PRAKTEK PENGELANTANGAN II
Praktek IX.
Proses Pengelantangan dan Pemutihan Optik pada kain T/C secara Rendamam
Disusun oleh :
NIM : 184008
2019/2020
A. TUJUAN PRAKTEK
1. Menghilangkan pigmen / wana alam pada kain T/C sehingga diperoleh kain yang
putih dan bersih.
2. Menambah kecerahan atau derakat putih atau memberi arah warna baru pada kain
T/C.
B. DASAR TEORI
Serat Poliester
1. Pembuatan Poliester
Efek panas Tahan panas sampai sekitar 200oC. Meleleh pada suhu sekitar
250oC
Stabilitas dimensi Stabil dalam pencucian setelah mengalami proses heat setting
Poliester meleleh di udara pada suhu 250°C dan tidak menguning pada
suhu tinggi.
j. Tahan sinar
Poliester berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang lama tetapi
kekuatannya terhadap sinar masih cukup baik dibandingkan dengan serat
lain.Di balik kaca tahan sinar poliester juga lebih baik daripada
kebanyakan serat.
k. Mengkeret
Benang terylena apabila direndam dalam air mendidih akan mengkeret
sampai 7% atau lebih. Dakron dalam perendaman selama 70 menit akan
mengkeret 10– 14%.Teteron dan trivera dalam air mendidih mengkeret 7 –
10%.
l. Meskipun poliester dapat dibakar, nyala apinya tidak akan menjalar karena
pada saat proses pembekaran diikuti oleh pelelehan yang kemudia akan
terlepas jatuh. Namun demikian, jika poliester dicampur dengan serat lain
yang membantu pembakaran.
3. Penggunaan Poliester
Karena sifatnya yang sangat baik, terutama karena sifat tahan kusut dan
dimensinya yang stabil, poliester banyak digunakan untuk bahan pakaian dan dasi.
Pada penggunaan sebagai bahan pakaian tipis poliester sangat baik dicampur
dengan kapas dengan perbandingan 2.
Karena ketahanan terhadap sinar di balik kaca baik polyester digunakan
untuk kain tirai. Poliester juga digunakan untuk pakaian pelindung dalam pabrik
yang banyak menggunakan asam dan sebagai benang ban, karena sifat polyester
yang tahan terhadap asam.
Kegunan lain dari polyester adalah untuk kaos kaki wanita, pipa pemadam
kebakaran, tali temali, jala, dan kain layar terpal.
d) Lilin
Lilin adalah zat-zat yang diekstraksi dari kapas dengan menggunakan
pelarut-pelarut organik.Lilin ini tersebar ke seluruh dinding primer
sehingga merupakan lapisan pelindung yang tahan air pada serat-serat
kapas mentah. Adanya lilin dalam serat akan mempermudah pemintalan
karena bertindak sebagai pelumas, tetapi akan mengurangi geseran
antara serat yang menyebabkan kekuatan benangnya turun.
e) Debu
Debu berasal dari daun, kulit buah dan kotoran-kotoran yang
menempel pada serat.Analis menunjukkan bahwa penyusun utama debu
adalah magnesium, kalsium, kalium karbonat, fosfat, sulfat, khlorida
dan garamgaram karbonat. Pemasakan dan pengelantangan akan
mengurangi kadar debu di dalam kapas.
Sifat-sifat Serat Kapas
a. Warna
Warna kapas tidak sangat putih tetapi kecoklat-coklatan (krem).Hal ini
dipengaruhi oleh cuaca yang lama, debu dan kotoran dapat menimbulkan
warna keabu-abuan maupun tumbuhnya jamur yang dpat membuat kapas
berubah warna.
b. Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa di dalam
serat. Serat kapas dalam keadaan basah kekuatannya makin tinggi. Sebaliknya
serat lain terutama serat buatan dan serat binatang umumnya kekuatan akan
berkurang dalam keadaan basah.
c. Mulur
Mulur serat kapas saat putus tergolong tinggi di antara serat–serat
selulosa lainnya.Serat alam yang mulurnya lebih tinggi dari kapas adalah wol
dan sutra.Mulur serat kapas berkisar antara 4–13%, dengan rata-rata 7%.
d. Keliatan
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda
untuk menerima kerja. Keliatan serat kapas relatif tinggi dibandingkan dengan
serat alam lain, tetapi relatif rendah jika dibandingkan dengan serat wol, sutra
dan selulosa yang diregenerasi.
e. Kekakuan
Kekakuan serat dapat diartikan sebagai daya tahan serat terhadap
perubahan bentuk.Kekakuan serat tekstil dinyatakan sebagai perbandingan
antara kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
f. Moisture regain
Moisture regain serat kapas bervariasi dengan perubahan kelembaban
relatif udara sekelilingnya. Moisture regain serat kapas pada kondisi standar
berkisar antara 7–8,5%. g)
g. Struktur Kimia Serat Kapas
Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur
kimia yang sama. Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan
metilasi yang menunjukan bahwa selulosa pada dasarnya mengandung residu
anhidroglukosa. Subsequent tersebut menyesun molekul
glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-glukopironase dan berikatan
bersama-sama yang dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon
molekulnya. Formula unit pengulanganya menyerupai selobiosa (disakarida)
yang kemudian membentuk selulosa (polisakarida).
