Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM DESAIN TEKSTIL

LAPORAN KAIN RANGKAP

Disusun oleh:

Nama : Maria Magdalena P.S.


NPM : 18010022
Group : 2T1
Dosen : Siti Rohmah, A.T.,M.T

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2020/2021
1. MAKSUD DAN TUJUAN
- Mahasiswa dapat memahami tentang dekomposisi kain handuk
- Mahasiswa mampu menentukan arah lusi dan arah pakan pada kain
- Mahasiswa mampu memahami dan menghitung mengkeret benang kain handuk
- Mahasiswa memiliki kemampuan menghitung nomor benang
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis anyaman pada kain
- Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan benang lusi dasar dan benang pakan
- Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan benang lusi bulu yang diperlukan.

2. TEORI DASAR

Kain rangkap yang disebut juga kain berlapis atau tenunan  rangkap, adalah kain yang
terdiri dari dua lapis atau lebih yang ditenun bersama-sama. Jenis kain rangkap yang
sederhana tersusu dari dua seri benang lusi dan dua seri benang pakan. Satu  seri benang lusi
dan satu seri benang pakan membentuk kain sebelah muka atau atas, sedang satu seri benang
lusi dan pakan lainnya membentuk sebelah belakang atau bawah. Dengan perkataan lain,
untuk membentuk kain atas diperlukan benang-benang lusi dan pakan atas, sedang untuk
membentuk kain bawah diperlukan benang-benang lusi dan pakan bawah.stuktur dari kain
rangkap adalah pembentukan muka kain pada tempat-tempat tertentu , karena ada pertukaran
pda tempat-tempat tertentu, lusi dan pakan atas menjadi lusi dan pakan bawah.
Jenis kain rangkap yang sederhana tersusun dari dua seri benang lusi dan dua seri benang
pakan. Satu seri benang lusi dan satu seri benang pakan membentuk kain sebelah muka,
sedang satu seri benang lusi dan pakan lainnya membentuk sebelah belakang.
Prinsip pembuatan kain rangkap adalah dapat dibuat pada alat tenun dengan gun yang
dapat bergerak  secara individu. Jenis kain rangkap yang sederhana terdiri dari dua seri
benang lusi dan dua seri benang pakan. Satu seri benang lusi dan satu seri benang pakan
membentuk kain sebelah muka atau atas, sedangkan satu seri benang lusi dan satu seri
benang pakan lainnya membentuk kain sebelah belakang atau bawah, dengan kata lain kain
rangkap adalah kain yang terdiri dari dua lapis atau lebih kain yang ditenun secara  bersama-
sama.
Untuk mempermudah penggambaran anyaman rangkap maka terdapat ketentuan-
ketentuan lusi atas selalu di atas pakan bawah dan lusi bawah selalu dibawah pakan atas.
Atau pakan atas selalu di atas lusi bawah, dan pakan bawah selalu dibawah lusi atas.
Ketentuan ini perlu untuk mempermudah dalam menggambarkan anyaman rangkap.
Tergantung dari penggunaannya, maka struktur kain rangkap dapat bermacam-macam.
Konstruksi kain yang meliputi anyaman, tetal benang, nomer benang, dan macam bahannya,
dari kain atas bisa sama dan bisa juga berbeda dengan kain bawah.
Susunan lusi atas dan bawah juga susunan pakan atas dan bawah dapat bervariasi.
Dengan cara memvariasikan susunan pakan atas dan bawah maka kedua kain atas dan bawah
dapat bersambung pada kedua pinggirnya, sehingga akan menghasilkan bentuk pipa, atau
hanya bersambung pada salah satu pinggirnya saja seperti bentuk kain dilipat.
Selanjutnya kedua macam kain yaitu kain atas dan bawah dapat diadakan ikatan, sehingga
ditinjau dari segi diikat atau tidaknya, terdapat dua macam kain rangkap, yaitu kain rangkap
yang tidak terikat dan yang terikat. Terjadinya ikatan itu sederhana dapat dilakukan secara
sederhana misalnya bila suatu helai lusi atas pada tempat tertentu diturunkan, sehingga
teranyam dibawah pakan bawah.
Untuk pemakainan tertentu dapat juga suatu kain rangkap diberi lusi atau pakan pengisi
yaitu benang-benang lusi atau pakan yang diisikan diantara kain atas dan bawah tanpa
teranyam. Ketentuannya ;
Lusi pengisi selalu dibawah benang pakan atas dan diatas benang pakan bawah.
Pakan pengisi selalu dibawah benang lusi atas dan diatasnya benang lusi bawah.

