Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI KINERJA HEAT EXCHANGER 15-E-101

UNIT RESIDUE CATALYTIC CRACKING (RCC)


PT. PERTAMINA Persero RU-VI
Indramayu, Jawa Barat
Kerja Praktik 23 Januari 23 Februari 2017

Churriyatul Ainiya
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta
Churriyatulainiya@gmail.com

INTISARI
Kilang PT. Pertamina Refinery Unit VI (RU-IV) merupakan salah satu dari enam unit pengolahan minyak
bumi yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) yang berlokasi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Refinery
Unit VI ini memiliki kapasitas produksi sebesar 125.0 MBSD. Proses pengolahan yang ada di RU-VI sendiri
ada beberapa unit seperti RCC, CDU, NPU, AHU, H 2 Plant, POC, LEU, Platformer, HTU, CCU dan lain-
lainnya dengan produk-produk unggulan seperti Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX,
LPG, Propylene.
Residue Catalytic Cracking Unit (RCC) dirancang untuk mengolah Treated Atmospheric Residue yang
berasal dari Atmospheric Residue Hydrodemetallization Unit (AHU) dengan desain 29.500 BPSD (35,5%vol)
dan Untreated Residue yang berasal dari Crude Distillation Unit (CDU) dengan desain 53.500 BPSD
(64,5%vol). Kapasitas total yang ada 83.000 BPSD. RCC ini sendiri terdiri dari beberapa unit salah satunya
Residue Catalytic Unit (RCU). RCU berfungsi sebagai kilang minyak tingkat lanjut (Secondary Processing)
untuk mendapatkan nilai tambah dari pengolahan Residue dengan cara perengkahan memakai katalis.
Heat Exchanger adalah alat penukar panas yang memiliki dua fungsi sebagai pemanas dan pendingin.
Salah satu HE yang ada di unit RCC adalah HE 15-E-101 dengan jenis shell and tube heat exchanger. Tipe
aliran yang terdapat pada heat exchanger ini adalah aliran counter current. Heat exchanger ini berfungsi
sebagai pre heat untuk memanaskan raw oil sebelum masuk ke riser reactor 15-R-102.
Dalam perhitungan evaluasi kinerja HE 15-E-101 didapatkan hasil fouling factor(Rd) 0,000419
hr.m2.C/Kcal lebih kecil dari 0,001727 hr.m2.C/Kcal Rd minimum yang diperbolehkan dan pressure drop shell
0,9104 kg/cm2 lebih kecil dari pressure drop shell dengan nilai 1,7695 kg/cm 2 yang diperbolehkan. Untuk
pressure drop tube sendiri, didapatkan nilai aktual sebesar 0,7135 kg/cm 2 melebihi batas desain yang ditentukan
dengan nilai 0,5913 kg/cm2. Keadaan ini diakibatkan oleh jarak antara buffle yang terlalu dekat sehingga aliran
mejadi lambat dan menekan kinerja pompa lebih besar lagi.

