Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

DESAIN TEKSTIL 1
Dekomposisi Kain Tenun
Anyaman polos, Anyaman Keper,
Anyaman Satin, Anyaman Turunan Polos,
Anyaman Turunan Keper,
Desain Kain Cele

NAMA : Muhammad Rofi Romadhoni


NPM : 21410008
GROUP : T1
Jurusan : Teknik Tekstil
Dosen Pengampu : 1. Giarto, A.T., M.Si.
2. Ria W., S.ST.
3. Tjiptodi

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2022
BAB I

PENDAHULUAN

Kain tenun merupakan kain yang umum digunakan pada saat ini. Pembuatan kain tenun ini
dilakukan dengan cara menyilangkan benang tenun dan benang pakan. Selama pembuatan kain
tenun ini tentunya ada banyak rekayasa yang dapat dilakukan. Rekayasa ditujukan untuk
menghasilkan kain tenun yang lebih beragam dan dapat menghasilkan jenis produk yang lebih luas.
Pada industri kain tenun, konsumen dapat memberikan contoh kain yang diinginkan kepada
produsen. Produsen diharuskan melakukan dekomposisi agar dapat melakukan produksi kain yang
memiliki karakteristik identik dengan kain sampel yang diberikan. Dekomposisi ini meliputi bentuk
anyaman, nomor benag, tetal benang , dan lain sebagainya. Dengan demikian pada praktikum ini
diharapkan praktikan dapat melakukan dekomposisi kain dan mengetahui karakteristik kain tenun.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Proses Pertenunan


2.1.1. Definisi Pertenunan
Proses pertenunan adalah pembuatan kain dengan cara menyilangkan benangbenang lusi
dan benang-benang pakan. Benang lusi adalah benang-benang yang ke arah panjang kain,
dan benang pakan adalah yang ke arah lebar kain yang dipasang pada alat peluncuran
benang pakan. Gambar di bawah ini memperlihatkan skema proses menenun.

Arah Proses

2.2. Desain pada Kain Tenun


Pada dunia tekstil, arti kata “desain” yang digunakan memiliki sedikit perbedaan dari makna
umum yang biasa digunakan. “Desain” pada tekstil dimaknai sebagai pattern atau pola atau figur
yang dibuat secara berulang baik itu ke arah vertikal atau horizontal.
Pada industri tekstil terdapat dua macam jenis desain:
 Desain Struktur (structural Design)
 Desain muka (Surface Design / Applied design)
Salah satu cara untuk membuat desain struktur pada kain tenun adalah dengan penggunaan
anyaman.

2.3. Anyaman
Pada industri tekstil, anyaman dapat dibagi menjadi 6 golongan:
 Anyaman Dasar:
o Anyaman Polos
o Anyaman keper
o Anyaman satin
 Anyaman turunan
o Anyaman turunan dari anyaman polos. Anyaman turunan ini dapat dibedakan
dalam turunan langsung dan turunan tidak langsung
o Anyaman turunan dari anyaman keper. Turunan anyaman keper juga dapat
dibedakan menjadi turunan langsung dan tidak langsung
o Anyaman turunan satin
 Anyaman campuran
 Anyaman dengan benang berwarna
 Anyaman tenun rangkap
 Anyaman khusus
Anyaman khusus ini biasanya digunakan untuk memproduksi jenis- jenis kain tertentu.
Contoh dari anyaman khusus adalah anyaman pique, anyaman handuk, anyaman
berbulu, anyaman dengan benang pengisi, anyaman karpet, dan sebagainya.

2.3.1. Anyaman Polos


Anyaman polos dikenal juga sebagai anyaman blacu, plat, tabby, taffeta, plain. Ciri – ciri dari
anyaman polos yaitu:
 Anyaman polos adalah anyaman paling sederhana dan paling banyak digunakan
 Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman
 Benang pakan dan benang lusi hanya melakukan 1 kali naik dan 1 kali turun untuk
setiap rapot anyaman
 Jumlah silangannya paling banyak dibandingkan dengan jenis anyaman lainnya
 Dapat membuat kain yang lebih kuat daripada jenis anyaman lain dengan faktor –
faktor yang sama
 Pada umumnya, kain dengan anyaman polos mempunya cover factor berkisar 25% -
75%. Kain jarang yang menggunakan anyaman polos memiliki cover factor berkisar
25% - 50%. Kain medium yang menggunakan jenis anyaman ini memiliki cover factor
antara 51%-75%. Sedangkan untuk pembuatan kain padat, cover factor pada kain
tersebut biasanya berkisar 76% - 100%

