Anda di halaman 1dari 370

Teknologi Penyempurnaan Garmen

(garment finishing)
Penghilangan Kanji (desizing)
Pengelantangan (Bleaching)

Dosen:
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks. M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.MT
Penghilangan kanji (Desizing)
• Tenunan dari benang kapas, rayon
maupun campuran dengan sintetik yang
lusinya dari benang tunggal biasanya
untuk menambah kekuatan dikanji dulu.

• Adanya kanji pada kain yang akan


diproses garmen, memungkinkan
mengkeret kain tidak bisa diprediksi.
Macam-macam kanji:
• Tapioka,
• kentang,
• terigu,
• beras,
• jagung,
• sagu, dll.
• Macam-macam gom
• Kanji sintetik., misalnya PVA (Poli Vinil
Alkohol) – larut dalam air panas 80ºC
Proses penghilangan kanji:
• Kanji adalah campuran dari dua
karbohidrat, amilosa rantai yang lurus
panjang dan amilopektin rantai yang
bercabang dan kompleks dengan berat
molekul yang tinggi lebih berat dari
amilosa.
Proses penghilangan kanji dapat
dilakukan dengan cara :
1. Perendaman
Kain direndam dalam air panas 40°C selama
24 jam. Supaya suhu tidak turun kain ditutup
dengan lapisan kain yang dibasahi, sampai
terjadi peragian.

Kanji Gula yang larut


Cuci dengan air panas dan air dingin
2. Enzym (enzema)
 Waktu singkat !!
Kebanyakan enzym bekerja baik dengan
adanya zat-zat sintetik yang aktif anion tetapi
tidak aktif nonion.
Ada tiga golongan enzym untuk
penghilangan kanji :
a. preparasi malt
b. amilase pankreatik
c. amilase bakteria
Yang harus diperhatikan : Suhu dan pH.
3. Asam encer
Asam dapat merubah kanji melalui
dekstrin menjadi glukosa, sehingga
mudah dihilangkan dengan pencucian,
karena gula larut dalam air.

Asam yang banyak digunakan HCl atau


H2SO4 encer atau asam asetat (cuka)
4. Zat pengoksid/Oksidator:
• Zat pengoksid yang dapat dipakai : peroksida
natrium, perborat natrium, paratoluena, sulfo-
khloramida natrium (1g/L-3 g/L)
• Pengerjaan dilakukan dengan kier ketel
Cl
n CH3-SO2- N + n H2O n CH3-SO2-NH2
Na + n NaCl + On
• Zat asam (On) memecah kanji tidak larut
menjadi larut dalam air.
5. Soda api (NaOH) encer
• Kain direndam dalam NaOH encer pada suhu
kamar selama ± 12 jam, sampai kanji yang tidak
larut menjadi larut dalam air.
• Kekurangan : hilangnya kanji kurang sempurna
• Hilangnya kanji diperiksa dengan larutan yodium
dalam larutan kalium yodida (1 g Yodium dalam
10 g lar. KI dalam 100 cc air), diteteskan pada
bahan.
• Kanji (amilum) warna biru
• Dekstrin warna ungu kemerahan
• Maltosa/glukosa warna larutan semula
Contoh resep penghilangan kanji:

• Untuk kain kapas tebal:


- Forylase-AT : 6 g/l
- Cottoclarin-BL : 4 g/l
- Securon 28 : 3 g/l
- Suhu bak larutan : 80 – 90 °C
- Waktu : 10 menit
- Waktu dipping : 20 menit
Fungsi zat yang digunakan:
• Forylase-AT adalah enzim amilase yang
berfungsi untuk melarutkan kanji.
• Cottoclarin-BL adalah zat aktif permukaan
untuk menurunkan tegangan permukaan juga
membantu penetrasi zat penghilang kanji.
• Securon 28 adalah zat pelunak air untuk
mengikat logam penyebab kesadahan, yaitu
Ca dan Mg.
Tahapan proses
penghilangan kanji:
• Zat penghilang kanji dimasukkan ke dalam
mesin rotary washer, sesuai dengan vlot
takarannya, suhu dinaikkan sampai 90 °C proses
ini berlangsung 10 menit.
• Celana dengan berat tertentu dimasukkan ke
dalam mesin rotary washer, kemudian proses
penghilangan kanji dilakukan selama 20 menit.
• Pemerasan dilakukan pada mesin hidroextractor
selama 5 menit.
• Pengeringan dilakukan pada mesin tumble dryer
selama 20 menit.
Pengelantangan (Bleaching)
• Tujuan : menghilangkan warna kekuning-
kuningan yang ada pada bahan tekstil
yang disebabkan oleh adanya pigmen-
pigmen alam sehingga bahan menjadi
putih.
Pigmen alam merupakan senyawa organik
yang mempunyai ikatan rangkap dan
dapat dioksidasi menjadi senyawa yang
lebih sederhana atau direduksi menjadi
senyawa yang mempunyai ikatan tunggal
sehingga menjadi tidak berwarna.
Jenis zat pengelantang:
• Zat pengelantang oksidator,
umumnya untuk serat selulosa,
wol, atau sintetik.

• Zat pengelantang reduktor, hanya


dapat dipakai untuk serat protein.
Zat pengelantang oksidator :

 Yang mengandung khlor :

 Natrium hipokhlorit (NaOCl)


 Kaporit (CaOCl2)
 Textone (NaClO2) – sudah tidak digunakan – pH
asam, mengandung titanium, sangat mahal
meskipun hasil sangat bagus (putih)
Oksidator yang tidak
mengandung khlor :

 Hidrogen peroksida (H2O2)


 Natrium peroksida (Na2O2)
 Natrium perborat (NaBO3)
 Kalium bikhromat (K2Cr2O7)
 Kalium permanganat (KMnO4)
Zat pengelantang reduktor

• Natrium bisulfit

• Natrium sulfit (NaHSO3)

• Natrium hidrosulfit (Na2S2O4)


Contoh resep pengelantangan
bahan kapas:
• H2O2 50% : 30 g/L
• Sandozin MRN : 7 g/L
• Sirrix 2611 : 4 g/L
• Stabilizer EFS : 10 g/L
• Suhu uap : 105 °C
• Efek peras (WPU) : 70 %
• Waktu pengukusan (steaming): 18 menit
Fungsi zat-zat yang digunakan:
- H2O2 50% : sebagai zat pengelantang yang bersifat
oksidator
- Sandozin MRN: sebagai zat pembasah yang akan
menurunkan tegangan permukaan
- Sirrix 2611: sebagai zat penghilang kesadahan
- Stabilizer EFS: sebagai zat pengendali penguraian
oksidator

Proses pengelantangan dapat dilakukan pada mesin


Pemasakan & Pengelantangan ”ArtosBabcock” , dll.
Manual brushing
equipment
Replika kaki (mannequin)
Keterangan gambar
1. Pipa saluran udara
2. Kran pembuangan
udara
3. Pembuangan udara
4. Udara masuk
5. Kompressor
6. Karet pembentuk
7. Kran udara masuk
Pencucian garmen
Garment washing
Dosen:
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks. M.Si
Wulan safrihatini, S.ST.MT
Tujuan proses pencucian garmen:
• Mendapatkan kain yang lembut dan
bersih.

• Proses pencucian menggunakan


softener (pelembut).

• Softener yang digunakan jenis softener


kationik
Contoh resep garment washing:
• Softener kationik (Soften NSA) : 4 % solution
• Vlot : 1:20
• Temperatur : 40 °C
• Waktu : 10 menit

• Fungsi softener : untuk


menghasilkan pegangan pakaian
yang lebih lembut.
Tahapan proses garment washing:
• Celana dengan berat tertentu dimasukkan ke
dalam mesin rotary washer, kemudian dialirkan
air sesuai dengan vlot, tempertur dinaikkan
sampai 40 °C.
• Softener kationik dimasukkan ke dalam mesin
rotary washer, sesuai dengan vlot takarannya,
proses ini berlangsung 10 menit.
• Pemerasan dilakukan pada mesin hidroextractor
selama 5 menit.
• Pengeringan dilakukan pada mesin tumble dryer
selama 20 menit.
Skema mesin cuci
 Keterangan gambar
1. Panel mesin
2. Motor penggerak
3. Saluran uap
4. Tempat memasukkan zat
kimia
5. Tempat garmen yang
dicuci
6. Saluran air
7. Pembuangan air
8. Tempat memasukkan
bahan
Skema mesin Tumble dryer
 Keterangan gambar
1. Panel mesin
2. Motor pemutar
3. Poros pemutar
4. Saluran uap
5. Tabung pengeringan
Skema mesin hydroextraxtractor
Keterangan gambar
1. Motor listrik
2. Sabuk pemutar
3. Tempat memasukkan
bahan
4. Poros pemutar
5. Lubang keluarnya air
buangan
6. Penyangga mesin
Trouser pressing machine
Veilt shirt finisher
Veilt pants finisher
Veilt multiform
Enzyme washing
Bio-washing
Bio-polishing
Dosen:
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks. M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.MT
Tujuan:
• Untuk mendapatkan pakaian
dengan efek pegangan dan
kenampakan tertentu.

• Pegangan lebih lembut, langsai


• Penghilangan bulu
• Efek lusuh
• Enzim yang digunakan jenis enzim selulase
Enzim selulase:
1. Tipe asam ( misal, Biosuper Acid ANP 73)
• Penggunaan konsentrasi 0,5-2,5%
• pH 4,0 dan suhu 55 °C selama 30 menit.
• Perlu buffer untuk menjaga pH larutan
• Pembilasan pada suhu 40 °C, untuk
menghentikan aktivitas enzim dan
menghilangkan sisa-sisa enzim dan asam
• Hasil: menurunkan arah warna, pengurangan
berat bahan dan kekuatan tarik kain cukup besar
Enzim selulase:
2. Tipe netral (misal, Biosuper 33 CTA) dan Tipe
biopolish netral (misal, Lava Cell)
• Penggunaan konsentrasi 0,5-2,5%
• pH 6-8 dan suhu 50-60 °C selama 30 menit.
• Pembilasan hanya menggunakan suhu
ruangan.
• Hasil : Efek pengikisan bulu kurang, sedangkan
kekuatan tarik dan pengurangan berat lebih
kecil dibandingkan dengan enzim tipe asam.
Replika kaki (mannequin)
Keterangan gambar
1. Pipa saluran udara
2. Kran pembuangan
udara
3. Pembuangan udara
4. Udara masuk
5. Kompressor
6. Karet pembentuk
7. Kran udara masuk
Manual brushing
equipment
Ecospray robot
Laser robot
Stone-washing
Dosen
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks.M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.MT
denim
Stone-washing

• Kenampakan lusuh secara tradisional


didapatkan dengan menghilangkan zat warna
indigo secara lokal menggunakan batu apung
yang diistilahkan dengan stone washing.
• Kelusuhan kain denim dikenal dengan stone-
washed, yaitu efek yang didapatkan dari
jeans yang telah dicelup dimasukkan dalam
mesin cuci yang besar dan diputar dengan
penambahan batu apung.
jeans stone wash
• Batu apung digunakan tahun 1980an.
• Sifatnya ringan, mengapung di dalam air
sehingga memudahkan proses pengikisan.
• Penambahan batu apung memberikan
tambahan berupa efek lusuh.
• Permukaan batu apung yang berpori dan kasar
akan mengikis permukaan kain denim seperti
ampelas dan menghilangkan beberapa
partikel zat warna dari permukaan
benang/kain.
denim stone-wash
Contoh resep pada pada
Stonewash:
• Kain denim, anyaman keper , berat kain 282
g/m2, yang dicelup ZW. Indigo

• - Batu apung (diameter ± 5 cm): 1 kg/1kg kain


- Suhu : (55 – 60)°C
- Vlot : 1:10
- Waktu : 15 – 45 menit (atau sesuai dengan
efek stone-wash yang diinginkan)
• Fungsi batu apung untuk mengikis permukaan
serat selulosa dengan gerakan mekanik.
Kekurangan pencucian stonewash:
• kualitas proses abrasi sulit dikontrol, karena jika
terlalu kecil tidak akan memberikan kenampakan
yang diinginkan dan jika terlalu banyak akan
merusak kain, khususnya pada bagian jahitan.

• Hasil akhir tidak pernah seragam, dengan


persentase kerusakan kain yang cukup signifikan
dengan terlalu banyak pengikisan dan
kemungkinan sobeknya tinggi sewaktu proses.
• Semua yang ada didalam mesin
akan terkikis, termasuk kancing
logam dan paku keling pada jeans, juga
dinding dari mesin cuci.
• Produktivitas juga menurun dengan
adanya penurunan kapasitas mesin,
karena adanya batu apung (sekitar 1
kg batu per kilo bahan jeans).
Hasil stone-washed
Mesin cuci & pencelupan
high speed
• Masalah lingkungan akibat pelusuhan jeans
secara konvensional:
• Limbah padat, yang berupa sisa-sisa serat dan
serat-serat yang terlepas dari kain saat
pengeringan, sisa-sisa batu apung dan lumpur
dari proses pengolahan air limbah.

• Walaupun jumlah dan tingkat bahayanya tidak


sebesar limbah cair, tetapi tetap harus
ditangani agar tidak menggangu lingkungan.
• Kenyamanan kerja dan kesehatan karyawan,
karena debu yang keluar dari mesin pengering
dapat menyebar di dalam ruang kerja dan
lingkungan sekitarnya.
• Kebisingan, yang ditimbulkan oleh kegiatan
pencucian/pelusuhan jeans berasal dari mesin
cuci dan mesin peras.

Dalam keadaan normal kebisingan masih di


bawah nilai ambang batas, tetapi bila
digunakan proses pelusuhan dalam keadaan
kering maka kebisingan yang ditimbulkan akan
lebih tinggi.

• Semua kerugian tersebut akan mengurangi


kualitas produk dan umur peralatan serta
meningkatkan biaya produksi.
Bio-washing

Dosen:
Nyimas Susyami Hitariyat, S.Teks.M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.MT
BIO-WASHING
• Biowashing: teknologi dalam
proses penyempurnaan tekstil Reaksi pemutusan ikatan
dengan memodifikasi pegangan 1,4 β-glukosida:
serat menggunakan enzim
selulase sebagai biokatalis
• Prinsipnya: mampu memutuskan
atau memperpendek rantai
molekul selulosa pada
permukaannya dengan cara
menghilangkan bulu-bulu yang
menonjol keluar pada permukaan
kain melalui pemutusan ikatan
1,4-β-glukosida pada rantai
molekul selulosa oleh enzim yang
terjadi pada serat selulosa.
Reaksi pemutusan, menghasilkan modifikasi sifat
permukaan serat yang permanen dan hasil
permukaan halus dan lembut yang permanen.
• Ukuran enzim >1000 x • Adanya keseimbangan
molekul air, sehingga tidak antara aktivitas enzim
dapat berpenetrasi selulase dengan gerakan
kedalam serat , jadi aksinya mekanik,
hanya pada permukaan semakin besar gerakan
serat melemahkan mekanik semakin
mikrofibril meningkatkan adsorpsi
• perlu pengerjaan mekanik enzim dan semakin banyak
untuk melepaskan dan menghilangkan serat-serat
menghilangkannya yang timbul dan mudah
terikat pada benang
• Pengurangan berat 3-6% sehingga menghasilkan
permukaan yang semakin
• kekuatan tarik turun 10%. bersih dan lembut.
Proses biowashing menggunakan
enzim pada kain bertujuan:
• meningkatkan kenampakan kain,

• menghilangkan efek bulu secara


permanen yang ada pada permukaan
kain,

• pegangan kain langsai, lembut,


meningkatkan ketahanan kusut setelah
pencucian berulang.
keuntungan penggunaan enzim pada
proses pencucian kain denim:
• mengurangi kerusakan pada garmen.
• tidak merusak mesin cuci
• Penanganan enzim sangat mudah.
• Penggunaan enzim selulase lebih aman
terhadap lingkungan, karena sifatnya mampu
mengurai sendiri di alam.
• mengurangi waktu pencucian.
• mengurangi waktu pembersihan pada
garmen.
Sedikit enzim sama dengan
penggunaan beberapa kg batu apung.
• tidak berbahaya terhadap lingkungan karena
berasal dari mikro-organisme non-patogenik
yang buangannya tidak mengakibatkan polusi
serta memiliki degradasi biologi yang sangat
efektif.

