(garment finishing)
Penghilangan Kanji (desizing)
Pengelantangan (Bleaching)
Dosen:
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks. M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.MT
Penghilangan kanji (Desizing)
• Tenunan dari benang kapas, rayon
maupun campuran dengan sintetik yang
lusinya dari benang tunggal biasanya
untuk menambah kekuatan dikanji dulu.
• Natrium bisulfit
Dosen:
Nyimas Susyami Hitariyat, S.Teks.M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.MT
BIO-WASHING
• Biowashing: teknologi dalam
proses penyempurnaan tekstil Reaksi pemutusan ikatan
dengan memodifikasi pegangan 1,4 β-glukosida:
serat menggunakan enzim
selulase sebagai biokatalis
• Prinsipnya: mampu memutuskan
atau memperpendek rantai
molekul selulosa pada
permukaannya dengan cara
menghilangkan bulu-bulu yang
menonjol keluar pada permukaan
kain melalui pemutusan ikatan
1,4-β-glukosida pada rantai
molekul selulosa oleh enzim yang
terjadi pada serat selulosa.
Reaksi pemutusan, menghasilkan modifikasi sifat
permukaan serat yang permanen dan hasil
permukaan halus dan lembut yang permanen.
• Ukuran enzim >1000 x • Adanya keseimbangan
molekul air, sehingga tidak antara aktivitas enzim
dapat berpenetrasi selulase dengan gerakan
kedalam serat , jadi aksinya mekanik,
hanya pada permukaan semakin besar gerakan
serat melemahkan mekanik semakin
mikrofibril meningkatkan adsorpsi
• perlu pengerjaan mekanik enzim dan semakin banyak
untuk melepaskan dan menghilangkan serat-serat
menghilangkannya yang timbul dan mudah
terikat pada benang
• Pengurangan berat 3-6% sehingga menghasilkan
permukaan yang semakin
• kekuatan tarik turun 10%. bersih dan lembut.
Proses biowashing menggunakan
enzim pada kain bertujuan:
• meningkatkan kenampakan kain,
Biopolishing
Biopolishing
• penyempurnaan dengan enzim
selulase
1. Endoglukonase,
2. Eksoglukonase (atau selobiohidrolase),
3. Selobiase (atau β-glukosidase).
Mekanisme reaksi selulase:
• mendegradasi selulosa.
• Endoglukosa menyerang
secara acak pada bagian-
bagian yang mudah
dimasuki sepanjang rantai
polimer selulosa,
• Eksoglukonase memutus
ikatan antara selobiosa yang
satu dengan yang lainnya
secara bertahap dari ujung
rantai.
• Selobiose mengubah
selobiosa menjadi glukosa.
Sifat-sifat katalitik enzim :
• meningkatkan laju reaksi , bergantung pada
tekanan, suhu dan pH.
• selektifitas atau spesifisitas terhadap
reaktan.
• Kondisi optimum :
- ENZIM TAHAN ASAM : pH 4,0 – 5,5 dan suhu 44°C -
55°C
- Enzim netral : pH 6,0 – 8,0 dan suhu 50°C -
60°C
Pengaruh suhu dan pH:
Pengaruh suhu dan pH • Hidrolisa selulosa tidak
berlangsung secara spontan
terhadap daya kerja enzim
tetapi memerlukan waktu yang
selulase: disebut masa inkubasi.
Dosen :
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks. M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.MT
ISTILAH
Produk:
wash and wear,
drip-dry,
durable/permanen press,
non-iron,
ease-care,
ever-fresh,
crease-resistant,
anti-crease.
WRINKLE-FREE FINISH
CH2OH H OH CH2OH H OH
H
OH H H OH H
H H H H
HO H H H H OH
OH H H OH H H
H OH CH2OH H OH CH2OH
n
Gambar ilustrasi dari
mekanisme kekusutan
• Gambar A, susunan
rantai molekul bahan
tekstil dengan adanya
ikatan antar rantai
molekul. Jika bahan
ditekuk membentuk
kekusutan ada dua
kemungkinan yaitu
A ikatan antara rantai
putus dan terbentuk
kembali pada posisi yg
B C baru,
• sehingga pada saat
gaya dilepas karena
telah terbentuk ikatan • kemungkinan kedua
baru tekukan tidak ikatan antar rantai
kembali ke semula tidak putus tetapi
sehingga dikatakan memanjang (strained
kusut (Gambar B) without breaking) pada
kondisi ini ketika beban
dihilangkan tekukan/
susunan molekul akan
kembali ke semula
dikatakan tidak kusut
(Gambar C).