2.3.2. Anyaman Keper


Anyaman keper biasa disebut juga sebagai anyaman twill (USA), drill (Inggris), dan
kopper(Jerman). Anyaman ini memiliki karakteristik:
 Anyaman keper adalah anyaman dasar ke dua
 Pada kain yang menggunakan anyaman ini terdapat garis miring atau rib miring yang
tidak terputus
 Jika arah garis miring tersebut berjalan dari bawah kiri ke atas kanan maka disebut
sebagai keper kanan
 Jika arah garis miring tersebut berjalan dari bawah kanan ke atas kiri maka disebut
sebagai keper kiri
 Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut keper lusi
 Garis miring yang dibentuk oleh benang pakan disebut keper pakan
 Tampak permukaan pada bagian atas dan bawah kain berbeda
 Biasanya dibuat dengan konstruksi padat
 Penyebutan anyaman keper dengan cara menyebutkan jumlah gun minimum dari
setiap rapotnya
 Tetal benang dari anyaman keper biasanya lebih tinggi dari tetal benang anyaman
polos
 Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan tetal pakan
 Arah twist benang sangat berpengarih terhadap kenampakan garis miring
Pada kain tenun dengan anyaman keper, float benang yang membentuk garis keper akan
menunjukkan kecenderungan untuk berubah bentuk, dari bentuk lurus menjadi bentuk
belok pada ujung – ujungnya. Perubahan bentuk ini disebut sebagai defleksi.
2.3.3. Anyaman Satin
Anyaman ini umum dipakai untuk kain – kain dari benang sutera filamen atau benang
filamen sintetis. Anyaman satin dikenal dengan nama sateen. Istilah umum ini digunakan
untuk anyaman satin 5 gun atau 8 gun. Biasanya satin pakan. Nama satinet digunakan untuk
pembuatan kain menggunakan anyaman satin dengan bahan baku sutera imitasi (buatan).
Satinettjes digunakan untuk menyebut anyaman satin yang dibuat dengan benang lusi kapas
dan benang pakan wol. Ciri – ciri dari anyaman satin adalah sebagai berikut:
 Anyaman satin adalah anyaman dasar ketiga
 Dalam satu rapot anyaman satin, jumlah benang lusi = jumlah benang pakan
 Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu, efek lusi atau efek pakan pada
permukaan kainnya
 Anyaman satin dengan efek lusi disebut satin lusi
 Anyaman satin dengan efek pakan disebut satin pakan
 Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan
 Padan satin pakan, tetal pakan > tetal lusi
 Umumnya menggunakan tetal tinggi pada lusi atau pakan sehingga kain akan
tampak padat
 Permukaan kain akan tampak halus, rata, mengkilat, dan padat
 Anyaman satin dapat digolongkan menjadi satin teratur dan satin tidak teratur
 Anyaman kain tidak cocok untuk kain kostruksi jarang
 Setiap benang lusi pada satu rapot hanya memiliki satu titik silangan
 Titik silangan pada anyaman satin letaknya menyebar dan tidak bersinggungan satu
sama lain
 Besarnya angka loncat selalu lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari jumlah gun
 Angka loncat tidak sama dengan jumlah benang lusi / pakan pada satu rapot
anyaman dikurangi 1
 Angka loncat tidak sama dengan bilangan pembagi persekutuan bilangan yang
menunjukkan jumlah benang lusi / pakan pada satu rapot
 Angka loncat dan jumlah benang lusi dalam 1 rapot tidak boleh terbagi oleh bilangan
yang sama

2.3.4. Anyaman turunan polos


Anyaman turunan polos adalah penyebutan untuk anyaman polos yang diperpanjang efek
lusi atau efek pakan atau efek lusi dan efek pakannya. Efek lusi adalah perpanjangan efek
kain ke arah vertikal. Sedangkan perpanjangan efek ke arah horizontal disebut sebagai efek
pakan.
 Cannele Lusi, warp Rib atau Rib Lusi
Anyaman ini adalah turunan dari anyaman polos yang diperpanjang efek lusinya
sampai menumpang di atas 2, 3, atau 4 benang pakan. Dengan anyaman cannele ini
akan diperoleh rusuk – rusuk melintang. Untuk mendapatkan rusuk – rusuk yang
baik dan supaya benang – benang pakan tidak kelihatan lagi, maka tetal lusi harus
lebih banyak dari pada tetal pakan.
 Cannele Pakan, Weft Pakan, atau Rib Pakan
Pada anyaman ini adalah sebaliknya dari anyaman cannele lusi yang mana efek
pakan yang dipanjangkan
 Natte, Panama, Double Plat, Basket, atau Hopsack
 ini adalah turunan dari anyaman pllos yang efeknya jurusan lusi dan pakan
diperpanjang bersama – sama. Tiap – tiap anyaman natte dapat ditenun dengan
memakai 2 gun. Pada anyaman natte, efek lusi dan efek pakan selalu sama
panjangnya. Anyaman ini dapat dienun dengan mencucuk 2, 3, atau empat benang
lusi pada setiap mata gun dan pakannya dipalet rangkap 2, 3, atau empat benang.
 Ribs Fantasi
Anyaman ini adalah ubahan dari anyaman polos yang efek lusi atau pakannya
berganti – ganti panjang – pendek berturut – turut.
 Panama Fantasi
Anyaman ini adalah ubahan dari anyaman panama yang panjang efek lusi dan efek
pakan bermacam – macam dan sering kali dicampur dengan anyaman cannele atau
polos.
 Anyaman Berbutir dan Strimin
Anyaman ini adalah turunan atau ubahan dari anyaman polos. Karena sifanya
benang – benang yang berefek pendek akan mendesak kepada benang yang berefek
panjang dan benang yang jalannya berlawanan akan bercerai

