1.1. Material
1.1.1. Main Fabric
Material yang digunakan pada produk ini adalah kain dengan berbahan dasar
campuran antara cotton dan elastane dengan perbandingan sebesar cotton 98% dan
elastane sebesar 2%.
Karakteristik dari serat campuran adalah pakaian menjadi mendapatkan
gabungan dari dua karakteristik serat penyusunnya yang akan saling melengkapi
kekurangan masing-masing serat. Serat kapas sangat terkenal dengan bahannya
yang lembut dan halus. Jenis serat ini cocok dan dapat sesuai digunakan dalam
berbagai musim, baik musim panas maupun musim dingin. Hal itu karena serat
kapas dapat menyerap keringat dengan mudah dan menghangatkan tubuh dengan
baik.
Kain Elastan (spandek) memiliki karakteristik yang halus,lembut,sangat kuat,
ringan dan fleksibel. Namun, kain ini tidak dapat berdiri sendiri untuk menjadi suatu
produk dan diperlukan kombinasi dengan kain lain untuk menjadi elastis, kuat, dan
tahan lama contohnya kain katun. Kain ini juga memiliki keunggulan setelah
dikombinasikan dengan katun antara lain : mampu mempertahankan ukuran aslinya,
tidak membatasi ruang gerak pemakainya, tahan terhadap asam dan alkali, tahan
terhadap sinar UV, ketahanan warna lebih tinggi dari kain lain dan nyaman saat
digunakan. Namun kain ini juga memiliki kekurangan yaitu daya serap keringat yang
kurang baik dan termasuk kain yang sensitif terhadap panas.
1.1.2. Accessories
Aksesoris yang digunakan dalam produk ini adalah rivet, shank button, metal zipper
Alasan: dalam setiap pemakaian pakaian pasti akan mengalami gesekan, seperti
di area ketiak dan siku. Akibat dari gosokan tersebut akan mengakibatkan
kerusakan pada kain, perubahan warna, dan pengurangan berat. Maka dari itu
jaket jersey perlu memiliki ketahan gosok yang baik. Standar pengujian
menggunakan ISO 12947-2. Martindale Abrasi Test. Metode pengujian
menggunakan 2 cara, yaitu uji sampai putus dan uji pengurangan berat.
1. Peralatan
a. Martindale Wear and Abrasion Tester, yang dilengkapi dengan :
- Beban penekan 9 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat < 150 g/m2 ) dan
12 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 151 – 300 g/m2 )
- Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannnya.
b. Pemotong/pisau berbentuk lingkaran dengan diamter 38 mm.
c. Neraca dengan ketelitian sampai 1 mg.
d. Kaca pembesar
e. Kain penggosok standar, kain felt wool, berat 576 – 678 g/m2 , tebal 2 mm.
f. Pelapis contoh uji busa poliuretan, tebal 3 mm, berat jenis 0,04 g/cm2 .
3. Cara Pengujian
a. Metode uji sampai putus
- Potong 4 contoh uji secara acak hingga mewakili seluruh contoh, untuk
contoh uji bercorak struktur, potong contoh uji setiap corak.
- Kondisikan contoh uji di ruangann standar
- Potong kain penggosok standar dengan diameter 140 mm.
- Potong empat lembar pelapis contoh uji dengan diameter 140 mm.
- Pasang pelapis contoh uji dan kain penggosok pada alat penggosok di
mesin.
- Letakan cincin dudukan contoh uji pada dudukan pengencang, pasang
setiap contoh uji pada cincin dudukan contoh uji dengan permukaan
contoh uji menghadap kebawah. Pasang secara hati-hati penekan
contoh uji agar kedudukan contoh uji tepat ditengah.
- Pasang badan pemegang contoh uji, kencangkan dengan tangan. Jaga
agar contoh uji tidak terlipat, kemudian kencangkan lagi dengan alat
pengencang.
- Pasang pemegang contoh uji pada meja beban, dengan tekanan sesuai
berat kain.