SELULOSA
Analisa serat kapas menunjukkan bahwa serat terutama tersusun atas selulosa.
Selulosa merupakan polimer linear yang yang tersusun dari kondensasi molekul-
molekul glukosa yang dihubung-hubungkan pada posisi 1 dan 4.
(Suprapto, 1994)
Dinding sekunder terdiri dari selulosa murni. Zat-zat lain terdapat pada
dinding primer dan sisa-sisa protoplasma didalam lumen. Dinding primer juga
mengandung banyak selulosa.
Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna reaktif dingin berupa ikatan kovalen.
Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam, sehingga
pengerjaan proses pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau alkali.
Kain Campuran
Poliester Kapas
Serat poliester pada saat pembuatanya sudah dalam keadaan bersih, bahkan
beberapa serat poliester sudah mengandung zat pemutih optik. Sehingga pada saat
pencampuran dengan kapas yang berwarna kekuning-kuningan akan jelas sekali
perbedaannya. Persiapan kapas pada kain campuran poliester kapas memerlukan
pengerjaan yang sangat hati-hati karena perbedaan sifat kedua serat.
Proses yang dilakukan bertujuan untuk menaikkan derajat putih dan kilau
kapas sehingga dicapai hasil yang tidak terlalu berbeda dengan serat poliesternya.
Untuk proses persiapan kain campuran poliester kapas dicari kombinasi dari proses
pemasakan dan pengelantangan yang seimbang. Harus diingat bahwa serat poliester
dapat terhidrolisa oleh alkali kuat, sehingga sebaiknya tidak digunakan alkali dengan
konsentrasi yang terlalu tinggi seperti pada proses kain kapas.
Proses persiapan yang dilakukan sama dengan proses persiapan kain kapas,
hanya untuk kain poliesternya perlu dilakukan proses pemantapan panas (heat setting)
untuk menstabilkan dimensi.
Pengelantangan
Pengelantangan dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan menghilangkan
warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain,
sehingga diperoleh bahan yang putih. Pigmen-pigmen alam pada bahan tekstil
umumnya terdapat pada bahan dari serat-serat alam baik serat tumbuhtumbuhan
maupun serat binatang yang tertentu selama masa pertumbuhan.
Sedangkan bahan tekstil dari serat sintetik tidak perlu dikelantang, karena
pada proses pembuatan seratnya sudah mengalami pemurnian dan pengelantangan,
tetapi untuk bahan tekstil yang terbuat dari campuran serat sintetik dan serat alam
diperlukan proses pengelantangan terutama prosesnya ditujukan terhadap serat
alamnya.
Zat Pengelantang
Dalam pertekstilan dikenal dua jenis zat pengelantang yaitu zat pengelantang
yang bersifat oksidator dan yang bersifat reduktor. Zat pengelantang yang bersifat
oksidator pada umumnya digunakan untuk pengelantangan serat-serat selulosa dan
beberapa di antaranya dapat pula dipakai untuk serat-serat binatang dan seat-serat
sintetis. Sedangkan zat pengelantang yang bersifat reduktor hanya dapat digunakan
untuk pengelantangan serat-serat binatang.
(Suprapto, 2005)
Hidrogen peroksida terdisosiasi dalam air seperti terlihat pada pers (2). Ion
perhidroksil yang dihasilkan sangat tidak stabil sehingga mudah terurai membebaskan
ion On yang aktif sebagai zat pengelantang (pers 3). Dengan penambahan alkali maka
kesetimbangan pada persamaan (2) akan mengarah ke kanan, sehingga jumlah ion
perhidroksil akan bertambah dan aktivtias pengelantang bertambah pula (pers 3). `
Dalam waktu yang bersamaan terbentuk pula molekul oksigen yang tidak aktif
seperti pada persamaan (5). Hal ini terjadi apabila dalam suasana asam serta adanya
katalisator (Fe, Cu, Mn).