2.3.5. Anyaman Turunan Keper


Dalam keper dasar hanya terdapat salah satu benang saja yang menonjol pada permukaan
kain dan merupakan garis keper. Apabila diinginkan efek lusi dan efek pakan sama sama
menonjol pada permukaan kain, makan anyaman keper dapat diturunkan menjadi anyaman
keper rangkap atau croise.
 Keper rangkap adalah anyaman yang memiliki banyak dan besarnya angka di atas
sama dengan angka di bawah sehingga menghasilkan float lusi dan float pakan yang
sama dan menjadikan kedua permukaan kain memiliki efek keper yang sama namun
dengan arah yang berlawanan.
 Selain dengan memberikan rangkapan pada garis keper, anyaman keper juga dapat
diturunkan dengan cara memberikan penguatan pada tiap – tiap garis kepernya.
Penguatan ini biasanya digunakan untuk garis keper yang lebar sehingga memiliki
float – float benang yang panjang. Ketentuan untuk membuat keper diperkuat
adalah sebagai berikut:
o Angka di atas garis dan di bawah garis pada rumus keper tidak sama
o Lebar keper pada kedua permukaan kain tidak sama
o Pakan efek lusi dan efel pakan berbeda
o Pada keper diperkuat dengan garis keper lain, maka angka 1 pada rumus
tidak digunakan karena termasuk keper dasar
 Keper hias merupakan gabungan dari anyaman keper lusi dan keper pakan yang
floatnya masing – masing dikurangi dan ditambahkan secara bertahap. Untuk
membuat keper hias dapat dilakukan dengan cara efek pakan yang lebar lalu
ditambahkan efek lusi pada efek pakan tersebut untuk memberikan motif – motif
kecil. Selain itu cara pembuatan keper hias dapat dilakukan dengan cara membuat
terlebih dahulu motif – motif kecil lalu dilakukan pengulangan ssehingga
membentuk garis miring

2.3.6. Desain Kain Cele


Dalam bahasa inggris, desain kain cele disebut juga dengan check design atau desain kotak
kotak. Pada pengaplikasiannya, desain cele ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
 Desain kotak teratur (tiap kotak berukuran sama)
 Desain kotak tidak teratur (tidak semua kotak berukuran sama
Pembuatan desain kotak dapat dilakukan dengan cara menggabungkan desain strip
horizontal dengan desain strip vertikal

2.4. Faktor – Faktor Kain Tenun


2.4.1. Nomor benang
2.4.2. Nomor benang merupakan suatu ukuran kehalusan atau kekasaran suatu benang. Tingkat
kehalusan sautu benang dapat dinyatakan dengan menggunakan perbandingan antara
panjang dan beratnya. Hal tersebut dikarenakan menentukan tingkat kehalusan benang
dengan menggunakan diameter benang sangatlah sulit, maka dari itu tingkat kehalusan
benang ditentukan dengan menggunakan perbandingan antara panjang dan berat benang.
Sistem penomoran benang secara keseluruhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sistem penomoran langsung dan sistem penomoran tidak langsung.
 Sistem penomoran langsung merupakan suatu sistem yang digunakan untuk
mengukur berat benang per satuan panjang tertentu. Dalam penggunaannya,
biasanya sistem ini digunakan untuk menghitung nomor benang pada benang
filamen. Semakin kecil nomor benang, semakin halus pula suatu benang. Terdapat
dua penomoran benang secara langsung yang paling sering digunakan, yaitu
penomoran dengan cara denier (D) atau (Td) dan penomoran dengan cara tex (Tex).
 Sistem penomoran tidak langsung adalah suatu sistem yang digunakan untuk
mengukur panjang benang per satuan berat. Kebalikan dari sitem penomoran
langsung, pada sistem penomoran tidak langsung, semakin kecil nomor benang,
maka diameter suatu benang semakin besar. Dua sistem penomoran benang tidak
langsung yang digunakan adalah dengan sistem Inggris (Ne1) dan sistem metric
(Nm). Sistem penomoran tidak langsung biasanya digunakan untuk menentukan
nomor benang dari benang-benang pendek atau benang staple.