- Jalankan mesin dengan ketentuan jumlah gosokan :
Perkiraan jumlah gosokan Interval pengamatan
Sampai dengan 5000 Setiap 1000 gosokan
Antara 5000 dan 20.000 Setiap 2000 gosokan
Antara 20.000 dan 40.000 Setiap 5000 gosokan
Lebih dari 40.000 Setiap 10.000 gosokan
1. Peralatan
a. Shirley Crease Recovery Tester, yang dilengkapi dengan:
- Beban penekan 10 N - Busur derajat pengukur sudut kembali dari
lipatan
- Lempeng pemegang contoh uji
- Jarum penunjuk sekala.
b. Gunting
c. Pinset
d. Mistar
3. Cara Pengujian
a. Lipat contoh uji menjadi dua bagian kearah panjang.
b. Jepit contoh uji dengan pinset dan letakan dibawah beban penekan 10 N
dan biarkan selama 5 menit.
c. Setelah 5 menit, ambil salah satu ujung kain contoh uji dengan pinset,
kemudian ujung lain contoh uji dimasukan ke dalam penjepit pada alat.
Posisi bagian lipatan menempel tepat pada ujung penjepit dan ujung
lainnya menjuntai ke bawah segaris dengan garis penunjuk vertikal, dan
diamkan selama 5 menit.
d. Untuk menghilangkan pengaruh gaya tarik bumi, bagian contoh uji yang
tergantung dibiarkan segaris dengan garis penunjuk vertikal selama 5
menit 11 waktu kembali. Apabila diperlukan hasil yang lebih teliti maka
pengaturan setiap 15 detik pada menit pertama dan selanjutnya setiap 1
menit.
e. Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain pada
contoh uji yang berbeda.
1. Peralatan
A. Pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian
a. Launder O-meter, yang dilengkapi dengan:
- Penangas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu
yang ditetapkan ± 2°C.
- Tabung baja tahan karat berkapasitas 550 ml ± 50 ml, berdiamter
75 mm ± 5 mm, dan tinggi 125 mm ± 10 mm.
- Frekwensi putaran tabung 40 putaran per menit ± 2 putaran per
menit.
b. Kelereng baja tahan karat dengan diameter ± 6 mm
c. pH meter dengan ketelitian 0,1
d. Neraca analitis dengan ketelitian 0,1 g
e. Kain pelapis masing-masing berukuran 10 cm X 4 cm, dapat
digunakan salah satu dari jenis berikut , kain pelapis multiserat DW,
atau kain multiserat TV, atau pasangan kain pelapis tunggal yang
dusun sesuai tabel:
Kain Pelapis Kedua (Pasangannya)
Kain pelapis
Untuk uji C, D dan
pertama Untuk uji A dan B
E
Kapas Wool Rayon viskosa
Wol Kapas -
Sutera Kapas -
Rayon viskosa Wool Kapas
Linen Wool Rayon viskosa
Asetat Triasetat Rayon viskosa Rayon viskosa
Poliamida Wool/Kapas Kapas
Polyester Wool/Kapas Kapas
Akrilat Wool/Kapas Kapas
Catatan :
- Jenis kain pelapis pertama adalah kain sejenis dengan jenis serat
contoh uji
- Untuk contoh uji yang terbuat dari serat campuran, akain pelapis
pertama dipakai kain pelapis tunggal yang sejenis dengan jenis
serat dominan, dan kain pelapis kedua adalah kain dengan serat
dominan kedua.
f. Sabun tanpa pemutih optik seperti sabun standar AATCC atau sabun
ECE.
g. Grey Scale dan Stanining Scale
h. Air suling
i. Larutan 0,2 g/liter asam asetat glasial
Dua helai kain putih dimana sehelai dari serat yang sejenis dengan bahan
yang diuji, sedang yang sehelai lagi dari serat pasangan seperti di bawah
ini
Yang dimaksud dengan kain putih untuk kapas, wol, sutera dan linen
adalah kain grey yang diputihkan.
1.3.4. Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Tekstil pada Proses Pencucian dan
Pengeringan
Alasan: pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan dimensi ketika
masih berupa kain dan juga perubahan dimensi setelah menjadi garmen pada
proses pencucian dan pengeringan. Standar pengujian yang digunakan adalah
SNI ISO 5077:2011, Cara Uji Perubahan Dimensi pada Pencucian dan
Pengeringan.
