a) Tenunan (woven)
b) Rajutan (knitted)
c) Anyaman
d) Buhul
e) Kaitan
f) Renda
g) Kempa
h) Bahan tidak ditenun (non woven)
a) Tenunan (Woven)
Setiap bahan tenunan mempunyai pinggir atau tepi kain (selvage) sepanjang
kedua sisi kain dan biasanya dibuat lebih tebal dengan cara memakai benang gintir
atau memperbanyak jumlah benang lusi dibandingkan pada bagian tengah kain.
Lebar pinggir kain bervariasi seAndar 0,5 cm sampai 1 cm. Hal ini bertujuan untuk
menguatkan kain dan melindungi benang-benang supaya tidak mudah bertiras.
Selalu pastikan bahwa benang-benang pakan ada pada sudut yang tepat
pada tepi kain (selvage). Hal ini menunjukkan bahwa bahan terletak pada lajurnya
atau sesuai dengan arah serat (grain line) suatu hal yang harus dipertimbangkan
ketika Anda memotong bahan.
Kekencangan dari suatu tenunan tergantung pada jumlah benang-benang
lusi dan benang-benang pakan dalam setiap 1 cm2. Hal ini biasa disebut dengan
Tetal Kain. Banyaknya benang lusi per 1 cm dan benang pakan per 1 cm masing-
masing disebut dengan tetal lusi dan tetal pakan.
Beberapa tenunan dengan silang kepar antara lain drill, jeans, denim,
gabardin dan sebagainya.
b) Rajutan (Knitted)
Berbeda dengan kain tenun yang dibuat dengan menyilangkan dua macam
benang yaitu benang lusi dan benang pakan, maka kain rajut pada dasarnya dibuat
dengan cara membentuk sengkelit-sengkelit. Dari satu macam benang saja yang
searah dengan lebar kain atau yang searah dengan panjang kain.
Apabila Anda mengamati selembar kain rajut, Anda akan melihat alur-alur
pada kain itu baik ke arah panjang kain maupun ke arah lebar kain. Alur-alur ini
terbentuk oleh rangkaian sengkelit. Menurut arah alur tersebut istilah baris
sengekelit (wale) dan deret jeratan (course), baris sengkelit (wale) adalah satu
deretan sengkelit ke arah panjang kain yang dalam pembuatannya dibentuk oleh
sebuah jarum. Sedangkan deret sengkelit (course) adalah satu deretan sengkelit
rajut ke arah lebar kain.
Konstruksi kain rajut berbeda dengan kain tenun, maka sifat-sifatnya pun
berbeda pula. Kain rajut pada umumnya mulur dan daya elastisitasnya lebih tinggi
daripada kain tenun, sehingga kain rajut cocok untuk pakaian-pakaian yang
berukuran tubuh (body size) dan mengikuti bentuk tubuh tanpa mengganggu
gerakan tubuh (press body). Hal ini disebabkan karena adanya lengkungan
sengkelit pada kain rajut dapat mudah tertarik ke segala arah.
Kelemahan dari rajutan adalah apabila sehelai benangnya putus maka akan
mudah menjalar melepaskan sengkelit lainnya, sehingga lubang kain menjadi
bertambah besar. Tetapi dengan perkembangan teknologi di bidang rajut, telah
banyak dibuat kain rajut yang kokoh seperti kain tenun tanpa mengurangi
elastisitasnya.
Adalah yang dikenal dengan pola-pola vertikal berbentuk “V” pada permukaan
bahan, dan deretan-deretan horizontal dari setengah lingkaran pada bagian
belakang. Rajutan ini mulur (stretch) pada bagian horizontalnya.
c) Anyaman
Anyaman bukanlah suatu hasil tenunan, tetapi dibuat dari satu susunan
benang yang disilangkan miring dari kiri ke kanan dan kembali lagi. Anyaman ini
bisa dikerjakan dengan tangan ataupun mesin.