2.4.3. Tetal Benang


Tetal benang adalah suatu kerapatan benang yang terdapat pada kain atau dapat diartikan
juga sebagai jumlah benang dalam satuan panjang tertentu. Satuan panjang yang digunakan
dalam mencari tetal benang biasanya berupa sentimeter (cm) dan inci. Perhitungan tetal
benang dapat dibantu dengan menggunakan loop atau kaca pembesar, atau bisa juga
dengan mengurai helai demi helai benang dalam satuan panjang yang diinginkan

2.4.4. Mengeret
Mengkeret dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menjadi lebih pendek. Mengkeret
benang ditunjukan dengan persentase perbandingan antara selisih panjang benang
sesungguhnya dengan panjang benang setelah menjadi kain. Benang dapat mengalami
pengkeretan yang disebabkan karena adanya silangan-silangan antara benang lusi dan
benang pakan

2.4.5. Gramasi
Gramasi dapat diartikan sebagai berat kain per luas permukaan tertentu. Satuan yang
digunakan dalam menentukan gramasi pada umumnya menggunakan satuan meter per segi
(m2). Gramasi biasanya digunakan untuk mengetahui nomor benang yang digunakan serta
panjang kain yang akan dihasilkan nantinya. Hal ini akan mempengaruhi dalam perencanaan
pembuatan kain
2.4.6. Cover Factor
Cover faktor didefinisikan sebagai kemampuan kain dalam menutupi ruang atau celah udara
yang terdapat di abtara benang lusi dan benang pakan. Penetapan cover faktor suatu kain
biasanya dengan menentukan jumlah cahaya tertentu yang melewati velah pada kain. Cover
faktor biasanya berdasarkan pada konstruksi kain yang digabungkan, kerapatan benang
penyusun kain, dan jenis tenunan yg membentuk kain. Cover faktor tidak didasari oleh berat
kain, sebab kain yang ringan juga dapat memiliki cover faktor yang tinggi.
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Alat dan bahan


3.1.1. Alat
 Jarum
 Gunting
 Penggaris
 Alat Tulis
 Neraca Analitik
 Loop / Kaca Pembesar

3.1.2. Bahan
 Kain Polos
 Kain Keper
 Kain Satin
 Kain Cele
 Kain Turunan Polos
 Kain Turunan Keper

3.1.3. Langkah Kerja


 Siapkan kain sampel yang akan diuji dengan ukuran 10 cm × 10 cm.
 Tentukan arah lusi dan arah pakan kain sampel.
 Timbang kain sampel ukuran 10cm × 10 cm dengan menggunakan neraca analitik.
 Tiras setiap pinggir kain sebanyak 10 helai pakan dan 10 helai lusi.
 Timbang berat 10 helai benang pakan dan 10 helai benang lusi dengan
menggunakan neraca analitik.
 Ukur panjang per helai setiap benang pakan dan benang lusi dengan menggunakan
penggaris.
 Hitung tetal lusi dan tetal pakan dengan ukuran 1 × 1 inch menggunakan kaca
pembesar sebanyak tiga kali pengulangan dengan penempatan kaca pembesar yang
berbeda sesuai arah diagonal kain.
 Hitung per helai benang pada kain dengan ukuran 1 × 1 inch atau 1 × 1 cm dengan
cara ditiras.
 Tentukan jenis anyaman yang terdapat pada kain sampel, tentukan pula rapornya.
 Catat keseluruhan data yang diperoleh.
 Lakukan pengolahan data

3.1.4. Data dan Pengolahan Data Praktikum

ANYAMAN POLOS

1. DATA
a. Berat Kain 10cm x 10cm (BK) : 1,1414 gram
b. Berat lusi 10 helai (BL) : 0,0149 gram
c. Berat Pakan 10 Helai (BP) : 0,0143 gram
d. Tetal Lusi /” (TL) : 137 hl/”
e. Tetal Pakan /” (TP) :71 hl/”
f. Tetal Lusi /cm (TL) : 53,54 hl/cm
g. Tetal pakan /cm (TP) : 27,92 hl/cm
h. Panjang Lusi (PL) : 10,5 cm
i. Panjang Pakan (PP) : 10,2 cm
j. Anyaman :
2. Perhitungan
a. Nomor Benang Lusi
PL
 NM =
B
1,05 m
=
0,0149 gram
= 70,46

 Ne1 = NM × 0,59
= 70,46 × 0,59
= 41,57

9000
 TD =
NM
9000
=
70,46
= 127,73

1000
 Tex =
NM
1000
=
70,46
= 14,19

b. Nomor Benang Pakan


PP
 NM =
B
1,02 m
=
0,0143 gram
= 71,32

 Ne1 = NM × 0,59
= 71,32 × 0,59
= 39,93

9000
 TD =
NM
9000
=
71,32
= 126,19
1000
 Tex =
NM
1000
=
71,32
= 14,02

c. Mengkeret Lusi
P 1−P 2
 ML = 100 %
P1
10,5−10
= 100 %
10,5
= 4,7 %
d. Mengeret Pakan
P 1−P 2
 MP = 100 %
P1
10,2−10
= 100 %
10,2
= 1,9 %