B C
Resin:
• memperbaiki ketahanan kusut,
• stabilitas dimensi bahan sehingga mengurangi
mengkeret pada pencucian.
• membuat kain menjadi kaku permanen
• memberikan sifat termoplastik yang
memungkinkan diperoleh efek penyempurnaan
yang lebih awet pada penyempurnaan mekanik,
seperti luster calandering, embossing, dsb.
Susunan wals lunak dan wals logam banyak
variasinya, tergantung dari efek yang
dikehendaki.
Proses Penyempurnaan Resin:
persiapan kain,
persiapan larutan resin,
rendam-peras (padding), perendaman
(dipping)
Pengeringan (pre-drying),
Pemanasawetan (curing), dan
Pencucian (washing).
Berbagai variasi dari proses pokok dapat
dilakukan misalnya:
Katalis
26
○ DMeDHEU tidak
mengandung formaldehida.
○ Disintesis dari N'-dimetil
urea dan gloxal dan sering
disebut sebagai DMUG
(dimethylurea glyoxalate)
atau DHDMI, berasal dari
nama dihydroxy dimethyl-2-
imidazolidinone
27
Sifat utama produk DMeDHEU adalah:
• Bebas formaldehida
• Reaktivitas sangat rendah
• Retensi klorin sangat rendah
• Daya tahan terbatas untuk pencucian
• Efek menguning jika eter tidak
dimodifikasi
• Rasio harga / efek hampir 4: 1
dibandingkan dengan DMDHEU
• Katalis yang lebih kuat atau kondisi reaksi yang lebih keras diperlukan
untuk keberhasilan pengikatan silang
• Biaya DMeDHEU sekitar dua kali lipat dari DMDHEU
• Untuk mencapai efek pers yang mudah dirawat dan tahan lama yang
sebanding dengan DMDHEU, hampir dua kali lipat jumlah DMeDHEU
yang dibutuhkan
• DP rendah , sehingga sulit untuk dilakukan proses curing
28
Poly Carboxylic Acids
Citric Acid
1,2,3,4-Butanetetracarboxylic acid (BTCA)
• 1,2,3,4-Butanetetracarboxylic acid
(BTCA) dan asam polikarboksilat
memberikan kemungkinan alternatif
untuk hasil akhir yang tahan kusut
yang bebas formaldehida.
Bau anyir :
Bau anyir pada hasil penyempurnaan resin disebabkan oleh
produk-produk metilasi amonia (amina).
Penyebabnya mencakup suhu atau waktu pemanasawetan
yang berlebihan, akumulasi formaldehida di dalam mesin,
dan senyawa-senyawa amin atau amonia dalam larutan
resin.
Penurunan kekuatan
Katalis asam dapat merusak serat selulosa denga
cara hidrolisa sehingga menurunkan kekuatannya.
Oleh karena itu dalam penyempurnaan resin
terutama proses pengikatansilang lembab, kadar
kelembaban kain, suhu pengeringan, dan jumlah
katalis harus dikendalikan dengan cermat agar
penurunan kekuatan tidak terlalu besar.
Pegangan kaku
•
Aditif
Aditif:
• memperbaiki pegangan dan sifat-sifat pakai
lainnya, terutama seperti kekuatan tarik,
kekuatan sobek, dan ketahanan gosok.
• bersifat hidrofil
• sifat antistatik.
Zat khusus lainnya:
• Zat pengisi kanji dan turunan selulosa, maupun
dispersi resin sintetik seperti polistirena dan
polivinil asetat untuk memberikan sifat kaku.
Dosen :
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks.M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.M.T
Nanoteknologi
• Gabungan dari multidisiplin
teknologi
Ilmu bahan
Elektronika
Mekanika
Optik
Energi
Kesehatan
Nano-tex di Industri Tekstil
• Penggunaan senyawa berukuran nano
untuk menghasilkan struktur nano
pada manufakturing atau proses
finishing, sehingga menghasilkan
tekstil yang “high function”
Tahan kusut – nano-care
Tolak air dan tahan kotor – nano-pel
Sifat lembut kain – nano-soft
Anti bakteri
Anti UV (sinar ultra violet)
• Asal kata “nanos” Yunani, berarti
sepersemilyar atau 10-9
• Satu nanometer artinya sepersemilyar
meter atau sepersejuta milimeter atau
sekitar seperseratus ribu dari besarnya
rambut manusia
• Nanoteknologi (1959) – ahli Fisika
Jeyman disebut teknologi “buttom up”,
yang menggambarkan pada
pembentukan suatu material besar
dapat dibangun dari susunan material
yang sangat kecil sedemikian rupa
sampai membentuk material besar yang
diinginkan.