• Enzim selulase yang sudah tidak digunakan


lagi tidak menyebabkan residu kimia yang
dapat merusak kulit pada umumnya.
Contoh resep proses biowashing:
• Kain denim, anyaman keper, dengan berat kain
320 g/m2 yang dicelup Indigo.
Resep biowashing:
– Enzim selulase tipe asam (Bio ls 210): 2 g/l
– Asam asetat 98% : pH 4,5
– Natrium asetat : 5 g/l
– Suhu : 55 °C
– Waktu : 30 menit
– Vlot : 1:10
Resep kombinasi stonewash dan biowash:

– Enzim selulase tipe asam (Bio ls 210) : 2


g/L
– Asam asetat 98% : pH 4,5
– Natrium asetat : 5 g/l
– Batu apung (diameter 5cm) : 75%
– Suhu : 55 °C
– Waktu : 30 menit
– Vlot : 1:10
Fungsi zat:
 Enzim Bio ls 21 : untuk menghidrolisa
permukaan serat selulosa sehingga
memberikan efek lusuh pada kain denim.
 Batu apung : untuk mengikis permukaan
serat selulosa dengan gerakan mekanik
 Asam asetat 98%: untuk mengatur pH
sehingga proses pelusuhan optimal
 Natrium-asetat: sebagai buffer agar
suasana pH tetap terjaga.
Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap hasil biowashing:
• Berat kain per meter persegi
• Jenis enzim
• Konsentrasi enzim
• pH larutan
• Suhu larutan
• Waktu proses (komersial antara 30-60 menit)
Pengaruh perlakuan proses:
• Mekanik: • Enzim:
 Jenis dan jumlah enzim
 Tipe, desain dan  Waktu, suhu dan pH
pengelolaan mesin proses
 Waktu proses  Penambahan zat
 Jumlah bahan dan pembantu tekstil (alam
perbandingan larutan atau sintetik)
(vlot)  Panas atau alkali untuk
deaktivasi enzim pada
akhir proses.
Resep kombinasi stonewash dan biowash:

– Enzim selulase tipe asam (Bio ls 210): 2 g/l


– Asam asetat 98% : pH 4,5
– Natrium asetat : 5 g/l
– Batu apung (diameter 5cm) : 50%
– Suhu : 55 °C
– Waktu : 30 menit
– Vlot : 1:20
Teknologi Penyempurnaan
Tekstil dan Garmen
Dosen: N.M Susyami H, S.Teks.M.Si

Biopolishing
Biopolishing
• penyempurnaan dengan enzim
selulase

• memperbaiki kenampakan dan


pegangan kain-kain ringan (non
denim) yang terbuat dari kapas,
rami, linen, rayon viskosa,
lyocell atau kapas campuran.

• sifat permukaan yang lebih


halus, bebas pilling dan lebih
lembut, juga memiliki daya
serap yang lebih besar.
Enzim :
• zat organik (protein) bersifat peka terhadap
perubahan suhu (thermolabile) yang berasal
dari tumbuhan, hewan dan mikroorganisme.
• bekerja mengkatalisasi suatu reaksi kimia
secara spesifik.
• mempunyai fungsi penting sebagai
katalisator reaksi biokimia
• koloid organik yang mengandung protein dan
berisi sedikit bahan mineral.
• Telah digunakan lebih dari 2.000 tahun SM.
Jenis enzim untuk tekstil:
• Amylase : penghilangan kanji (Desizing)
• Cellulase : biopolishing kain dan garmen, juga efek
stonewash garmen denim.
• Protease: serat protein (sutera dan wool)
• Catalase: menghilangkan hidrogen peroksida setelah
pengelantangan (bleaching)
• Laccase dan peroksida : mengoksidasi zat warna
• Lipase : menghilangkan trigliserida alam (dalam
pemasakan) atau yang ada pada desizing (senyawa
tallow)
• Pectinase : bioscouring (pemasakan) kapas mentah
Enzym pankreas:
Menurut ahli dari Jurusan Kimia ITB (Prof.Zeily Nurachman:
 Proses pembuatan enzym (enzym pankreas disatase) sudah
merupakan hasil rekayasa genetik yang tidak lagi secara langsung
dari binatang babi.
 Secara ilmiah dijelaskan pada proses produksinya berawal dari
babi, kemudian dicarilah untuk mengespresikan protein
tersebutmelalui proses cloning gen (bio teknologi modern) tsb di
dalam satu plasmid dan dititipkan dalam bakteri e-coli.
 Selanjutnya yang memproduksi proteinnya adalah bakteri e-coli tsb,
sehingga sudah bukan lagi dari binatang babi., namun dari mahluk
yang bernama e-coli, sehingga dalam hal ini protein yang
dihasilkannya bisa dinyatakan halal, karena tidak lagi menggunakan
sumber aslinya.
 Pabrik kimia besar, untuk memproduksi enzym-enzym tersebut
sudah menggunakan teknologi rekayasa genetik yang
memanfaatkan hidupnya bakteri.
Secara risetnya dijelaskan sbb:
• Babi menghasilkan enzim diastase, kemudian diuji
aktifitasnya ternyata tinggi, kemudian ketika pengguna enzim
tsbmenginginkan untuk mendapatkan produksi yang
banyak/tinggi maka tidak mungkinmenunggu/mengandalkan
dari apa yg diproduksi babi.

• Selanjutnya dilakukan penelitian untuk mengsistesis protein,


gen yg mengekspresikan itu apa saja, dalam dunia bio
teknologi gen itu membawa informasi.

• Kalau informai ini dipotong dan dipindahkan ke gen bakteri e-


coli yg semula tidak menghasilkan protein yg dimaksud, kini
berubah bisa menghasilkan ptotein yg dimaksud.

• Nah, sekarang pabrik yang memproduksinya itu adalah


bakteri e-coli (Rekombinan DNA)
Proses produksi enzym pankreas
Enzim digolongkan menurut rentang
pH efektifnya masing-masing.
• Enzim jenis netral (stabil pada suasana netral)
dan tahan asam paling banyak digunakan pada
proses penyempurnaan kain dan barang jadi.

• Enzim jenis tahan alkali lebih sering digunakan


sebagai aditif pada produk-produk deterjen
rumah tangga untuk membantu menghilangkan
kotoran dan memperbaiki sifat permukaan
setelah pencucian berulang.

• hasil yang optimum, bergantung pH dan suhu.


Selulase yang digunakan pada penyempurnaan
tekstil pada umumnya berasal dari jamur yang
termasuk ke dalam golongan Aspergillus,
Trichoderma dan Fusarium.

Enzim selulase merupakan campuran bersifat


kompleks dari tiga jenis enzim, yaitu :

1. Endoglukonase,
2. Eksoglukonase (atau selobiohidrolase),
3. Selobiase (atau β-glukosidase).
Mekanisme reaksi selulase:
• mendegradasi selulosa.
• Endoglukosa menyerang
secara acak pada bagian-
bagian yang mudah
dimasuki sepanjang rantai
polimer selulosa,
• Eksoglukonase memutus
ikatan antara selobiosa yang
satu dengan yang lainnya
secara bertahap dari ujung
rantai.
• Selobiose mengubah
selobiosa menjadi glukosa.
Sifat-sifat katalitik enzim :
• meningkatkan laju reaksi , bergantung pada
tekanan, suhu dan pH.
• selektifitas atau spesifisitas terhadap
reaktan.

• Kondisi optimum :
- ENZIM TAHAN ASAM : pH 4,0 – 5,5 dan suhu 44°C -
55°C
- Enzim netral : pH 6,0 – 8,0 dan suhu 50°C -
60°C
Pengaruh suhu dan pH:
Pengaruh suhu dan pH • Hidrolisa selulosa tidak
berlangsung secara spontan
terhadap daya kerja enzim
tetapi memerlukan waktu yang
selulase: disebut masa inkubasi.

• Bergantung keadaan bahan dan


jumlah pemakaian enzim

• Setelah inkubasi selesai reaksi


dapat dihentikan dengan
menaikkan suhu hingga 75°C
selama 15 menit, atau
menaikkan pH larutan hingga 10
melalui penambahan natrium
karbonat.
Pengaruh waktu inkubasi terhadap
pengurangan berat
• Porositas rami yang lebih
• Laju degradasi rendah dibanding kapas,
enzimatik kain dari menunjukkan rendahnya
aksesibilitasnya terhadap
serat selulosa enzim.

ditentukan oleh • Rayon viskosa memiliki fibril


banyak faktor, yang yang re;latif lebih sedikit
dibanding selulosa lainnya,
terpenting struktur menyebabkan pengurangan
beratnya yang lebih sedikit.
kehalusan serat (fine Tetapi derajat kristalinitas dan
polimerisasinya yang rendah
structure), stuktur membuat rayon lebih mudah
terdegradasi, sehingga
makroskopik pengurangan beratnya lebih
besar dari kapas.
(ketebalan dan
konstruksi kain)
Hubungan waktu inkubasi dan
pengurangan berat
Jenis Anyaman Tetal Berat Tebal Δ B (%) Δ B (%) Δ B (%)
kain (lusi/ g/m2) (mm) 6 jam 24 jam 48 jam
Pakan)
helai/cm

Kapas Polos 30/30 108,15 0,286 4,20 13,89 23,83

Linen Polos 23/19 83,86 0,225 6,34 13,59 21,13

Rami Polos 24/23 135,75 0,358 3,80 6,44 10,46

Viskosa Satin 66/24 108,40 0,108 2,48 13,63 26,23

Kapas/ Polos 24/18 126,94 0,305 4,58 8,90 15,69


linen
Kekuatan tarik

• Pada dasarnya pengerjaan Hubungan antara kekuatan


enzim tidak berbahaya bagi tarik dan pengurangan berat:
selulosa.
• Proses komersial hanya
memerlukan waktu 30-60
menit.

• Ada korelasi antara


pengurangan berat dengan
penurunan kekuatan tarik.
Kristalinitas dan Aksesibilitas
• Faktor-faktor penting • Rantai selulosa tersebut
dalam reaksi antara akan terpotong menjadi
selulase dan selulosa : lebih pendek sebelum
Kristalinitas, struktur enzim menyerang rantai
pori dan luas lainnya. Ukurannya yang
permukaan internal. besar membuat
• Selulase hanya molekul enzim tidak
menyerang ujung rantai dapat bepenetrasi
selulosa yang dapat secara efektif ke bagian
dicapai pada daerah dalam amorf, sehingga
permukaan kristalin tidak ada perubahan
derajat kristalinitas.
PROSES BIOPOLISHING
• Setelah proses pengelantangan, hasil lebih
baik.
• Penghilangan kanji harus terpisah, karena
selulase tidak mempunyai kereaktifan
terhadap kanji.
• Produk Sandoz, Novozymes: penggabungan
selulase dan amilase (simultan dezising
{derivat kanji CMC} & biopolishing)
• Simultan pencelupan & biopolishing
perhatikan:
ZW reaktif dan ZW Direk (anionik) dan ZAP
kationik/anionik dapat menghambat reaksi katalitik
selulase terhadap selulosa.
• Jumlah penggunaan enzim dalam larutan
bergantung pada keadaan bahan dan tingkat
perubahan yang diinginkan.
• Tyndall: 0,5 g/l– 2,0 g/l dengan vlot 1:10
Novo Nordisk : 0,5% - 3,0% enzim tahan asam,
3,0% - 15% untuk jenis netral dengan vlot
1:15.
Hasil biopolishing:
• Menghilangkan kapas yang mati atau muda, nep dan
bulu-bulu pada permukaan kain
• Kain yang lembut alamiah dengan perbaikan pada
kenampakan dan pegangan kain
• Mencegah timbulnya pilling dan fibrilasi
• Meningkatkan sifat hidrofilik, khususnya untuk kain
yang tebal (terry fabric)
• Lebih bersih dan lebih cerah, juga warna kain lebih
rata (uniformity)
• Sifat bahan menjadi lebih baik
• Memungkinkan untuk mendapatkan kreatifitas efek
fesyen yang alamiah
• Proses pengolahan limbahnya ramah lingkungan
Contoh resep proses biopolishing:
• Celana kapas anyaman keper, dengan berat
kain 235 g/m2 yang dicelup Reaktif.
Resep biopolishing:
– Enzim selulase tipe asam (Biosuper Acid
ANP 73): 2 %
– Asam asetat 98% : 3 ml/l (pH 4,0)
– Na asetat (buffer) : 2 g/l
– Suhu : 55 °C
– Waktu : 30 menit
– Vlot : 1:5
Contoh resep proses biopolishing:
• Celana kapas anyaman keper, dengan berat
kain 195 g/m2 yang dicelup Reaktif.
Resep biopolishing:
– Enzim selulase tipe netral (Lava Cell): 2,5 %
– pH 7,0
– Suhu : 57 °C
– Waktu : 30 menit
– Vlot : 1:10
Fungsi zat:
 Enzim Bisuper Acid ANP 73: untuk menghidrolisa
permukaan serat selulosa sehingga memberikan
efek pengikisan bulu pada kain celana kapas.
 Asam asetat 98%: untuk mengatur pH sehingga
proses pengikisan optimal
 Enzim selulase tipe netral Lava Cell: untuk
menghidrolisa permukaan serat selulosa sehingga
memberikan efek pengikisan bulu pada kain celana
kapas. untuk menghidrolisa permukaan serat selulosa
sehingga memberikan efek pengikisan bulu pada kain
celana kapas.
Urutan proses:
• Celana yang akan diproses dan zat yang
dibutuhkan dihitung dan dipersiapkan.
• Air dengan perbandingan bahan dan air (vlot)
1:10 ditambahkan kedalam mesin Rotary
Washer dan suhu diatur hingga mencapai
55°C.
• pH diatur dengan menambahkan asam asetat
98% hingga pH mencapai 4,0. Cek pH dengan
menggunakan kertas pH.
• Enzim selulase dimasukkan
kedalam tabung Rotary Washer
(sesuai resep) dan mesin
dijalankan selama 5 menit untuk
menghomogenkan larutan.
• Celana dimasukkan kedalam mesin
yang berisi larutan enzim
• Pemutaran dilakukan selama 30
menit
• Larutan sisa pencucian dibuang,
bilas 2 kali, dengan air pada suhu
40°C selama 5 menit.
• Celana diperas dengan mesin
hydroextrator dan dikeringkan
pada mesin Tumble Dryer.
Teknologi
Penyempurnaan Resin
(resin finish)

Dosen :
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks. M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.MT
ISTILAH
Produk:
wash and wear,
drip-dry,
durable/permanen press,
non-iron,
 ease-care,
ever-fresh,
crease-resistant,
anti-crease.
WRINKLE-FREE FINISH

 Permanent press merupakan bagian penting dari pelapis akhir


yang mudah dirawat atau pelapis resin yang merupakan pelapis
anti kusut, pelapis akhir pencucian dan keausan, pelapis
pengepres yang tahan lama dan pelepasan kotoran.

 Kemampuan kain untuk menahan pembentukan lipatan atau


kerutan saat sedikit ditekan disebut sebagai ketahanan lipatan.

 Kemampuan kain untuk pulih ke tingkat tertentu disebut


pengembalian sudut dari lipatan kain.
Penyempurnaan Resin
• Penyempurnaan resin termasuk
penyempurnaan kimia, dengan menggunakan
resin sintetik.
• Resin yaitu senyawa organik yang rumit dan
mempunyai berat molekul yang tinggi.

• Penggunaan resin, Fould, Marsh & Wood, th.