e. Berat Timbang Sampel Kain


100× 100
 BT = BK
10× 10
100× 100
= 1,1414 gram
10× 10
= 114,14 gram/m2

f. Berat Hitung Sampel kain


TL×100 ×100 100
 Lusi = ×
NM × 100 100−ML
53,54 ×100 ×100 100
= ×
70,46 ×100 100−4,7
= 79,73 gram/m2
TP× 100× 100 100
 Pakan= ×
NM ×100 100−MP
27,92× 100× 100 100
= ×
71,32× 100 100−1,9
= 39,94 gram/m2
 Kain = Lusi + Pakan
= 79,73 + 39,94
= 119,67 gram/m2

g. Selisih
BB −BK
 S = × 100 %
BB
119,67−114,14
= ×100 %
119,67
= 4,6 %

h. Cover Factor
 Cw = TL ¿
1
= 137 ×
28 √ 41,57
= 0,7588
 Cf = TP ¿
1
= 71 ×
28 √ Ne1
= 0,3932
 CF = ( Cw ×Cf )−( Cw +Cf ) × 100 %
= ( 0,7588 ×0,3932 ) −( 0,7588+0,3932 ) × 100 %
= 85,3 %

i. Nomor Sisir
100−MP
 TS = ×TL
100
100−1,9
= × 137
100
=134
TS
 NS = ×2
t
134
= ×2
4
= 67
ANYAMAN KEPER

1. DATA
a. Berat Kain 10cm x 10cm (BK) : 1,7683 gram
b. Berat lusi 10 helai (BL) : 0,0219 gram
c. Berat Pakan 10 Helai (BP) : 0,0191 gram
d. Tetal Lusi /” (TL) : 139,7 hl/”
e. Tetal Pakan /” (TP) : 83,82 hl/”
f. Tetal Lusi /cm (TL) : 55 hl/cm
g. Tetal pakan /cm (TP) : 33 hl/cm
h. Panjang Lusi (PL) : 11,12 cm
i. Panjang Pakan (PP) : 10,1 cm
j. Anyaman :
2. Perhitungan
a. Nomor Benang Lusi
PL
 NM =
B
1,112 m
=
0,0219 gram
= 51,23

 Ne1 = NM × 0,59
= 51,23 × 0,59
= 30,22

9000
 TD =
NM
9000
=
51,23
= 176,67

1000
 Tex =
NM
1000
=
51,23
= 19,52

b. Nomor Benang Pakan


PP
 NM =
B
1,01 m
=
0,0191 gram
= 52,87

 Ne1 = NM × 0,59
= 52,87 × 0,59
= 31,19
9000
 TD =
NM
9000
=
52,87
= 170,22

1000
 Tex =
NM
1000
=
52,87
= 18,91

c. Mengkeret Lusi
P 1−P 2
 ML = 100 %
P1
11,22−10
= 100 %
11,22
= 10,87 %
d. Mengeret Pakan
P 1−P 2
 MP = 100 %
P1
10,1−10
= 100 %
10,1
= 0,99 %

e. Berat Timbang Sampel Kain


100× 100
 BT = BK
10× 10
100× 100
= 1,7683
10× 10
= 176,83 gram/m2

f. Berat Hitung Sampel kain


TL×100 ×100 100
 Lusi = ×
NM × 100 100−ML
55× 100× 100 100
= ×
51,23× 100 100−10,87
= 120,45 gram/m2
TP× 100× 100 100
 Pakan= ×
NM ×100 100−MP
33× 100× 100 100
= ×
52,87× 100 100−0,99
= 63,04 gram/m2
 Kain = Lusi + Pakan
= 120,45 + 63,04
= 183,49 gram/m2
g. Selisih
BB −BK
 S = × 100 %
BB
183,49−176,83
= × 100 %
183,49
= 3,6 %

h. Cover Factor
 Cw = TL ¿
1
= 139,7×
28 √ 30,22
= 0,9076
 Cf = TP ¿
1
= 83,82×
28 √ 31,19
= 0,5360
 CF = ( Cw ×Cf )−( Cw +Cf ) × 100 %
= ( 0,9076 × 0,5360 )−( 0,9076+ 0,5360 ) × 100 %
= 95,71 %

i. Nomor Sisir
100−MP
 TS = ×TL
100
100−0,99
= ×139,7
100
= 138,3
TS
 NS = ×2
t
138,3
= ×2
4
= 69,15
ANYAMAN SATIN

