Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN DESAIN TEKSTIL 2

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN RANGKAP

Nama : Dwiyana Nugraha

NRP : 14010017

Group : 2T-1

Dosen : Sugeng w., S.Teks.

Asisten : Siti R., A.T., M.T.

Resty M. H., S.ST.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


BANDUNG
2016
I. MAKSUD DAN TUJUAN

Mahasiswa mendapatkan data agar bisa membuat kembali (meniru dengan tepat)
kain yang sesuai dengan contoh kain. Bahkan jika perlu membuat kain yang lebih baik
dari kain contoh sehingga bisa dijadikan mutu produk yang lebih kompentensi. Dengan
cara mengetahui jumlah benang dalam tetal lusi dan tetal pakan, juga mengetahui arah
lusi dan arah pakan pada kain dengan anyaman rangkap dan bisa menghitung berat kain
dalam luas tertentu dengan mengaplikasikan pemakaian konversi nomor benang.
Analisa kain dengan anyaman rangkap ini memiliki tujuan yaitu :

1. Untuk menganalisa konstruksi kain ( no.lusi, no.pakan, tetal lusi, tetal pakan) serta
dapat menentukan anyaman yang terdapat pada kain anyaman rangkap.
2. Dapat menentukan berat kain baik berat pakan maupun berat lusinya serta selisih
berat kainnya
3. Dapat mengetahui karakteristik, cara pembutan kain, dan kegunaan kain dengan
anyaman turunan rangkp.
4. Dapat membuat permintaan pembuatan kain dengan anyaman rangkap.

II. TEORI DASAR


Struktur Kain

Kain rangkap ayang disebut juga kain berlapis atau tenunan rangkap adalah kain yang
terdiri dari dua lapis atau lebih yang ditenun bersama-sama.
Jenis kain rangkap yang sederhana tersusun dari dua seri benang lusi dan dua seri
benang pakan. Satu seri benang lusi dan satu seri benang pakan membentuk kain muka
atau atas, sedang satu seri benang lusi dan satu seri benang pakan lainnya membentuk
sebelah belakang atau bawah. Dengan kata lain, untuk membentuk kain atas diperlukan
benang-benang lusi dan pakan atas, untuk membentuk kain bawah diiperlukan benang-
benang lusi dan pakan bawah.

lusi atas pakan atas


kain atas

kain bawah

pakan bawah
lusi bawah
Kain rangkap dapat dibedakan menjadi kain rangkap yang tidak terikat dan kain
rangkap yang terikat. Untuk kain rangkap tidak yang terikat, penyatuannnya hanya pada
sisi kain, bias dilakukan pada dua sisi dengan susunan pakan, atau juga hanya pada satu
sisi dengan susunan pakan.
Untuk kain rnagkap yang terikat, penyatuannya tidak hanya pada sisi-sisinya, tetapi
juga dengan pengikatan di tengah kain. Ada beberapa cara pengikatan yang dapat
dilakukan yaitu :

1) Pengikatan dengan lusi bawah


2) Pengikatan dengan pakan bawah
3) Pengikatan dengan lusi bawah dan pakan bawah
4) Pengikatan dengan lusi atau pakan tambahan
5) Pengikatan dengan cara pertukaran susunan

Anyaman Rangkap (Double Wave)


Kain rangkap disebut juga kain berlapis adalah kain yang terdiri dari dua lapis atau
lebih yang ditenun bersama-sama. Untuk membentuk kain Jenis kain rangkap yang sederhana
tersusun dari dua seri benang lusi dan dua seri benang pakan. Satu seri benang lusi dan satu
seri benang pakan membentuk kain sebelah muka, sedang satu seri benang lusi dan pakan
lainnya membentuk sebelah belakang.
Untuk mempermudah penggambaran anyaman rangkap maka terdapat ketentuan-
ketentuan:
1. Lusi atas selalu di atas pakan bawah dan lusi bawah selalu dibawah
pakan atas. Atau
2. Pakan atas selalu di atas lusi bawah, dan pakan bawah selalu
dibawah lusi atas.

Ketentuan ini perlu untuk mempermudah dalam menggambarkan anyaman rangkap.