1930, di Inggris, untuk memperbaiki
ketahanan kusut bahan-bahan dari kapas,
rayon, linen dan serat selulosa lainnya.
PENYEMPURNAAN RESIN
• Resin adalah kelompok bahan kimia yang diterapkan
sebagai pelapis basah dan digunakanpada banyak
proses pelapisan akhir.
• Ada beberapa jenis resin, tetapi sebagian besar
termasuk dalam urea formaldehida atau kelompok
senyawa organik terkait.
• Komponen formaldehida diduga sebagai bahan
karsinogenik (penyebab kanker).
• Kelompok resin lain, yang digunakan lebih sedikit
karena biaya yang relatif tinggi dan efektivitas yang
terbatas, adalah senyawa dimetil urea glioksalin yang
merupakan penghasil non-formaldehida.
KENAPA KAPAS ?
• Tegangan dan gaya regangan yang konstan dalam serat selulosa ke
rantai polimer yang berdekatan menyebabkanya bergerak.
• Ikatan hidrogen yang lemah dapat putus sehingga rantai dapat
melewati satu sama lain. Jadi penyebab utama pembentukan lipatan
adalah pembengkakan, pembengkokan, pelipatan dan penekanan
• Untuk membuat kapas tahan lipatan kita perlu mencegah distorsi
ikatan hidrogen dari gugus -OH rantai selulosa.
• Resin adalah agen pengikat silang, yang membentuk ikatan pada
reaksi dengan gugus OH dari bahan selulosa dalam media asam
pada pH asam, misalnya pH 3-4.
Mekanisme kekusutan
• Ketahanan kusut pada bahan tekstil adalah
suatu sifat dari kain yang berhubungan
dengan kemampuan kembali dari deformasi
lipatan yang terjadi selama pemakaian.

• Kemampuan kembali ini ada yang langsung


terjadi, yg berarti bahan tsb tahan terhadap
deformasi yg terjadi, atau ada yg lambat
sehingga timbul lipatan yg dikatakan kusut.
Struktur Rantai Molekul Polimer Selulosa

CH2OH H OH CH2OH H OH

H
OH H H OH H
H H H H

HO H H H H OH
OH H H OH H H

H OH CH2OH H OH CH2OH

n
Gambar ilustrasi dari
mekanisme kekusutan
• Gambar A, susunan
rantai molekul bahan
tekstil dengan adanya
ikatan antar rantai
molekul. Jika bahan
ditekuk membentuk
kekusutan ada dua
kemungkinan yaitu
A ikatan antara rantai
putus dan terbentuk
kembali pada posisi yg
B C baru,
• sehingga pada saat
gaya dilepas karena
telah terbentuk ikatan • kemungkinan kedua
baru tekukan tidak ikatan antar rantai
kembali ke semula tidak putus tetapi
sehingga dikatakan memanjang (strained
kusut (Gambar B) without breaking) pada
kondisi ini ketika beban
dihilangkan tekukan/
susunan molekul akan
kembali ke semula
dikatakan tidak kusut
(Gambar C).

B C
Resin:
• memperbaiki ketahanan kusut,
• stabilitas dimensi bahan sehingga mengurangi
mengkeret pada pencucian.
• membuat kain menjadi kaku permanen
• memberikan sifat termoplastik yang
memungkinkan diperoleh efek penyempurnaan
yang lebih awet pada penyempurnaan mekanik,
seperti luster calandering, embossing, dsb.
Susunan wals lunak dan wals logam banyak
variasinya, tergantung dari efek yang
dikehendaki.
Proses Penyempurnaan Resin:

 persiapan kain,
 persiapan larutan resin,
 rendam-peras (padding), perendaman
(dipping)
 Pengeringan (pre-drying),
 Pemanasawetan (curing), dan
 Pencucian (washing).
Berbagai variasi dari proses pokok dapat
dilakukan misalnya:

dengan menambahkan zat-zat tertentu ke


dalam larutan resin untuk mendapatkan
sifat-sifat tertentu,

atau dengan menyisipkan penyempurnaan


mekanik seperti embossing diantara
pengeringan dan pemanasawetan, dsb.
Larutan penyempurnaan resin:

Umumnya terdiri atas tiga komponen :


Prakondensat

 Katalis

 Zat-zat aditif seperti pelemas, pelembut atau


senyawa-senyawa tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu.
Prakondensat:
• Prakondensat yang diproduksi oleh berbagai
pabrik kimia dengan berbagai nama dagang,
misalnya turunan dari urea, etilena urea, triazon
dan hidroksietilena urea.

• Resin untuk penyempurnaan tekstil dapat


digolongkan dalam dua kelompok:
1. Resin selfcrosslinking,mis;dimetilolurea(DMU)
2. Reaktan, mis; dimetiloletilena urea (DMEU),
dimetiloldihidroksi-etilena urea (DMDHEU), dsb.
Senyawa-senyawa tersebut umumnya memiliki dua
gugus hidroksil sehingga bersifat bifungsional yang
dapat membentuk ikatan silang dengan selulosa.

• Kelompok self-crosslinking cenderung


berpolimerisasi sendiri dan mengisi ruang-
ruang antar molekul selulosa dengan resin
yang sangat kompleks, tetapi hanya sedikit
membentuk ikatan silang.

• Kelompok reaktan cenderung membentuk


polimer-polimer pendek tetapi banyak
berikatan silang dengan molekul selulosa.
TYPES
SELF CROSSLINKING REACTAN
• Resin ini membentuk lapisan • Resin ini secara kimiawi
permukaan pada substrat bereaksi dengan molekul
yang diterapkan (kain). substrat dan membentuk
• Tidak ada reaksi antara ikatan silang antarmolekul.
serat dan molekul resin. • Jenis ini memiliki durabilti
• Jenis resin ini memberikan yang lebih baik jenis self
kekakuan pada kain dan crosslinking.
beberapa tingkat pemulihan • Jenis ini juga dikenal
lipatan, yang lebih rendah sebagai senyawa N-Metilol
dari resin ikatan silang. karena gugus metilol terikat
pada nitrogen dan juga
disebut pra-kondensat.
Contoh pembentukan resin:
Reaksi pembentukan ikatan silang
resin DMDHEU dengan selulosa:
Ikatan silang, membentuk:
A. jembatan metilen B. jembatan eter
• Prakondensat yang masuk kedalam serat akan
berpolimerisasi menghasilkan molekul resin yang
kompleks dengan membentuk ikatan silang sehingga
resin tidak dapat bermigrasi kembali keluar serat.
• Resin akan mengisi ruang antar molekul selulosa di
daerah amorf serat sehingga mengikat susunan
bagian-bagian molekul serat satu sama lain sehingga
serat menjadi lebih terikat yang akan mencegah
kecenderungan rantai molekul serat selulosa untuk
saling menggelincir akibat tekanan mekanik yang
diberikan sehingga tidak berubah bentuk dan tahan
kusut.
• Partikel-partikel resin tersebut juga mungkin
bersenyawa secara kimia dengan molekul-molekul
selulosa yang berdekatan membentuk ikatan-ikatan
silang sehingga menghasilkan struktur yang lebih
kaku.
Resin lain yang efektif untuk memperbaiki
ketahanan kusut dan mengurangi mengkeret
adalah dimetilol tiourea dan dimetil uron.
• Kain yang disempurnakan dengan resin aminoplast
bersifat reaktif terhadap natrium hipoklorit yang
sering dipakai dalam pengelantangan bahan-bahan
selulosa. Sifat retensi klor ini dapat menyebabkan
timbulnya warna kekuningan dan penurunan
kekuatan, terutama bila sesudah pencucian dengan
hipoklorit bahan disetrika dalam keadaan lembab.
• Untuk menghindari ini dapat digunakan resin-resin
non-nitrogen sebagai pengganti aminoplast,
misalnya dimetiloldimetil uron, glioksal, dan
dimetilolformamida.
Contoh resin anti kusut (senyawa kimia & nama dagang)
Senyawa kimia Nama dagang Produk Serat
Dimetilol- BT 350 Dian Kimia Kapas,
dihidroksi-etilena- Poliester/kapas
urea (DMDHEU)
DMDHEU Arcofix NDS Clariant Kapas, Rayon,
Poliester/Kapas
DMDHEU Knittex LE CIBA Kapas, Rayon,
Poliester/Kapas

DMDHEU Finish DMC Sandoz Kapas, Rayon,


Poliester/Kapas
Metilol-dihidroksi- Stabitex ETR Henkel Kapas, Rayon,
etilena-urea . Poliester/Kapas

Metilol-dihidroksi- Arcofix NEC DP Clariant Kapas


etilena-urea
Melamin- Melamin 800 ICI Selulosa, sintetik
formaldehida Knittex FEL CIBA Selulosa, campuran
Resin Non-formaldehyde

26
○ DMeDHEU tidak
mengandung formaldehida.
○ Disintesis dari N'-dimetil
urea dan gloxal dan sering
disebut sebagai DMUG
(dimethylurea glyoxalate)
atau DHDMI, berasal dari
nama dihydroxy dimethyl-2-
imidazolidinone

27
Sifat utama produk DMeDHEU adalah:
• Bebas formaldehida
• Reaktivitas sangat rendah
• Retensi klorin sangat rendah
• Daya tahan terbatas untuk pencucian
• Efek menguning jika eter tidak
dimodifikasi
• Rasio harga / efek hampir 4: 1
dibandingkan dengan DMDHEU

• Katalis yang lebih kuat atau kondisi reaksi yang lebih keras diperlukan
untuk keberhasilan pengikatan silang
• Biaya DMeDHEU sekitar dua kali lipat dari DMDHEU
• Untuk mencapai efek pers yang mudah dirawat dan tahan lama yang
sebanding dengan DMDHEU, hampir dua kali lipat jumlah DMeDHEU
yang dibutuhkan
• DP rendah , sehingga sulit untuk dilakukan proses curing
28
Poly Carboxylic Acids
Citric Acid
1,2,3,4-Butanetetracarboxylic acid (BTCA)
• 1,2,3,4-Butanetetracarboxylic acid
(BTCA) dan asam polikarboksilat
memberikan kemungkinan alternatif
untuk hasil akhir yang tahan kusut
yang bebas formaldehida.

• BTCA meningkatkan pemulihan


lipatan yang baik tetapi dengan daya
tahan pencucian terbatas karena
hidrolisis ikatan ester menjadi
selulosa.
• Asam polikarboksilat ini relatif mahal,
sebanding dengan biaya DMeDHEU.
• Selain itu, reaksi asam ini dengan
selulosa membutuhkan natrium
hipofosfit dalam jumlah besar sebagai
katalis.
• Baru-baru ini, produk berbasis asam
poliakrilat, misalnya kopolimer
anhidrida asam maleat telah
diperkenalkan yang memberikan sifat
yang mirip dengan BTCA tetapi
dengan harga yang lebih ekonomis.
34
Katalis:
mempercepat reaksi dan hingga batas tertentu
mengendalikan reaksinya.
umumnya asam atau bahan-bahan yang dapat
melepaskan asam pada kondisi
pemanasawetan.
tidak menurunkan stabilitas larutan
prakondensat yang ditandai pembentukan
endapan.
tidak mempercepat polimerisasi prakondensat
dalam larutan sehingga partikelnya menjadi
terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam serat.
Larutan prakondensat akan lebih
stabil bila katalis:
• tidak dalam bentuk asam bebas
• garam dari basa lemah dan asam kuat yang
dapat terdisosiasi pada kondisi yang sesuai
dan berfungsi sebagai asam.
dihigrogenfosfat,
amonium sulfat,
seng nitrat dan
magnesium klorida.
Katalis &
Teknik Polimerisasi
Katalis:
mempercepat reaksi dan hingga batas tertentu
mengendalikan reaksinya.
umumnya asam atau bahan-bahan yang dapat
melepaskan asam pada kondisi
pemanasawetan.
tidak menurunkan stabilitas larutan
prakondensat yang ditandai pembentukan
endapan.
tidak mempercepat polimerisasi prakondensat
dalam larutan sehingga partikelnya menjadi
terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam serat.
Larutan prakondensat akan lebih
stabil bila katalis:
• tidak dalam bentuk asam bebas
• garam dari basa lemah dan asam kuat yang
dapat terdisosiasi pada kondisi yang sesuai
dan berfungsi sebagai asam.
dihigrogenfosfat,
amonium sulfat,
seng nitrat dan
magnesium klorida.
Katalis:
• Senyawa turunan amonia atau amina diduga
kuat dapat menjadi timbulnya bau anyir seperti
ikan pada kain yang telah disempurnakan dalam
penyimpanan.

• berpengaruh terhadap ketahanan cuci resin


yang dihasilkan dan sifat retensi klor sehingga
memperbesar kerusakan kain bila dicuci dengan
hipoklorit dan disetrika.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan katalis adalah:
1. jenis dan kereaktifan resin
2. jenis serat
3. kondisi pemanasawetan
4. sifat-sifat yang diinginkan pada bahan
yang disempurnakan
5. pengaruhnya terhadap derajat putih atau
warna bahan.
• Garam-garam amonium berpengaruh buruk
terhadap derajat putih dan warna bahan.

• Katalis-katalis yang mengandung nitrat


seperti amonium atau seng nitrat tidak baik
digunakan untuk penyempurnaan bahan
dengan zat warna yang peka terhadap
oksidasi karena dapat menyebabkan
perubahan warna.
Teknik-teknik penyempurnaan resin:
• Untuk memperoleh hasil yang optimum,
dapat dipilih teknik penyempurnaan resin :

a. Pemanasawetan kering (Dry-Cure),

b. Pengikatsilangan lembab (Moist Cure),

c. Pengikatsilangan basah (wet-cure).


Pemanasawetan kering (dry-cure):
• permanent-press.
• Prosesnya : rendamperas – pengeringan-
pemanasawetan (pad-dry-cure).
• ketahanan kusut basah dan kering yang sangat baik
• penurunan kekuatan dan ketahanan gosok bisa
mencapai 30-50% untuk serat selulosa alam.
• Proses pengeringan dan pemanasawetan kadang
dilakukan satu tahap (flash curing), misalnya 160-
200°C.
• Kecepatan kain (waktu pengerjaan) ditentukan oleh
jenis serat dan konstruksi kain.
Pengikatansilang lembab
(moist-cure)
serat selulosa dengan kadar kelembaban tertentu,
misalnya untuk kapas 6-8% dan rayon 10-16%,
kemudian dibacam selama 24 jam, dicuci dan
dikeringkan.

• ketahanan kusut kering cukup baik dan ketahanan


kusut basah sangat baik,
• penurunan kekuatan dan ketahanan gosok lebih
kecil bila dibandingkan dengan pemanasawetan
kering.
Pengikatansilang basah
(wet-cure)
kain mula-mula direndamperas dalam
larutan prakondensat, lalu dibacam selama
16-24 jam, dicuci dan dikeringkan.

• meningkatkan ketahanan kusut basah tetapi


ketahanan kusut keringnya tidak bertambah
baik.
• Penurunan kekuatan dan ketahanan gosok
kain hanya sedikit.
Tabel : Kondisi proses pada berbagai
Teknik pemanasawetan
Proses Kelembabn Temp Waktu pH
(%) (°C)
Kering 0,5 – 2,0 140 - (4 – 6) 5-6
155 menit
Lembab 6–8
(kapas) 25 - (16 – 24) 1-2
10 – 16 35 jam
(rayon)
Basah 60 - 80 10 - (16 – 24) ‹1
30 jam
Teknik-teknik penyempurnaan resin:
• Untuk memperoleh hasil yang optimum,
dapat dipilih teknik penyempurnaan resin :

a. Pemanasawetan kering (Dry-Cure),

b. Pengikatsilangan lembab (Moist Cure),

c. Pengikatsilangan basah (wet-cure).


Masalah dalam penyempurnaan
resin:
Kelarutan kurang baik
• Larutan prakondensat jenis N-metilol atau
melamin harus jernih.
Larutan yang keruh biasanya menunjukkan
terjadinya kondensasi lanjut karena produk
telah terlalu lama dalam penyimpanan atau
disimpan dalam keadaan panas.
Masalah dalam penyempurnaan resin:

Bau anyir :
 Bau anyir pada hasil penyempurnaan resin disebabkan oleh
produk-produk metilasi amonia (amina).
 Penyebabnya mencakup suhu atau waktu pemanasawetan
yang berlebihan, akumulasi formaldehida di dalam mesin,
dan senyawa-senyawa amin atau amonia dalam larutan
resin.