Gambar 2.7 Hasil anyaman
Bahan anyaman bisa Anda buat dari beraneka bahan. Asal bahan itu tidak
mudah putus dan pipih serta lentur maka bahan itu bisa dianyam, misalnya: kulit,
benang, plastik, rafia, bambu, rotan, dan bahan alami yang lain, seperti rumput,
rumputan, mendong, agel, enceng gondok yang sudah dikeringkan, pelepah pisang,
akar wangi dan sebagainya.
Hasil dari anyaman bisa berupa tas dari kulit yang dianyam, anyaman kain,
plastik, sepatu, rompi, atau garnitur busana dan pelengkap busana. Juga untuk
lenan rumah seperti taplak meja, alat rumah tangga misalnya alat dapur, hiasan
dinding, kerajinan tangan dan sebagainya.
Anyaman dapat dibuat dalam bentuk pipih atau bulat, misalnya veterband,
tali sepatu dan ikat pinggang.
d) Buhul
Salah satu teknik membuat kain adalah membuat buhul atau simpul. Contoh
dari buhul adalah macrame dan filet. Teknik macrame berasal dari Arab. Pada
mulanya hanya berupa simpul-simpul yang sederhana, tetapi kemudian
berkembang dengan variasi antara simpul-simpul tersebut dan menghasilkan motif
yang bermacam-macam. Buhul terdiri dari dua kali simpul, yang pertama disebut
setengah buhul. Kedua, setengah buhul lagi yang menguatkan ikatan setengah
buhul pertama sehingga tidak terlepas. Motif buhul bisa merupakan garis-garis
horisontal, vertikal dan diagonal. Dari rangkaian buhul tersebut dapat dihasilkan
bermacam-macam barang kerajinan dan aksesori busana, seperti tas, ikat
pinggang, rompi (vest), syal/selendang dan sebagainya.
Gambar 2.8 Contoh hasil buhul/makrame
e) Kaitan
Teknik membuat kain yang lain adalah mengait dan hasilnya dinamakan
crochet (kaitan). Kaitan dibuat dari benang kait, misalnya benang wol, benang
akrilik, benang katun, benang nilon maupun jerami (raffia) dan lainnya.
Nomor jarum kait ukuran standar internasional adalah dari 0.60 sampai
dengan 7.00. Contoh hasil kaitan ialah blus, vest (rompi), selendang, taplak meja,
seprei, tas, topi, dan lainnya.
Kaitan Biasa
Kaitan Tunisia
Kaitan Irish
Kaitan Amerika
Kaitan Renda
(1) Kaitan Biasa
1 2 3 4
Kaitan Irish merupakan kaitan yang berbentuk bunga-bunga. Kaitan ini dapat
dihubungkan satu dengan lainnya, sehingga merupakan rangkaian kaitan untuk
tas, taplak meja, penutup seprai tempat tidur (bed-cover), dan sebagainya.
Kaitan Amerika hampir sama dengan kaitan irish. Bedanya, motif pada kaitan
amerika merupakan motif bunga yang rata/datar, sedangkan pada kaitan irish
bermotif bunga timbul. Dari kaitan yang rata tersebut dirangkaikan menjadi
satu, sehingga merupakan suatu patchwork (tambal) yang dipergunakan untuk
penutup seprei tempat tidur (bed cover), tas, taplak meja, vest (rompi), dan
lainnya
Setelah benang dikaitkan pada pen, kemudian dirajut dan dilepaskan setelah
selesai pengerjaannya, baru dibentuk dan digabungkan sesuai desain dan
kebutuhan.
f) Renda
Yang dimaksud dengan renda di sini adalah kain renda (lace), yang dibuat
dengan tangan ataupun dengan mesin. Dalam rumah tangga dipergunakan untuk
taplak meja, tirai jendela, sebagai pakaian (dress/gaun), pakaian dalam (lingerie),
dan saputangan. Corak kain renda dapat terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang
merupakan dasar dan bagian lainnya merupakan sekelompok motif-motif tertentu,
misalnya motif bunga. Benang linen biasanya dapat dibuat renda yang nyata
(dengan benang besar), yang dikerjakan dengan tangan atau mesin. Tetapi,
benang kapas, rayon, nilon, atau sutra dibuat dengan mesin. Ada beberapa macam
renda, yaitu filet, renda simpul (frivolite), dan tula (tulle).