1. Peralatan
a. Mesin cuci
Mesin tipe A1,
- Frekwensi putaran
Saat pencucian 52 putaran per menit.
Mesin Tipe A2
- Frekwensi putaran
Saat pencucian 50 putaran per menit.
c. Deterjen tanpa pemutih optik yang sesuai dengan standar AATCC yang
hanya digunakan pada mesin tipe B, deterjen ECE tanpa pemutih optik
yang dapat digunakan pada semua tipe mesin cuci, deterjen IEC
dengan pemutih optik yang dapat digunakan pada semua tipe mesin
cuci tetapi perubahan warna contoh uji tidak diamati.
ECE IEC
3. Cara Pengujian
a. Pilih salah satu cara kerja pencucian yang akan digunakan, menurut tabel
10.1 untuk mesin tipe A dan tabel 10.2 untuk tipe B.
b. Masukan contoh uji yang telah dipersiapkan ke dalam mesin cuci dan
tambahkan kain pemberat sampai total berat kering sesuai dengan
persyaratan yang dibutuhkan. Tambahkan deterjen 1 – 3 g/l dengan
perkiraan ketebalan buih tidak lebih dari 3 cm pada waktu mesin berputar.
Kesadahan air tidak melampaui 5 ppm (dinyatakan dalam CaCO3). Bila
digunakan mesin tipe A, deterjen yang digunakan mengandung 4 bagian
deterjen IEC dan 1 bagian natrium perborat tetrahidrat.
c. Setelah pemerasan putar teraKhir selesai, pindahkan contoh uji dengan
hati- hati (hindari tarikan dan perubahan bentuk), dan keringkan dengan
salah satu cara pengeringan.
d. Bila contoh uji akan dikeringkan dengan cara pengeringan tetes, hentikan
mesin tepat sebelum pemerasan putar terakhir. Pindahkan contoh uji
dengan hati-hati, kemudian keringkan dengan cara pengeringan tetes.
e. Cara Pengeringan
- Pengeringan gantug
- Pengeringan tetes,
Setelah pembilasan terakhir selesai, keluarkan contoh uji dari mesin cuci,
gantungkan dikedua ujung kain pada gantungan pakaian yang tidak
berkarat dengan arah lusi atau wale vertikal dalam udara tenang suhu
kamar, dan biarkan sampai kering.
- Pengeringan kasa,
Masukan contoh uji bersama kain pemberat, atur suhu 70 oC untuk kain-
kain sedang sampai berat atau 50 oC untuk kain-kain ringan. Lakukan
pengeringan sampai kering dan lanjutkan putaran tanpa pemanas selama
5 menit.
f. Kondisikan contoh uji yang telah selesai dicuci dan dikeringkan dalam
ruang standar sampai mencapai keseimbangan lembab.
4. Laporan
1.3.5.1. Peralatan
1.3.5.1.1. Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju penarikan tetap
(V=30±1cm/menit) atau alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju
mulur tetap.
1.3.5.1.2. Gunting
1.3.5.1.3. Mesin jahit
1.3.5.1.4. Jarum jahit dan benang jahit dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Untuk kain rapat benang bagus:
Untuk kain dengan berat sampai 270g/m2, jarum nomor metrik
90 (diameter blade 0,9mm), benang jahit polyester tex 40 atau
benang kapas tex 35
Untuk kain >270g/m2, jarum nomor metrik 110, benang jahit
polyester tex 80 atau benang jahit kapas tex 70
- Untuk kain sedang dengan benang sedang atau lebih kasar
Untuk kain dengan berat sampai 270g/m2, jarum nomor metric
110 (diameter blade 0,11mm), benang jahit polyester tex 60
atau benang kapas tex 70
Untuk kain >270g/m2, jarum nomor metric\ 140, benang
jahit polyester tex 90 atau benang jahit kapas tex 105
1.3.5.2. Persiapan contoh uji
1.3.5.2.1. Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar
pengujian.
1.3.5.2.2. Potong contoh uji sesuai gambar dibawah ini.
1.3.5.2.3. Jahit sesuai gambar, dengan jumlah stitch 12±1/25mm.