Kata kunci: Pertamina, RCC, Heat Exchanger

PENDAHULUAN Selain itu, ada minyak mentah yang diambil dari


1. Profil Perusahaan daerah sekitar, seperti Banyu Urip, Mundu, dan
Kilang PT. Pertamina Refinery Unit VI (RU- Jatibarang.
IV) merupakan salah satu dari enam unit Refinery Unit VI Balongan di rancang untuk
pengolahan minyak bumi yang dimiliki oleh PT. mengolah crude oil dengan kapasitas residu yang
Pertamina (Persero) yang berlokasi di Balongan, cukup besar sekitar 62-65% dari total feed Refinery
Indramayu, Jawa Barat. RU VI Balongan mulai Unit VI Balongan memiliki ciri utama yang tidak
beroperasi sejak tahun 1994. Kilang ini berlokasi di ada di unit lainnya, yaitu unit RCC yang terdiri atas
Indramayu (Jawa Barat) sekitar 200 km arah timur dua alat utama, reaktor dan regenerator. Oleh karena
Jakarta, dengan wilayah operasi di Balongan, ciri utama tersebut, RU VI Balongan mengambil
Mundu dan Salam Darma. Bahan baku yang diolah logo berbentuk reaktor dan regenerator. Sebagai
di Kilang RU VI Balongan adalah minyak mentah kilang yang relatif baru dan telah menerapkan
Duri dan Minas yang berasal dari Propinsi Riau. teknologi terkini, Pertamina Refinery Unit VI juga
memiliki beberapa unit-unit yang menjadi andalan 3. Produk yang dihasilkan
seperti CDU, NPU, AHU, H2 Plant, POC, LEU, Produk yang dihasilkan PT Pertamina (Persero)
Platformer, HTU, CCU dan lain-lainnya dengan RUVI Balongan dibagi menjaditiga bagian, yaitu
produk-produk unggulan seperti Premium, jenis produk dalam bentuk BBM, Non BBM dan
Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, Jenis BBK (Bahan Bakar Khusus). Jenis produk,
LPG, Propylene. kapasitas dan satuannya adalah sebagai berikut :
Produk BBM dalam satuan BPSD:
2. Kapasitas Produksi 1. Decant Oil (5,75)
Untuk memenuhi dan menjamin pemenuhan 2. Industrial Diesel Fuel (16)
kebutuhan BBM, PT Pertamina (Persero) 3. Kerosen (11,95)
membangun tujuh buah kilang di berbagai wilayah 4. Solar (27)
Indonesia namun hanya mengoperasikan enam buah 5. Premium, Pertalite, Pertamax (58,95)
unit kilang dengan kapasitas total mencapai Produk non BBM dalam satuan Ton/day
1.046,70 ribu barrel), sebagai berikut: 1. Sulfur (27)
2. Propylene (454)
Tabel 1. Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA 3. LPG (565)
(Persero)
KAPASITAS TUGAS KHUSUS
NAMA KILANG 1. Latar belakang
(MBSD)
Non aktif Residue Catalytic Cracking Complex
RU I Pangkalan Brandan
(RCC) dirancang untuk mengolah Treated
RU II Dumai, Riau 170.0
Atmospheric Residue yang berasal dari Atmospheric
RU III Plaju, Sumatera Selatan 133.7 Residue Hydrodemetallization Unit (AHU) dengan
RU IV Cilacap, Jawa Tengah 348.0 desain 29.500 BPSD (35,5%vol) dan Untreated
RU V Balikpapan, KalTim 260.0 Residue yang berasal dari Crude Distillation Unit
RU VI Balongan, Jawa Barat 125.0 (CDU) dengan desain 53.500 BPSD (64,5%vol).
10.0 Kapasitas total yang ada 83.000 BPSD. RCC ini
RU VII Kasim-Sorong, Papua
sendiri terdiri dari beberapa unit yang mana salah
Sumber:
satunya adalah Residue Catalytic Unit (RCU). RCU
MBSD: Mega Barrel Per Stream Day PERTAMINA,
berfungsi sebagai kilang minyak tingkat lanjut
2016
(Secondary Processing) untuk mendapatkan nilai
Kilang UP VI-Balongan dirancang untuk
tambah dari pengolahan Residue dengan cara
mengolah minyak bumi di Indonesia sebesar 125.0
perengkahan memakai katalis.
MBSD. Pada awalnya campuran minyak bumi yang
Adapun proses-proses utama yang terjadi