Tergantung dari penggunaannya, maka struktur kain rangkap dapat bermacam-macam.
Konstruksi kain yang meliputi anyaman, tetal benang, nomer benang, dan macam bahannya,
dari kain atas bisa sama dan bisa juga berbeda dengan kain bawah.
Susunan lusi atas dan bawah juga susunan pakan atas dan bawah dapat bervariasi.
Dengan cara memvariasikan susunan pakan atas dan bawah maka kedua kain atas dan bawah
dapat bersambung pada kedua pinggirnya, sehingga akan menghasilkan bentuk pipa, atau
hanya bersambung pada salah satu pinggirnya saja seperti bentuk kain dilipat.
Selanjutnya kedua macam kain yaitu kain atas dan bawah dapat diadakan ikatan,
sehingga ditinjau dari segi diikat atau tidaknya, terdapat dua macam kain rangkap, yaitu kain
rangkap yang tidak terikat dan yang terikat. Terjadinya ikatan itu sederhana dapat dilakukan
secara sederhana misalnya bila suatu helai lusi atas pada tempat tertentu diturunkan, sehingga
teranyam dibawah pakan bawah.
Untuk pemakainan tertentu dapat juga suatu kain rangkap diberi lusi atau pakan pengisi
yaitu benang-benang lusi atau pakan yang diisikan diantara kain atas dan bawah tanpa
teranyam. Ketentuannya ;
 Lusi pengisi selalu dibawah benang pakan atas dan
diatas benang pakan bawah.
 Pakan pengisi selalu dibawah benang lusi atas dan
diatasnya benang lusi bawah.
Struktur yang lain dari kain rangkap ialah pertukaran muka kain pada tempat-tempat
tertentu, yaitu karena adanya pertukaran pada tempat tersebut, lusi dan pakan atas menjadi
lusi dan pakan bawah, dan sebaliknya lusi dan pakan bawah menjadi lusi dan pakan atas.
Apabila konstruksi atau warna kain atas berbeda maka dengan cara merubah muka kain
dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas pada tempat tertentu akan didapat muka kain yang
mempunyai corak menurut konstruksi atau warna kain atas dan bawah itu.
Jenis-jenis kain rangkap :
 Kain Rangkap dengan Ikatan Sendiri
a. Lusi atas mengikat pakan bawah.
b. Pakan atas mengikat lusi bawah
c. Lusi atas & Pakan atas mengikat pakan bawah & lusi bawah secara
bergantian.

 Kain Rangkap dengan Benang Pengisi (5 Jenis Benang)


a. Kain rangkap dengan benang pengisi pasir (Benang pengisi hanya
berfungsi sebagai penenbal kain)
b. Kain rangkap dengan benang pengisi aktif. Benang pengisi
berfungsi sebagai pengikat.
 Kain rangkap dengan Ikatan Sebagian Berpindah Tempat Bergantian.
 Kain Rangkap dengan Ikatan Kain Atas Berpindah Ke Bawah &
Kain Bawah Berpindah Ke Atas Bergantian.
 Kain Rangkap yang Membentuk Terowongan.
 Kain Rangkap dengan Ikatan Satu Sisi (Kain 2x Lebar)
 Kain Rangkap dengan Ikatan Dua Sisi (Kain Silinder).
III. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang digunakan ntuk melaksanakan dekomposisi kain terdiri dari:
1. Loupe
2. Jarum
3. Mistar
4. Kertas desain
5. Gunting
6. Timbangan dengan skala gram dan miligram
7. Pensil

