Anda di halaman 1dari 5

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Mengetahui dan memahami pengklasifikasian sifat serat berdasarkan sifat kimia dengan
melakukan uji pelarutan.

II. TEORI DASAR


II.1 Pengertian Serat
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan – potongan komponen yang
membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai
adalah serat pada kain. Material ini sangat penting dalam ilmu bilogi baik hewan
maupun tumbuhan sebagai pengikat dalam tubuh. Manusia menggunakan serat dalam
banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat digolongkan menjadi dua jeni
yaitu serat alami dan serat sintesis (serat buatan). Serat sintesis dapat diproduksi secara
murah dalam jumlah yang besar. Namun, serat alami memiliki berbagai kelebihan
khususnya dalam hal kenyamanan.
II.1.a Serat Alami
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan.
Serat alami dapat digolongkan ke dalam:
- Serat tumbuhan/ serat pangan
Biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa dan mengandung lignin.
Contoh dari serat jenis ini yaitu katun dan kain rami. Serat tumbuhan
digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil. Serat tumbuhan
juga penting bagi nutrisi manusia.
- Serat kayu, serat yang berasal dari batang tumbuhan berkayu.
- Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat
hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat sutera dan wool
- Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah
satu-satunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat
panjang.

II.1.b Serat Sintesis (buatan)


Serat sintesis atau serat buatan umumnya berasal dari bahan petrokimia.
Namun ada pula serat sintesis yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon.

II.2 Identifikasi Serat Tekstil


Identifikasi serat terutama didasarkan pada beberapa sifat khusus dari serat yaitu,
morfologi, sifat kimia dan sifat fisika serat. Pemeriksaan morfologi serat memerlukan
suatu mikroskop. Pengamatan dengan mikroskop meliputi pengamatan penampang
membujur dan melintang, dimensinya adanya lumen dan sebagainya.
Pengujian kimia dari serat dilakukan secara makro maupun diamati dibawah
mikroskop, pengujian ini meliputi:

1
Laporan Praktikum Serat Tekstil Uji Pelarutan
- Uji Pelarutan
- Uji Pewarnaan

Selain uji kimia dan morfologi biasanya ditambah uji fisika, yaitu:

- Uji pembakaran
- Berat jenis
- Titik leleh untuk serat-serat sintetik

Untuk dapat mengidentifikasi jenis serat tidak dapat dilakukan hanya satu cara uji
saja, tetapi dengan penggabungan berbagai cara uji baru dapat ditentukan jenis serat
yang diuji. Adapun identifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Uji Pembakaran
2. Uji Berat Jenis
3. Uji Mikroskop
4. Uji Pelarutan
5. Uji MC/MR
6. Uji Kualitatif
7. Uji Kuantitatif

II.3 Uji Pelarutan


Uji pelarutan berhubungan erat dengan sifat kimia dari masing-masing serat. Dengan
melihat kelarutan serat pada berbagai pelarut, dapat disimpulkan jenis seratnya. Prinsip
pengujiannya adalah melarutkan serat pada bermacam-macam pelarut kemudian
diamati sifat kelarutannya, apakah serat tersebut tahan atau hancur (larut) terhadap
macam-macam pelarut. Adapun pelarut yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
 Kalium hidroksida (KOH) 10% dan Natrium hidroksida (NaOH) 10%
Pada suhu kamar dan mendidih akan melarutkan serat protein.
 Natrium hidroksida (NaOH) 45%
Pada suhu mendidih akan melarutkan serat polyester
 Asam khlorida 1:1
Larutan ini dibuat dari asam khlorida dengan berat jenis 1,19 (37,5%)
diencerkan dengan air dalam jumlah yang sama. Larutan ini melarutkan nylon
pada suhu kamar dalam waktu 10 menit, tetapi tidak melarutkan serat lain.
 Asam sulfat (H2SO4) 59,5%
Asam sulfat 59,5 % biasanya digunakan untuk melarutkan serat rayon viskosa
pada suhu kamar selama 20 menit. Selain itu dapat melarukan serat nylon,
sutera dan melarutkan sebagian serat kapas (tidak seluruh bagian kapas
larut).

 Asam sulfat (H2SO4) 70%

2
Laporan Praktikum Serat Tekstil Uji Pelarutan
Asam sulfat dengan konsentrasi 70% pada suhu 38C selama 20 menit, akan
melarutkan serat kapas secara sempurna
 Asam nitrat (HNO3)
Pada suhu kamar selama 5 menit akan melarutkan serat wool polakrilat dan
nylon.
 Asam formiat (HCOOH)
Asam formiat akan melarutkan serat nylon dengan sempurna pada suhu
kamar selama 5 menit.
 Aseton
Pearut ini digunakan untuk membedakan serat rayon viskosa dan serat rayon
asetat, sebab hanya akan melarutkan serat rayon asetat.
 Natrium hipoklorit (NaOCI)
Serat protein akan larut sempurna dalam pelarut ini pada suhu kamar dalam
waktu 20 menit.
 Dimetil formamida (DMF)
DMF pada suhu 90 C selama 10 menit, biasa dipergunakan untuk melarutkan
serat poliakrilat.
 Metal salisat
Pada suhu mendidih, akan melarutkan serat polyester.
 Meta cresol
Pada suhu mendidih 139 C selama 5 menit, akan melarutkan serat polyester.