diolah merupakan campuran yang terdiri dari 80%
pada Unit RCU ini meliputi proses reaksi dan
minyak bumi Duri (Heavy Oil) dan 20% minyak
regenerasi, serta proses pemisahan. Pada tahapan
bumi Minas(Light Oil), tetapi sekarang diubah
proses reaksi cracking terjadi di bagian riser
menjadi 11% dari minyak bumi Duri dan 89%
reactor. Sebelum masuk riser reactor, feed yang
minyak bumi Minas. Keterbatasan minyak bumi
berupa cold AR dan hot AR dari unit CDU, cold
dan pertimbangan harga minyak bumi menjadikan
DMAR dari Unit AHU dipanaskan terlebih dahulu
UP VI- Balongan menggunakan feed dari berbagai
di Heat Exchanger 15-E-101 dimana pemanasan
sumber. Sumber-sumber minyak bumi tersebut
tersebut dilakukan dengan cara mengambil panas
diantaranya adalah JMCO (Jatibarang Mixed Crude
dari Decant Oil yang merupakan Bottom Produk
Oil), Nile Blend, MUDI (Gresik), Banyu Urip,
15C101, sehingga tercapai suhu yang optimal
AZERI (Malaysia), dll. Selain itu juga dilakukan
sebelum memasuki riser reactor (15R102).
pencampuran dengan minyak JMCO (Jatibarang
Alat penukar panas (Heat Exchanger)
Mixed Crude Oil), Nile Blend, mudi (Gresik),
adalah suatu alat dimana di dalamnya terjadi proses
Banyu Urip, Azeri (Malaysia) dalam jumlah yang
pertukaran panas antara dua arus fluida yaitu :
kecil karena kandungan minyak duri dan minas
fluida panas (hot fluid) dan fluida dingin (cold fluid)
sudah mulai terbatas dan sifat dari minyak tersebut
dengan adanya perbedaan temperatur tanpa disertai
sesuai dengan kondisi kilang dari PT. PERTAMINA
dengan pencampuran (mixing) antar keduanya,
RU VI Balongan.
karena panas yang ditukar terjadi dalam suatu
sistem maka kehilangan panas dari suatu benda
akan sama dengan panas yang diterima oleh benda Tabel 3. Data Aktual Kondisi hot
lain. (Atmospheric residue & Demetallized
Pada proses pengolahan minyak, alat Atmospheric residue) dan cold (Decant Oil)
penukar panas banyak digunakan diantaranya periode November 2016
sebagai alat pemanas atau pendingin fluida proses Result
maupun produk yang akan disimpan dalam tangki AR & Decant
penyimpanan. Pada industri pengolahan minyak, Analisis units DMAR oil
heat exchanger yang paling banyak digunakan (cold (hot
adalah tipe shell and tube heat exchanger. fluid) fluid)
API at 60F - 22.96 0.9833
TUJUAN Density at 50C g/ml 915.66 1067.63
Tujuan dari tugas ini adalah untuk SG at 60/60F - 0.9162 1.068
mengetahui performa pada Heat Exchanger 15-E- Kinematic
101 di unit 15 Residue Catalytic Cracking (RCC). Viscosity at mm/s 175.11 138.27
50C
PENGUMPULAN DATA
Data yang digunakan untuk mengevaluasi Table 4. data aktual rata-rata kondisi HE 15-E-101
kinerja Heat Exchanger 15-E-101 pada periode 1 1-30 November 2016
November 30 November 2016. Adapun data Data rata-rata bulan november
tersebut diambil rata-ratanya dan dibandingkan tube shell
dengan kondisi desain. Pada pengumpulan data In Out In Out
tersebut terdapat dua jenis pengumpulan data yaitu Flow 49474.07 49474.07 376899.7 376899.7
pengumpulan data primer dan pengumpulan data Temperature 308.6671 213.3509 164.4953 173.3353
sekunder.
1. Pengumpulan data primer PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan data primer digunakan sebagai
data penunjang evaluasi kinerja Heat
Exchanger 15-E-101 di Residue Catalytic
Cracking Unit (RCC). Data ini diperoleh dari
Shell and Tube Thermal Desain
Table 2. Data Desain HE 15-E-101