Karena obat kempa dan proses kempa, bulu wol akan menyusut, sehingga
tenunan menjadi padat. Padat eratnya tenunan dipengaruhi oleh obat kempa, juga
oleh kelembaban dan kenaikan suhu (panas) yang dipergunakan dalam proses
kempa.
Contoh kain yang dikempa adalah laken sedangkan serabut yang dikempa
ialah felt.
Dengan Anda mengetahui berat kain, maka Anda dapat memilih bahan menurut
jatuhnya bahan sesuai dengan desain.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kanji atau zat penguat yang
diberikan pada benang lusi yang akan ditenun. Adanya kanji atau zat
penguat akan mengganggu pengerjaan penyempurnaan selanjutnya
yang berakibat hasil prosesnya kurang/tidak sempurna. Zat-zat
penghilang kanji tersebut dapat berupa asam sulfat atau enzim yang
mampu melarutkan kanji sehingga untuk selanjutnya mudah dihilangkan
dengan pencucian.
Bahan akan dicelup atau dicap dengan warna-warna muda dan cerah,
misalnya merah, kuning, orange, dan sebagainya. Proses
pengelantangan yang dilakukan untuk tujuan ini bersifat setengah
putih, terutama dilakukan pada bahan yang terbuat dari serat alam
atau campuran.
b) Penyempurnaan Tambahan
Penyempurnaan tambahan dilakukan untuk mempe-roleh tekstur
(lembut, kaku), kilau, pola timbul, serta sifat tahan gesekan pada kain.
Pelaksanaannya dapat dikerjakan secara mekanis atau kimiawi.
(1) Mengalander
Penyetrikaan (calandering) merupakan proses penyem-purnaan mekanik yang
dilakukan dengan melewatkan bahan kain dalam kondisi terbentang melalui
suatu susunan rol logam yang dipanaskan dan rol lunak, misalnya dari kertas
wol dan lainnya.
(2) Memerser
Tujuan Proses merserisasi yaitu untuk mendapatkan kilap yang tinggi
dan permanen pada kapas. Proses ini dilakukan dengan mengerjakan
benang/kain kapas dalam larutan kaustik soda atau alkali kuat lainnya,
kemudian diikuti dengan proses netralisasi dan pencucian. Proses
merserisasi selain memberikan kilap lebih tinggi juga memberikan efek
lainnya, yaitu:
Bahan menyusut
Kekuatan bahan bertambah tinggi
Daya serap terhadap air meningkat
Daya gabung terhadap zat warna bertambah tinggi
Pegangan bahan menjadi lebih penuh.
Kain-kain yang bersifat tahan kusut misalnya: cuci pakai (wash and wear),
kering diangin-anginkan (drip dry), tanpa disetrika (non-ironing), anti kusut
(anti crease), dan sebagainya. Kain dari serat selulosa mudah sekali kusut
dalam pemakaian. Penampilan-nya menjadi kurang menarik, sehingga
memerlukan penganjian dan penyetrikaan yang sifatnya sementara, dan
kusut kembali karena pencucian. Untuk mendapatkan kain selulosa yang
bersifat anti kusut permanen, diperlukan proses penyempurnaan dengan
resin, juga untuk kain campuran selulosa dengan serat buatan. Kain serat
sintetik tidak memerlukan penyempurnaan tahan kusut karena sifat-sifat
dari serat sintetik sudah anti kusut.