1. DATA
a. Berat Kain 10cm x 10cm (BK) : 0,9570 gram
b. Berat lusi 10 helai (BL) : 0,0095 gram
c. Berat Pakan 10 Helai (BP) : 0,0187 gram
d. Tetal Lusi /” (TL) : 117 hl/”
e. Tetal Pakan /” (TP) : 67 hl/”
f. Tetal Lusi /cm (TL) : 46 hl/cm
g. Tetal pakan /cm (TP) : 26 hl/cm
h. Panjang Lusi (PL) : 10,3 cm
i. Panjang Pakan (PP) : 10,2 cm
j. Anyaman :
2. Perhitungan
a. Nomor Benang Lusi
PL
 NM =
B
1,03 m
=
0,0095 gram
= 108,42

 Ne1 = NM × 0,59
= 108,42 × 0,59
= 63,96

9000
 TD =
NM
9000
=
108,42
= 83,01

1000
 Tex =
NM
1000
=
108,42
= 9,22

b. Nomor Benang Pakan


PP
 NM =
B
1,02
=
0,0187
= 54,54

 Ne1 = NM × 0,59
= 54,54 × 0,59
= 32,17
9000
 TD =
NM
9000
=
54,54
= 165,01

1000
 Tex =
NM
1000
=
54,54
= 18,33

c. Mengkeret Lusi
P 1−P 2
 ML = 100 %
P1
10,3−10
= 100 %
10,3
= 2,91 %
d. Mengeret Pakan
P 1−P 2
 MP = 100 %
P1
10,2−10
= 100 %
10,2
= 1,96 %

e. Berat Timbang Sampel Kain


100× 100
 BT = BK
10× 10
100× 100
= 0,9570
10× 10
= 95,70 gram/m2

f. Berat Hitung Sampel kain


TL×100 ×100 100
 Lusi = ×
NM × 100 100−ML
46 ×100 ×100 100
= ×
108,42 ×100 100−2,91
= 43,65 gram/m2
TP× 100× 100 100
 Pakan= ×
NM ×100 100−MP
26 ×100 ×100 100
= ×
54,54 ×100 100−1,96
= 48,57 gram/m2
 Kain = Lusi + Pakan
= 43,65 + 48,57
= 92,22 gram/m2
g. Selisih
BB −BK
 S = × 100 %
BB
95,70−92,22
= ×100 %
BB 95,70
= 3,6 %

h. Cover Factor
 Cw = TL ¿
1
= 117 ×
28 √ 63,96
= 0,52884
 Cf = TP ¿
1
= 67×
28 √ 32,17
= 0,42143
 CF = ( Cw ×Cf )−( Cw +Cf ) × 100 %
= ( 0,52884 × 0,42143 )−( 0,52884 +0,42143 ) ×100 %
= 72,74 %

i. Nomor Sisir
100−MP
 TS = ×TL
100
100−1,96
= ×117
100
= 114,7
TS
 NS = ×2
t
TS 114,7
= ×2
4
= 57,35
ANYAMAN TURUNAN POLOS

1. DATA
a. Berat Kain 10cm x 10cm (BK) : 1,2109 gram
b. Berat lusi 10 helai (BL) : 0,0200 gram
c. Berat Pakan 10 Helai (BP) : 0,0186 gram
d. Tetal Lusi /” (TL) : 90 hl/”
e. Tetal Pakan /” (TP) : 70 hl/”
f. Tetal Lusi /cm (TL) : 35,43 hl/cm
g. Tetal pakan /cm (TP) : 27,56 hl/cm
h. Panjang Lusi (PL) : 10,35 cm
i. Panjang Pakan (PP) : 10,35 cm
j. Anyaman :
2. Perhitungan
a. Nomor Benang Lusi
PL
 NM =
B
1,035 m
=
0,0200 gram
= 51,75

 Ne1 = NM × 0,59
= 51,75 × 0,59
= 30,53

9000
 TD =
NM
9000
=
51,57
= 173,9

1000
 Tex =
NM
1000
=
51,57
= 19,3

b. Nomor Benang Pakan


PP
 NM =
B
1,035
=
0,0186
= 55,64

 Ne1 = NM × 0,59
= 55,64 × 0,59
= 32,83
9000
 TD =
NM
9000
=
55,64
= 161,75

1000
 Tex =
NM
1000
=
55,64
= 17,97

c. Mengkeret Lusi
P 1−P 2
 ML = 100 %
P1
10,35−10
= 100 %
10,35
= 3,38 %
d. Mengeret Pakan
P 1−P 2
 MP = 100 %
P1
10,35−10
= 100 %
10,35
= 3,38 %

e. Berat Timbang Sampel Kain


100× 100
 BT = BK
10× 10
100× 100
= 1,2109
10× 10
= 121,09 gram/m2

f. Berat Hitung Sampel kain


TL×100 ×100 100
 Lusi = ×
NM × 100 100−ML
35,43× 100× 100 100
= ×
51,75× 100 100−3,38
= 70,85 gram/m2
TP× 100× 100 100
 Pakan= ×
NM ×100 100−MP
27,56 ×100 ×100 100
= ×
55,64 ×100 100−3,38
= 51,26 gram/m2
 Kain = Lusi + Pakan
= 70,85 + 51,26
= 122,11 gram/m2
g. Selisih
BB −BK
 S = × 100 %
BB
122,11−121,09
= ×100 %
122,11
= 0,8 %