IV. CARA KERJA


A. Menentukan Lusi dan Pakan
Untuk menentukan arah lusi dapat digunakan pedoman sebagai berikut:
1. Jika pada sample kain terdapat pinggir kain, maka lusi sejajar dengan pinggir
kain.
2. Garis sisir yang mungkin terdapat pada kain, selalu sejajar dengan arah lusi.
Yang dimaksud garis sisir adalah:
a. Pada kain terdapat kelmpok – kelompok lusi dimana tiap kelompok
terdiri dari dua atau lebih benang lusi. Kelompok – kelompok benang
tersebut membentuk garis – garis sejajar
b. Diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya terdapat celah atau
jarak yang merupakan bekas dari bilah sisir. Celah atau jarak tersebut
disebut garis sisir. Garis sisir ini dapat dilihat diatas meja inspeksi atau
dilihat dengan cara di terawang
3. Jika salah satu arah terdapat benang yang dikanji, maka benang kanji ini
adalah benang lusi
4. Membandingkan twist lusi dengan twist pakan, biasanya lusi mempunyai
twist yang lebih tinggi.
5. Membandingkan tetal lusi dan tetal pakan, pada umumnya tetal lusi lebih
besar tetal pakan
6. Jika salah satu arah terdapat benang yang digintir (ply yam), maka benang
gintir tersebut adalah lusi. Sedangkan benang singlenya adalah benang pakan.
7. Pada kain mixing, misalnya terdiri dari benang sutra dan benang katun, maka
benang katun adalah lusinya, sedangkan bedang sutra adalah pakan nya.
8. Jika salah satu arah terdiri dari benang yang lebih kaku dengan benang pada
arah lainnya, mak benang yang lebih kaku adalah benang lusi.
9. Pada umumnya nomer benang pakan lebih rendah dari nomer benang lusi
(diameter benang lsi > diametr benang pakan)
10. Pada kain dengan desain kotak (checks desaign), kotak yang searah dengan
lusi akan lebih panjang dari kotak yang searah dengan pakan.
11. Pada kain dengan desaign strip, maka stip – strip tersebut adalah searah
dengan lusi.
12. Pada kain vitrage, leno dan sebagainya, benang – benang yang jalannya
membelit adalah lusi.
13. Jika anyaman kain terdapat garis – garis miring yang naik dan turun
(anyaman HBT), maka deretan garis – garis tersebut umumnya ke arah lusi.
14. Jika kain nya digaruk, maka bulu – bulu dari serat akan terletak searah
dengan lusi, karena benang yang mendapatkan garukan adalah pakan.
15. Letak lusi lebih teratur dan sejajar daripada pakan.
16. Pada lusi yang di kanji dapat digunakan larutan 10 g/l joodkali dan 1 g/l
yodium, yang diteteskan keatas kain. Benang yang ada kanjinya bila terkena
larutan tersebut akan berwarna biru.

B. Menghitung Tetal Lusi dan Pakan


a. Langkah Kerja dengan Menggunakan Loope
1. Ratakan kain tanpa tegangan pada meja pemeriksa
2. Dengan kaca pembesar (loope), dibantu dengan jarum hitung jumlah lusi
atau pakan setiap inchi.
3. Pengujian dilakukan paling sedikit di 5 (lima) tempat yang berbeda.
4. Kalau tetal lusi atau pakan kurang dari 10 helai/cm maka larutan pengujian
setiap 7,5 cm.
5. Kalau lebar kain kurang dari 7,5 cm maka seluruh benang dihitung.
6. Hitung rata – rata tetal lusi dan tetal pakan.

b. Langkah Kerja dengan Cara Urai atau Cara Tiras


1. Gunting kain dengan ukuran 1 inchi X 1 inchi tepat lurus benang.
2. Keluarkan atau tiras lusi dan pakan kemudian kelompokan.
3. Hitung jumlah masing – masing lusi dan pakan
4. Langi langkah 1 sampai dengan 3 paling sedikit lima kali pada tempat
yang berbeda.
5. Hitung rata – rata tetal lusi dan tetal pakan.

C. Menentukan Berat Kain per M2 Cara Penimpangan


a. Langkah Kerja
1. Kain sampel yang cukup besar, sebiknya dipotong dengan ukuran (20x20)
cm atau sekurang – kurangnya (10 x 10) cm
2. Supaya pemotongan kain rapih dan teliti, kain harus diletakan diatas
bidang yang datar, kemudian kain diratakan dengan tangan, kain tidak
boleg mengalami tegangan.
3. Pada permukaan kain diberi tanda garis dengan pensil, untuk ukuran (20 x
20) cm atau (10 x 10) cm. harus diusahakan supaya letak garis searah
dengan ukuran lusi dan arah pakan.
4. Kain digunting (dipotong), penggunting dilakukan diluar garis dengan
jarak kurang lebih 1 cm dari garis.
5. Dengan hati – hati lusi maupun pakan pada bagian pinggir dikeluarkan.
6. Kemudian sisa benang yang diluar kain dipotong dengan hati – hati agar
tanda garis tidak terpotong.
7. Kain di timbang dengan neraca analitis, dan beratnya dicatat misalnya B
gram.
b. Perhitungan
 Untuk kain yang berukuran (10 x 10) cm:
Kain 100 ×100
Berat = × B ( gram )
m2 10 ×10
 Untuk kain yang berukuran (20 x 20) cm:
Kain 100 ×100
Berat = × B ( gram )
m2 20 ×20