Untuk memeriksa kelarutan serat, sebaiknya gunakan pengaduk kaca, sebab serat
yang mempunyai indeks bias sama dengan pelarut mungkin tidak tampak walaupun
serat tidak larut. Apabila perlu pemanasan, sebaiknya dilakukan dengan uap yaitu
dengan meletakkan tabung reaksi diatas gelas piala berisi air yang dididihkan.

III. ALAT DAN BAHAN


III.1 Alat yang digunakan:
a. Rak tabung reaksi
b. Tabung reaksi
c. Batang pengaduk kaca
d. Penjepit kayu
e. Alat pelindung diri
f. Gelas piala 300 mL
g. Pembakar Bunsen gas
III.2 Bahan dan Zat Kimia:
III.2.a Macam-maam zat kimia/ pelarut:
a. KOH 10%
b. NaOH 10%

3
Laporan Praktikum Serat Tekstil Uji Pelarutan
c. NaOH 45%
d. HCI 1:1
e. H₂SO₄ 59,5%
f. H₂SO₄ 70%
g. HNO₃
h. HCOOH
i. Aseton
j. NaOCI
k. Metil Salisilat
III.2.b Macam-macam serat:
a. Kapas
b. Rayon Viskosa
c. Rami
d. Wool
e. Sutera
f. Poliester
g. Poliakrilat
h. Poliamida (nylon)
i. Campuran Poliester Kapas
j. Campuran Poliester Rayon Viskosa
k. Campuran Poliester Wool

IV. CARA KERJA


1) Pastikan tabung reaksi dalam kondisi bersih.
2) Masukkan 5mL pelarut yang digunakan ke dalam tabung reaksi dengan hati-hati
menggunakan pipet tites.
3) Masukkan beberapa helai serat yang akan diuji digulung-gulung membentuk
gumpalan (jangan terlalu banyak) ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
pelarut.
4) Aduk serat yang berada dalam pelarut dan amati kelarutannya selama 10 menit.
5) Pada pelarut KOH 10%, NaOH 10% NaOH 45%, jika setelah 10 menit ternyata
serat tidak larut, maka pelarut yang berisi serat dapat dipanaskan dan amati
kearutannya selama 10 menit dalam keadaan panas.
6) Catat semua sifat kelarutan serat pada masing-masing jenis pelarut pada lembar
hasil pemeriksaan.
7) Khusus untuk pelarut metal salisilat, praktikum dilakukan langsung melakukan
pelarutan serat pada suhu pelarut yang mendidih.

V. DATA HASIL PERCOBAAN


Data terlampir.
VI. PEMBAHASAN / DISKUSI

4
Laporan Praktikum Serat Tekstil Uji Pelarutan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa hasil data yang tidak
sesuai dengan data yang sebenarnya, sehingga terdapat beberapa faktor yang menjadi
penyebabnya antara lain:
1. Banyaknya serat yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk diuji terlalu
banyak atau tidak sesuai dengan yang telah ditentukan. Sehingga serat yang
seharusnya sudah larut menjadi belum larut atau larut sebagian.
2. Pengisian larutan kedalam tabung reaksi tidak rata atau tidak sama banyak.
3. Proses pengadukan yang lama atau tidak sesuai dengan prosedur.
4. Pengamat yang terlalu cepat menyimpulkan keadaan serat.
5. Dalam proses pemanasan, nyala api terlalu besar atau tidak sesuai sehingga
menyebabkan serat yang dilarutkan tidak rata.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil percobaan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa:
1. Larutan H₂SO₄ 59,5% dapat melarutkan serat rayon viskosa, sutera, poliamida
(nylon), rayon asetat, dan rayon kuproamonium, tetapi tidak bisa melarutkan
serat lain.
2. Larutan H₂SO₄ 70% dapat melarutkan serat kapas, rayon viskosa, rami, sutera,
poliamida (nylon), poliester rayon, rayon asetat dan rayon kuproamonium.
3. Larutan HCI hanya dapat melarutkan serat poliamida (nylon).
4. Larutan HNO₃ dapat melarutkan serat sutera, wool, dan poliamida (nylon).
5. Larutan Asam Formiat hanya dapat melarutkan serat poliamida (nylon).
6. Larutan Aseton hanya dapat melarutkan serat rayon asetat.
7. Larutan KOH 10% tidak dapat melarutkan serat apapun dalam keadaan panas
maupun tidak panas.
8. NaoH 10% dapat melarutkan serat sutera dan wool dalam keadaan panas
maupun tidak panas tetapi tidak dapat melarutkan serat lain.
9. NaOH 45% sama dengan NaOH 10%, dapat melarutkan serat sutera dan wool
dalam keadaan apapun.
10. NaOCI dapat melarutkan serat sutera dan wool.
11. Larutan Metil Salisilat dapat melarutkan serat poliester dalam keadaan panas dan
melarutkan serat rayon asetat.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1. Komalasari, Maya. 2013. Bahan Ajar Praktikum Serat Tekstil. Bandung
2. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Serat

5
Laporan Praktikum Serat Tekstil Uji Pelarutan

Anda mungkin juga menyukai