Anda di halaman 1dari 19

Proses Persiapan Penyempurnaan ( Pre Treatment ) Pada Kain Poliester

( Proses Penghilangan kanji, Pemasakan dan Relaksasi Secara Simultan,


Pemantapan Panas, dan Pengurangan Berat )

I. MAKSUD DAN TUJUAN


A. MAKSUD
Mempelajari bagaimana mekanisme proses pre treatment pada serat sintetis yang
meliputi proses penghilangan kanji (dezising), pemasakan (scouring), relaksasi
(relaxing), pemantapan panas (heat setting),dan pegurangan berat (white reduce).
TUJUAN
1. Memperoleh kain poliester yang bersih dari kotoran alami maupun kotoran luar
sehingga meningkatkan daya serap kain.
2. Mencegah timbulnya efek crease mark, mendapatkan pegangan yang lembut,
lemas dan bergelombang pada bahan, dan untuk mengetahui suhu kritis saat
serat mengkeret maksimum.
3. Menstabilkan dimensi kain poliester sehingga dimensi kain tidak berubah pada
saat proses selanjutnya.
4. Memperoleh kain poliester yang lebih ringan.
5. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pre treatment kain
poliester.
6. Menganalisa dan mengevaluasi hasil proses pre treatment.

II. TEORI DASAR


A. PROSES SIMULTAN DAN MEKANISMENYA
Tujuan dari proses simultan adalah untuk menghilangkan berbagai kotoran alam
dan luar pada bahan tekstil yang kelebihannya adalah cepat dan murah sedangkan
kekurangannya adalah hasil yang diperoleh masih kurang dibandingkan dengan
proses secara terpisah terutama untuk serat alam, sedangkan untuk serat sintetik
hasilnya relatif sama. Proses ini banyak digunakan terutama untuk serat sintetik dan
campuran karena macam dan jumlah kotoran yang harus dihilangkan tidak sebanyak
pada serat alam, namun terkadang juga dilakukan pada serat kapas dan rayon.
Prinsip dari proses simultan adalah adanya kesamaan kondisi proses dan zat yang
digunakan tidak saling mengganggu tujuan masing-masing proses persiapan

1
penyempurnaan yang dilakukan. Mekanisme prosesnya sama persis dengan proses
yang dilakukan terpisah.
B. PROSES PEMASAKAN (SCOURING)
Pemasakan merupakan proses persiapan yang memegang peranan penting
bagi bahan tekstil karena dengan pemasakan akan memudahkan bahan untuk
menyerap zat-zat yang ada pada proses basah berikutnya. Tujuan pemasakan
adalah untuk memperoleh bahan tekstil yang bersih atau untuk menghilangkan
kotoran alami baik berupa lemak, minyak, pektin, serisin, gum,kulit biji kapas (pada
serat selulosa dan protein) dan kotoran dari luar seperti oli, debu, spinning oil (pada
serat sintetik) sehingga meningkatkan daya serap pada seluruh permukaan bahan
secara merata.
Mekanisme proses pemasakan adalah menyabunkan kotoran berupa lemak,
oli, serisin, gum sehingga dapat larut dalam air serta melepaskan kotoran akibat efek
detergensi dari larutan pemasakan dan gerakan mekanik yang diberikan pada
bahan. Pemasakan dapat dilakukan secara proses tersendiri maupun dilakukan
simultan dengan proses penghilanagn kanji dan pengelantangan. Untuk bahan
dengan kandungan kotoran yang tinggi sebaiknya dilakukan secara terpisah (serat-
serat alam), sedangkan untuk bahan yang terbuat dari serat sintetik atau serat
campuran biasanya dilakukan proses simultan.
C. PROSES RELAKSASI (RELAXING)
Proses relaksasi merupakan proses khusus yang hanya dilakukan pada serat
sintetik terutama serat sintetik yang terdiri dari serat filament seperti poliester, nilon,
akrilik, dan spandex. Tujuan proses relaksasi adalah untuk mencegah timbulnya efek
crease mark, mendapatkan pegangan yang lembut, lemas dan bergelombang pada
bahan dan untuk mengetahui suhu kritis saat serat mengkeret maksimum.
Pada proses relaksasi bahan dibiarkan melepaskan tegangan alaminya secara
perlahan-lahan melalui perendaman dengan pemanasan. Terdapat dua metode
relaksasi yaitu metode perendaman (Exhaust) dan metode kontinyu menggunakan
mesin relaksasi Goller dan Sofcer. Pada metode exhaust kain yang akan direlaksasi
harus dalam keadaan tersusun rapi. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi
kekusutan pada saat proses berlangsung. Sedangkan metode kontinyu biasanya
kain dalam keadaan terbuka lebar dan akan mengalami relaksasi melalui semprotan
air yang ada dalam mesin.
D. PROSES PEMANTAPAN PANAS (HEAT SETTING)
Proses pemantapan panas bertujuan untuk menstabilkan dimensi bahan tekstil
yang terbuat dari serat sintetik sehingga dimensi bahan tidak berubah pada proses

