosial yang dengan sendirinya merupakan variabel yang
mandiri maupun tidak mandiri sekaligus. Kekuatan-kekuatan sosial akan selalu
mempengaruhi pada proses penyusuan hukum dan penerapan hukum di masyarakat.
Menurut Gustav Radbruch setidaknya terdapat tiga nilai dasar yang harus
diwujudkan dan perlu mendapat perhatian dari pelaksana hukum, yakni nilai keadilan,
kepastian hukum dan kemanfaatan, agar hukum benar-benar memiliki peranan yang
nyata bagi masyarakat. Dengan demikian hukum akan menjadi bagian dari kehidupan
sosial dan tidak berada pada ruang hampa.
Suatu peraturan dibuat dan ditetapkan memiliki harapan-harapan yang hendaknya
dilakukan oleh subyek hukum sebagai pemegang peran (warga negara), namun
bekerjanya harapan itu tidak ditentukan hanya oleh kehadiran peraturan itu sendiri,
melainkan juga oleh faktor-faktor lain, yakni: (1) sanksi-sanksi yang terdapat
didalamnya, (2) aktivitas dari lembaga pelaksana hukum, (3) seluruh kekuatan-kekuatan
sosial, politik dan lainnya.

4
4. Hubungan Timbal Balik

Meskipun ada perbedaan tujuan antara hukum dan ilmu-ilmu sosial, namun dalam
perkembangannya ternyata keduanya bersifat saling melengkapim dan perbedaan fungsi
keduanya hanyalah bersifat marginal. Yulius Stone berpendapat bahwa, sekalipun kerja
ilmu sosialnya telah bisa selesai, namun persoalan pertimbangan kebijaksanaan dan
keadilan masih perlu dipertanyakan. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa disamping data
empirik digunakan untuk membangun kontruksi-kontruksi teori yang dicapai oleh
beberapa bidang studi ilmu sosial, sumber-sumber intelektual tersebut juga masih
memerlukan penyelesaian masalah ad hoc yang timbul dalam masyakat dewasa ini.
Dari pemaparan Pertautan Ilmu Hukum Dan Ilmu Pengetahuan Sosial di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan hukum tidak dapat menutup dirinya
sebagai studi hukum normatif, melainkan perlu merangkum hasil dari kajian ilmu-ilmu
sosial yang pada hakikatnya merupakan studi yang deskriptif, di mana ilmu-ilmu sosial
memaparkan apa adanya tanpa memberikan suatu penilaian.

Anda mungkin juga menyukai