Ini
NANO-TECHNOLOGY
Ukuran partikel
Apa keunggulannya?
• minimasi limbah dan produk yang
dihasilkan akan memiliki cacat produk
yang relatif kecil.
• Partikel berukuran
nano dapat dicampur
dengan polimer yang
berukuran nano juga
sebagai matrik atau
perekatnya
membentuk material
dengan ukuran yang
lebih besar dengan
sifat yang berbeda dari
bahan baku asalnya.
APPLICATION OF NANOFINISHING
FUNCTIONAL PROTECTION
self-cleaning
FUNCTIONAL SAFETY
water repellent fire retardancy
DURABILITY DURABILITY
color fastness abrasion
FUNCTIONAL PROTECTION
Controlled release
of additives
NANOPARTICLES & APLIKASINYA
SR. NO. Nanoparticles Properties
1 Silver nanoparticles Anti-bacterial finishing
2 Fe nanoparticles Conductive magnetic properties, remote
heating.
3 ZnO and TiO2 UV-protection, fiber protection, oxidative
catalysis
4 TiO2 and MgO Chemical and biological protective
performance, provide self-sterilizing
function.
5 SiO2 or Al2O3 Nano-particles Super water repellent finishing.
with PP or PE coating
6 Indium-tin oxide nanoparticles EM / IR protective clothing.
7 Ceramic nanoparticles Increasing resistance to abrasion.
8 Carbon black nanoparticles Increasing resistance to abrasion, chemical
resistance and impart electrical
conductivity, coloration of some textiles.
9 Clay nanoparticles High electrical, heat and chemical
resistance.
WATER REPELLENT FINISHES
PARAFFIN WAX:
• Rantai parafin membungkus molekulnya seperti spiral di sekitar
serat, filamen atau benang individu dalam film yang sangat halus
• Ekonomis
WATER REPELLENT NANO FINISH
• Nanopartikel SiO2, Al2O3
terutama digunakan untuk
super water repellent
• Serat dilapisi dengan jutaan
nanofilamen silikon selebar 40
nanometer
• Silikon dikondensasikan
menjadi serat dalam bentuk
gas untuk membentuk
nanofilamen
• Lapisan udara permanen,
terperangkap dalam
nanofilamen silikon, yang ada
di dalam kain, mencegah air
menembus ke dalam kain.
ANTIMICROBIAL NANOFINISH
Nanosized silver, titanium dioxide and
zinc oxide are used
o Partikel nano memiliki ukuran yang
sangat besar luas permukaan
relatif, sehingga kontak lebih besar
dengan bakteri atau jamur
o Kondisi ini menekan proses
respirasi, metabolisme sistem
transfer elektron, dan pengangkutan
substrat ke dalam membran sel
mikroba
o Ini mempengaruhi metabolisme sel
dan menghambat pertumbuhan sel
• Membungkus senyawa perak
atau partikel nano dengan
polimer reaktif serat
Nanopartikel perak berada di
permukaan kapsul
• Dalam parfum inti bagian
dalam atau bahan yang
sensitif terhadap suhu
• Aktivitas anti-mikroba
terhadap berbagai bakteri,
jamur tercapai
KERUGIAN MENGGUNAKAN SILVER NPs
• Harga tinggi
• Ketidakcocokan dengan sistem air
• Kecenderungan untuk menyebabkan penghilangan
warna pada tekstil
• Kehilangan kekuatan tarik
• Penolak Noda,
• Air dan Minyak Unggul
• Menolak Keriput Kain Bernapas
• Mempertahankan Tangan Asli
• Perawatan Mudah Selesai
• penstabil dimensi
Whiskers
Whiskers
Fiber
Fiber
Hooks
Spine
Whiskers
The whiskers get hooked on the fibers to alter the fabric property.
Nano Whiskers can make the
fabric stain & water resistant…
Nano whiskers can keep the fabric breathable too unlike resins
finishes!
SUPER HYDROPHOBIC: SELF
CLEANING NANO FINISHES
• Miliaran Nanowhisker
menciptakan bantalan udara tipis
di atas kain katun,
• menghaluskan kerutan dan
memungkinkan cairan keluar dan
berguling tanpa bekas.