h. Cover Factor
 Cw = TL ¿
1
= 90 ×
28 √ 30,53
= 0,5817
 Cf = TP ¿
1
= 70 ×
28 √ 32,83
= 0,4363
 CF = ( Cw ×Cf )−( Cw +Cf ) × 100 %
= ( 0,5817 × 0,4363 )−( 0,5817+ 0,4363 ) × 100 %
= 0,2537 %

i. Nomor Sisir
100−MP
 TS = ×TL
100
100−MP
= ×TL
100
=
TS
 NS = ×2
t
TS
= ×2
4
=
ANYAMAN TURUNAN KEPER

1. DATA
a. Berat Kain 10cm x 10cm (BK) : 2,0323 gram
b. Berat lusi 10 helai (BL) : 0,0356 gram
c. Berat Pakan 10 Helai (BP) : 0,0288 gram
d. Tetal Lusi /” (TL) : 105 hl/”
e. Tetal Pakan /” (TP) : 50 hl/”
f. Tetal Lusi /cm (TL) : 41,3 hl/cm
g. Tetal pakan /cm (TP) : 19,69 hl/cm
h. Panjang Lusi (PL) : 10,55 cm
i. Panjang Pakan (PP) : 10,7 cm
j. Anyaman :
2. Perhitungan
a. Nomor Benang Lusi
PL
 NM =
B
1,055 m
=
0,0356 gram
= 28,9

 Ne1 = NM × 0,59
= 28,9× 0,59
= 17,05

9000
 TD =
NM
9000
=
28,9
= 311,42

1000
 Tex =
NM
1000
=
28,9
= 34,6

b. Nomor Benang Pakan


PP
 NM =
B
1,07 m
=
0,0288 gram
= 37,15

 Ne1 = NM × 0,59
= 37,15 × 0,59
= 21,92
9000
 TD =
NM
9000
=
37,15
= 242,26

1000
 Tex =
NM
1000
=
37,15
= 26,92

c. Mengkeret Lusi
P 1−P 2
 ML = 100 %
P1
10,55−10
= 100 %
10,55
= 5,2 %
d. Mengeret Pakan
P 1−P 2
 MP = 100 %
P1
10,7−10
= 100 %
10,7
= 6,5 %

e. Berat Timbang Sampel Kain


100× 100
 BT = BK
10× 10
100× 100
= 2,0323
10× 10
= 203,23 gram

f. Berat Hitung Sampel kain


TL×100 ×100 100
 Lusi = ×
NM × 100 100−ML
41,3 ×100 ×100 100
= ×
28,9 ×100 100−5,2
= 150,75 gram
TP× 100× 100 100
 Pakan= ×
NM ×100 100−MP
19,69× 100× 100 100
= ×
37,15× 100 100−6,5
= 56,68 gram
 Kain = Lusi + Pakan
= 150,75 + 56,68
= 207,43 gram
g. Selisih
BB −BK
 S = × 100 %
BB
207,43−203,23
= × 100 %
207,43
=2%

h. Cover Factor
 Cw = TL ¿
1
= 105×
28 √ Ne 1
= 0,9082
 Cf = TP ¿
1
= 50×
28 √ Ne 1
= 0,3814
 CF = ( Cw ×Cf )−( Cw +Cf ) × 100 %
= ( 0,9082 ×0,3814 )−( 0,9082+0,3814 ) × 100 %
= 94,3 %

i. Nomor Sisir
100−MP
 TS = ×TL
100
100−6,5
= ×105
100
= 98,18
TS
 NS = ×2
t
98,18
= ×2
4
=49,1
KAIN CELE

1. DATA
a. Berat Kain 10cm x 10cm (BK) : 1,0548 gram
b. Berat lusi 10 helai (BL) : 0,0241 gram
c. Berat Pakan 10 Helai (BP) : 0,0187 gram
d. Tetal Lusi /” (TL) : 59 hl/”
e. Tetal Pakan /” (TP) : 66 hl/”
f. Tetal Lusi /cm (TL) : 23,2 hl/cm
g. Tetal pakan /cm (TP) : 26 hl/cm
h. Tetal Lusi /m (TL) : 2323 hl/m
i. Tetal Pakan /m (TP) : 2599 hl/m
j. Panjang Lusi (PL) : 10,5 cm
k. Panjang Pakan (PP) : 10,2 cm
l. 1 Raport Lusi (RL)
 Jumlah : 278 helai
 Putih : 16 helai
 Hitam : 122 helai
 Putih : 18 helai
 Mocha : 122 helai
m. 1 Raport Pakan (RP)
 Jumlah : 180 helai
 Hitam : 16 helai
 Putih : 4 helai
 Putih – Hijau : 40 helai
 Hijau : 16 helai
 Putih : 4 helai
 Putih – Coklat : 40 helai
 Coklat : 16 helai
 Putih : 4 helai
 Putih – Putih : 40 helai
n. Anyaman :