Gambar 1. Arah alirah dalam Heat Exchanger

2. Pengumpulan data sekunder


Pengumpulan data sekunder yang digunakan
Gambar 2. Suhu alirah dalam Heat Exchanger
sebagai bahan perhitungan pada analisa evaluasi
Heat Exchanger 15-E-101 di Residue Catalytic
Cracking Unit (RCC) diperoleh dari data
lapangan dan data literatur.
1. Menghitung Heat Balance (Q) S=
Q pada Raw Oil (Shell Side Cold Fluid
Atmospheric Residue dan Demetalizer Atmospheric = 0,061317
Residue) FT = 0,99 (Kern : Fig.18)
Diketahui :
m = 376899,7 kg/hr = 830921,5 lb/hr t = TLMTD . FT =
cp = 0,58 kcal/kgoC = 0,58 Btu/lboF
T = (344,012 328,1) oF 3. Menghitung Temperature Caloric
= 15,912oF
Q1 = m.cp.T
0,36
= 830921,5 lb/hr . 0,58 Btu/lboF . 15,912oF
= 7668542 Btu/hr
Api = 22,9 ; Kc = 0,28 ; Fc = 0,39 (Kern : Fig.17)
Tc = T2 + Fc (T1 T2) = 416,03 + 0,39 (587,606
Q pada Net Bottoms (Tube Side Hot Fluid DCO)
416,03)
Diketahui :
= 482,9446 oF
M = 49474,07 kg/hr = 109071,65 lb/hr
tc = t1 + Fc (t2 t1) = 328,1 + 0,39 (344,012
Cp = 0,6 kcal/kgoC = 0,6 Btu/lboF
328,1)
T = (587,606 416,03) oF
= 350,2177 oF
= 171,576 oF
Q2 = M.Cp.T
Evaluasi Heat Exchanger 15-E-101
= 109071,65 lb/hr . 0,6 Btu/lboF . 171,576 oF
A. Shell
= 11228446,1 Btu/hr
ID = 630 mm = 2,066 ft = 24,8031 in
Baffle Space (B) = 440 mm = 17,3228 in
Passes (n) = 1
c = PT OD Tube
= 31,70 % = 1,25 in 1 in
Efisiensi Panas HE
= (100 31,70) % = 0,25 in
= 68,3 % 4. Flow Area

2. Menghitung LMTD
=

= 0,5968
5. Mass Velocity

Gs =

LMTD =
=
= 152,7672 oF
6. Reynold Number
R=
= ; (Kern : fig. 14)
= 10,78281
4. Flow Area
= 3,0719268
at = 0,479
De = 0,99 in = 0,0825ft ; (Kern : Fig.28)
=
Re =
5. Mass Velocity

Gt =
=
=
= 37413,83
6. Reynold Number

7. Mencari Faktor Panas (jH)


; (Kern : fig. 14)
jH = ; (Kern : Fig.28)

8. Mencari (Pr)1/3 = 2,588159


tc = 350,2177F
D = 0,782 in = 0,0652 ft ; (Kern : Tabel 10)
k=

cp = 0,58 kcal/kgoC = 0,58 Btu/lboF Re =

(Pr)1/3 = 1/3

= 1/3 = 27520,238

= 13,006 7. Mencari Faktor Panas (jH)


9. Mencari ho
jH = ; (Kern : Fig.28)
ho =
L/D = 20,008 ft/0,065 ft = 307,03

8. Mencari (Pr)1/3
= Tc = 482,9446F

k=
= 281,6
cp = 0,6 kcal/kgoC = 0,6 Btu/lboF
B. Tube
Number = 180
(Pr)1/3 = 1/3
L = 6100 mm = 20,0131 ft
BWG = 12
OD = 25,4 mm = 1 in
Pitch (PT) = 31,75 mm = 1,25 in = 1/3

Passes =6
= 13,764
=
9. Mencari ho

hi = =

=306,708
=
Tube :
= 189,49
=

=
=

= 148,217
= 135,320

10. Menentukan Tube-wall Temperature


13. Clean Overall Coeficient (Uc)

Uc =
tw =

14. Dirt Overall Coeficient (Ud)

= 0,2618
= 437,175
Shell : A = N.L. = 180 20,0131 0,2618 =
11. Pada tw = 437,175 942,857