• Tetesan air membentuk gumpalan
bola
• Permukaan berskala nano yang
kasar mengangkat kotoran
• Air dan kotoran mengalir
• Itu tidak mempengaruhi tangan,
kemampuan bernapas dari kain
NANO DRY
Durable press,
Nano care,
Storm wear
Dosen:
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks. M.Si
Wulan safrihatini, S.ST.MT
Nano care
• Penyempurnaan kemeja kapas
nano care dengan sifat yang
mempunyai efek tolak air, tolak
minyak dan tahan kusut.
Contoh resep nano care
• NT-X 293 (seny. Fluorokarbon) : 65 g/l
• Sedgeres PCR2 (resin anti kusut) : 70 g/l
• Ultratex REP (softener) : 20 g/l
• Asam asetat 98% : 2 g/l (pH 5)
• Invadine PBN (zat pembasah) : 0.2%
• Vlot : 1:8
• Temperatur dan Waktu (dipping) : 30°C dan 40
menit
• Pemanas awetan (curing) : 140°C, selama 12
menit
Fungsi zat yang digunakan:
• Senyawa fluorokarbon (NT-X 293 : untuk
memberikan efek tolak air dan tolak minyak
• Resin tahan kusut (Sedgeres PCR2): untuk
memberikan sifat tahan kusut kain kapas
• Softener (Ultratex REP) : untuk memberikan
efek lembut kain kapas
• Asam asetat 98% : katalis, untuk membantu
polimerisasi resin
• Zat pembasah (Invadine PBN): untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan
Tahapan proses:
• Kemeja dengan berat tertentu dimasukkan ke
dalam rotary washer.
• Larutan zat-zat yang digunakan disemprotkan ke
dalam mesin rotary washer, proses dilakukan
selama 40 menit pada temperatur ruangan.
• Pengeringan pendahuluan dilakukan pada
temperatur 100 °C selama 10 menit pada mesin
tumble dry
• Penyetrikaan bahan dilakukan dengan seterika
uap atau Veilt kemeja.
• Pemanasawetan dilakukan pada temperatur 140
°C selama 12 menit pada mesin curing garmen.
Rotary washer
Skema mesin cuci
Keterangan gambar
1. Panel mesin
2. Motor penggerak
3. Saluran uap
4. Tempat memasukkan zat
kimia
5. Tempat garmen yang
dicuci
6. Saluran air
7. Pembuangan air
8. Tempat memasukkan
bahan
Skema Ms. hydroextractor
Keterangan gambar
1. Motor listrik
2. Sabuk pemutar
3. Tempat memasukkan
bahan
4. Poros pemutar
5. Lubang keluarnya air
buangan
6. Penyangga mesin
Skema Tumble dry
Keterangan gambar
1. Panel mesin
2. Motor pemutar
3. Poros pemutar
4. Saluran uap
5. Tabung pengeringan
Veilt untuk kemeja
Curing garmen
Curing garmen
Veilt blazer
Veilt garment
Storm wear
• Penyempurnaan celana panjang
kapas storm wear untuk
memperoleh sifat tolak air, tolak
minyak dan tahan kusut.
Contoh resep storm wear
• NK Guard (seny. Fluorokarbon) : 65 g/l
• NK assist (Katalis) : 10 g/l
• Sedgeres PCR2 (resin anti kusut) : 60 g/l
• Ultratex REP (softener) : 20 g/l
• Asam asetat 98% : 2 g/l
• Invadine PBN (zat pembasah) : 0,2%
• Vlot : 1:10
• Temperatur dan Waktu (dipping) : 30 °C
dan 40 menit
• Pemanas awetan (curing) : 155°C, selama 14
menit
Press kemeja
Veilt celana
Veilt kemeja
Veilt kemeja
Perhitungan garmen
& resep per cycle
Rotary washer
Dosen:
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks.M.Si
Istilah & pengertian dalam Resep
Vlot atau liquor ratio
WPU (wet pick up) atau Efek peras
% owf (of weight fabric) atau % terhadap berat
bahan/kain/garmen
g/l atau gram per liter
Dipping (perendaman)
Pre drying atau pengeringan awal
Curing atau pemanas awetan
Washing atau pencucian
Soaping atau penyabunan
Reduction clearing atau cuci reduksi
Vlot atau liquor ratio :
Untuk pencelupan/penyempurnaan metode exhaust
(perendaman)
Banyaknya larutan celup (air dan semua zat pembantu) dalam liter yang
diperlukan untuk mencelup bahan sebanyak 1 kilogram atau
Contoh :
Berat kain 170 g