2. Perhitungan
a. Nomor Benang Lusi
PL
 NM =
B
1,05 m
=
0,0241 gram
= 43,56

 Ne1 = NM × 0,59
= 43,56 × 0,59
= 25,70
9000
 TD =
NM
9000
=
43,56
= 206,61

1000
 Tex =
NM
1000
=
43,56
= 22,95

b. Nomor Benang Pakan


PP
 NM =
B
1,02 m
=
0,0187 gram
= 54,54

 Ne1 = NM × 0,59
= 54,54× 0,59
= 32,17

9000
 TD =
NM
9000
=
54,54
= 165,01

1000
 Tex =
NM
1000
=
54,54
= 18,33

c. Mengkeret Lusi
P 1−P 2
 ML = 100 %
P1
10,5−10
= 100 %
10,5
= 4,7 %
d. Mengeret Pakan
P 1−P 2
 MP = 100 %
P1
10,2−10
= 100 %
10,2
= 1,9 %

e. Berat Timbang Sampel Kain


100× 100
 BT = BK
10× 10
100× 100
= 1,0548
10× 10
= 105,48 gram

f. Berat Hitung Sampel kain


TL×100 ×100 100
 Lusi = ×
NM × 100 100−ML
23,2× 100× 100 100
= ×
43,56 ×100 100−4,7
= 55,88 gram
TP× 100× 100 100
 Pakan= ×
NM ×100 100−MP
26 ×100 ×100 100
= ×
54,54 ×100 100−1,9
= 48,59 gram
 Kain = Lusi + Pakan
= 55,88 + 48,59
= 104,47 gram

g. Selisih
BB −BK
 S = × 100 %
BB
105,48−104,47
= ×100 %
105,48
= 0,9 %

h. Cover Factor
 Cw = TL ¿
1
= 59×
28 √ Ne 1
= 0,4156
 Cf = TP ¿
1
= 66×
28 √ Ne 1
= 0,4155
 CF = ( Cw ×Cf )−( Cw +Cf ) × 100 %
= ( 0,4156 × 0,4155 )−( 0,4156+ 0,4155 ) × 100 %
= 65,85 %

i. Nomor Sisir
100−MP
 TS = ×TL
100
100−1,9
= × 59
100
= 57,9
TS
 NS = ×2
t
57,9
= ×2
4
= 29

j. Jumlah Raport /m2


TL(¿ m)
 Lusi =
RL
2323 helai
=
278 helai
= 8,4 Raport
T P(¿ m)
 Pakan=
RP
2599 helai
=
180 helai
= 14,4 raport

k. Jumlah Helai /m2 (JH)


 Lusi
1. Putih = 288 helai
2. Hitam = 1059 helai
3. Mocha = 976 helai
 Pakan
1. Hitam = 520 helai
2. Putih = 1030 helai
3. Hijau = 540 helai
4. Coklat = 509 helai

l. Kebutuhan benang /m2


 Lusi
JH
1. Putih = 2
BHL
TL(¿ m )
288
= 55,88
2323
= 6,93 gram
JH
2. Hitam = 2
BHL
TL(¿ m )
1059
= 55,88
2323
= 25,47 gram
JH
3. Mocha = 2
BHL
TL(¿ m )
976
= 55,88
2323
= 23,43 gram
 Pakan
JH
1. Putih = 2
BHP
TL(¿ m )
1030
= 48,59
2599
= 19,26 gram
JH
2. Hitam = 2
BHP
TL(¿ m )
520
= 48,59
2599
= 9,72 gram
JH
3. Hijau = 2
BHP
TL(¿ m )
540
= 48,59
2599
= 10,10 gram
JH
4. Coklat = 2
BHP
TL(¿ m )
509
= 48,59
2599
= 9,52 gram
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, menghasilkan data sebagai berikut:

Kain Kain Kain Kain Turunan Kain Turunan


Hasil Perhitungan Kain Cele
Polos Keper Satin Polos Keper
Mengkeret Lusi 4,7% 10,87% 2,91% 3,38% 5,2% 4,7%
Mengkeret Pakan 1,9% 0,99% 1,96% 3,38% 6,5% 1,9%
Berat Timbang (gram) 114,14 176,83 95,70 121,09 203,23 105,48

Berat Hitung (gram) 119,67 183,49 92,22 122,11 207,43 104,47


Selisih Berat 4,6% 3,6% 3,6% 0,8% 2% 0,9%
Cover Factor 85,3% 95,71% 72,74% 65% 94,3% 65,85%

Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa selisih antara berat kain sampel berdasarkan
penimbangan dan berat kain sampel berdasarkan perhitungan tidak ada yang lebih dari 5%.

Anda mungkin juga menyukai