 Bau ini dapat juga disebabkan oleh sisa-sisa senyawa yang


terbawa oleh kain misalnya zat-zat yang mengandung asam
lemak tidak jenuh.
 Adanya asam formiat dapat mendorong terbentuknya
amina.

 Bau anyir dapat dihilangkan dengan pencucian alkali


menggunakan soda abu.
Masalah:
Stabilitas larutan kurang
• Larutan senyawa N-metilol yang mengandung
katalis memiliki stabilitas terbatas.
 Kondensasi lanjut senyawa-senyawa ini ditandai
dengan peningkatan kekeruhan larutan.
 Stabilitas larutan dipengaruhi oleh jenis
prakondensatnya, jenis dan jumlah katalis serta
suhu larutan.
 Kestabilan larutan juga dipengaruhi oleh asam
yang terbawa kain atau air proses sehingga pH
harus dikendalikan.
Masalah dalam penyempurnaan resin:

Lapisan permukaan pada bahan berwarna


• Pada akhir proses yaitu setelah pengeringan,
kadang ditemui suatu lapisan tipis berwarna
putih pada permukaan kain berwarna.

• Lapisan ini berasal dari partikel-partikel


dimetilol urea atau produk-produk
kondensasinya yang terlalu besar karena
penggunaan larutan resin yang sudah keruh
atau pengeringan yang terlalu lambat.
Masalah dalam penyempurnaan resin:
Bau formaldehida :
 Senyawa larutan N-metilol selalu mengandung formaldehid
bebas.
 Bau formaldehida yang menyengat dapat dikurangi dengan
ventilasi mesin yang baik dan penambahan 10-20% urea atau
disiandiamida sebelum larutan dipakai.
 Banyaknya formaldehida yang terlepas dalam penyimpanan
menunjukkan kondensasi yang kurang sempurna karena waktu
pemanasawetan yang terlalu singkat atau suhunya terlalu
rendah.
 Pada proses pemanasawetan-akhir pelepasan formaldehida
dipengaruhi oleh jenis resin, jenis dan jumlah katalis serta kondisi
pengeringan dan penyimpanan.

 Kadar formaldehida bebas yang diperkenankan dalam


perdagangan bebas adalah sekitar 0,05%.
Masalah dalam penyempurnaan resin:

Pengaruh pada warna putih:


 Kain putih yang mengandung pemutih optik
kadang menjadi kekuningan setelah
penyempurnaan resin.
 Hal ini mungkin disebabkan oleh zat pemutih
optiknya karena tidak semua zat pemutih optik
tahan terhadap asam, panas dan formaldehida,
tapi katalis terutama seng nitrat dan garam-
garam amonium dapat menyebabkan warna
kekuningan atau keabuan.
Pengaruh terhadap bahan berwarna
 perubahan warna atau ketahanan luntur warna terhadap
sinar dan gosokan.
 Beberapa zat warna direk dan reaktif menunjukkan
penurunan tahan sinar setelah penyempurnaan resin.
 Beberapa zat warna bejana kuning dan biru bersifat
fototropis, dan sifat ini bisa bertambah kuat dengan
penyempurnaan resin.
 penetrasi larutan resin harus betul-betul baik, kondisi
pemanasawetan tidak terlalu hebat dan ditambahkan aditif
untuk penurunan ketahanan gosok.
• Perubahan warna kain biasanya disebabkan oleh katalis
terutama seng nitrat dan garam-garam amonium.
Retensi klor.
Bergantung jenis resin yang digunakan dan kondisi
pemanasawetan.

Penurunan kekuatan
 Katalis asam dapat merusak serat selulosa denga
cara hidrolisa sehingga menurunkan kekuatannya.
 Oleh karena itu dalam penyempurnaan resin
terutama proses pengikatansilang lembab, kadar
kelembaban kain, suhu pengeringan, dan jumlah
katalis harus dikendalikan dengan cermat agar
penurunan kekuatan tidak terlalu besar.
Pegangan kaku

 Pegangan kain hasil penyempurnaan resin


kadang terasa kaku terutama pada kain
campuran selulosa/sintetik.
 Bila jumlah resin yang ditambahkan cukup
banyak cukup banyak misalnya pada
penyempurnaan permanent-press.
 Untuk mengatasi masalah ini pemilihan jenis
resin yang sesuai sangat penting di samping
pengendalian proses dan penambahan pelemas.
FORMALDEHIDA BEBAS
Identifikasi formaldehida
• Senyawa kimia formaldehida merupakan aldehida yang berfasa
gas dan mempunyai rumus kimianya H2CO.
• larut pada suhu -21ºC sampai 92ºC dan larut dalam air, alkohol,
dan eter.
• mudah terbakar, beracun dan berbentuk gas yang tidak berwarna
dan bila terhirup akan mati lemas.
• Formaldehida digunakan dalam persiapan pencelupan,
penyempurnaan, produksi bahan mudah terbakar, plastic dan
resin sintetik.
• lebih reaktif daripada aldehida lainnya.
• Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksan atau
polimer linier polioksimetilen. Formasi zat ini menjadikan tingkah
laku gas formaldehida berbeda dari hukum gas ideal, terutama
dalam tekanan tinggi atau udara dingin.
• Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam
format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta
diisolasi supaya tidak kemasukan udara.
Proses terbentuknya formaldehida
bebas dalam tekstil
• Formaldehida bebas (CH2O) banyak terjadi
pada penyempurnaan resin yang berasal dari
golongan N-metilol, terutama karena
polimerisasi yang kurang sempurna
menyebabkan formaldehida yang terbentuk
tidak bereaksi kembali dan dibebaskan.
• Selain sebagai hasil polimerisasi, formaldehida
terbentuk karena prakondensatnya sudah
mengandung formaldehida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya formaldehida bebas
• Struktur molekul prakondensat dari resin
yang digunakan dan gugus fungsi yang
terdapat pada senyawa tersebut.
• Kondisi penyempurnaan, seperti jenis
katalisator yang digunakan, suhu
pemanasawetan menentukan sifat asam yang
terbentuk dan sejauh mana polimerisasi dapat
berjalan.
Upaya untuk mengurangi kandungan
formaldehida bebas pada bahan agar menjadi
sekecil mungkin
• pemilihan resin anti kusut yang memiliki kandungan
formaldehida yang rendah,
• katalis yang digunakan selain disesuaikan dengan
resin yang digunakan juga harus tahan terhadap
hidrolisa
• suhu dan waktu pemanasawetan yang sesuai dengan
resin, katalis dan jenis kain yang digunakan
• dilakukan proses pencucian berulang
• menambahkan zat pembantu tekstil lain pada
penyempurnaan yang khusus mengikat formaldehida
bebas
• Formaldehida bebas dengan konsentrasi
tinggi pada kain, misalnya lebih dari 300 ppm
menurut IPCS (International Programme on
Chemical Safety) dapat:
mengganggu kesehatan manusia, karena
formaldehida bebas apabila terhisap akan
menyerang selaput kelenjar manusia
menyebabkan iritasi pada kulit, hidung dan
tenggorokan
penyakit kanker kulit.
Tabel Standar kadar maksimum formaldehida
bebas pada kain (SNI 7617 & Oko-tex 100)
Penggunaan Batas
maksimum
(ppm)
Pakaian untuk bayi 0
sampai dengan usia 24
bulan
Kain yang mengenai kulit 75
(dewasa)
Kain lainnya (tidak 300
mengenai kulit)
Formaldehyde catcher
• Proses mengurangi kandungan formaldehida bebas dan
asam formiat dengan zat aktif permukaan nonionik
dan anionik
• Proses dengan menambahkan gugus amina yang
terdapat dalam senyawa alkanoamina,
aminokarboksilat dan oligopeptida.
 Gugus amina yang digunakan pada sebuah senyawa
alkanoamina terdapat 2 sampai 15 atom karbon,
senyawa asam aminokarboksilat 2 sampai 8 atom
karbon, dan senyawa oligopeptida dengan berat
molekul rata-rata berkisar antara 500 sampai 5.000.
• Jenis gugus amina yang sering digunakan adalah
golongan asam aminokarboksilat yang contohnya
senyawa hidroksiamina hidroklorida dengan nama
dagang Finetex formaldehyde catcher (FC-KP).
• Senyawa ini larut dalam air dan mempunyai
kemampuan untuk mengikat formaldehida bebas
yang terbentuk.
• Prinsip utama dari senyawa ini adalah mengadakan
ikatan langsung dengan formaldehida bebas menjadi
bentuk senyawa formaldoksina.

H---CO---H + N----OH:HCl C====N + HCl + H2O


Formaldehida Hidroksilamina-hidroklorida Formaldoksina
• Formaldehida bebas dalam resin jenis fenol sudah
berupa formaldehida, hemiformals, polioksimetilena
hemiformals dan polioksimetilena glikol.
• Monomer formaldehida dan hemiformal bereaksi
lebih cepat dengan senyawa hidroksilamina
hidroklorida, sedangkan pada bentuk polimer
formaldehida harus dihidrolisis menggunakan katalis
yang dapat melepaskan ion H+ dan monomer
formaldehida, baru kemudian dapat bereaksi dengan
senyawa formaldehyde catcher tersebut.
• Semakin besar konsentrasi formaldehida bebas dalam
resin maka semakin banyak pula formaldehida yang
terbentuk dalam bentuk polimer.
• Hasil reaksi antara formaldehyde catcher dengan
formaldehida selain senyawa lain yaitu formaldexine
juga dihasilkan asam klorida (HCl) yang membantu
mempercepat proses depolimerisasi.
Ada 3 jenis utama formaldehida keterkaitan
yang bertanggung jawab terhadap pelepasan
formaldehida
• Selulosa hemiacetal --- melepas pada pH
netral
• N Metilol tidak stabil pada pH alkali
• Pada pH asam, resin akan terpecah sehingga 3
ikatan tadi akan berkontribusi terhadap
jumlah yang dilepaskan
Formaldehida catcher


Aditif
Aditif:
• memperbaiki pegangan dan sifat-sifat pakai
lainnya, terutama seperti kekuatan tarik,
kekuatan sobek, dan ketahanan gosok.

• Zat dari bahan-bahan dengan berat molekul


rendah dan juga larutan atau dispersi polimer
yang biasanya bersifat nonionik atau anionik.

• dispersi poliakrilat, polietilena, dan larutan


poliamida.
Dispersi poliakrilat:
sejumlah komponen reaktif yang dapat
membuatnya terikat secara kimia pada serat secara
langsung maupun melalui senyawa N-metilol.
komonomer : N-metilol akrilamida.
Stabilitas terhadap asam dan alkali cukup baik
semua proses penyempurnaan resin.
Poliakrilat yang dapat diikatkan pada selulosa
melalui gugus N-metilol menaikkan ketahanan
kusut basah maupun kering tanpa mengurangi
kekuatan.
mengurangi jumlah pemakaian resin sehingga akan
mengurangi kerusakan serat.
Dispersi polietilana:
• memperbaiki kekuatan sobek

• ketahanan gosok kain

mengurangi kegetasan bahan dengan cara


pembentukan ikatan silang.

menguntungkan pada sifat-sifat jahit kain.


Larutan poliamida:
• modifikasi dengan oksietilasi

• bersifat hidrofil

• ketahanan kusut basah

• sifat antistatik.
Zat khusus lainnya:
• Zat pengisi kanji dan turunan selulosa, maupun
dispersi resin sintetik seperti polistirena dan
polivinil asetat untuk memberikan sifat kaku.

• Zat pelembut, jenis anionik, seperti minyak dan


lemak, pelembut kationik, seperti garam
amonium kuarterner, amino ester dan
aminoamida, maupun pelembut nonionik
seperti poliglikol eter, poliglikol ester, dan
produk pelembut oksietilasi lain serta pelembut
silikon.
Senyawa Silikon
• Senyawa silikon dalam industri tekstil
digunakan sebagai zat pelemas, zat anti
busa, zat tolak air, dan lain-lain.
• Senyawa silikon berbentuk emulsi
silikon yang dapat dipakai pada bahan
kapas, wol, sintetik dan serat campuran.
• Silikon adalah polimer polisiloksan dan
turunannya diketahui sebagai logam
organik.
• Unsur silikon dianggap sebagai logam
dan ditemukan dialam dalam bentuk
silica, SiO2.
• Silikon menyerupai unsur karbon yang
mempunyai empat valensi yang
membentuk ikatan dengan unsur lain.
• Biasanya gabungan unsur silikon
disebut silane, bentuk silikon yang
stabil berikatan kovalen dengan rantai
karbon sehingga termasuk kedalam
senyawa silane organik.

Contohnya Methylchloro direaksikan


dengan silikon
• Campuran tersebut mengandung gugus metil,
kloro dan hidrogen yang posisinya bervariasi.
• Chlorosilane mudah bereaksi dengan air
membentuk silanol yang selanjutnya memadat
membentuk ikatan siloksan.
• Dimetilklorosiloksan akan membentuk
polisiloksan linear yang akan melumasi air dan
kotoran dengan baik dengan cara merubah
viskositas dan berat molekul minyak.
• Dengan memanfaatkan gugus monomer dan
gugus reaktif polisiloksan pada silikon dapat
terjadi ikatan tiga dimensi yang bersifat
elastomer dan berat molekul yang tinggi.
Reaksi pembentukan jaringan siloksan sangat lambat
dari pada klorosilane sehingga membutuhkan katalis

Perbedaan kondisi dibutuhkan untuk membentuk


siloksan dengan cara memanfaatkan jaringan pusat
polimer.
Zat pelembut silikon
Di industri tekstil ada tiga jenis polimer silikon :
• berbahan dasar senyawa emulsi dimetil.
• berbahan dasar emulsi reaktif yang
mempunyai gugus Si – H yang seluruhnya
polimer terdispersi.
• amino atau epoxy fungsional yang posisinya
pada rantai polimer.
Senyawa Dimethyl
• dibuat dari dimetildikloro silane
• kondisi reaksi bisa dikontrol dengan merubah nomor
unit pengulangan dimetil siloksan dalam polimer.
• kenaikan nomor unit polimer akan menaikan
viskositas dimana terdapat jarak antara molekul dan
bermacam-macam viskositas senyawa menjadi
pengemulsi stabil yang membuat air terdispersi yang
digunakan pada proses penyempurnaan.
• Memberikan pegangan yang halus pada serat dan
mengisi sebagai pelembut.
• Senyawa dimethyl membuat serat menjadi anti air
tetapi ketahanannya kurang permanen
Orientasi Senyawa Dimethyl Pada Permukaan Serat
Senyawa Methylhydrogen
• senyawa polisiloksan linear dan berpotensi berikatan
silang
• hidrolisis dari gugus dikloro akan terjadi dengan
cepat akibat adanya air dari linear polimer.
• Keseimbangan emulsi dapat dibuat asalkan selama
pH larutan dijaga antara 3-4.
• Ketika emulsi tersebut akan digunakan pada serat
dengan katalis (dibutyltin-dilaurate). Gugus Si-OH
akan terhidrolisis menjadi silanol dan memadat
• membentuk ikatan silang yang akan meningkatkan
ketahanannya.
Amino Silikon & Epoxy Silikon
• Amino silikon terbuat dari penggabungan pada gugus
fungsi organik klorosilane dengan reaksi campuran.
• Amino fungsional silikon bisa menjadi kationik pada pH
asam didalam larutan.
• Gugus epoxy fungsional bisa disatukan dalam polimer
silikon berikatan pada gugus rantai polimer silikon.
• Kemampuan epoxy non-silanol menunjukkan
mekanisme ikatan silang dengan kemampuan untuk
bereaksi dengan serat hidroksil.
• Pelembut ini sangat tahan terhadap pencucian
berulang.
Mekanisme Ikatan Silikon Pada Serat
• pada proses penyempurnaan antikusut memberikan lapisan
film tipis pada permukaan kain,
• terjadi pengecilan gesekan antar elemen bahan yang
berdampingan, sehingga kain menjadi langsai dan lembut.
• Lapisan yang terbentuk dihasilkan oleh adsorpsi zat aditif pada
permukaan serat yang kemudian pada saat pemanas awetan
terjadi pembentukan jaringan antar siloksan (monomer dari
polimer silikon).
• Dengan adanya energi panas, gugus reaktif amino siloksan
akan saling berikatan membentuk co-polimer sehingga
terbentuk jaringan tiga dimensi yang akan melapisi serat,
sehingga akan memberikan efek lembut dan elastis.
• Efek elastis ini membantu selip diantara serat-serat dan benang
pada kain, sehingga serat lebih fleksibel terhadap gaya yang
diberikan.
• ikatan silang di permukaan serat membentuk kerapatan antar
serat dapat meningkatkan kekuatan tarik dan kekuatan sobek.
Bibliography:
• Thomasino, Charles. DR., Chemistry and
Technology of Fabric Preparation and
Finishing, Departement of Textile
Engineering, Chemistry and Science College
of Textiles North Carolina State University,
1992
• Tyrone L. Vigo, Textile Processing and
Properties, Elsevier Science B.V., Amsterdam
• Wacker
Nano-Tex
Nanocare – Nanopel - Nano-
soft