Zat pembasah 2%
Resin anti kusut 10 %
Maka :
Kebutuhan zat pembasah 2 % sebanyak 2/100 x 170 g = 3,4 g
Kebutuhan resin anti kusut 10 % sebanyak 10/100 x 170 g = 17 g
g/l atau gram per liter
Contoh
Berat 1 piece kemeja : 200 g
Vlot 1 : 10
Resin antikotor : 100 g/l
Asam asetat : 5 g/l
Asumsi semua berat jenis zat maupun air =1
Maka :
Banyaknya larutan yang diperlukan adalah 10 x 200 g = 2.000 g = 2.000 ml = 2 l
Jumlah resin anti kotor = 100 g/l x 2 l = 200 g
Jumlah asam asetat = 5 g/l x 2 l = 10 g
Jumlah air yang diperlukan adalah (2.000 – 200 – 10 ) = 1.790 ml
SOAL : Penyempurnaan anti kotor dan anti kusut dengan label Repellent
Protection & Best non iron pada Celana Chino yang terbuat dari serat Kapas
100% dilakukan dengan menggunakan resep:
Pertanyaan:
Hitunglah jumlah celana chino yang bisa
diproses dalam satu kali proses di mesin Rotary
washer tersebut
Hitunglah jumlah air dan jumlah masing-masig
zat yang diperlukan pada 1 cycle proses di
Mesin Rotary Washer tersebut
Jawaban :
Mari kita hitung bersama ....
Siapkan kertas, ballpoin dan kalkulator
• Silicones are polymers that include silicon together with carbon, hydrogen, oxygen
and sometimes other chemical elements.
4
Mengapa dilakukan proses
pelemasan ?
Ketika bahan tekstil diproses secara mekanik
dan kimia yang membuat permukaan
materialnya kasar.
Sebagai contoh:
Pemasakan dan pengelantangan
Finishing resin dari bahan tekstil juga
memberikan tingkat kekakuan
Sabun tekstil materi juga menambah kekasaran
pada bahan.
5
Persyaratan pelembut tekstil :
Sifat yang diinginkan dari pelembut tekstil:
▪ Harus mudah dilakukan
▪ Harus memiliki kompatibilitas yang baik dengan
bahan kimia lainnya.
▪ Tidak mempengaruhi arah warna bahan
▪ Tidak mempengaruhi ketahanan luntur bahan
yang dicelup.
▪ Tidak menyebabkan efek menguning pada bahan
yang dicelup dan bahan jadi
▪ Harus stabil terhadap suhu tinggi.
▪ Harus tidak beracun dan tidak berbahaya
▪ Harus mudah terurai
6
Penyempurnaan pelemasan/pelembutan
bersifat:
11
Dua jenis utama dari asam-asam lemak adalah
CnH2n+1 dan CnH2n-1COOH, pada umumnya alkohol
lemak, adalah senyawa jenuh dengan CnH2n+1OH
Sifat-sifat zat pelemas
• sebagai zat aktif permukaan (zap)mempunyai
sifat umum sebagai koloid, kelarutan dan lain-
lain.
• Molekul zap terdiri dari dua gugus penting yaitu
gugus liofil (menarik pelarut) dan gugus liofob
(menolak larutan)
• Gugus liofob terdiri dari rantai alifatik atau
aromatik, atau gugus alkil (paling sedikit 10
atom karbon).
•Dalam air sebagai media pelarut gugus liofil
disebut hidrofil dan gugus liofob disebut
hidrofob. Pada waktu terjadi penyerapan pada
serat, gugus hidrofob memberikan memberikan
sifat-sifat tertentu yang baik, seperti pegangan
lemas dan lembut. Sedangkan gugus hidrofil
lebih banyak menentukan sifat-sifat kimia fisika
dari gugus hidrofob tersebut. Pada konsentrasi
tinggi, partikel koloid akan menggumpal
membentuk suatu agregat yang disebut misel.
Ada dua macam misel, yaitu misel sferik dan
misel lamelar.
• Sifat pelemas
Sebagian zat aktif permukaan mempunyai sifat
khusus yaitu pembentukan film pada permukaan.
Suatu molekul yang mempunyai struktur polar-non
polar seperti juga zat pelemas cenderung
membentuk lapisan film pada permukaan.
Penggolongan zat pelemas
1. Emulsi minyak, lemak dan lilin
2. Sabun
3. Minyak sufonat
4. Sulfat alkohol
5. Kondensasi asam lemak
6. Rangkaian amonium kuartener
Zat pelemas pada pokoknya adalah minyak atau
lemak dengan rantai panjang yang memiliki daya
penetrasi.