1. Pengaruh suhu
2. Pangaruh Alkali
2 11,1 12,5
3 11,8 19,0
4 12,2 25,0
5 12,0 59,0
(Suprapto, 2005)
3. Pangaruh Katalisator
4. Pengaruh stabilisator
a. Daya oksidasi hidrogen peroksida yang lebih kecil dibandingkan dengan zat
pengelantang kain, oleh karena itu kemungkinan kerusakan serat lebih kecil
b. Tidak memerlukan proses anti khlor.
c. Hasil derajat putih yang dihasilkan stabil, tidak mudah berubah menjadi
kuning.
d. Stabilitas dalam penyimpanan yang tinggi.
e. Berbentuk larutan yang tidak berbau.
Pemutih Optik
Penambahan pemutih optic hanya dilakukan jika kain yang akan diproses
ditujukan untuk kain-kain putih. Untuk kain campuran dengan menggunakan serat
poliester yang telah diberi zat pemutih optic pada pemintalan, maka zat pemutih
optik hanya diberikan untuk serat kapas.
Larutan pemutih optik bias ditambahkan pada larutan pengelantangan,
sedangkan untuk pemutih optik pada serat poliester biasanya dilakukan bersama-
sama proses pemantapan panas. Sebelum dipanaskan kain direndam peras dulu
dengan larutan pemutih optik.
1. Zat Pemutih Optik berdasarkan golongan:
a. Zat Pembiru untuk memberi arah warna kebiruan pada bahan tekstil,
warna biru menyaparkan warna kuning, mengurangi warna kuning
pada bahan tekstil. Memberi efek kecerahan, zat pemutih masuk pada
permukaan bahan menyerap sinar memberi arah warna baru.
b. Zat Pemutih untuk memberi warna putih atau putih tulang pada bahan
tekstil, untuk menambah kecerahan pada bahan tekstil.
2. Zat Pemutih Optik berdasarkan kelarutan:
a. Anionik yaitu zat pemutih optik yang mempunyai muatan (-) dan larut
dalam air. Biasanya untuk serat selulosa, protein, poliamida.
b. Kationik yaitu zat pemutih optik yang mempunyai muatan (+) dan larut
dalam air. Biasanya untuk serat poliacrilik dan serat protein.
c. Dispersi yaitu zat pemutih optik yang tidak larut dalam air (hanya
terdispersi). Diperuntukkan serat poliester.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Timbangan analitik 1. Kain Poliester kapas
2. Beker glas 2. H2O2 (35%)
3. Pengaduk 3. NaOH (k)
4. Thermometer 4. Na2SiO3
5. Bunsen 5. Pembasah
6. Pipet 6. Sequester-T
7. Dan lainnya. 7. ALKABLANK PCN
8. Deterge
D. RESEP
R1 / Pengelantangan
H2O2 : 5 cc/L R3 / Pemutihan Optik
NaOH : 0,35 g/L ALKABLANK : 0,1 –
PH : 10 0,5 %
Na2SiO4 : 1 g/L Pembasah : 1cc/L
Pembasah : 1cc/L Suhu : 80 oC
Sequester-T : 0,5 g/L Waktu : 20’
Suhu : 80 oC Vlot : 1 : 25
Waktu : 45’
Vlot : 1 : 30
R2 / Pencucian Sabun
Detergen : 2g/L
Suhu : 70-80 oC
Waktu : 10’
Vlot : 1 : 30
Perhitungan :
Berat Bahan : 29,260 g
Vlot : 1 : 30
Kebutuhan Air : 30 x 29,260 g = 877,8 900cc = 0,9 L
Pengelantangan
Pencucian Sabun
E. FLOW PROSES
Kain T/C Pengelantangan Pencucian
oC,
(setelah H.Kanji+Pemasakan) (suhu: 80 t: 45’) (panas,sabun,panas)
G. PROSEDUR
Pengelantangan
1. Ambil kain yang sudah disediakan, benang-benang yang hampir lepas dihilangkan
untuk mencegah terlepas benang dari anyaman kain.
2. Kain yang digunakan adalah kain sudah hilang kanji, untuk memastikannya
lakukan tes hilang kanji dengan larutan kalium iodida sampai menunjukan warna
kuning atau coklat pada titik kain yang ditetesi.
3. Timbang kain T/C setelah hilang kanji dan pemasakan..
4. Hitung resep kebutuhan air, pembasah, sequester-T, Na2SiO3, Na2CO3, H2O2 dan
detergen.
5. Buat larutan proses pengelantangan dengan NaOH PH 10.
6. Ambil beker glass, takar air sesuai kebetuhan, masukan pembasah sesuai
kebetuhan, tambahkan sequester-T sesuai kebetuhan, Na2SiO3 sesuai kebetuhan,
aduk tambahkan NaOH sesuai kebetuhan aduk sampai larut.
7. Ambil kebutuhan air, zat kimia dan zat bantu sesuai kebutuhan dan buat larutan
proses pengelantangan.
8. Panaskan larutan sampai pada suhu 80-85 oC. Setelah suhu 80 oC masukkan H2O2
ke dalam larutan proses pengelantangan aduk rata.