Struktur yang lain dari kain rangkap ialah pertukaran muka kain pada tempat-tempat
tertentu, yaitu karena adanya pertukaran pada tempat tersebut, lusi dan pakan atas menjadi
lusi dan pakan bawah, dan sebaliknya lusi dan pakan bawah menjadi lusi dan pakan atas.
Apabila konstruksi atau warna kain atas berbeda maka dengan cara merubah muka kain dari
atas ke bawah dan dari bawah ke atas pada tempat tertentu akan didapat muka kain yang
mempunyai corak menurut konstruksi atau warna kain atas dan bawah itu.

Jenis-jenis kain rangkap :

 Kain rangkap dengan ikatan Sendiri


  Lusi atas mengikat pakan bawah.
 Pakan atas mengikat lusi bawah
 Lusi atas dan pakan atas mengikat pakan bawah & lusi bawah secara
bergantian.
 Kain rangkap dengan benang pengisi (5 jenis benang)
 Kain rangkap dengan benang pengisi pasir (Benang pengisi hanya
berfungsi sebagai penenbal kain 
 Kain rangkap dengan benang pengisi aktif. Benang pengisi berfungsi
sebagai pengikat.
 Kain rangkap dengan ikatan sebagian berpindah tempat bergantian.
 Kain rangkap dengan ikatan kain atas berpindah ke bawah  dan  kain
bawah berpindah Ke atas bergantian.
 Kain rangkap yang membentuk terowongan.
 Kain rangkap dengan ikatan satu sisi (kain 2x lebar)
 Kain rangkap dengan ikatan dua sisi (kain silinder)

Kain rangkap diuraikan dalam hal-hal berikut:

 Susunan benang atas dan bawah


 Pemilihan anyaman atas dan bawah
 Penyatuan dan pengikatan  kain angkap
 Cara menggambar kain rangkap
 Kontruksi dengan kain rangkappada mesin tenundengan bak teropong satu sisi
 Sistimasi menggambar dengan rangkap pakai ikatan
 Pertukaran susunan benang
 Kain rangkap dengan benang pengisi

1.1 Klasifikasi kain rangkap


Klasifikasi kain rangkap dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kain Rangkap dengan ikatan sendiri
Kain ini terdiri dari dua seri benang lusi dan pakan . Ikatan pada kain atas dan pada
kain bawah terjadi karena pada tempat tertentu, lusi atas turun sampai kepakan bawah atau
lusi naik diatas pakan atas.
2. Kain Rangkap Dengan Ikatan Tengah
Pada kain, ada 3 seri benang pada arah pakan atau lusi yang berfungsi sebagai
pengikat untuk menyatukan kedua kain yang terpisah. Benang pengikat tengah berada
diantara kain atas dan kain bawah.
3. Kain Rangkap Dengan Ikatan Pertukaran Benang
Kain ini metode pengikatannya hampir sama dengan kategori pertama , karena tidak
menggunakan benang sebagai pengikat . Perbedaannya adalah pengikatan kain atas dan
bawah terjadi karena adanya perpaduan letak sebagian benang diantara kedua kain atas dan
bawah.
4. Kain Rangkap dengan Ikatan Pertukaran Kain
Pada konstuksi ini, prnsip pengikatannya adalah sebagian kain bentukan tempat.
Ikatan terjadi pada titik kain bentukan tempat dan tingkat kepadatan Ikatan kain
5. Kain Rangkap Membentuk Terowongan
Pada jenis kain rangkap tertentu , sebagian lusi dan pakan dari kedua kain bergabung
menjadi satu dan membentuk kain single dan pada tempat terpisah .

6. Kain Rangkap Dengan Ikatan Pinggir


Beberapa kain diproduksi dengan prinsip kai rangkap tetapi hanya dilakukan
pengikatan pada pinggir atau ujung kaki atas dengan kain bawah . Pengikatannya bias
dilakukan hanya pada satu sisi kain sehingga terbentuk kain dua kali lebar .