Dosen :
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks.M.Si
Wulan Safrihatini, S.ST.M.T
Nanoteknologi
• Gabungan dari multidisiplin
teknologi
Ilmu bahan
Elektronika
Mekanika
Optik
Energi
Kesehatan
Nano-tex di Industri Tekstil
• Penggunaan senyawa berukuran nano
untuk menghasilkan struktur nano
pada manufakturing atau proses
finishing, sehingga menghasilkan
tekstil yang “high function”
 Tahan kusut – nano-care
 Tolak air dan tahan kotor – nano-pel
 Sifat lembut kain – nano-soft
 Anti bakteri
 Anti UV (sinar ultra violet)
• Asal kata “nanos” Yunani, berarti
sepersemilyar atau 10-9
• Satu nanometer artinya sepersemilyar
meter atau sepersejuta milimeter atau
sekitar seperseratus ribu dari besarnya
rambut manusia
• Nanoteknologi (1959) – ahli Fisika
Jeyman disebut teknologi “buttom up”,
yang menggambarkan pada
pembentukan suatu material besar
dapat dibangun dari susunan material
yang sangat kecil sedemikian rupa
sampai membentuk material besar yang
diinginkan.
Ini

NANO-TECHNOLOGY

• Teknologi yang berkaitan dengan struktur yang luasnya


lebih kecil dari 100 nm dalam satu dimensi
• Nanoteknologi sangat berfokus pada penanganan,
pengaturan, dan pengendalian struktur skala nano untuk
digabungkan ke dalam struktur dan komponen material
yang besar
NANOTECHNOLOGY

• Metode konvensional yang digunakan untuk


memberikan sifat berbeda pada kain
o Sustainability yang rendah
o Mengurangi kemampuan sirkulasi udara
o Kenyamanan
• Nano teknologi dapat memberikan sifat durability
yang tinggi, karena :
o Partikel yang sangat kecil
o Area permukaan – rasio volume yang tinggi
o Energi permukaan tinggi
• Coating partikel nano pada kain akan mempengaruhi
kemampuan sirkulasi udaranya dan pegangannya
NANOTECHNOLOGY

Ukuran partikel
Apa keunggulannya?
• minimasi limbah dan produk yang
dihasilkan akan memiliki cacat produk
yang relatif kecil.

• Zat penyempurnaan yang diemulsikan


dalam bentuk nanomisel atau nano sol
dapat melekat pada penyempurnaan
bahan tekstil dengan lebih merata dan
rapat, sehingga sifat bahan tekstil lebih
baik daripada teknik konvensional
• Partikel nano memiliki perbandingan luas
permukaan dengan volume yang tinggi,
sehingga menghasilkan energi permukaan
dan afinitas pada bahan tekstil yang
tinggi.
• Hasil proses penyempurnaan tahan lama
• Penggunaan partikel nano adalah
pelapisan partikel nano pada permukaan
kain selain menghasilkan lapisan yang
lebih rata juga tidak mempengaruhi
kemampuan tembus udara dan pegangan
kain sehingga lebih nyaman dipakai.
Nano-tex fabric
Dasar dari teknologi nano terletak pada suatu
kenyataan bahwa sifat suatu benda akan berubah jika
ukurannya diubah menjadi ukuran nano.

• Partikel berukuran
nano dapat dicampur
dengan polimer yang
berukuran nano juga
sebagai matrik atau
perekatnya
membentuk material
dengan ukuran yang
lebih besar dengan
sifat yang berbeda dari
bahan baku asalnya.
APPLICATION OF NANOFINISHING

FUNCTIONAL PROTECTION
self-cleaning
FUNCTIONAL SAFETY
water repellent fire retardancy

Nano Treated FUNCTIONAL HYGIENE


PROTECTION Anti-microbial
UV absorption Textile

DURABILITY DURABILITY
color fastness abrasion

FUNCTIONAL PROTECTION
Controlled release
of additives
NANOPARTICLES & APLIKASINYA
SR. NO. Nanoparticles Properties
1 Silver nanoparticles Anti-bacterial finishing
2 Fe nanoparticles Conductive magnetic properties, remote
heating.
3 ZnO and TiO2 UV-protection, fiber protection, oxidative
catalysis
4 TiO2 and MgO Chemical and biological protective
performance, provide self-sterilizing
function.
5 SiO2 or Al2O3 Nano-particles Super water repellent finishing.
with PP or PE coating
6 Indium-tin oxide nanoparticles EM / IR protective clothing.
7 Ceramic nanoparticles Increasing resistance to abrasion.
8 Carbon black nanoparticles Increasing resistance to abrasion, chemical
resistance and impart electrical
conductivity, coloration of some textiles.
9 Clay nanoparticles High electrical, heat and chemical
resistance.
WATER REPELLENT FINISHES
PARAFFIN WAX:
• Rantai parafin membungkus molekulnya seperti spiral di sekitar

serat, filamen atau benang individu dalam film yang sangat halus

• Mengurangi tegangan permukaan tetesan air dan bahkan lumpur

dengan tegangan permukaan yang jauh lebih tinggi sehingga


tetesan mengalir begitu saja

• Ekonomis
WATER REPELLENT NANO FINISH
• Nanopartikel SiO2, Al2O3
terutama digunakan untuk
super water repellent
• Serat dilapisi dengan jutaan
nanofilamen silikon selebar 40
nanometer
• Silikon dikondensasikan
menjadi serat dalam bentuk
gas untuk membentuk
nanofilamen
• Lapisan udara permanen,
terperangkap dalam
nanofilamen silikon, yang ada
di dalam kain, mencegah air
menembus ke dalam kain.
ANTIMICROBIAL NANOFINISH
Nanosized silver, titanium dioxide and
zinc oxide are used
o Partikel nano memiliki ukuran yang
sangat besar luas permukaan
relatif, sehingga kontak lebih besar
dengan bakteri atau jamur
o Kondisi ini menekan proses
respirasi, metabolisme sistem
transfer elektron, dan pengangkutan
substrat ke dalam membran sel
mikroba
o Ini mempengaruhi metabolisme sel
dan menghambat pertumbuhan sel
• Membungkus senyawa perak
atau partikel nano dengan
polimer reaktif serat
Nanopartikel perak berada di
permukaan kapsul
• Dalam parfum inti bagian
dalam atau bahan yang
sensitif terhadap suhu
• Aktivitas anti-mikroba
terhadap berbagai bakteri,
jamur tercapai
KERUGIAN MENGGUNAKAN SILVER NPs
• Harga tinggi
• Ketidakcocokan dengan sistem air
• Kecenderungan untuk menyebabkan penghilangan
warna pada tekstil
• Kehilangan kekuatan tarik

L. Maleknia, A. S. Rashidi, “Preparation and Characterization of Nylon 6/Silver


anocomposite Fibers for Permanent Antibacterial Effect”, Oriental Journal of
Chemistry Vol 31;(2014);257-262
PHOTOCATALYTIC SELFCLEANING FINISH
KERUGIAN

• Menghasilkan residu kimiawi limbah atau air limbah


selama produksi bahan berserat yang dapat
membersihkan sendiri
• Pembuangan bahan nano yang tidak tepat dapat
menyebabkan titanium dioksida berukuran nano
dalam jumlah besar memasuki tanah
• Cacing tanah dapat menyerap nanopartikel dari yang
tercemar tanah dan naik ke rantai makanan
• Nano TiO2 menginduksi kerusakan DNA oksidatif
meningkatkan putusnya rantai DNA
NEXT GENERATION NANO FINISHING
Finish Fibre Functions End use
suitability
Nano Care Cellulosic Wrinkle All Cotton wear
resistance,
water and
stain
repellent
Nano Dry PET, NY, Hydrophilic Synthetic sports wear, under
Acrylic finish garments

Nano Synthetics Cellulose Wrapping on PET microfibres


Touch wrapping to produce highly twisted
on Georgette, Chiffon Silk
synthetics substitute.
Wrapping on acrylic to produce
light weight hydrophilic sweater
Nano-pel
• Proses pelapisan bahan tekstil
dengan menggunakan senyawa
fluorokarbon berukuran nano
• Bersifat hidrofobik dan permukaan kasar dan
berbulu halus akibat adanya lapisan whisker
berukuran nano dari fluorokarbon.
 Whisker adalah kumpulan atom membentuk
struktur kristal berujung tajam mirip jarum
Whisker - nano
SILICONE FOR TEXTILE
AUXILIARIES
• Two types of silicone emulsion
• Whisker berukuran nano ketika
melapisi permukaan kain akan
menghasilkan efek bulu halus tanpa
mempengaruhi kekuatan kain.
• Ukuran partikel nano sekitar
seperseribu dari serat kapas, ukuran
yang sangat kecil ruang antara whisker
pada permukaan kain akan lebih kecil
daripada tetesan air tetapi lebih besar
dari molekul air.
Bahan mampu menahan tetesan air tetapi
masih mampu ditembus oleh udara.
• Hal ini
menyebabkan jika
ada air menetes
pada permukaan
kain, air akan
tertahan di
permukaan kain,
tetapi air masih
dapat lewat
permukaan kain
ketika diberi
tekanan, misalnya
• Partikel berukuran nano juga
menghasilkan kain yang tahan kotor.

Ketika tetesan air mengenai permukaan


kain yang telah dilapisi partikel nano,
tetesan air membentuk bulatan dan
akan menggelinding jatuh, dan akan
mengangkat kotoran yang ada di
permukaan kain, sehingga kain
menjadi bersih dan permukaan kain
tetap kering.
Duck feather effect
Produk “nano-pel”
NANOCARE

• Penolak Noda,
• Air dan Minyak Unggul
• Menolak Keriput Kain Bernapas
• Mempertahankan Tangan Asli
• Perawatan Mudah Selesai
• penstabil dimensi

Whiskers
Whiskers

Fiber
Fiber

Hooks

Spine

Whiskers

The whiskers get hooked on the fibers to alter the fabric property.
Nano Whiskers can make the
fabric stain & water resistant…

Nano whiskers can keep the fabric breathable too unlike resins
finishes!
SUPER HYDROPHOBIC: SELF
CLEANING NANO FINISHES
• Miliaran Nanowhisker
menciptakan bantalan udara tipis
di atas kain katun,
• menghaluskan kerutan dan
memungkinkan cairan keluar dan
berguling tanpa bekas.
• Tetesan air membentuk gumpalan
bola
• Permukaan berskala nano yang
kasar mengangkat kotoran
• Air dan kotoran mengalir
• Itu tidak mempengaruhi tangan,
kemampuan bernapas dari kain
NANO DRY

USES NANONET STRUCTURE


• Teknologi finishing hidrofilik
• Nanonets mengubah properti serat
sintetis seperti Polyester untuk
memberikan kesan katun & linen.
• Sumbu kelembaban tubuh cepat
• Cepat mengering & memberi efek
pendinginan.
• Mempertahankan Tangan Asli
Performa Tahan Lama
NANO TOUCH

Lembaran nano membungkus


serat sepenuhnya untuk
menutupinya & mengubah
sifatnya.
• Kekuatan dan Daya Tahan.
• Peningkatan colorfastness.
• Ketahanan terhadap kusut
• Resistensi statis.
• Kemurnian Unggul dalam Kain
campuran
What is a Nanofiber?
 A nanofiber is a continuous fiber which
has a diameter in the range of billionths
of a meter.
 The smallest Nano fibers made today are
between
1.5 and 1.75 nanometers
Kain nir tenun yang terdiri dari serat nano
pintal elektro memiliki:
• area permukaan spesifik yang besar,
• porositas tinggi ukuran pori yang kecil
dibandingkan dengan tekstil komersial
menjadikannya kandidat yang sangat baik
untuk digunakan dalam aplikasi filtrasi,
medis dan membran.
Penyempurnaan Durable Press

Durable press,
Nano care,
Storm wear
Dosen:
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks. M.Si
Wulan safrihatini, S.ST.MT
Nano care
• Penyempurnaan kemeja kapas
nano care dengan sifat yang
mempunyai efek tolak air, tolak
minyak dan tahan kusut.
Contoh resep nano care
• NT-X 293 (seny. Fluorokarbon) : 65 g/l
• Sedgeres PCR2 (resin anti kusut) : 70 g/l
• Ultratex REP (softener) : 20 g/l
• Asam asetat 98% : 2 g/l (pH 5)
• Invadine PBN (zat pembasah) : 0.2%
• Vlot : 1:8
• Temperatur dan Waktu (dipping) : 30°C dan 40
menit
• Pemanas awetan (curing) : 140°C, selama 12
menit
Fungsi zat yang digunakan:
• Senyawa fluorokarbon (NT-X 293 : untuk
memberikan efek tolak air dan tolak minyak
• Resin tahan kusut (Sedgeres PCR2): untuk
memberikan sifat tahan kusut kain kapas
• Softener (Ultratex REP) : untuk memberikan
efek lembut kain kapas
• Asam asetat 98% : katalis, untuk membantu
polimerisasi resin
• Zat pembasah (Invadine PBN): untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan
Tahapan proses:
• Kemeja dengan berat tertentu dimasukkan ke
dalam rotary washer.
• Larutan zat-zat yang digunakan disemprotkan ke
dalam mesin rotary washer, proses dilakukan
selama 40 menit pada temperatur ruangan.
• Pengeringan pendahuluan dilakukan pada
temperatur 100 °C selama 10 menit pada mesin
tumble dry
• Penyetrikaan bahan dilakukan dengan seterika
uap atau Veilt kemeja.
• Pemanasawetan dilakukan pada temperatur 140
°C selama 12 menit pada mesin curing garmen.
Rotary washer
Skema mesin cuci
 Keterangan gambar
1. Panel mesin
2. Motor penggerak
3. Saluran uap
4. Tempat memasukkan zat
kimia
5. Tempat garmen yang
dicuci
6. Saluran air
7. Pembuangan air
8. Tempat memasukkan
bahan
Skema Ms. hydroextractor
Keterangan gambar
1. Motor listrik
2. Sabuk pemutar
3. Tempat memasukkan
bahan
4. Poros pemutar
5. Lubang keluarnya air
buangan
6. Penyangga mesin
Skema Tumble dry
 Keterangan gambar
1. Panel mesin
2. Motor pemutar
3. Poros pemutar
4. Saluran uap
5. Tabung pengeringan
Veilt untuk kemeja
Curing garmen
Curing garmen
Veilt blazer
Veilt garment
Storm wear
• Penyempurnaan celana panjang
kapas storm wear untuk
memperoleh sifat tolak air, tolak
minyak dan tahan kusut.
Contoh resep storm wear
• NK Guard (seny. Fluorokarbon) : 65 g/l
• NK assist (Katalis) : 10 g/l
• Sedgeres PCR2 (resin anti kusut) : 60 g/l
• Ultratex REP (softener) : 20 g/l
• Asam asetat 98% : 2 g/l
• Invadine PBN (zat pembasah) : 0,2%
• Vlot : 1:10
• Temperatur dan Waktu (dipping) : 30 °C
dan 40 menit
• Pemanas awetan (curing) : 155°C, selama 14
menit
Press kemeja
Veilt celana
Veilt kemeja
Veilt kemeja
Perhitungan garmen
& resep per cycle
Rotary washer
Dosen:
Nyi Mas Susyami Hitariyat, S.Teks.M.Si
Istilah & pengertian dalam Resep
 Vlot atau liquor ratio
 WPU (wet pick up) atau Efek peras
 % owf (of weight fabric) atau % terhadap berat
bahan/kain/garmen
 g/l atau gram per liter
 Dipping (perendaman)
 Pre drying atau pengeringan awal
 Curing atau pemanas awetan
 Washing atau pencucian
 Soaping atau penyabunan
 Reduction clearing atau cuci reduksi
Vlot atau liquor ratio :
Untuk pencelupan/penyempurnaan metode exhaust
(perendaman)