2
selanjutnya. Ada dua metode yang digunakan yaitu pemantapan panas basah dan
kering. Bahan tekstil yang mengalami pemantapan panas akan memiliki molekul
polimer sejajar sumbu seratnya dan dimensi yang stabil.
Proses pemantapan panas dapat dilakukan pada benang, kain tenun, maupun
kain rajut. Pemantapan panas pada benang dilakukan pada rol-rol panas, kain tenun
dan kain rajut menggunakan mesin Stenter. Proses pemantapan panas dapat
dilakukan dengan tiga cara :
1. Pemantapan panas awal (Pre-Setting) → pemantapan pada bahan yang
masih grey / mentah.
2. Pemantapan panas antara (Intermediate-Setting) → bahan dimantapkan
setelah pemasakan.
3. Pemantapan panas akhir (Post-Setting) → bahan dimantapkan setelah
proses pewarnaan.
Adapun dua metode pemantapan panas yaitu :
1. Pemantapan panas basah (Wet / Steam Setting) → pemantapan bahan
dengan bentuan uap panas dari mesin steamer.
2. Pemantapan panas kering (Dry Setting) → penamtapan panas dengan
menggunakan udara kering pada suhu tinggi yang berasal dari mesin
stenter.
E. PROSES PENGURANGAN BERAT (WEIGHT REDUCE)
Ada banyak metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metoda
exhaust/perendaman suhu dan tekanan tinggi menggunakan mesin HT-dyeing. Kain
yang telah mengalami pengurangan berat akan terasa lebih lembut dan langsai.
Selain metode exhaust, terdapat metode lagi pada proses pengurangan berat
yang tergantung dari jenis mesin yang tersedia.
1. Metoda exhaust/perendaman pada suhu dan tekanan tinggi
2. Metoda pad-Rol-Batching
3. Metoda pad-steam
4. Metoda pad-cure
5. Metoda pad-radiasi

3
III. PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
• 1 buah gelas piala porselin 1000 ml
• 1 buah pengaduk kaca
• 1 buah gelas piala atau gelas ukur 100 ml
• 1 set kasa + kaki tiga + pembakar Bunsen
• 1 buah timbangan digital
• 1 buah pipet volume
• 1 buah termometer
• 3 lembar kain poliester
• Zat sesuai resep
• Mesin Stenter

B. DIAGRAM ALIR PRAKTEK


1. Diagram Alir Umum Proses Pre Treatment Pada Kain Poliester
Kain grey poliester

Proses penghilangan kanji, pemasakan dan


relaksasi secara simultan

Proses pemantapan panas (Heat Setting)

Proses pengurangan berat

Pencucian sabun

Pembilasan air panas

Penetralan

4
Pengeringan dan evaluasi kain

2. Diagram Alir Khusus Proses Pre Treatment Pada Kain Poliester


a. Proses Penghilangan Kanji, Pemasakan dan Relaksasi Secara
Simultan

Timbang kain dan zat sesuai resep

Buat larutan penghilangan kanji, pemasakan dan


relaksasi

Proses simultan pada suhu stabil 70 - 90 0 C


selama 30 menit

Pencucian dengan air panas dan air dingin

Pengeringan kain

b. Proses Pemantapan Panas


Menyiapkan kain poliester hasil proses
penghilangan kanji, pemasakan dan relaksasi
secara simultan