D. Menentukan Mengkeret Lusi dan Pakan


a. Langkah Kerja
1. Potong contoh uji dengan ukuran (20 x 20) cm atu sekurang – kurangnya
(10 x 10) cm sejajr dengan lusi dan pakan.
2. Ambil 20 helai lusi atau pakan masing – masing 10 helai dari kedua
sisinya
3. Ukur panjang masing – masing lusi dan pakan dengan tegangan benang
tidak terlalu tegang atau kendor.
4. Hitung panjang rata – ratanya.

b. Perhitungan
P 1−P 2
 Contraction ( C ) lusi= × 100 %
P1
P1−P 2
 Contraction ( C ) pakan= ×100 %
P1

Keterangan
P1 = Panjang benang rata – rata
P2 = Panjang benang dalam kain

E. Menghitung Nomer Lusi dan Pakan


a. Langkah Kerja
Timbang masing – masing 20 helai lusi dan pakan dari hasil langkah
sebelumnya yaitu menentukan mengkeret benang pada timbangan dengan skla
miligram, sehingga didapat berat masing – masing misalnya B milligram.

b. Perhitungan
Panjang 20 hl lusi ( meter )
 Nm lusi=
Berat 20 hllusi ¿ ¿
Panjang 20 hllusi ( meter )
 Nm pakan=
Berat 20 hl lusi ¿ ¿

F. Menghitung Berat Kain per M2 Cara Perhitungan

a. Langkah Kerja
1. Lakukan langkah untuk mencari tetal
2. Lakukan langkah untuk mencari mengkeret benang
3. Lakukan langkah untuk mencari nomer benang

b. Perhitungan
 Berat Kain per m2

Berat lusi per m2=


tetal ( lusi
cm )
×100 ×100
×
100
NM 100× C L

Berat pakan per m2=


tetal ( lusi
cm )
× 100× 100
×
100
NM 100 ×C P

Berat lusi dan pakan bila dijumlahkan akan menjadi berat kain per m2
(berat cara perhitungan).
 Selisih berat antara cara penimbangan dan cara perhitungan

Berat yang lebih besar−Berat yang kecil


Selisih Berat ( % )= ×100 %
Berat yang lebih besar

G. Menentukan Fabric Cover Factor


a. Langkah Kerja
1. Lakukan langkah untuk mencari tetal
2. Lakukan langkah untuk mencari nomer benang

b. Perhitungan
 Warp cover factor : Cw = nw . dw
 Filling cover factor : Cf = nf . df
1
Diameter benang :d (inchi )=
28 √ Ne

Cover Factor :CF ( % )=( c w + c f −c w c f ) ×100

Keterangan
nw : tetal lusi
nf : tetal pakan
dw : diameter lusi
df : diameter pakan

H. Menentukan Nomer Sisir


a. Langkah Kerja
1. Langkah Kerja dengan Menggunakan Loope
a) Ratakan kain tanpa tegangan pada meja pemeriksa
b) Dengan kaca pembesar (loope), dibantu dengan jarum hitung jumlah
lusi atau pakan setiap inchi.
c) Pengujian dilakukan paling sedikit di 5 (lima) tempat yang berbeda.
d) Kalau tetal lusi atau pakan kurang dari 10 helai/cm maka larutan
pengujian setiap 7,5 cm.
e) Kalau lebar kain kurang dari 7,5 cm maka seluruh benang dihitung.
f) Hitung rata – rata tetal lusi dan tetal pakan.

2. Langkah Kerja dengan Cara Urai atau Cara Tiras


a) Gunting kain dengan ukuran 1 inchi X 1 inchi tepat lurus benang.
b) Keluarkan atau tiras lusi dan pakan kemudian kelompokan.
c) Hitung jumlah masing – masing lusi dan pakan

d) Langi langkah 1 sampai dengan 3 paling sedikit lima kali pada tempat
yang berbeda.
e) Hitung rata – rata tetal lusi dan tetal pakan.

b. Perhitungan
 Menentukan Tetal Lusi dalam Sisir
100−cp
TLs= ×TL hl /inch
100

 Menentukan Nomer Sisir


hl
Ns=
TLs ( inch ) ×2
t
Keterangan
TLs : Tetal lusi dalam sisir tenun
cp : Mengkeret pakan
TL : Tetal lusi dalam kain
t : jumlah cucukan (helai) lusi dalam tiap lubang sisir tenun