 Banyaknya larutan celup (air dan semua zat pembantu) dalam liter yang
diperlukan untuk mencelup bahan sebanyak 1 kilogram atau

 Perbandingan banyaknya larutan celup (liter) dengan 1 kilogram bahan


yang akan dicelup
Jika larutan celup tidak seimbang dengan jumlah bahan yang akan dicelup
dapat mengakibatkan terjadinya :
 Bila kurang : Belang karena bahan tidak terendam sempurna, warna
menjadi lebih tua (untuk jenis zat warna tertentu)
 Kebanyakan : Hasil rata karena bahan teredam sempurna , (warna
menjadi lebih muda (untuk jenis zat warna tertentu)
WPU (wet pick up) atau efek peras :
Untuk pencelupan atau penyempurnaan metode kontinyu
 Jumlah larutan resin yang terbawa oleh kain setelah keluar dari padder dinyatakan
dalam % atau
 Perbandingan antara berat larutan celup atau resin yang terbawa oleh
kain setelah keluar dari padder dengan berat awal kain dinyatakan dalam
%
Umumnya kain terbuka lebar secara sempurna serta tidak ada lipatan dan
dirapihkan dalam bentuk tergulung dalam suatu rol penggulung yang
dipersiapkan untuk keperluan tersebut.
 WPU untuk kain yg terbuat dari serat hidrofil lebih besar daripada wpu kain
yang terbuat dari serat hidrofob
 WPU dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan larutan padding
 Padding adalah proses impregnasi larutan pada permukaan kain, Jadi
dalam hal ini zat-zat yang akan diimpregnasikan hanya menempel pada
permukaan kain.
% owf (of weight fabric) atau % terhadap
berat bahan/kain/garmen

Contoh :
 Berat kain 170 g
 Zat pembasah 2%
 Resin anti kusut 10 %

Maka :
Kebutuhan zat pembasah 2 % sebanyak 2/100 x 170 g = 3,4 g
Kebutuhan resin anti kusut 10 % sebanyak 10/100 x 170 g = 17 g
g/l atau gram per liter
Contoh
 Berat 1 piece kemeja : 200 g
 Vlot 1 : 10
 Resin antikotor : 100 g/l
 Asam asetat : 5 g/l
Asumsi semua berat jenis zat maupun air =1
Maka :
Banyaknya larutan yang diperlukan adalah 10 x 200 g = 2.000 g = 2.000 ml = 2 l
Jumlah resin anti kotor = 100 g/l x 2 l = 200 g
Jumlah asam asetat = 5 g/l x 2 l = 10 g
Jumlah air yang diperlukan adalah (2.000 – 200 – 10 ) = 1.790 ml
SOAL : Penyempurnaan anti kotor dan anti kusut dengan label Repellent
Protection & Best non iron pada Celana Chino yang terbuat dari serat Kapas
100% dilakukan dengan menggunakan resep:

 Repellant KFC (resin Fluorokarbon) : 100 g/l


 Knittex FEL (resin anti kusut) : 60 g/l
 Knittex MO (katalis) : 12 g/l
 Ultratex STS-D (silicon micro emulsion) : 10 g/l
 Asam asetat 50% ( co-katalis pH 4,5) : 4 g/l
 Invadine PBN (zat pembasah) : 3 %
 Vlot : 1:10
 Waktu perendaman (dipping) : 40 menit, temperatur
ruangan
 Pengeringan awal : 100°C, selama 2 menit
 Pemanas awetan (curing) : 150°C, selama 12
menit
Diketahui:
Berat 1 Celana chino 250 g
Kapasitas Mesin Rotary washer 420 kg
Berat jenis zat kimia (semuanya) dianggap 1,0

Pertanyaan:
Hitunglah jumlah celana chino yang bisa
diproses dalam satu kali proses di mesin Rotary
washer tersebut
Hitunglah jumlah air dan jumlah masing-masig
zat yang diperlukan pada 1 cycle proses di
Mesin Rotary Washer tersebut
Jawaban :
 Mari kita hitung bersama ....
 Siapkan kertas, ballpoin dan kalkulator

 Jumlah celana per cycle proses adalah.....


Fungsi zat yang digunakan:
 Repellant KFC (resin Fluorokarbon) : untuk memberikan efek
tolak air dan tolak minyak (anti kotor) celana chino
 Knittex FEL (resin anti kusut) : untuk memberikan sifat tahan
kusut celana chino
 Knittex MO (katalis): untuk mempercepat reaksi resin anti kusut
dengan serat kain celana chino
 Ultratex STS-D (silicon micro emulsion) : untuk memberikan efek
lembut kain celana chino
 Asam asetat 50% ( co-katalis pH 4,5) : katalis, untuk membantu
polimerisasi resin
 Invadine PBN (zat pembasah) : untuk menurunkan tegangan
permukaan bahan, memudahkan penetrasi zat-zat kedalam
bahan
Tahapan proses:
 Celana Chino sebanyak .... pieces dimasukkan ke dalam rotary
washer.
 Zat-zat ditimbang dan dilarutkan pada “bak“ diaduk sampai homogen
selama 10 menit dan larutan dan air yang dibutuhkan disemprotkan
ke dalam mesin rotary washer,
 Proses penyempurnaan (dipping) dilakukan pada temperatur
ruangan. selama 40 menit
 Pengeringan pendahuluan dilakukan pada temperatur 100 °C selama
2 menit (pada mesin RW atau mesin tumble dry)
 Penyetrikaan bahan dilakukan dengan seterika uap atau Veilt celana.
 Pemanasawetan dilakukan pada temperatur 150°C, selama 12 pada
mesin curing garmen.
Mesin Rotary washer:
Mesin Curing garmen
Veilt garment
Press garment
Veilt celana , veilt kemeja
Veilt blus, veilt blazer
Penyempurnaan
pegangan &
kenampakan kain
(Handling &
Appearance)
Pelemasan,
Pelembutan, Langsai
SILICONES
What is SILICONE ?

• Silicones are polymers that include silicon together with carbon, hydrogen, oxygen
and sometimes other chemical elements.

• Silicones are also called polysiloxanes.

• Silicones are used in a very wide diversity of applications.


Especially in textile industry, silicones represent
important auxiliaries for processing and finishing.
SILICONE SOFTENERS FOR TEXTILE AUXILIARIES
• Aminofunctional polydimethylsiloxane

… Far most important type of silicone used in textile auxiliaries


CH3 CH3 CH3 CH3
X – Si –- O – Si –----- O – Si –----- O – Si – X
n
CH3 CH3 (CH2)3 CH3
NH
CH2
CH2
NHm2

X = -OH or -OR or –(CH3)

… Used widely as softener in the finishing process


PENYEMPURNAAN PELEMASAN
Tujuan utama :
Meningkatkan sifat estetika tekstil
▪ Memberikan kain pegangan yang diinginkan;
seperti lunak, lembut, halus, elastis
▪ Ini akan berpengaruh terhadap sifat alamiahnya
seperti antistatik, hidrofilik properti, elastisitas,
penjahitan, ketahanan abrasi dll.
▪ Pada serat sintetis akan menyebabkan
perbaikan handling, antistatik, kehalusan

4
Mengapa dilakukan proses
pelemasan ?
Ketika bahan tekstil diproses secara mekanik
dan kimia yang membuat permukaan
materialnya kasar.
Sebagai contoh:
 Pemasakan dan pengelantangan
 Finishing resin dari bahan tekstil juga
memberikan tingkat kekakuan
 Sabun tekstil materi juga menambah kekasaran
pada bahan.

5
Persyaratan pelembut tekstil :
Sifat yang diinginkan dari pelembut tekstil:
▪ Harus mudah dilakukan
▪ Harus memiliki kompatibilitas yang baik dengan
bahan kimia lainnya.
▪ Tidak mempengaruhi arah warna bahan
▪ Tidak mempengaruhi ketahanan luntur bahan
yang dicelup.
▪ Tidak menyebabkan efek menguning pada bahan
yang dicelup dan bahan jadi
▪ Harus stabil terhadap suhu tinggi.
▪ Harus tidak beracun dan tidak berbahaya
▪ Harus mudah terurai

6
Penyempurnaan pelemasan/pelembutan
bersifat:

• Sementara apabila hasilnya hanya tahan


kurang dari 4 kali pencucian.
• Semi permanen, bila hasilnya tahan 4-10 kali
pencucian.
• Permanen, bila hasilnya tahan lebih dari 10
kali pencucian.
Zat pelemas:
• kelemasan, kehalusan, pegangan yang penuh
dan lembut serta kesupelan bahan tekstil.
• terjadinya penurunan koefisien gesekan
antara serat atau filamen-filamen dalam
benang.
• zat yang mengandung lemak atau minyak,
yang bisa digunakan sendiri atau ditambahkan
dengan zat penyempurnaan lain.
Pelemas dibuat dari bahan alam, malam,
minyak dan berbagai jenis sabun.
• bahan sintetik lebih praktis dan memberikan
hasil yang lebih baik dari zat pelemas alam.
• minyak-minyak sulfonat, lebih stabil dalam
air sadah.
• senyawa lemak yang lebih substantif dapat
digunakan dalam bentuk larutan yang
diencerkan dengan cara pengerjaan secara
perendaman.
Zat Pelemas
▪ Senyawa anionik biasanya diproduksi melalui
ion sulfatisasi atau fosfatisasi senyawa lemak.
▪ Melalui pengenalan kimia silikon untuk
finishing tekstil, polisiloksan memiliki peranan
penting dalam proses pelemasan
▪ Semua silikon berbasis polimer dengan Si-0-
yang berselang
▪ Di satu sisi viskositas minyak berbeda dan
karenanya dalam medium berat molekul dan
di sisi lain melalui gugus samping fungsional
yang berbeda dalam polimer.
▪ Gugus amino polisiloksan telah menjadi
kelompok produk yang paling penting di
dalam bahan pelemas
10
Contoh zat pelemas

11
Dua jenis utama dari asam-asam lemak adalah
CnH2n+1 dan CnH2n-1COOH, pada umumnya alkohol
lemak, adalah senyawa jenuh dengan CnH2n+1OH
Sifat-sifat zat pelemas
• sebagai zat aktif permukaan (zap)mempunyai
sifat umum sebagai koloid, kelarutan dan lain-
lain.
• Molekul zap terdiri dari dua gugus penting yaitu
gugus liofil (menarik pelarut) dan gugus liofob
(menolak larutan)
• Gugus liofob terdiri dari rantai alifatik atau
aromatik, atau gugus alkil (paling sedikit 10
atom karbon).
•Dalam air sebagai media pelarut gugus liofil
disebut hidrofil dan gugus liofob disebut
hidrofob. Pada waktu terjadi penyerapan pada
serat, gugus hidrofob memberikan memberikan
sifat-sifat tertentu yang baik, seperti pegangan
lemas dan lembut. Sedangkan gugus hidrofil
lebih banyak menentukan sifat-sifat kimia fisika
dari gugus hidrofob tersebut. Pada konsentrasi
tinggi, partikel koloid akan menggumpal
membentuk suatu agregat yang disebut misel.
Ada dua macam misel, yaitu misel sferik dan
misel lamelar.
• Sifat pelemas
Sebagian zat aktif permukaan mempunyai sifat
khusus yaitu pembentukan film pada permukaan.
Suatu molekul yang mempunyai struktur polar-non
polar seperti juga zat pelemas cenderung
membentuk lapisan film pada permukaan.
Penggolongan zat pelemas
1. Emulsi minyak, lemak dan lilin
2. Sabun
3. Minyak sufonat
4. Sulfat alkohol
5. Kondensasi asam lemak
6. Rangkaian amonium kuartener
Zat pelemas pada pokoknya adalah minyak atau
lemak dengan rantai panjang yang memiliki daya
penetrasi.
• penelitian para ahli: zat pelemas yang paling
baik adalah zat aktif permukaan.
• Berdasarkan sifat pengionan zat aktif
permukaan dalam air, zat pelemas terbagi
menjadi empat golongan:
• zat pelemas anionik, kationik, nonionik dan
amfoterik.
Zat pelemas anionik
• minyak sulfat, seperti minyak jarak, minyak zaitun
dan minyak kacang kedelai.
• Dipakai bersama-sama dengan zat
penyempurnaan lain walaupun substantifitasnya
kecil
• membentuk lapisan film tipis pada permukaan
serat sehingga daya tahan cucinya kurang baik.
• Tidak memberikan efek kekuning-kuningan,
pada pemakaiannya dapat disatukan dengan zat
pemutih optik dalam pemutihan serat.
Zat Pelemas Anionik

▪ Berorientasi molekulnya dengan


membawa muatan negatif
▪ Akan menjauh dari permukaan serat
yang negatif, sehingga memberikan
efek sifat hidrofobitas lebih tinggi,
namun efek pelembutan kurang baik
dibandingkan pelemas kationik
17
Zat pelemas anion adalah yang terbuat dari:
• Sabun pelemas, sabun untuk pelemas yang
terbuat dari lemak dengan alkali, seperti asam
stearat dengan kalium menjadi sabun kalium.
Contoh: C17H35COOK
• Minyak larut, sulfonat dan minyak sulfat
• Sulfat alkohol, hasil reaksi asetil alkohol dengan
asam sulfat kemudian dinetralkan natrium
hidroksida.
• Kondensat asam lemak. Kondensat dengan gugus
amino, kondensat dengan gugus oksi, kondensat
dengan gugus inti aromatik.
Zat pelemas anion terbuat dari :

▪ Sabun pelemas, sabun untuk pelemas


yang terbuat dari lemak dan alkali
▪ Minyak larut, sulfonat dan minyak sulfat
▪ Sulfat alkohol, hasil reaksi asetil alkohol
dengan asam sulfat kemudian dinetralkan
dengan natrium hidroksida
▪ Kondensat asam lemak, kondensat
dengan gugus amino, kondensat dengan
gugus oksi, kondensat dengan gugus inti
aromatik

19
Zat pelemas kationik

• Dapat bereaksi dengan serat


• Melapisi permukaan serat
• Memberikan efek pelemasan dan tahan cuci yang baik pada
serat alam maupun sintetik
• Sangat baik digunakan untuk bahan yang telah dicelup,
terutama yang telah dicelup dengan zat warna direk dan zat
warna asam, sebab akan memperbaiki ketahanan cucinya
• Memberikan efek kekuningan pada bahan
• Dapat ditambahkan pada larutan yang agak asam, tetapi
tidak boleh dicampur dengan senyawa anion karena akan
bereaksi dan tidak reaktif lagi.
Zat Pelemas Kationik
▪ Kationik yang paling sederhana adalah mono-amina
primer, sekunder, dan tersier serta garam-
garamnya, yang dibentuk oleh netralisasi amina,
biasanya dengan asam asetat.
▪ Reaksi, dengan metil klorida seperti alkilasi, benzil
klorida, dimetilsulfat, dll.
▪ Mengubah amina yang tidak dapat larut menjadi
garam yang larut dalam air, yang lebih aktif daripada
amina asli.
▪ Ketika pelunak amonium kuaterner dilarutkan dalam
air, ia terionisasi menjadi kepala hidrofilik dengan
muatan negatif dan ekor hidrofobik membawa
muatan positif.
▪ Di sisi lain, ketika serat tekstil dimasukkan ke dalam
21
air mereka mendapatkan muatan negatif.
Zat Pelemas Kationik
▪ Ketika serat tekstil dimasukkan ke dalam larutan softener kationik.
▪ Selama perlakuan pelemasan, muatan negatif pada permukaan
serat menarik ekor positif pelembut kationik.
▪ Hal ini menghasilkan residu pelembut pada serat, agak mirip
dengan melapisi serat dengan film berminyak.
▪ Hal ini akan menyebabkan pegangan yang lembut dan permukaan
serat yang lentur dan terlumasi dengan baik.
Sifat softener kationik:
• Kompatibel dengan sebagian besar selesai resin.
• Memiliki kecenderungan untuk mengubah arah warna.
• Ini juga memengaruhi kecepatan lunturnya zat warna tertentu.
• Ini juga menyebabkan perubahan warna pada kain putih.