Proses pemantapan panas dengan mesin stenter


pada suhu 180 o C selama 1 menit

c. Proses Pengurangan Berat

Timbang kain hasil pemantapan panas dan zat


sesuai resep

Buat larutan zat pengurangan berat

5
Proses pegurangan berat pada suhu stabil 95 0 C
selama 30, 40 dan 50 menit

Pencucian dengan air panas dan air dingin

d. Proses Pencucian dengan Sabun dan Penetralan

Timbang kain hasil pengurangan berat dan zat


sesuai resep

Buat larutan pencuci sabun

Proses pencucian sabun pada suhu stabil 40 0 C


selama 30 menit

Proses penetralan pada suhu 30 o C selama 10


menit

Evaluasi kain hasil proses simultan, pemantapan


panas dan pengurangan berat

C. RESEP
1. Proses Penghilangan Kanji, Pemasakan dan Relaksasi Secara Simultan
Sabun =1g/L
Na2CO3 =1g/L
Vlot = 1 :30
Suhu = 70 - 90 0 C
Waktu = 30 menit
2. Proses Pemantapan Panas
Suhu = 180 – 200 o C
Waktu = 1 menit

6
3. Proses Pengurangan Berat
NaOH kripik 20 % = 10-15 g / L
Zat pembasah anionic = 1cc / L
Zat anti oligomer = 1 cc / L
Vlot = 1 : 30
Suhu = 94 0 C
Waktu = 30, 40, 50 menit
4. Proses Pencucian Sabun
Sabun =2g/L
Zat anti oligomer= 1cc / L
Vlot = 1 :30
Suhu = 40 0 C
Waktu = 30 menit
5. Proses Penetralan
CH3COOH 30%=2cc / L
Vlot = 1 :10
Suhu = 30 0 C
Waktu = 10 menit

D. FUNGSI ZAT
1. Proses Penghilangan Kanji, Pemasakan, dan Relaksasi Secara Simultan
Na2CO3 = zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih sempurna,
meningkatkan kerja zat pembasah, menyabunkan kotoran dan
minyak, mengaktifkan kerja sabun
Sabun = zat yang berfungsi sebagai pembasah, mendispersikan kotoran
padat yang tidak larut, dan mengemulsikan kotoran cair yang
tidak larut, serta mengaktifkan kerja detergen anionik
2. Proses Pengurangan Berat
NaOH = zat yang akan menghidrolisa serat-serat polyester
Zat Pembasah anionik = zat yang mengkatalis proses pengikisan dan mencegah
pengendapan oligomer pada permukaan kain
Zat anti oligomer = zat yang berfungsi untukmencegah timbulnya
pengendapan oligomer pada air sehingga tidak
menempel pada kain.

7
3. Proses Pencucian Dengan Sabun
Zat anti oligomer = zat yang berfungsi untukmencegah timbulnya
pengendapan oligomer pada air sehingga tidak menempel pada
kain
Sabun = zat yang berfungsi sebagai pembasah, mendispersikan kotoran
padat yang tidak larut, dan mengemulsikan kotoran cair yang
tidak larut, serta mengaktifkan kerja detergen anionik
4. Proses Penetralan
CH3COOH = zat yang berfungsi untuk mengatur pH untuk penetralan

E. PERHITUNGAN RESEP
1. Proses Penghilanag Kanji, Pemasakan dan Relaksasi Secara Simultan
Berat kain A = 6,28 g
Berat kain B = 6,68 g
Berat kain C = 5.67 g
Berat kain total = berat kain A + berat kain B + berat kain C
= 6,28 g + 6,68 g + 5,67 g
= 18,63 g
Jumlah larutan = berat bahan x volt
= 18,63 g x 30
= 558,9 g
= 558,9 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
Sabun = 1 g / 1000 ml x 558,9 ml
= 0,6 g
Na2CO3 = 1 g / 1000 ml x 558,9 ml
= 0,6 g
2. Proses Pengurangan Berat
Berat kain A = 6,28 g
Berat kain B = 6,68 g
Berat kain C = 5.67 g
Berat kain total = berat kain A + berat kain B + berat kain C
= 6,28 g + 6,68 g + 5,67 g
= 18,63 g
Jumlah larutan = berat bahan x volt
= 18,63 g x 30