9. Masukkan kain pada larutan untuk diproses pengelantangan selama 1 jam.
Pencucian Panas
Pencucian Panas
1. Dilanjut pencucian sabun, dengan panaskan air sesuai kebutuhan untuk dilakukan
pencucian ditambahkan detergen sesuai dengan kebutuhan dengan suhu 70-80 oC
dengan waktu 10 menit.
2. Setelah selesai proses pecucian sabun, angkat kain dari larutan / ditiriskan.
Pencucian Panas
Kain di potong menjadi 2 yang Kain I langsung dijemur dan Kain II dilakukan
pemutihan optik.
Pengeringan kain
- Kain diangkat dari larutan proses, peras dan lakukan pengeringan dibawah sinar
matahari.
H. HASIL PRAKTEK
Table 1. Derajat Putih Pada Kain Hasil Persiapan
No. Nama Mahasiswa Hasil Derajat Putih
I. DISKUSI ANALISA
Proses pengelantangan dan pemutih optik dikerjakan pada kain T/C perlu
dilakukan, hal ini ditujukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran organik, organik yang
terwujud sebagai pigmen-pigmen warna alami yang tidak bisa hilang hanya dengan
proses pemasakan saja diperlukan proses pengelantangan bahkan pemutih optik ,
Sehingga diperoleh hasil kain yang putih. Pengelantangan dapat dilakukan sampai
memperoleh bahan yang putih sekali, misalnya untuk kain yang akan dijual sebagai kain
putih.
Proses pengelantangan dilakukan dengan sistim rendaman kain T/C pada larutan
H2O2 .Senyawa-senyawa organik dalam bahan yang mempunyai ikatan rangkap
dioksidasi atau direduksi menjadi ikatan tunggal atau menjadi senyawa yang lebih
sederhana sehingga bahan tekstil tersebut menjadi putih. Metoda yang digunakan untuk
proses pengelantangan dapat dilakukan secara baik dengan rendaman selama 30 atau 60
menit dalam suhu larutan yang mendidih.
Untuk mengetahui kotoran pada kain T/C hilang dan layak untuk digunakan
sebagai kain putih dilakukan beberapa cara pengujian, yaitu :
1. Derajat Putih
Pemeriksaan hasil proses pengelantangan dan pemutihan optik dapat
dilakukan secara visual dengan cara membandingkan hasil pengelantangan dan
pemutihan optik apakah pemutihan optik memberi tingkatan putih yang lebih
dibandingkan dengan hanya diproses pengelantangan. Pengelantangan untuk
memutihkan kain T.C ini digunakan H2O2 yang bersifat oksidator, yang bila diuraikan
akan menghasilkan oksigen radikal. Oksigen radikal ini, akan terbentuk pada
kondisi-kondisi tertentu, seperti pada PH 10-12 dengan penambahan alkali. Oksigen
radikal ini akan mengoksidasi ikatan rangkap yang ada pada serat alam kain T/C.
Oksigen radikal merupakan oksigen yang tidak stabil, dimana selalu mencari elektron
dan elektron iniberada pada ikatan rangkap yang ada. Stabilisator akan
memperlambat penguraian H2O2 , H2O2 ini dapat terkatalis oleh ion-ion logam seperti
air karna air dapat mengandung besi (Fe). Atau fungsi yang lain yaitu sebagai
pengikat logam. Perbandingan lamanya waktu pemeraman berpengaruh pada hasil
percobaan. Semakin lama proses pemeraman hasil kain akan semakin lebih putih.
Untuk menghilangkan pigmen-pigmen yang ada pada kain rayon viskosa maka
dilakukan proses pengelantangan. Sebelum dilakukan proses pengelantangan kain
berwarna krim tetapi setelah dilakukan proses pengelantangan dengan menggunakan
H2O2 maka kain berubah menjadi putih dan bersih.
2. Kecerahan
Hasil setelah propes pengelantangan terlihat kurang cerah, dibandingkan dengan hasil
setelah pemutihan optik yang mendapatkan hasil yang lebih cerah.
J. KESIMPULAN
1. Derajat putih hasil pengelantangan kurang putih sedangkan hasil setelah
pemutihan optik didapatkan hasil yang lebih putih.
2. Kecerahan Hasil setelah propes pengelantangan terlihat kurang cerah, dibandingkan
dengan hasil setelah pemutihan optik yang mendapatkan hasil yang lebih cerah
K. DAFTAR PUSTAKA
Moncrieff.RW, Man Made Fibres, Newnes-Butterworth, 1975, di halaman 266.
Ghosh, Premamoy, Fiber Science and Technology, Tata Mcgraw – Hill Publishing
Company Limited, New Delhi, 2004, di halaman 39.