I. Menghitung Kebutuhan Lusi dan Pakan


a. Langkah Kerja
1. Lakukan langkah untuk mencari tetal
2. Lakukan langkah untuk mencari mengkeret benang
3. Lakukan langkah untuk mencari nomer benang

b. Perhitungan
100 100 TL × Pk × Lk
Kebutuhan Lusi= × ×
100−L L 100−C L Nm Lusi

100 100 TL× Pk × Lk


Kebutuhan Pakan= × ×
100−LP 100−C P Nm Pakan
Keterangan
TL : Tetal Lusi LL : Limbah lusi
TP : Tetal Pakan LP : Limbah Pakan
Pk : Panjang Kain CL : Crimp Lusi
Lk : Lebar Kain CP : Crimp Pakan

J. Menggambar Anyaman
1. Tentukan arah lusi dan pakan kemudian beri tanda panah untuk arah lusi
2. Tentukan pada kertas desain yang mewakili lusi dan pakan
3. Pada kain, tentukan mana yang dipakai acuan sebagai lusi dan pakan
pertama, demikian juga pada kertas desain
4. Dengan menggunakan loope dan dibantu dengan jarum, geser benang lusi
pertama dari tepi kain tetapi jangan sampai terlepas dari anyaman benang
pakannya, kemudian amati jalannya lusi terhadap pakan.
5. Gambar jalannya lusi terhadap benang pakan pada kertas desain, untuk efek
lusi diatas pakan beri tanda silang atau arsiran pada kertas desain.
6. Seterusnya amati untuk lusi kedua.
7. Apabila efek anyaman sudah berulang berarti satu repert anyaman telah
tercapai dan pada kertas desain diberi tanda satu repert anyaman, buat rumus
anyaman dan nama anyamannya.

V. DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


DATA PERCOBAAN
Tetal Lusi:
62 hl/inchi
61 hl/inchi
63 hl/inchi
63 hl/inchi
63 hl/inchi
312
X́ = =62,4 hl /inch
5
24,56 hl/cm
Tetal Pakan :
61 hl/inchi
60 hl/inchi
62 hl/inchi
62 hl/inchi
62 hl/inchi
307
X́ = =61,4 hl /inch
5
24,17 hl/cm

Berat Kain : 1,68 gram


Berat 20 helai Lusi : 40 milligram
Berat 20 helai pakan : 30 milligram

Panjang Lusi
1) 10,3 cm
2) 10,3 cm
3) 10,4 cm
4) 10,4 cm
5) 10,4 cm
6) 10,4 cm
7) 10,3 cm
8) 10,3 cm
9) 10,3 cm
10) 10,3 cm
Jumalah 103,4
103 , 4
X́ = =10,34 cm
10
Panjang Pakan
1) 10,4 cm
2) 10,4 cm
3) 10,5 cm
4) 10,5 cm
5) 10,5 cm
6) 10,5 cm
7) 10,4 cm
8) 10,4 cm
9) 10,4 cm
10) 10,4 cm
Jumalah 104,4
104,4
X́ = =10,44 cm
10

PERHITUNGAN
1. Mengkeret Benang
a. Mengkeret Lusi
P Benang−P kain
×100 %
P. Benang
10,34−10 cm
¿ × 100 %
10 ,34
¿ 3,28 %

b. Mengkeret Pakan
P Benang−P kain
×100 %
P. Benang

10,44−10 cm
¿ × 100 %
10,44
¿ 4,21 %

2. Nomer Benang
a. Nomer Benang Lusi
Panjamg 10,34
Nm= = =25,85
Berat 0,4

Nei = 0,59 x Nm
= 0,59 x 25,85 = 15,25

1000 1000
Tex= = =38,68
Nm 25,85

9000 9000
Td= = =348,16
Nm 25,85

b. Nomer Benang Pakan


Panjamg 10,44
Nm= = =34,8
Berat 0,3

Nei = 0,59 x Nm
= 0,59 x 34,8 = 20,53

1000 1000
Tex= = =28,73
Nm 34,8

9000 9000
Td= = =258,62
Nm 34,8

3. Gramasi
a. Dengan Cara Penimbangan
100 cm×100 cm
× 1,68=168 gram
10 cm×10 cm

b. Dengan Cara Perhitungan


( 100 % )

Pakan=
TP ( cmn )× 100 ×100 ×( ( 100−mp ) )
%

Nm ×100

24,17 ×100 ×100 ×1,04


=
3480

= 72,23 gram/m2

( 100 % )