8
= 558,9 g
= 558,9 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
NaOH Kripik 20% = 20 / 100 x 18,63 g
= 3,7 g
Zat Pembasah Anionik = 1 g / 1000 ml x 558,9 ml
= 0,6 g
Zat Anti Oligomer = 1 g / 1000 ml x 558,9 ml
= 0,6
3. Proses Pencucian Sabun
Berat kain A = 6,28 g
Berat kain B = 6,68 g
Berat kain C = 5.67 g
Berat kain total = berat kain A + berat kain B + berat kain C
= 6,28 g + 6,68 g + 5,67 g
= 18,63 g
Jumlah larutan = berat bahan x volt
= 18,63 g x 30
= 558,9 g
= 558,9 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
Sabun = 2 g / 1000 ml x 558,9 ml
= 1,2 g
Zat Anti Oligomer = 1 g / 1000 ml x 558,9 ml
= 0,6 g
4. Proses Penetralan
Berat kain A = 6,28 g
Berat kain B = 6,68 g
Berat kain C = 5.67 g
Berat kain total = berat kain A + berat kain B + berat kain C
= 6,28 g + 6,68 g + 5,67 g
= 18,63 g
Jumlah larutan = berat bahan x volt
= 18,63 g x 10
= 186,3 g
= 186,3 ml ( ρ air = 1 g/cm3 )
CH3COOH = 2 cc / 1000 ml x 186,3 ml
= 0,4 ml

9
F. SKEMA PROSES
1. Proses Penghilangan Kanji, Pemasakan, Relaksasi Secara Simultan

2. Proses Pengurangan Berat

3. Proses Pencucian Sabun

4. Proses Penetralan

10
G. LANGKAH KERJA
1. Proses Penghilangan Kanji, Pemasakan dan Relaksasi Secara Simultan
• Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
• Menimbang kain dan zat sesuai resep.
• Membuat larutan penghilangan kanji, pemasakan dan relaksasi secara
simultan dalam gelas porselin.
• Merendam kain ke dalam larutan dan memanaskan pada suhu stabil 70 - 90 o
C selama 30 menit.
• Mencuci kain dengan air panas dan air dingin kemudian mengeringkannya.
2. Proses Pemantapan Panas
• Menyiapkan mesin stenter pada suhu 180 - 200 o C.
• Menyiapkan kain yang sudah kering hasil dari proses pemasakan dan
relaksasi secara simultan.
• Melukis bujur sangkar pada kain dengan ukuran 10 x 10 cm dengan tinta
permanen.
• Memasang kain pada gerigi mesin stenter dan memberi regangan arah lusi
dan pakan.
• Melakukan proses heat setting pada suhu 180 o C selama 1 menit.
3. Proses Pengurangan Berat
• Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
• Menimbang kain hasil proses heat setting dan zat sesuai resep.
• Membuat larutan pengurangan berat dalam gelas piala porselin.
• Merendam kain dalam larutan pada suhu stabil 95 o C selama 30,40,dan 50
menit.
• Mencuci kain dengan air panas dan air dingin.
4. Proses Pencucian Sabun dan Penetralan
• Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
• Menyiapkan kain hasil proses pengurangan berat dan menimbang zat sesuai
resep.
• Membuat larutan pencucian sabun dalam gelas porselin.
• Merendam kain dalam larutan pencucian sabun dan memanaskannya
pada.suhu stabil 40 o C selama 30 menit.

11
• Menghitung kebutuhan zat penetralan sesuai resep.
• Membuat larutan penetralan dalam gelas porselen.
• Merendam kain dalam larutan penetralan pada suhu 30 0 C selama 10 menit.

• Mencuci kain dengan air panas dan air dingin kemudian dikeringkan.
• Mengevaluasi hasil pre treatment kain poliester.