1.2 Kain Rangkap Dengan Ikatan Sendiri


Kain rangkap dengan ikatan sendiri disusun dari dua sesi lusi dan dua sesi pakan. Satu
seri mementuk kain atas dan seri lainnya membentuk kain bawah. Anyaman yang terpisah
diperlukan untuk tiap lapis kain, anyamannya bias sama atau berbeda. Kemudian lusi atas
dianyam dengan pakan atas sesuai dengan anyaman atas dan lusi bawah dianyam dengan
pakan bawah . Sehingga dua kain yang berbeda terbentuk satu diatas yang lainnya .
Benang lusi dan pakan disusun dengan cucukan 1 atas dan 1 bawah. Anyaman yang
digunakan adalah rib pakan 2/2 pada anyaman atas dan bawah.
 Memperlihatkan posisi benang lusi ketikan pakan pertama disisipakan . Semua lusi
bawah diturunkan agar tidak menghalangi jalannya pakan atas.
 Memperlihatkan posisi lusi ketika pakan bawah pertama disisipkan ,Pada contoh ini.
Semua benang lusi atas dinaikkan untuk memberikan pada pakan bawah dan juga
setengah dari lusi bawah dinaikkan untuk membentuk anyaman bawah .
 Memperlihatkan setiap seri lusi dan pakan yang menganyam dengan pasangannya
membentuk dua lapis kain yang berbeda dan terpisah .
 Memperlihatkan ketika sebagian lusi atas diturukan ketika pakan bawah disisipkan.
 Memperlihatkan sebagian lusi bawah dinaikkan ke atas ketika pakan atas disisipkan.
Benang dari satu kain terenyam dengan benang dari kain lainnya. Pengikatan pada
kedua kain yang terbentuk adalah salah satu prinsip konstruksi kain dan rangkap.

1.3 Rasio Perbandingan Kain Atas Dan Kain Bawah


Rasio Perbandingan kain atas dan kain bawah ditentukan oleh susunan lusi dan
susunan pakan kain atas dan kain bawahnya. Urusan penyusunan yang paling umum untuk
kain rangkap adalah seperti pada gambar di bawah :
F : dengan susunan lusi dan pakan 1 a’ 1
G : dengan susunan lusi dan pakan 2 a’ 1
H : untuk mesin tenun dengan ban hanya pada satu sisi dengan susunan pakan 2a’ 2 dan
susunan lusinya 1a’ 1
I : Untuk mesin tenun dengan susunan pakan 4 a’ 2 dan lusi 1 a’1
J : Kain yang dengan kenampakan kain atas yang halus dibuat dengan susunan lusi dan pecan
3 a’ 1
K : Kain rangkap dengan susunan lusi 1 a’ 1 dan susunan pakan 2 a’ 1
L: Kain rangkap dengan susunan lusi 2 a’ 1 dan susunan pakan 1ậ 1(kebalikan dari k)
M : Kain rangkap dengan susunan lusi dan susunan pakan 2 a’ 2
N : Kain rangkap dengan susuna tidak teratur lusi dan pakan 5 a’ 4
O : Kain rangkap dengan susunan tidak teratur lusi dan pakan 7 a’ 5

1.4 Pemilihan Anyaman Atas dan Bawah


Ketika benang disusun dalam proposisi yang sebanding anayaman bawah biasanya
sama dengan anyaman atas atau terdiri dari jumlah perhitungan relative yang sama .sebagai
contoh keper 2/2 sesuai untuk anyaman bawah keper 3/ 2 2. Perencanaan yang lain untuk
anyaman bawah adalah jumlah pengulangan harus lebih besar dari pada anyaman atas . Untuk
mengimbangi pengurangan jumlah benang.