= 0,69 cP = 1,669 lb/ft hr Ud =


Fig. 14
15. Mencari Rd
=
Rd =
Tube :
Pada tw = 437,175

= 1,54 cP = 3,725 lb/ft hr = 0,000419


Fig. 14 16. Menghitung efisiensi

= = x 100%

= x 100%

12. Corrected Coeficient = 83,86 %


Shell :
17. Mencari P = 0,973
a. Shell : Berdasarkan nilai Res dari Fig.29 ;
didapatkan
PEMBAHASAN
Berdasarkan data aktual ; didapatkan nilai s = Tabel 5. Hasil perhitungan fouing faktor, Ps, dan
0,9241 Pt pada heat exchanger 15-E-101 berdasarkan data
De dari perhitungan = 0,0825 ft desain dan aktual
Tube : Berdasarkan nilai Res dari Fig.29 ;
didapatkan
Berdasarkan data aktual ; didapatkan nilai s =
1,0571
b. Perhitungan N+1 pada shell
N+1=12L/B
N+1=12(6100mm/440mm)
N+1=166,3636

c. Perhitungan Ps pada shell 1. Efisiensi pada HE 15 E 101 sebesar 83,86 %.

2.Perbandingan Fouling factor (Rd)


Ps = Dari hasil perhitungan berdasarkan data
desain dan data aktual didapatkan bahwa
fouling factor actual berada dibawah fouling
factor desain yaitu sebesar 0,001727
= hr.m2.C/Kcal untuk desain dan 0,000419
hr.m2.C/Kcal untuk aktual. Kondisi ini
= 12,95 Psi menunjukkan bahwa kinerja HE 15-E-101
= 0,9104 kg/cm2 periode ini memiliki performa yang baik,
meringankan biaya perawat HE, dan
d. Perhitungan Pt pada tube mengurangi waktu shut down yang relatif lama.
Akan tetapi nilai Rd yang kecil ini tidak dapat
Pt = dijadikan acuan untuk performa kerjanya, harus
tetap dilakukan cleaning secara rutin.

3. PS dan PT
Pada perhitungan pressure drop shell aktual
= 10,148 Psi periode ini didapat 0,9104 (kg/cm2), angka ini
= 0,7135 kg/cm2 masih dibawah nilai pressure drop shell desain
e. Perhitungan Pr pada tube yang diperbolehkan yaitu sebesar 1,7695
(kg/cm2). Angka pressure drop shell aktual yang
Fig.27 berdasarkan nilai Gt didapatkan = didapat dapat dikategorikan pada range nilai
tengah dari nilai pressure drop desain. Nilai
0,14 pressure drop yang rendah ini sangat diharapkan,
tetapi jika nilainya terlalu rendah akibatnya
Pr = perpindahan panas yang didapat tidak sempurna.
Untuk pressure drop tube sendiri, didapatkan
nilai aktual sebesar 0,7135 (kg/m2) melebihi
f. Perhitungan PT pada tube batas desain yang ditentukan sebesar 0,5913
PT = Pt + Pr (kg/m2). Keadaan ini diakibatkan oleh jarak
= antara buffle yang terlalu dekat sehingga aliran
mejadi lambat dan menekan kinerja pompa lebih
= 13,8416 besar lagi.
SARAN
Dari hasil evaluasi HE 15 E 101 periode 01
November 30 November 2016 maka diperlukan
monitoring kondisi HE rutin dan cleaning secara
berkala jika efisiensi dibawah % nilai yang
dikehendaki, begitu pula untuk fouling factor, dan
pressure drop melebihi batas nilai yang
dikehendaki. Maka perlu dilakukan pergantian tube
bundle.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992, Pedoman Operasi Kilang :Unit 15
RCC Unit, PERTAMINA EXOR-1, JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia)
Limited.
Latifah, W. dan Hidayat, D., 2016, Laporan Kerja
Praktek PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-
VI Balongan, Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta.
Lia, Y. R., dan Sari, I. F., 2016, Laporan Kerja
Praktek PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-
VI Balongan, Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,
Indralaya.
Kern, D. Q. 1965, Process Heat Transfer.
International Student Edition, McGraw- Hill
Book Co., Tokyo.

Anda mungkin juga menyukai