Lusi=
TL ( cmn )× 100× 100× ( ( 100−mp ) )
%

Nm ×100
24,56× 100 ×100 ×1,03
= = 97,85 gram/m2
2585

4. Selisih
B−k
Selisih%= ×100 %
B

170,08−168
Selisih= ×100 %
170,08

= 1,22 %
Berat Kain 97,85 + 72,23 = 170,08 gram/m2

5. Fabric Cover Factor


a. Warp Cover Factor
Cw = nw . dw
1
= 62,4 ×
28 √ 25,85
= 0,43

b. Filling Cover Factor


Cf = nf . dw
1
= 61,4 ×
28 √ 34,8
= 0,37

c. Cover factor
Cf (%) = (cw + cf) – (cw – cf) x 100
= (0,43 + 0,37) – (0,43 x 0,37) x 100
= 64 %

VI. DISKUSI
Menggambar anyaman rangkap dilakukan dengan meniras helai-perhelai lusi di
bawah loop untuk melihat efek lusinya yang kemudian dipindahkan ke kertas desain.

Cara mengecek apakan gambar anyaman telah benar adalah dengan memecah
anyaman tersebut menjadi anyaman atas dan bawahnya. Jika setelah dipecah
anyaman-anyaman masing-masing kain atas dan kain bawahnya telah benar, maka
gambar anyaman kain telah benar.

Untuk menggambar anyaman rangkap dari 2 anyaman kain atas dan anyaman
kaian bawah, aturannya benang lusi atas selalu di atas pakan bawah. Jadi di samping
anyaman kain bawah sendiri, di setiap pakan bawah selalu ada efek lusi atas.

Hal yang perlu didiskusikan dalam pengujian ini yaitu, ketelitian uji yang
dilakukan oleh pengamat pada saat menghitung tetal pada kain. Agar hasil yang
didapat benar – benar akurat, maka penghitungan tetal di kain perlu dilakukan min. 2
kali pada satu tempat yang sama. Proses penghitungan pun sebaiknya dilakukan
ditempat yang terang dan dengan meja yang datar supaya mudah untuk mengujinya.

Pengguntingan kain sebesar 10 x 10 cm pun harus sejajar dengan benang lusi dan
benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu, saat penggarisan dilakukan,
garis harus benar – benar disejajarkan dengan benang lusi maupun pakan sebelum
kain digunting.

Pada saat penentuan bentuk anyaman rangkap, dibutuhkan ketelitian dan


kesabaran yang tinggi, karena anyaman rangkap memiliki 2 lapis kain dengan
anyaman yang sama maupun berbeda. Agar bentuk anyaman yang dicari sesuai
dengan bentuk anyaman rangkap pada umumnya, kita harus teliti dalam melihat naik
turunnya benang pada kain.

VII. KESIMPULAN
A. Mengkeret Benang
a. Mengkeret Lusi = 3,28 %
b. Mengkeret Pakan = 4,21 %

B. Nomer Benang
a. Nomer Benang Lusi
Nm=25,48

Nei = 15,25

Tex=38,68

Td=348,16

b. Nomer Benang Pakan


Nm=34,8
Tex=28,73
Nei = 20,53
Td=258,62

C. Gramasi
a. Dengan Cara Penimbangan ¿ 168 gram
b. Dengan Cara Perhitungan
Pakan= 72,23 Lusi= 97,85

D. Selisih
Selisih% = 1,22 %

97,85 + 72,23 = 170.08 gram/m2

E. Fabric Cover Factor


a. Warp Cover Factor
Cw = 0,43
b. Filling Cover Factor
Cf = 0,37
c. Cover factor
Cf (%) = 64 %

LAMPIRAN

B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
B
A
a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b a b

8 8

7 7

6 6

5 5

4 4

3 3

2 2

1 1

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

anyaman atas anyaman bawah

DAFTAR PUSTAKA

 Jumaeri, Bk. Teks dkk, Desain Tekstil. Institut Teknologi Tekstil, Bandung 1974
 Jurnal Pratikum Desain Tekstil 2. STTT Bandung, 2013
 Soekarsono, Pengantar Ilmu Anyaman, Insitut Teknologi Tekstil, Bandung, 1974.
 https://teddypram.wordpress.com/2010/04/11/dekomposisi-kain/
 http://www.academia.edu/6374786/Macam_macam_anyaman_textile_

Anda mungkin juga menyukai