• penelitian para ahli: zat pelemas yang paling
baik adalah zat aktif permukaan.
• Berdasarkan sifat pengionan zat aktif
permukaan dalam air, zat pelemas terbagi
menjadi empat golongan:
• zat pelemas anionik, kationik, nonionik dan
amfoterik.
Zat pelemas anionik
• minyak sulfat, seperti minyak jarak, minyak zaitun
dan minyak kacang kedelai.
• Dipakai bersama-sama dengan zat
penyempurnaan lain walaupun substantifitasnya
kecil
• membentuk lapisan film tipis pada permukaan
serat sehingga daya tahan cucinya kurang baik.
• Tidak memberikan efek kekuning-kuningan,
pada pemakaiannya dapat disatukan dengan zat
pemutih optik dalam pemutihan serat.
Zat Pelemas Anionik
19
Zat pelemas kationik
22
Zat Pelemas Kationik
23
Zat pelemas kation adalah:
26
Zat pelemas nonionik adalah
27
Zat pelemas nonionik adalah:
R’
R” N+ [ CH2]n SO3-
R”’
Zat pelemas silikon
▪ Silikon adalah makromolekul yang tersusun dari sebuah rantai
utama polimer dari atom silikon dan oksigen yang bergantian
dengan grup organik yang melekat pada silicon.
▪ Kemampuan pelembutan silicon berasal dari fleksibiltas
siloksan dan keleluasaannya dari berputar sepanjang ikatan Si-
O
▪ Tidak larut dalam air, dan oleh karenanya harus digunakan
pada kain setelah emulsifikasi atau pelartan menggunakan
pelarut organik.
▪ Memiliki sifat cukup baik terhadap ketahanan luntur terhadap
pencucian.
▪ Menghasilkan lubrikasi dan ketahanan air yang cukup baik
dengan pembentukan film di permukaan serta memberikan
efek pegangan yang halus
32
Zat pelemas silikon
33
Zat pelemas silicon pada serat polar
▪ Ikatan yang terbentuk menjadi tempat bagi
silicon bertempat dan membentuk film yang
merata terdistribusi pada permukaan serat
▪ Ketahanan air yang baik dan pegangan yang
sangat halus dapat diperoleh
▪ Dengan adanya kandungan gugus samping
amina, bagian polisiloksana diantara tempat
silikon berikatan cukup panjang untuk
mempertahanakan fleksibiltasnya
34
Zat pelemas silicon pada serat non-polar
35
36
Zat Pelemas Silikon
Sifat :
▪ Mahal
▪ Memberikan perbaikan kekusutan
▪ Polydimethilsiloksan PDMS digunakan
sebagai pelemas
▪ Kemudian amino fungsinal silicon
dikembangkan yang memberikan lubrikasi
yang tinggi dengan penggunaan yang
sedikit
▪ Memberikan sifat kelembutan yang baik
37
Mekanisme pelemasan:
• Prinsip pelemasan: memberikan lapisan lemak
atau minyak hidrofob membentuk suatu lapisan
tipis pada bahan yang mengakibatkan pengecilan
gesekan antara elemen bahan yang
berdampingan.
• Lapisan lemak yang terbentuk dihasilkan oleh
adsorpsi zat pelemas pada permukaan bahan
• Zat pelemas: surfaktan yang dapat mengaktifkan
permukaan, cenderung untuk berkonsentrasi
pada permukaan atau antar muka.
Suatu molekul pada permukaan atau
antar muka mengalami
ketidakseimbangan gaya, maka untuk
mendapatkan keseimbangan gaya
molekul menarik molekul lain.
• Teradsopsinya molekul lain pada antar
muka menyebabkan penurunan tegangan
permukaan sehingga adsorpsi akan terus
berlangsung sampai energi bebas
minimum.
MEKANISME PELEMASAN
40
Faktor-faktor yang mempengaruhi
mekanisme adsorpsi zat pelemas:
• struktur molekul zat pelemas dan
penyusunnya,
• sifat alamiah dan struktur gugus
pada permukaan padatan
• lingkungan fasa air.
Zat pelemas yang merupakan zat aktif
pemukaan mempunyai struktur amfifilik yang
mempunyai dua jenis gugus dengan sifat yang
berlawanan yaitu gugus polar (hidrofil) dan
gugus tak polar (hidrofobik).
• Dalam air pelemas ini akan larut karena gugus polar
akan membentuk ikatan hidrogen dengan air.