22
Zat Pelemas Kationik

▪ Berorientasi dengan ujung


menghasilkan muatan positif
▪ Pada serat yang bermuatan negatif
membentuk lapisan baru yang
bersifat hidrofob
▪ Rantai karbon yang memberikan
efek pelamasan dan lubrikasi yang
sangat baik dengan softener kationik

23
Zat pelemas kation adalah:

• Garam amina, contohnya,


C17H33CONH.C2H4N(C2H5)2HCl (Sapamine
CH)senyawa amina dengan jembatan amida.

• Senyawa kuarterner, contohnya R-N(CH3)3+Cl-


Zat pelemas nonionik
• Tidak punya muatan ion
• Tidak reaktif
• Tahan cuci kurang baik
• Banyak digunakan dalam campuran dengan zat pelemas
anion atau kation.
• Tidak dipengaruhi pH, stabil terhadap elektrolit, tidak
terpengaruh oleh air sadah
• Tidak memberikan efek kekuningan
• Dibuat dari lemak dan malam sintetik, bukan dari lemak dan
malam alam
• Seringkali terdapat sejumlah etilena oksida untuk
memberikan sifat hidrofil dan mempengaruhi kelarutan zat
yang dihasilkan.
Zat pelemas nonionik adalah
▪ Polietilena dan emulsi malam
▪ Senyawa etoksigliserida, ester dari
alkohol sulfonat dan asam
▪ poliglikol eter,
▪ poliglikol ester dan
▪ Produk oksietilasi lainnya
▪ Berbagai senyawa silikon

26
Zat pelemas nonionik adalah

▪ Orientasi bergantung kepada sifat


permukaan serat
▪ Bagian hidrofil softener akan tertarik
ke bagian permukaan serat yang
hidrofil
▪ Bagaian hidrofob dari softener akan
tertarik pada permukaan serat yang
bersifat hidrofob

27
Zat pelemas nonionik adalah:

• Polietilena dan emulsi malam

• Senyawa etoksigliserida, ester dari alkohol


sulfonat dan asam

• Berbagai senyawa silikon


Zat pelemas amfoter
• Molekul terdiri dari satu atau lebih rantai
panjang alkil yang diikat pada inti polar, yang
kedua ujungnya mengandung kation dan anion.
• Jumlah kation dan anion memberikan sifat
kutub yang berlawanan tergantung pH larutan,
dimana pH yang rendah molekulnya berubah
menjadi kation, sedang pada pH tinggi
molekulnya berubah jadi anion.
• Mempunyai substantivitas tetapi tidak
permanen seperti zat pelemas kation
Zat pelemas amfoter
▪ Baik untuk efek softening, ketahanan terhadap
pencucian rendah dan antistatis tinggi
▪ Contohnya adalah tipe amina oksida
Sifat:
▪ Terdiri dari satu atau rantai alkil panjang yang
merangkap pada molekul polar yang
mengandung anionik dan kationik
▪ Bekerja berdasarkan pH
▪ pH Netral : Non ionik
▪ pH rendah: Kationik
▪ pH tinggi : Anionik
30
Tipe molekulnya adalah subtitusi asam amino
atau sulfobetayne, contoh :

R’
R” N+ [ CH2]n SO3-
R”’
Zat pelemas silikon
▪ Silikon adalah makromolekul yang tersusun dari sebuah rantai
utama polimer dari atom silikon dan oksigen yang bergantian
dengan grup organik yang melekat pada silicon.
▪ Kemampuan pelembutan silicon berasal dari fleksibiltas
siloksan dan keleluasaannya dari berputar sepanjang ikatan Si-
O
▪ Tidak larut dalam air, dan oleh karenanya harus digunakan
pada kain setelah emulsifikasi atau pelartan menggunakan
pelarut organik.
▪ Memiliki sifat cukup baik terhadap ketahanan luntur terhadap
pencucian.
▪ Menghasilkan lubrikasi dan ketahanan air yang cukup baik
dengan pembentukan film di permukaan serta memberikan
efek pegangan yang halus
32
Zat pelemas silikon

▪ Fleksibiltas dari BM tinggi dari silison alasan TG


rendah – 1000C dan efek pelembutannya
▪ Diyakini adanya kelebihan grup metil dari struktur
OSi(CH3)2- menghasilkan atom oksigen dari luar,
oleh karena itu permukaan kain yang diproses
dengan polidimetilsiloksan kebanyakan adalah serat
non polar dan hidrofob
▪ Untuk serat selulosa, wol, sutera dan poliamida akan
terjadi ikatan hidrogen yang sangat kuat diantara
grup hidroksil atau amina dari serat dengan grup
amina dari silicon yang dimodifikasi

33
Zat pelemas silicon pada serat polar
▪ Ikatan yang terbentuk menjadi tempat bagi
silicon bertempat dan membentuk film yang
merata terdistribusi pada permukaan serat
▪ Ketahanan air yang baik dan pegangan yang
sangat halus dapat diperoleh
▪ Dengan adanya kandungan gugus samping
amina, bagian polisiloksana diantara tempat
silikon berikatan cukup panjang untuk
mempertahanakan fleksibiltasnya

34
Zat pelemas silicon pada serat non-polar

▪ Bila diaplikasikan dengan serat non polar seperti


poliester, bagian hidrofob dari rantai silikon
berinteraksi dengan kuat dengan permukaan serat
yang hidrofob
▪ Grup samping amina yang bermuatan positif dari
rantai silikon saling tolak menolak dan
menghasilkan peningkatan fleksibilitas dari rantai
silikon .
▪ Ini juga menjadi alasan diperoleh pegangan yang
halus dari amino fungsional silikon pada serat non
polar.

35
36
Zat Pelemas Silikon

Sifat :
▪ Mahal
▪ Memberikan perbaikan kekusutan
▪ Polydimethilsiloksan PDMS digunakan
sebagai pelemas
▪ Kemudian amino fungsinal silicon
dikembangkan yang memberikan lubrikasi
yang tinggi dengan penggunaan yang
sedikit
▪ Memberikan sifat kelembutan yang baik

37
Mekanisme pelemasan:
• Prinsip pelemasan: memberikan lapisan lemak
atau minyak hidrofob membentuk suatu lapisan
tipis pada bahan yang mengakibatkan pengecilan
gesekan antara elemen bahan yang
berdampingan.
• Lapisan lemak yang terbentuk dihasilkan oleh
adsorpsi zat pelemas pada permukaan bahan
• Zat pelemas: surfaktan yang dapat mengaktifkan
permukaan, cenderung untuk berkonsentrasi
pada permukaan atau antar muka.
Suatu molekul pada permukaan atau
antar muka mengalami
ketidakseimbangan gaya, maka untuk
mendapatkan keseimbangan gaya
molekul menarik molekul lain.
• Teradsopsinya molekul lain pada antar
muka menyebabkan penurunan tegangan
permukaan sehingga adsorpsi akan terus
berlangsung sampai energi bebas
minimum.
MEKANISME PELEMASAN

40
Faktor-faktor yang mempengaruhi
mekanisme adsorpsi zat pelemas:
• struktur molekul zat pelemas dan
penyusunnya,
• sifat alamiah dan struktur gugus
pada permukaan padatan
• lingkungan fasa air.
Zat pelemas yang merupakan zat aktif
pemukaan mempunyai struktur amfifilik yang
mempunyai dua jenis gugus dengan sifat yang
berlawanan yaitu gugus polar (hidrofil) dan
gugus tak polar (hidrofobik).
• Dalam air pelemas ini akan larut karena gugus polar
akan membentuk ikatan hidrogen dengan air.
• Larutan ini larutan nyata karena gugus hidrokarbon
yang tidak polar tidak tertarik oleh air, melainkan
membentuk suatu film dimana gugus hidrokarbon
menghadap film sedangkan gugus polar menghadap
air.
Gaya-gaya yang ditimbulkan oleh sifat dan struktur zat
pelemas keluar dari lingkungan pelarut air dan
kemudian teradsorpsi pada permukaan serat,
sehingga didapat suatu keadaan dimana gugus hidrofil
zat pelemas akan tertarik masuk oleh gugus hidrofil
serat, sedangkan gugus hidrofobnya tertinggal pada
permukan serat.
• Gugus hidrofob pada permukaan ini akan memenuhi
prinsip agregrasi rantai membentuk kelompok dengan
gugus hidrofob lainnya ke arah panjang horizontal
berupa lapisan film menutupi permukaan.
• Molekul yang teradsorpsi dapat mengadakan ikatan
fisik dengan serat atau ikatan kimia, tergantung jenis
zat pelemas yang digunakan.
Efek pelemasan makin baik bila kedudukan
molekul pelemas makin rapat.
• Pada beberapa jenis pelemas kerapatan
molekul pelemas akan tercapai antara
lain dengan bantuan proses curing
(pemanasawetan), karena suhu curing
yang disertai tekanan seperti pada
kondisi proses curing dapat mendesak
molekul pelemas ke pori benang.
Mekanisme pembentukan lapisan
film:
• zat pelemas nonionik dengan gugus hidrofob
cenderung mendekati serat dan menempel di
permukaan serat tersebut,
• gugus hidrofilnya menghadap keluar.
• zat pelemas akan bersifat menurunkan tegangan
permukaan dimana posisi molekul tegaklurus sampai
titik tertentu,
• zat pelemas ini akan membentuk lapisan ganda
sehingga tekanan permukaan naik.
• Pada serat poliester yang terjadi adalah interaksi
hidrofobik dimana gugus hidrofob mendekati serat
sedangkan gugus hidrofil menghadap ke larutan.
Contoh zat pelemas
(senyawa kimia & nama dagang)
Senyawa kimia Nama dagang Produk Serat
Amonium kuarterner Softener PT Sayap Mas Semua jenis serat
klorida (kationik) Utama
Polisiloksan (kationik Solusoft WMAH Liq Clariant Sintetik, Selulosa, wol,
dan nonionik) sutera & campuran
Amino polisiloksan Stockosoft SN-L Stockindo Sintetik dan selulosa
PET Resin (nonionik) Apole ES-510 Inkali Selulosa, poliester dan
Apole ES--550 campurannya
Micro silicone Silicone AM 202 Inkali Selulosa, poliester,
emulsion (kationik) Silicone AM 2020 dan campurannya.
Alkyl sulfonate GA - 700 Inkali Poliester, acrylic,
Sulfosuccionate campuran PET
Polyamine & fatty acid Sunsoflon FK-21 Poliester, nylon,
(kationik lemah) Sunsoflon FKT acrylic, campuran .
Keuntungan zat pelemas anionik
▪ Dapat diaplikasikan pada selulosa dan campurannya
▪ Tidak permanen dan tidak tahan terhadap pencucian
berulang
▪ Tidak stabil dalam air sadah
▪ Tidak memiliki afinitas yang baik terhadap selulosa
▪ Kompatibel dengan direct dyes, optical brightener, starch,
etc.
▪ Sifat pembasahan yang baik
▪ Stabilitas yang baik terhadap panas
▪ Tidak menimbulkan efek yellowing
▪ Cocok untuk lubrikasi benang

47
Kerugian zat pelemas Anionik

▪ Memberikan efek temporer


▪ Kelembutan kurang baik
▪ Karena substantifitas rendah ,
sehingga penggunaan menjadi tinggi

48
Keuntungan Zat pelemas Kationik
▪ Meningkatkan lubrikasi dari benang
▪ Mengurangi penurunan sifat setelah penyempurnaan
▪ Bersifat permanen
▪ Bisa digunakan sebagai antistatic agent terutama
untuk serat sintetik
▪ Pegangan lembut, halus
▪ Substantif pada semua serat
▪ Tidak mempengaruhi terhadap ketahanan luntur
basah meningkatkan kekuatan sobek, ketahanan
gosok

49
Kerugian zat pelemas kationik

▪ Akan bereaksi dengan gugus anionik


membentuk presipitat, sehingga kurang sesuai
dengan gugus zat anionik
▪ Amina bebas akan berpotensi menyebabkan
efek kekuningan dan merubah arah warna atau
ketahanan terhadap sinar
▪ Bereaksi dengan sisa klor dari larutan
pengelantangan

50
Keuntungan zat pelemas Nonionik
▪ Bisa digunakan pada semua jenis serat
▪ Softener nonionik kompatibel bila digunakan
dengan kationik, zat anionik, kanji dan resin.
▪ Tidak menimbulkan efek yellowing
▪ Kompatibel dengan silikon dan produk kationik
dalam proses finishing
▪ Tidak mempengaruhi terhadap ketahanan
luntur
▪ Memberikan efek bulky

51
Kerugian zat pelemas Nonionik

▪ Bersifat temporer
▪ Harga relatif mahal
▪ Tidak mudah larut dalam air

52
SILICONE FOR TEXTILE AUXILIARIES
• Two types of silicone emulsion
Penyempurnaan
kenampakan
& pegangan
Caoting - Pengkakuan –
Kain keras - Interlining
Penggunaan kain lapis lekat adalah untuk
mendapatkan bentuk (shape & form)dan
peningkatan nilai estetika pakaian jadi.
Kain dengan pegangan/kenampakan kaku dan
diberi zat pengisi dilakukan untuk menaikkan
beratnya.
• Pengkakuan/pemberatan bahan tekstil dapat
divariasikan tanpa batas dan memungkinkan
untuk menaikkan berat hingga 200% - 300%,
meskipun hal ini menggunakan bahan-bahan
tertentu.
• Yang diperlukan dari produk : keawetan bentuk
dan ukurannya
• Sifat yang dihasilkan : tahan cuci berulang atau
tidak tahan cuci, tergantung penggunaan akhir
produk tersebut.
Metoda yang digunakan:
1. Kain kapas dilewatkan pada larutan asam
sulfat konsentrasi tinggi, kemudian dengan
segera kain dilewatkan pada air dingin dan
dicuci untuk menambah aksi selanjutnya
pada kapas.
• Hasil kain kapas menjadi kaku dan tahan
pencucian, tapi proses ini berbahaya dan
harus dikontrol dengan cermat kondisi
waktu, suhu dan konsentrasinya.
2. Penggelatinan, dengan menutup permukaan
serat kapas dengan cara pelapisan.

• Hasil kain kapas menjadi kaku, mudah dicuci


pada air dingin kain akan lemas dan pada
pengeringan menjadi keras kembali.
• Efek kaku dan tidak berubah pada pencucian
berulang.
3. Pelapisan tipis (fine coating)

• Bahan tekstil diberi lapisan polimer tinggi dalam


bentuk larutan dan/atau dispersi dalam jumlah 5-
40 gram padatan/m2, tetapi sifat bahan dasarnya
masih dapat dipertahankan.
• Prosesnya dapat dikerjakan sebelum atau
sesudah atau digabungkan dengan proses
penyempurnaan biasa, seperti tahan kusut, tahan
kotor, dsb.
• Efek kain menjadi tidak transparan &
penambahan berat kain.
DEFINISI
• Coating adalah penerapan zat kimia yang sesuai
untuk membentuk lapisan senyawa pelapis pada
substrat.
• Coating adalah proses di mana lapisan polimer
diterapkan langsung pada salah satu atau kedua
permukaan kain.
POLIMER YANG DIGUNAKAN
UNTUK COATING
 • Polyvinyl chloride  Styrene butadine
 (PVC) rubber(SBR)
• Polyvynilidene  Natural rubber (NR)
 chloride (PVDC)  Silicone
 • Polyurethane  Polyolefins ,
 (PU) Acrylic Polypropylene
• Ethylene vinyl
 acetate (EVA)
• Poly tetra fluoro
ethylene (PTFE)
PHYSICAL FORMS OF
COATING COMPOUNDS
 Solvent based systems

 Waterbased systems-dispersions and emulsions.