1.5 Ikatan Pada Kain Rangkap


Pada kain rangkap, ikatan digunakan untuk menyatu kain dua kain ,jika ikatan
tersebut ditempatkan secara benar tidak akan mempunyai pengaruh terhadap kenampakan
kain atas dan bawah. Ketika metode pengikatan dilakukan dengan menaikkan lusi bawah ke
atas pakan atas , maka lusi bawah dapat digunakan untuk mengikat jika lusi bawah tersebut
jauh dari bawah kain bawah dan pakan di atas ikatan yang dibuat harus jauh dari atas . Kain
atas ,ikatan tidak akan terlibat pada permukaan atas dan bawah kain rangkap seperti gambar
6b. 82 D
1.6 Pembuatan Desain Pada Kertas Desain
Pembuatan desain kain rangkap agar mudah maka pembuatannya dilakukan secara
bertahap. Pada desain kain rangkap digunakan tanda yang berbeda,seperti yang terlihat pada
gambar 8.4 yang akan menjelaskan tahap demi tahap pembuatan kain rangkap dengan
anyaman atas dan bawah 4/4 dan susunan benang 1 atas 1 bawah .
1.7 Kain Rangkap Bolak Balik
Penempatan anyaman bawah yang benar dalam hubungannya dengan pengikatan
adalah hal yang paling penting dalam pembuatan anyaman rangkap bolak-balik . Desain A
sampai E pada gambar 8.5 memperlihatkan konstruksi anyaman rangkap bolak-balik, dimana
benangnya disusun dengan ikatan 1 atas 1 bawah.
1.8 Kain Rangkap dengan Benang Pengisi
Kain Rangkap dengan benang pengisi terdiri dari kain atas dari bawah yang diikat
oleh lusi bawah pada pakan aras,atau lusi atas dibawah pakan bawah, dengan penambahan
seri pakan atau lusi yang berbeda dari kain atas atau bawah.
1.8.1 Kain Rangkap dengan Pakan Pengisi
Konstruksi kain ini digambarkan pada gambar 8/6(A) adalah anyaman atas dan (B)
anyaman bawah ,Keadaan Anyaman atas,ikatan, dan anyaman bawah seperti kain rangkap
biasa karena benang pengisi, berada diantara dua kain .
1.8.2 Kain Rangkap Dengan Lusi Pengisi
Lusi lebih murah dan lebih mudah dijadikan sebagai benang pengisi dari pada
pakan,tetapi karena tegangan yang lebih besar dalam pertenunan diperlukan benang yang
lebih baik kualitasnya. Gambar 8.7 memperlihatkan desain kain rangkap dengan lusi pengisi .
(A) adalah anyaman atas dan (B) adalah anyaman bawah. Desain yang lengkap pada C dan
pencucukan pada D.
3. LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan. (Beri tanda panah pada arah lusi)
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 tempat yang berbeda . (Hitung rata-
rata tetal dalam satuan helai/inchi)
3. Potong kain dengan ukuran (10 cm x 10 cm).
4. Timbang kain yang telah dipotong. (gram)
5. Tiras benang lusi dan benang pakan pada sisi yang berbeda masing-masing 5
helai dan total menjadi 10 helai.
6. Timbang benang lusi dan benang pakan yang telah ditiras.
7. Hitung panjang lusi dan panjang pakan. (Hitung rata-rata panjang)
8. Hitung mengkeret lusi.
 Panjang rata rata benang lusi = Pbl
 Panjang kain = Pk
Pbl−Pk
 Mengkeret lusi (Ml) = x 100%
Pbl
9. Hitung mengkeret pakan.
 Panjang rata rata benang pakan = Pbk
 Panjang kain = Pk
Pbk −Pk
 Mengkeret lusi (Mp) = x 100%
Pbk

10. Hitung nomor benang lusi dan nomor benang pakan.


Jumlah panjang( m)
 Nm =
Berat ( gram)
 Ne1 = 0,59 x Nm
1000
 Tex =
Nm
9000
 Td =
Nm
11. Hitung berat kain /m2 dengan cara penimbangan dan perhitungan.
a. Cara penimbangan
100 x 100
Berat kain (BK) = Berat sample ×
ukuran sample ( 10 ×10 ) cm
b. Cara perhitungan

Tetal ( helai
cm ) x 100 cm ×
100
100−M
×100 cm ¿ ¿
Nm (m/g) x 100(cm/m)
Berat kain/m2 (BP) = Berat lusi/m2 + Berat pakan/m2
c. Selisih penimbangan
BP−BK
×100 %
BP
12. Gambar anyaman

I. Data Percobaan
1. Tetal Lusi dan Tetal pakan
No LUSI/inch PAKAN/inch
1. 69 55
2. 66 57
3. 67 54
∑ 202 166
X 67,3 55,3

Konversasi X/inch menjadi X/cm

1 inch = 2,54 cm
o Lusi 67,3/inch : 2.54 = 26,49/cm
o Pakan 55,3/inch : 2.54 = 21,77/cm

2. Berat Kain 10cm x 10cm = 1,1801 gram

3. Berat 10 helai benang lusi = 0,0198 gram

4. Berat 10 helai benang pakan = 0,0328 gram

5. Panjang 10 helai benang lusi dan 10 helai benang pakan


No LUSI PAKAN
1. 10,3 cm 10,2
2. 10,3 cm 10,1 II. Perhitungan
3. 10,2 cm 10,1 1. Mengkeret Benang Lusi dan Benang Pakan
4. 10,1 cm 10,1
5. 10,1 cm 10,2 Mengkeret benang lusi (MLB)
6. 10,2 cm 10,1 panjang benang− panjang kain arah lusi
¿ x 100 %
7. 10,2 cm 10,1 panjang benang
8. 10,1 cm 10,2 10,2cm−10 cm
¿ x 100 %
9. 10,2 cm 10,1 10,2cm
10. 10,3 cm 10,2
= 1,96 %
∑ 102 cm 101,4 cm
X 10,2 cm 10,14 cm Mengkeret benang pakan (MP)
panjang benang− panjang kain arah pakan
¿ x 100 %
panjang benang