IV. DATA PRAKTIKUM


1. Proses Penghilangan Kanji, Pemasakan dan Relaksasi Secara Simultan
Berat kain A = 6,28 g
Berat kain B = 6,68 g
Berat kain C = 5,67 g
Berat kain total = 18,63 g
Jumlah larutan = 558,9 ml
Sabun = 0,6 g
Na2CO3 = 0,6 g
Suhu = 70 – 90 0 C
Waktu = 30 menit
Vlot = 1 : 30
2. Proses Pemantapan Panas (Heat Setting)
Suhu = 180 o C
Waktu = 1 menit
Dilakukan pada = mesin stenter
3. Proses Pengurangan Berat
Berat kain A = 6,28 g
Berat kain B = 6,68 g
Berat kain C = 5.67 g
Berat kain total = 18,63 g
Jumlah larutan = 558,9 ml
NaOH Kripik 20% = 3,7 g
Zat Pembasah Anionik = 0,6 g
Zat Anti Oligomer = 0,6 g
4. Proses Pencucian Sabun
Berat kain A = 6,28 g
Berat kain B = 6,68 g

12
Berat kain C = 5.67 g
Berat kain total = 18,63 g
Jumlah larutan = 558,9 g
Sabun = 1,2 g
Zat Anti Oligomer = 0,6 g
5. Proses Penetralan
Berat kain A = 6,28 g
Berat kain B = 6,68 g
Berat kain C = 5.67 g
Berat kain total = 18,63 g
Jumlah larutan = 186,3 ml
CH3COOH = 0,4 ml

EVALUASI HASIL PROSES PRE TREATMENT KAIN POLIESTER


1. Pengurangan Berat Bahan
Berat kain A awal = 6,28 g
Berat kain A akhir = 5,29 g
% pengurangan berat kain A = { ( BK awal – BK akhir ) / BK awal } x 100 %
= { ( 6,28 g – 5,29 g ) / 6,28 g } x 100 %
= 15,76 %
Berat kain B awal = 6,68 g
Berat kain B akhir = 5,97 g
% pengurangan berat kain B = { ( BK awal – BK akhir ) / BK awal } x 100 %
= { ( 6,68 g – 5,97 g ) / 6,68 g } x 100 %
= 10,63 %
Berat kain C awal = 5,67 g
Berat kain C akhir = 5,39 g
% pengurangan berat kain C = { ( BK awal – BK akhir ) / BK awal } x 100 %
= { ( 5,67 g – 5,39 g ) / 5,67 g } x 100 %
=5%

Tabulasi Data Pengurangan Berat Pada Kain Poliester

Berat Kain Pengurangan


Kain
Awal Akhir Berat

13
Kain A 6,28 g 5,29 g 15,76 %

Kain B 6,68 g 5,97 g 10,63 %

Kain C 5,67 g 5,39 g 5%

2. Uji Pemengkeretan Kain


KAIN A
Panjang pakan awal (P1) = 10 cm
Panjang pakan akhir (P2) = 9,3 cm
Panjang lusi awal (L1) = 10 cm
Panjang lusi akhir (L2) = 10,3 cm
Mengkeret pakan = { ( P2 – P1) / P1 } x 100 %
= { ( 9,3 cm – 10 cm ) / 10 cm } x 100 %
=-7%
Mengkeret lusi = { ( L2 – L1 ) / L1 } x 100 %
= { ( 10,3 cm – 10 cm ) / 10 cm } x 100 %
=3%
KAIN B
Panjang pakan awal (P1) = 10 cm
Panjang pakan akhir (P2) = 9,3 cm
Panjang lusi awal (L1) = 10 cm
Panjang lusi akhir (L2) = 10 cm
Mengkeret pakan = { ( P2 – P1) / P1 } x 100 %
= { ( 9,3 cm – 10 cm ) / 10 cm } x 100 %
=-7%
Mengkeret lusi = { ( L2 – L1 ) / L1 } x 100 %
= { ( 10 cm – 10 cm ) / 10 cm } x 100 %
=0%
KAIN C
Panjang pakan awal (P1) = 10 cm
Panjang pakan akhir (P2) = 9,6 cm
Panjang lusi awal (L1) = 10 cm
Panjang lusi akhir (L2) = 10 cm
Mengkeret pakan = { ( P2 – P1) / P1 } x 100 %

14
= { ( 9,6 cm – 10 cm ) / 10 cm } x 100 %
=-4%
Mengkeret lusi = { ( L2 – L1 ) / L1 } x 100 %
= { ( 10 cm – 10 cm ) / 10 cm } x 100 %
=0%

Tabulasi Data Pemengkeretan Kain Poliester

Panjang Pakan Panjang Lusi Mengkeret Kain


Kain
Awal Akhir Awal Akhir Pakan Lusi

Kain A 10 cm 9,3 cm 10 cm 10,3 cm -7% 3%

Kain B 10 cm 9,3 cm 10 cm 10 cm -7% 0%


Kain B 10 cm 9,6 cm 10 cm 10 cm -4% 0%

3. Uji Pegangan Kain


Pegangan kain A lebih lembut dari kain B dan kain C sehingga urutankelembutan
kain dari yang paling lembut adalah :
1. Kain A ( waktu weight reduce 30 menit )
2. Kain B ( waktu weight reduce 40 menit )
3. Kain C ( waktu weight reduce 50 menit )

HASIL PROSES PRE TREATMENT PADA KAIN POLIESTER


Sebelum Kain A Kain B Kain C
Setelah Setelah Setelah

15
IV.DISKUSI
Serat poliester atau Poly Etilen Tereftalat (PET) termasuk serat sintetik yang
sangat pesat perkembangannya dan banyak digunakan untuk tekstil. Serat poliester
sangat kompak, hidrofob, dan mudah timbul listrik statik. Karena sifat yang sangat
hidrofob ini poliester mudah menarik minyak, lemak dan kotoran berlemak lainnya.
Karena lemak tidak larut dalam air maka kotoran tersebut sulit dibersihkan. Poliester
yang dikerjakan pada larutan alkali akan menghasilkan kain yang ringan,halus, dan
lembut.
Proses pre treatmen pada kain poliester dilakukan mulai dari penghilangan kanji.
Pada kain poliester yang masih grey tetap dilakukan penghilangan kanji karena
walaupun kanji pada serat sintetik mudah larut dalam air tetapi masih terdapat kotoran
luar yang berasal dari mesin-mesin pertenunan. Kotoran-kotoran tersebut bisa berupa
oli, minyak, dan debu-debu yang sukar larut. Proses penghilangan kanji, pemasakan
dilakukan secara simultan dengan proses relaksasi agar lebih efisien tetapi masih
memberikan hasil yang bagus. Pada proses penghilangan kanji terjadi proses degradasi
kanji yaitu pemotongan molekul-molekul kanji menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
tanpa merusak serat polyester. Sedangkan pada proses pemasakan terjadi proses
penyabunan pada kain poliester. Sabun atau scouring agent yang digunakan berfungsi
untuk memudahkan bahan terbasahi, mendispersikan kotoran-kotoran padat yang tidak
larut seperti debu-debu serta mengemulsikan kotoran-kotoran cair seperti minyak dan
lemak yang tidak larut. Proses penyabunan ini dibantu oleh zat alkali lemah yaitu
Na2CO3 yang berfungsi untuk mengaktifkan kerja sabun dan membantu proses
saponifikasi agar lebih sempurna. Proses penghilangan kanji, pemasakan dan relaksasi
secara simultan ini dilakukan pada suhu stabil antara 70 - 90 o C selama 30 menit.
Kain yang terbuat dari serat sintetik mengalami twisting selama proses
pemintalan, sedangkan pada proses penyempurnaan kain ini akan mengalami proses
perendaman dengan air pada suhu tinggi sehingga apabila regangan ini tidak
dikendorkan dapat menyebabkan sifat fisika kain berubah secara acak, diantaranya
timbul efek crease mark berupa lipatan-lipatan acak yang membekas pada permukaan
kain, mengkeret kain yang tidak homogen sehingga dimensi kain menjadi tidak stabil.

16
Pada proses relaksasi ini bahan dibiarkan melepaskan tegangan alaminya secara
perlahan melalui perendaman dengan pemanasan. Pada suhu pemanasan yang tinggi
maka serat-serat poliester akan menggembung sehingga kotoran-kotoran akan terpisah
dari seratnya. Penambahan 0,6 gram Na2CO3 pada larutan simultan ini akan membantu
agar proses saponifikasi lebih sempurna.
Proses selanjutnya adalah pemantapan panas / heat setting yang dilakukan pada
mesin stenter bersuhu 180 o C selama 1 menit. Pada proses ini, kain yang telah melalui
proses penghilangan kanji, pemasakan dan relaksasi akan dimasukkan pada mesin
stenter dengan cara memberikan penarikan arah lusi dan pakan kemudian
memasangkan pada gerigi yang terdapat pada mesin stenter. Serat sintetik mudah
melunak pada suhu mendekat titik lelehnya. Pada suhu ini akan terjadi peregangan
rantai molekul serat sehingga rantai molekul yang semula dalam keadaan tegang
menjadi kendur karena banyak ikatan hidrogen yang putus dan membentuk suatu
struktur rantai baru. Besarnya pengenduran dan perubahan struktur serat tergantung
dari suhu dan lamanya proses pemantapan panas serta tegangan yang diberikan.
Setelah dingin, ikatan hidrogen akan terbentuk kembali sehingga bentuk struktur yang
baru akan lebih stabil.
Tujuan dari proses pre treatmen kain poliester adalah untuk mendapatkan kain
poliester yang lebih langsai, lembut, halus dan memiliki dimensi kain yang baik. Proses
selanjutnya adalah pemutihan optik yang dilakukan dengan metode exhaust dan
padding.
Selanjutnya dilakukan proses pengurangan berat yang tujuan utamanya adalah
untuk memperoleh kain yang lebih lembut dan lebih langsai. Serat polyester memiliki
sifat ketahanan yang jelek tehadap alkali kuat pada suhu dan tekanan tinggi. Sifat inilah
yang dimanfaatkan dalam proses pengurangan berat. Alkali kuat seperti soda kostik
(NaOH kripik) akan menghidrolisa serat polyester membentuk Natrium Tereftalat yang
larut dalam air. Proses hidrolisa ini terjadi pada permukaan serat terutama menyerang
bagian amorf dan perlahan menuju inti serat menyerang bagian kristalin. Dengan
adanya hidrolisa ini mengakibatkan terjadinya pengikisan permukaan bahan. Sehingga
berat kain berkurang, kain menjadi lebih tipis, dan pegangannya menjadi lebih lembut.
Faktor yang berpengaruh terutama konsentrasi soda kostik ( NaOH kripik ) dalam proses
digunakan soda kostik kripik sebanyak 3,7 gram, suhu, lama proses ( 30, 40, dan 50
menit ), perbandingan larutan dan jenis serat polyester yang diproses.
Kain poliester bersifat tahan terhadap alkali lemah (misalnya Asam asetat) tetapi
tidak tahan dengan alkali kuat yang akibatnya akan terjadi pengikisan serat, sehingga
pada proses penetralan ini digunakan asam asetat sebanyak 0,4 cc / L . Pada proses

17
o
terakhir dilakukan pencucian sabun pada suhu stabil 40 C selama 30 menit untuk
menghilangkan sisa-sisa kotoran dan zat-zat kimia yang masih terdapat pada kain yang
nantinya akan mengganggu proses selanjutnya.

V. KESIMPULAN
• % pengurangan berat kain A lebih besar daripada kain B dan kain C karena waktu
proses weight reduce pada kain A paling cepat daripada waktu weight reduce pada
kain B dan Kain C.
• Pegangan kain A paling lembut dan paling langsai daripada pegangan kain B dan
Kain C karena waktu weight reduce kain A yang paling singkat.
• Mengkeret kain arah kusi selalu tetap dan positif karena pada saat proses heat
setting dilakukan penarikan kain arah lusi.
• Mengkeret kain arah pakan pada kain A dan kain B lebih besar daripada
pemengeretan pada kain C.
• Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses weight reduce adalah konsentrasi
NaOH, suhu dan lama proses, perbandingan larutan dan jenis serat polyester yang
diproses.
• Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pemasakan adalah pemilihan zat
pemasakan dan zat pembantu, kondisi proses (suhu, waktu, pH), metode proses.
• Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses relaksasi dan pemantapan panas
adalah suhu dan waktu proses serta metode yang digunakan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Astini Salihima, S.Teks, dkk. 1978. Pedoman Praktikum Pengelantangan dan


Pencelupan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

Ir. Rasjid Djufri, M.Sc, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan
Pencapan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

Muhammad Ichwan, dkk. 2004. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan


Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

18
Soeparman, S.Teks. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.

19

Anda mungkin juga menyukai