 100% solids materials -Film, Powder, Hot Melt.


COATING PROCESS

Process flow diagram of coating


SUBSTRATE
• Berbagai macam bahan tekstil digunakan sebagai substrat untuk
kain proses coating.
- Kain tenun
- Kain rajut
- Nirtenun (Non woven )
• Cotton, Rayon, Nylon, Polyester dan campuran seperti polyester
dengan kapas atau rayon digunakan sebagai substrat.
• Polypropylene dapat juga digunakan sebagai serat pilihan karena
berat jenisnya yang rendah, sifat kekuatan, sifat kimiawi inert dan
biaya rendah.
PEMILIHAN KAIN
Aspek yang dipertimbangkan :
• Kekuatan dan modulus
• Perilaku menyebar (creep behaviour)
• Ketahanan terhadap asam dan bahan
kimia Persyaratan adhesi
• Resistensi terhadap serangan
mikrobiologis
• Durability
• Satbilitas dimensi
• Biaya
Parameter untuk Keseragaman
Proses Coating
Parameter yang diperlukan untuk keseragaman dalam
penambahan zat coating adalah sebagai berikut:
• Ketegangan substrat
• Viskositas bahan pelapis
• Keseragaman substrat dan porositas
• Setiap variasi dalam parameter ini dapat
menyebabkan lapisan yang tidak seragam.
• Rentang lapisan dibatasi ketebalannya sekitar 0,02
hingga 0,5 mm
 .
APPLICATIONS FOR COATED
FABRICS
 Agriculture - Bulk containers, Fencing,
Seed/crop covers, Bags, Irrigation systems, Pond
liners.
 Construction - Safety fencing, wind cover,
Safety vests, Hose, Conveyer Belting, Drainage
ditches, Architectural Structures.
 Clothing - Shoe uppers and linings, Artificial
leather, Rainwear ,Garment linings, Water/stain,
repellants, Gloves, Hats.
 Geotextiles - Settling pond
liners, Irrigation liners,
Landfill liners & covers,
Soil stabilizers, Erosion
barriers.
 Home Furnishings –
Upholstery, Trim, Carpet
backing, Drapery backing,
Bedding, Artificial leather.
 Industrial - Conveyor belts,
Filtration, Barrier materials,
Field covers.
 Medical – Implants, plaster, Gloves,
Upholstery.
 Transportation - Seating/Trim for,
automotive, trucks, aircraft, buses,
Belts,Tires, carpet, airbag.
 Sport/Leisure - Athletic shoes,
Artificial leather/bags/belts, Rainwear,
football.
 Protective – Gloves, Aprons, Chemical
Suits, Footwear Space Suits, Ballistic
Protection.

 Packaging - Bulk containers,Gas


holding, Barrier packaging, Liquid bulk
storage/hauling, Waterproof materials
ADVANCED COATING TECHNIQUES

 Atmospheric Plasma Coating


 Phase Change Material Coating
ATMOSPHERIC PRESSURE PLASMA COATING

 Water-repellent and self-cleaning coatings can be produced with


the aid of atmospheric-pressure plasma processes.
 The basis of these coatings is aA microstructured surface which
has been provided with a hydrophobic top layer.
PHASE CHANGE MATERIALS
 Phase change materials (PCM) take advantage of latent heat that
can be stored or released from a material over a narrow
temperature range. Working principle of PCM :

Figure . Perubahan Fasa Metrial dengan


Perubahan Suhu
 Sifat dari PCM ini akan berguna untuk membuat tekstil
pelindung di semua musim.
 Serat, kain dan busa dengan PCM dapat menyimpan
panas yang dihasilkan tubuh kemudian melepaskannya
kembali ke tubuh, sesuai kebutuhan.
 Coating, laminasi, finishing, pemintalan leleh, ekstrusi
serat sintetis bikomponen, pencetakan, teknik busa
adalah beberapa proses yang nyaman untuk
penggabungan PCM ke dalam matriks tekstil.
Phase change material
Impregnasi (perendamperasan):
• Dalam proses pelapisan tipis (fine coating)
dikerjakan dengan cara impregnasi (perendam-
perasan), yang dilakukan dengan cara
melewatkan kain dalam bak perendaman dan
kemudian diperas dengan rol-rol pemeras dari
mesin padder.
• Tekanan rol harus tetap sama.
• Tujuan pemerasan adalah untuk membuang
pelapisan tipis yang berlebih, mencegah
kekusutan dan memasukkan larutan pelapisan
tipis (fine coating) kedalam kain dengan tetap dan
tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
larutan pelapisan tipis:
1. Zat- zat yang terdapat pada kain, seperti
kanji, zat warna, minyak, dsb.
2. Tegangan permukaan dari larutan
3. Suhu dari larutan
4. Lama perendaman dan kecepatan kain
5. Besarnya regangan pada kain
6. Bulu-bulu kain
7. Tetal kain atau berat kain per satuan panjang.
4. Proses fusing
• Proses perekatan interlining pada bagian-bagian
tertentu garmen, seperti kerah (top collar),
penyangga kerah (collar band), manset (cuff) dan
plaket (front strap) dengan menggunakan mesin
fusing pada suhu, tekanan dan waktu tertentu.
• Proses fusing akan menentukan kekuatan rekat
dari bahan yang dihasilkan, juga akan
menentukan ada atau tidaknya cacat yang akan
ditimbulkan.
Contoh fusible interlining untuk jaket,
jas pria
Contoh penggunaan interlining untuk
jaket, gaun, blus, rok & celana wanita
Interlining
Fusible interlining atau interlining

• Suatu kain lapis yang biasanya pada (satu)


permukaannya dilapisi dengan polimer,
dimana polimernya bersifat termoplastik.
• Dapat menempel ke bahan lainnya dengan
cara diberi pemanasan dan tekanan selama
waktu tertentu.
FUSING
• Proses fusing merupakan salah satu metode
alternatif pelapisan kain yang banyak digunakan
untuk pemasangan interlining.
• Fusing adalah proses memasang atau
memperbaiki interlining yang digunakan untuk
memperkuat dan mengontrol area garmen
seperti collar, hem, facings dan bagian depan
jaket dan coats.
Fusible Interlining
• Interlining yang digunakan antara dua
lapisan kain dengan menggunakan panas
dan tekanan untuk waktu tertentu disebut
Fusible Interlining.
• Interlining yang dapat menyatu digunakan
untuk semua jenis pakaian.
Jenis fusible interlining
Berdasarkan lapisan resin dan sifatnya, fusible
interlining dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Polyethylene coated interlining
Polyamide coated interlining
PVC coated interlining
Polyester coated interlining
Polypropylene coated interlining
PVA coated interlining
Diagram Alir Proses Fusing Garment
Bagian garmen yang akan diproses digelar

Permukaan interlining yang diresin diposisikan
untuk pemberian tekanan dan suhu

Resin pada pelapisan interlining meleleh oleh
panas masuk ke kain dengan tekanan

Resin akan menjadi dingin dan mengeraskan
kedua kain dan interlining sudah menempel
Fusing Equipements
• Pengoperasian jenis pengepres ini (Gambar) bergantung
pada sabuk konveyor yang terus bergerak, yang
menggerakkan kain muka dan komponen interlining ke dalam
dan ke luar ruang pemanas.
• Ruang pemanas dari mesin press advance kontinu terdiri dari
beberapa (hingga 7, 9 atau 12) zona pemanas terpisah yang
dikontrol secara individual untuk distribusi panas yang
merata.
• Suhu untuk zona pemanas atas (yang memanaskan
interlining) dan zona pemanas bawah (yang memanaskan
kain muka) dapat disetel secara terpisah dan tepat
menggunakan sistem kontrol panas khusus.
• Ruang pemanas yang panjang dengan beberapa zona
pemanasnya memperpanjang waktu pemanasan dan
memastikan peningkatan suhu secara bertahap sehingga
komponen yang dipotong dapat menyatu dengan sempurna
bahkan di bawah suhu yang lebih rendah, menghindari
penyusutan dan pemudaran kain.
Mesin fusing
Rotary fusing
Bagian mesin fusing:
• Conveyor penyuap
• Elemen pemanas
• Rol penekan (pressing)
• Plat pendingin
• Unit pendingin
Continuous fusing press

1, loading and feed (lower) conveyer belt; 2, upper conveyer belt; 3,


upper heating zone; 4, lower heating zone; 5 and 6, pressure rolls;
7, exit conveyer.
Setting dimensions for each model
• Kapasitas pemanasan dan geometri ruang
pemanas menentukan bahan yang akan diproses
fusing.
• Kain yang lebih ringan membutuhkan kapasitas
pemanas yang lebih rendah dan ruang pemanas
yang lebih pendek dengan zona pemanas yang
lebih sedikit.
• Panas utama harus datang dari sisi kain muka,
agar resin leleh mengalir ke kain muka.
• Untuk kain yang lebih berat, diperlukan kapasitas
pemanasan yang lebih tinggi dan ruang pemanas
yang lebih panjang dengan beberapa zona
pemanas.
• Pemanasan dari sisi atas dan bawah, dengan
kontrol suhu terpisah, memastikan keseimbangan
suhu yang tepat.
Hand iron
• Hanya interlining yang dapat menyatu pada suhu yang
relatif rendah, tekanan rendah, dan dalam waktu yang
relatif singkat yang cocok untuk fusing dengan setrika
tangan.
• Ada sejumlah kesulitan.
• Operator tidak dapat mengetahui suhu di batas resin dan
tidak dapat memberikan tekanan secara seragam.
• Hanya sebagian kecil yang dapat menyatu , dan
kemudian hanya dengan menekan setrika selama
beberapa waktu ke fusible, menutupi area secara
bertahap dan menggunakan uap untuk membantu
perpindahan panas.
Steam press
• Suhu batas resin dicapai dengan uap dari
bagian ujung penekan.
• Suhu yang dicapai tergantung pada
tekanan uap di ujung alat penekan dan
efisiensi pengepres.
• Tekanan disediakan secara mekanis atau
pneumatik Vakum di bagian bawah alat
pres, membantu pendinginan cepat.
Methods of Fusing
• Reverse fusing – Dalam teknik ini, kain luar
ditempatkan di atas fusible.
• Sandwich fusing – Metode ini dapat dilakukan
hanya jika panas diterapkan dari atas dan
bawah fusible seperti pada mesin press
kontinyu horizontal.
• Double fusing – Dalam metode ini, dua jenis
interlining disatukan ke kain luar dalam satu
proses seperti peleburan kerah kemeja dan
bagian depan jaket pria.
Keuntungan interlining bagi pembuat
garmen
• Memperpendek waktu manufacturing
(mengurangi biaya buruh langsung)
• Tidak perlu keterampilan tinggi (mengurangi
waktu pelatihan)
• Lebih mudah untuk mendapatkan kualitas
yang sama
• Mengurangi stitch pucker dan pergeseran
antar bahan saat dijahit
• Garmen kelihatan lebih rapih.
Keuntungan interlining bagi pemakai:
• Daya tahan garmen bertambah besar
• Bentuk garmen akan kembali seperti semula
setelah dry cleaning atau pencucian
• Lebih tahan kusut
Kain dasar (based cloth)
• Substrate atau bahan interlining yang salah
satu permukaannya diberi lapisan resin
termoplastik:

Kain tenun
Kain rajut
Nir tenun (non woven)
Macam-macam kain dasar interlining
Kain tenun:
• Digunakan untuk segala jenis garmen yang
membutuhkan kekuatan, stabilitas dan
jatuhnya kain.
• Harga relatif mahal dibandingkan jenis
lainnya.
Kain rajut:
• Banyak digunakan untuk pakaian wanita
• Pegangan lebih alami dan harga lebih murah
Nir tenun (non woven):
• Harga yang paling murah
Interlining for structure
Sifat garmen yang dipengaruhi oleh
pemilihan kain dasar:
 Pegangan dan keempukan
 Bentuk
 Mengkeret
 Kemampuan kembali dari adanya lipatan
 Kenampakan saat dipakai
 Kenampakan setelah pencucian
 ketahanannya
Faktor yang berpengaruh:
 Suhu :
• Suhu harus seoptimal mungkin agar polimer/
resin dapat meleleh rata pada permukaan kain.
• Bila suhu terlalu rendah, pelelehan polimer akan
jelek dan kekuatan hasil perekatan rendah
• Bila suhu terlalu tinggi, pelelehan polimer akan
berlebih dan menghasilkan kenampakan yang
tidak baik pada kain
Tekanan :
• Tekanan harus rata dan stabil
• Bila tekanan terlalu rendah, akan mengurangi
daya penetrasi polimer terhadap kain
sehingga perekatan kurang kuat.
• Bila tekanan terlalu tinggi, maka daya
penetrasi polimer terhadap kain akan
berlebihan sehingga menghasilkan efek strike
back & strike through
Waktu :
• Perlu waktu yang cukup agar polimer dapat
meleleh rata .
• Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan pemakaian suhu dan tekanan.
• Makin tinggi suhu dan tekanan yang
digunakan makin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk pelelehan polimer.
• Biasanya waktu disesuaikan dengan
kemampuan kain terhadap suhu tinggi dan
target produksi.
Letak polimer di dalam bahan dan
hasil fusing
a. Sebelum proses fusing c. Hasil fusing sempurna
b. Hasil fusing kurang d. Hasil fusing tidak benar
sempurna
Sebelum dan sesudah di- interlining
Urutan proses pelekatan
pada mesin fusing:
1. Mesin dijalankan, atur suhu, tekanan dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan proses pelekatan (fusing)
2. Cek suhu, tekanan dan waktu agar sesuai dengan
kebutuhan
3. Kain & interlining disusun bertumpuk, letakkan diatas
conveyor penyuap
4. Oleh conveyor penyuap, kain & interlining tsb dibawa
menuju bagian pemanasan, bagian pressing dan bagian
pendinginan
5. Setelah melalui bagian pendinginan, kain & interlining
yang telah difusing dibawa keluar mesin oleh conveyor.
Zat-zat yang digunakan:

• Larutan asam sulfat konsentrasi tinggi


• Kanji polivinil alkohol (PVA)
• Polivinil asetat (PVAc)
• Resin poliuretan
• Resin poliakrilat
• Resin polyester
• Resin polyethylene
• Resin polyamide
Polimer:
• Senyawa organik dan mempunyai berat molekul
yang tinggi
• Terbentuk oleh adanya polimerisasi
• Molekul yang sangat besar, tersusun oleh
pengulangan unit kimia kecil yang sederhana atau
monomer
• Polimer liniear, tersusun oleh rantai karbon yang
sangat panjang, bila dipanaskan akan melunak,
karena molekulnya menyerap energi panas dan
dapat bergerak bebas.
Polimer polietilena
• Polimer liniear dari monomer etilena
• Dilapiskan pada interlining dengan tingkat
kepadatan molekul yang berbeda-beda
 Semakin tinggi kepadatan molekul
penyusunnya, semakin tinggi ketahanannya
terhadap panas.
• Tidak larut dalam air
• Bersifat termoplastik (menjadi plastis bila
dilakukan pemanasan
• Mulai melunak pada suhu 145⁰C
Uji hasil dari proses fusing:
1. Delaminasi, cacat akibat interlining tidak
melekat secara permanen pada kain, sehingga
timbul gelembung-gelembung kecil yang
tampak pada permukaan kain. Pada proses
selanjutnya interlining akan terkelupas dari
kain.
2. Mengkeret, terjadi saat pemakaian terlalu
tinggi atau saat pencucian.
3. Kekuatan rekat, bila suhu terlalu rendah maka
kekuatan rekat rendah
Contoh zat pengkakuan kain/kain keras
Senyawa Nama dagang Produk Serat
kimia
Dispersi Appretan AM Semua jenis
Polivinil asetat Ucar latex 401 Dian Kimia serat
(nonionik)
Resin EP 667 BASF Semua jenis
Poliakrilat serat
Binder Voncoat R3310 BASF Semua jenis
kopolimer serat
akrilat
Resin Evafanol AP-12 Semua jenis
Poliurethan serat
(Nonionik)

Anda mungkin juga menyukai