10 ,14 cm−10 cm
¿ x 100 %
10,14 cm

= 1,38 %

2. Menghitung Nomor Benang Lusi dan Pakan


 Benang Lusi Bulu
P
Nm =
B
1,02 m
=
0,0198 g
= 51,51 Nm

Ne1 = 0,591 x Nm
= 0,591 x 51,51
= 30,44 Ne1

591 x 9
Denier =
Ne
591 x 9
=
30,44
= 174,72 denier

Tex = 1000 / Nm
= 1000 / 51,51 Nm
= 19,41 Tex
 Benang Pakan
P
Nm =
B
1,014 m
=
0,0328 g
= 30,91 Nm

Ne1 = 0,591 x Nm
= 0,591 x 30,91
= 18,26 Ne1

591 x 9
Denier =
Ne
591 x 9
=
18,26
= 291,29 denier

Tex = 1000 / Nm
= 1000 / 30,91 Nm
= 32,35 Tex

3. Menghitung berat kain/m2 (Gramasi)

a. ____g____ = g
(10x10)cm2 (100x100)cm2

g = 1,1801 x (100x100)cm2
(10x10)cm2

g = 118,01 g/m2

b. Berat Lusi dan Pakan

rata-rata tetal (helai/cm) x lebar kain x panjang kain x 100/100-%mengkeret


Nm x 100

Berat Lusi = 26,49 x 100 x 100 x 100/100-1,96%


51,51 x 100
= 52,45 g/m2
Berat Pakan = 21,77 x 100 x 100 x 100/100-1,38%
30,91 x 100
= 71,41 g/m2
Berat kain = Berat Lusi + Berat Pakan
= 52,45 + 71,41
= 123,86 g/m2

4. Selisih
Berat Besar – Berat Ringan x 100%
Berat Besar

= 123,86 – 118,01 x 100%


123,86
= 4,72%

4. GAMBAR ANYAMAN
pp
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
B A B A B A B A B A B A B A B A B A B A lp

5. ANALISA DAN DISKUSI


Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain handuk, hasil persentase
selisih berat yang diperoleh dari perhitungan adalah 4,72 % sehingga hal ini dapat dikatakan
lumayan efisien karena standar selisih berat yaitu dibawah 5% atau mendekati 0. Selisih berat
tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil apabila pengamatan yang dilakukan lebih teliti
dalam mengukur panjang benang, menimbang kain, dan menimbang 10 helai benang.
Apabila ingin memperoleh hasil yang baik, maka selisih yang diperoleh tersebut harus kecil
atau mendekati 0. Karena SNI selisih berat yaitu berada dikisaran 5%.

Berikut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi besarnya selisih ataupun


kesalahan perhitungan :

1. Kurang teliti pada saat mengukur panjang benang lusi ataupun panjang benang
pakan.
2. Kurang teliti pada saat proses penimbangan kain dan 10 helai benang pakan
maupun lusi.
3. Kurangnya ketelitian ketika menghitung tetal lusi dan pakan.
6. KESIMPULAN

Setelah melakukan dekomposisi terhadap kain anyaman satin, maka dapat


disimpulkan:
 Mengkeret Lusi = 1,96 %
 Mengkeret Pakan = 1,38 %
 Nm Lusi = 51,51
 Nm Pakan = 30,91
 Ne1 Lusi = 30,44
 Ne1 Pakan = 18,26
 Tex Lusi = 19,41 tex
 Tex Pakan = 32,35 tex
 Denier Lusi = 174,72 denier
 Denier Pakan = 291,16 denier
 Berat lusi /m2 = 52,45 g/m2
 Berat pakan/m2 = 71,41 g/m2
 Selisih Berat Kain = 4,72 %
Daftar Pustaka
https://ittykarmiati.blogspot.com/2015/07/kain-rangkap-desain-tekstil.html diakses pada
Rabu, 12 Februari 2020 pukul 20.12 WIB
https://textileup.blogspot.com/2015/01/rencana-pembuatan-kain-rangkap.html diakses pada
Rabu, 12 Februari 2020 pukul 20.24 WIB
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/laporan-praktikum-desain-tekstil-ii_1.html diakses pada
Kamis, 13 Februari 2020 pukul 19.35 WIB
LAMPIRAN

 10 helai benang lusi

 10 helai benang pakan

 Kain 10cm x 10cm

Anda mungkin juga menyukai