(b) Penyempurnaan anti susut (anti-shrink/ sanforized)
(7) Menstabilisasi
Beberapa pengamatan secara visual tentang sifat yang perlu diketahui untuk
menentukan jenis serat adalah sebagai berikut.
(1) Panjang serat
Untuk penelitian asal serat sehelai kain, perlu dicabut sehelai benang untuk
diperiksa kemungkinan golongan seratnya.
Bila usaha mencari asal serat tekstil belum ditemukan dengan cara
memerhatikan serat-seratnya, dapat dilakukan dengan mempergunakan
bantuan alat mikroskop. Tiap-tiap serabut kalau diperbesar 100 x akan
menunjukkan bermacam-macam gambaran penampang serat-seratnya baik
gambar penampang melintang ataupun membujur dari setiap serat tekstilnya.
Cara memutuskan benang. Apabila berasal dari serat kapas, benang mudah
diputus karena berserat pendek. Serat linen benangnya sukar diputus. Serat
wol bersifat lentur, bila diputus akan memanjang dulu/elastis, ujung benang
seperti spiral (berombak). Serat sutra juga bersifat lentur, ujung benangnya
halus dan tidak berumbai. Serat rayon mudah putus, dan ujung benang
bercabang.
Cara lain untuk mengetahui asal serat adalah dengan menggunakan bahan
kimia, yaitu sebagai berikut.
Asam sulfat melarutkan serat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Kaustik soda (soda api) melarutkan serat yang berasal dari hewan,
seperti wol dan sutra.
Kupramonium melarutkan kapas.
Aseton melarutkan kain asetat.
Fenol 90% melarutkan nilon.
b) Penyelidikan Dengan Uji Pembakaran
Uji pembakaran adalah untuk mengetahui secara pasti serat-serat yang tidak
dikenal. Percobaan dengan pengujian yang paling mudah untuk dilakukan adalah
dengan pembakaran.
k 2 k1
Daya Mulur (%) 100%
k1
Keterangan:
k1 = Kain sebelum ditarik
k2 = Kain sesudah ditarik
Contoh:
Bahan ukur sebelum ditarik 5 cm dan sesudah ditarik menjadi 8 cm.
Berapakah daya mulurnya?
k 2 k1
Rumus: Daya Mulur (%) 100%
k1
85
100%
5
= 0,6%
Jadi daya mulur kain tersebut adalah 0,6%.
Jumlah uap air yang diserap oleh serat berbeda-beda, tergantung dari
kelembaban relatif, suhu udara, dan seratnya. Beberapa jenis serat
menyerap uap lebih banyak daripada jenis serat lainnya, ditentukan oleh
struktur kimia dari seratnya. Misalnya, serat-serat selulosa akan
menyerap uap air lebih banyak sehingga lebih enak dipakai, mudah
menyerap keringat dan tidak menimbulkan listrik statik, cocok dipakai
pada udara lembab dan panas.
Cara mengetahui tingkat daya serap bahan tekstil adalah dengan
menggunakan ujicoba memasukkan kain ke dalam air. Kemudian
menggunakan rumus sebagai berikut:
s 2 s1
Daya Serap (%) 100%
s1
Keterangan:
s1 = volume air sebelum dimasuki kain
s2 = volume air sesudah kain diangkat dengan pinset
Contoh:
Bahan ukur dengan ukuran 20 cm x 20 cm dengan berat kain ringan
dimasukkan dalam air (80 ml). sewaktu diangkat dengan pinset tersisa
75 ml. Berapakah daya serapnya?
s 2 s1
Rumus: Daya Serap (%) 100%
s1
80 75
100%
80
= 0,06%
Jadi daya serap kain tersebut adalah 0,06%.
(3) Daya susut (sanforized)
Keterangan:
t1 = panjang kain sebelum direndam
t2 = panjang kain sebelum direndam
(Rumus ini berlaku untuk panjang dan lebar kain).