• Larutan ini larutan nyata karena gugus hidrokarbon
yang tidak polar tidak tertarik oleh air, melainkan
membentuk suatu film dimana gugus hidrokarbon
menghadap film sedangkan gugus polar menghadap
air.
Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh sifat dan struktur zat
pelemas keluar dari lingkungan pelarut air dan
kemudian teradsorpsi pada permukaan serat,
sehingga didapat suatu keadaan dimana gugus hidrofil
zat pelemas akan tertarik masuk oleh gugus hidrofil
serat, sedangkan gugus hidrofobnya tertinggal pada
permukan serat.
• Gugus hidrofob pada permukaan ini akan memenuhi
prinsip agregrasi rantai membentuk kelompok dengan
gugus hidrofob lainnya ke arah panjang horizontal
berupa lapisan film menutupi permukaan.
• Molekul yang teradsorpsi dapat mengadakan ikatan
fisik dengan serat atau ikatan kimia, tergantung jenis
zat pelemas yang digunakan.
Efek pelemasan makin baik bila kedudukan
molekul pelemas makin rapat.
• Pada beberapa jenis pelemas kerapatan
molekul pelemas akan tercapai antara
lain dengan bantuan proses curing
(pemanasawetan), karena suhu curing
yang disertai tekanan seperti pada
kondisi proses curing dapat mendesak
molekul pelemas ke pori benang.
Mekanisme pembentukan lapisan
film:
• zat pelemas nonionik dengan gugus hidrofob
cenderung mendekati serat dan menempel di
permukaan serat tersebut,
• gugus hidrofilnya menghadap keluar.
• zat pelemas akan bersifat menurunkan tegangan
permukaan dimana posisi molekul tegaklurus sampai
titik tertentu,
• zat pelemas ini akan membentuk lapisan ganda
sehingga tekanan permukaan naik.
• Pada serat poliester yang terjadi adalah interaksi
hidrofobik dimana gugus hidrofob mendekati serat
sedangkan gugus hidrofil menghadap ke larutan.
Contoh zat pelemas
(senyawa kimia & nama dagang)
Senyawa kimia Nama dagang Produk Serat
Amonium kuarterner Softener PT Sayap Mas Semua jenis serat
klorida (kationik) Utama
Polisiloksan (kationik Solusoft WMAH Liq Clariant Sintetik, Selulosa, wol,
dan nonionik) sutera & campuran
Amino polisiloksan Stockosoft SN-L Stockindo Sintetik dan selulosa
PET Resin (nonionik) Apole ES-510 Inkali Selulosa, poliester dan
Apole ES--550 campurannya
Micro silicone Silicone AM 202 Inkali Selulosa, poliester,
emulsion (kationik) Silicone AM 2020 dan campurannya.
Alkyl sulfonate GA - 700 Inkali Poliester, acrylic,
Sulfosuccionate campuran PET
Polyamine & fatty acid Sunsoflon FK-21 Poliester, nylon,
(kationik lemah) Sunsoflon FKT acrylic, campuran .
Keuntungan zat pelemas anionik
▪ Dapat diaplikasikan pada selulosa dan campurannya
▪ Tidak permanen dan tidak tahan terhadap pencucian
berulang
▪ Tidak stabil dalam air sadah
▪ Tidak memiliki afinitas yang baik terhadap selulosa
▪ Kompatibel dengan direct dyes, optical brightener, starch,
etc.
▪ Sifat pembasahan yang baik
▪ Stabilitas yang baik terhadap panas
▪ Tidak menimbulkan efek yellowing
▪ Cocok untuk lubrikasi benang
47
Kerugian zat pelemas Anionik
48
Keuntungan Zat pelemas Kationik
▪ Meningkatkan lubrikasi dari benang
▪ Mengurangi penurunan sifat setelah penyempurnaan
▪ Bersifat permanen
▪ Bisa digunakan sebagai antistatic agent terutama
untuk serat sintetik
▪ Pegangan lembut, halus
▪ Substantif pada semua serat
▪ Tidak mempengaruhi terhadap ketahanan luntur
basah meningkatkan kekuatan sobek, ketahanan
gosok
49
Kerugian zat pelemas kationik
50
Keuntungan zat pelemas Nonionik
▪ Bisa digunakan pada semua jenis serat
▪ Softener nonionik kompatibel bila digunakan
dengan kationik, zat anionik, kanji dan resin.
▪ Tidak menimbulkan efek yellowing
▪ Kompatibel dengan silikon dan produk kationik
dalam proses finishing
▪ Tidak mempengaruhi terhadap ketahanan
luntur
▪ Memberikan efek bulky
51
Kerugian zat pelemas Nonionik
▪ Bersifat temporer
▪ Harga relatif mahal
▪ Tidak mudah larut dalam air
52
SILICONE FOR TEXTILE AUXILIARIES
• Two types of silicone emulsion
Penyempurnaan
kenampakan
& pegangan
Caoting - Pengkakuan –
Kain keras - Interlining
Penggunaan kain lapis lekat adalah untuk
mendapatkan bentuk (shape & form)dan
peningkatan nilai estetika pakaian jadi.
Kain dengan pegangan/kenampakan kaku dan
diberi zat pengisi dilakukan untuk menaikkan
beratnya.
• Pengkakuan/pemberatan bahan tekstil dapat
divariasikan tanpa batas dan memungkinkan
untuk menaikkan berat hingga 200% - 300%,
meskipun hal ini menggunakan bahan-bahan
tertentu.
• Yang diperlukan dari produk : keawetan bentuk
dan ukurannya
• Sifat yang dihasilkan : tahan cuci berulang atau
tidak tahan cuci, tergantung penggunaan akhir
produk tersebut.
Metoda yang digunakan:
1. Kain kapas dilewatkan pada larutan asam
sulfat konsentrasi tinggi, kemudian dengan
segera kain dilewatkan pada air dingin dan
dicuci untuk menambah aksi selanjutnya
pada kapas.
• Hasil kain kapas menjadi kaku dan tahan
pencucian, tapi proses ini berbahaya dan
harus dikontrol dengan cermat kondisi
waktu, suhu dan konsentrasinya.
2. Penggelatinan, dengan menutup permukaan
serat kapas dengan cara pelapisan.
Kain tenun
Kain rajut
Nir tenun (non woven)
Macam-macam kain dasar interlining
Kain tenun:
• Digunakan untuk segala jenis garmen yang
membutuhkan kekuatan, stabilitas dan
jatuhnya kain.
• Harga relatif mahal dibandingkan jenis
lainnya.
Kain rajut:
• Banyak digunakan untuk pakaian wanita
• Pegangan lebih alami dan harga lebih murah
Nir tenun (non woven):
• Harga yang paling murah
Interlining for structure
Sifat garmen yang dipengaruhi oleh
pemilihan kain dasar:
Pegangan dan keempukan
Bentuk
Mengkeret
Kemampuan kembali dari adanya lipatan
Kenampakan saat dipakai
Kenampakan setelah pencucian
ketahanannya
Faktor yang berpengaruh:
Suhu :
• Suhu harus seoptimal mungkin agar polimer/
resin dapat meleleh rata pada permukaan kain.
• Bila suhu terlalu rendah, pelelehan polimer akan
jelek dan kekuatan hasil perekatan rendah
• Bila suhu terlalu tinggi, pelelehan polimer akan
berlebih dan menghasilkan kenampakan yang
tidak baik pada kain
Tekanan :
• Tekanan harus rata dan stabil
• Bila tekanan terlalu rendah, akan mengurangi
daya penetrasi polimer terhadap kain
sehingga perekatan kurang kuat.
• Bila tekanan terlalu tinggi, maka daya
penetrasi polimer terhadap kain akan
berlebihan sehingga menghasilkan efek strike
back & strike through
Waktu :
• Perlu waktu yang cukup agar polimer dapat
meleleh rata .
• Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan pemakaian suhu dan tekanan.
• Makin tinggi suhu dan tekanan yang
digunakan makin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk pelelehan polimer.
• Biasanya waktu disesuaikan dengan
kemampuan kain terhadap suhu tinggi dan
target produksi.
Letak polimer di dalam bahan dan
hasil fusing
a. Sebelum proses fusing c. Hasil fusing sempurna
b. Hasil fusing kurang d. Hasil fusing tidak benar
sempurna
Sebelum dan sesudah di- interlining
Urutan proses pelekatan
pada mesin fusing:
1. Mesin dijalankan, atur suhu, tekanan dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan proses pelekatan (fusing)
2. Cek suhu, tekanan dan waktu agar sesuai dengan
kebutuhan
3. Kain & interlining disusun bertumpuk, letakkan diatas
conveyor penyuap
4. Oleh conveyor penyuap, kain & interlining tsb dibawa
menuju bagian pemanasan, bagian pressing dan bagian
pendinginan
5. Setelah melalui bagian pendinginan, kain & interlining
yang telah difusing dibawa keluar mesin oleh conveyor.
Zat-zat yang digunakan: