Anda di halaman 1dari 26

4.

LEVI'S® MADE & CRAFTED® WOMEN'S HIGH RISE BOYFRIEND JEANS

LEVI'S® MADE & CRAFTED® WOMEN'S HIGH RISE BOYFRIEND JEANS


merupakan produk bawahan yang berupa celana panjang dengan bahan denim stretch
selvedge yang sudah melalui penyempurnaan. Produk ini berwarna chikare made in
japan dengan desain yang memiliki 5 saku dan memiliki zip fly.

1.1. Material
1.1.1. Main Fabric
Material yang digunakan pada produk ini adalah kain dengan berbahan dasar
campuran antara cotton dan elastane dengan perbandingan sebesar cotton 98% dan
elastane sebesar 2%.
Karakteristik dari serat campuran adalah pakaian menjadi mendapatkan
gabungan dari dua karakteristik serat penyusunnya yang akan saling melengkapi
kekurangan masing-masing serat. Serat kapas sangat terkenal dengan bahannya
yang lembut dan halus. Jenis serat ini cocok dan dapat sesuai digunakan dalam
berbagai musim, baik musim panas maupun musim dingin. Hal itu karena serat
kapas dapat menyerap keringat dengan mudah dan menghangatkan tubuh dengan
baik.
Kain Elastan (spandek) memiliki karakteristik yang halus,lembut,sangat kuat,
ringan dan fleksibel. Namun, kain ini tidak dapat berdiri sendiri untuk menjadi suatu
produk dan diperlukan kombinasi dengan kain lain untuk menjadi elastis, kuat, dan
tahan lama contohnya kain katun. Kain ini juga memiliki keunggulan setelah
dikombinasikan dengan katun antara lain : mampu mempertahankan ukuran aslinya,
tidak membatasi ruang gerak pemakainya, tahan terhadap asam dan alkali, tahan
terhadap sinar UV, ketahanan warna lebih tinggi dari kain lain dan nyaman saat
digunakan. Namun kain ini juga memiliki kekurangan yaitu daya serap keringat yang
kurang baik dan termasuk kain yang sensitif terhadap panas.
1.1.2. Accessories
Aksesoris yang digunakan dalam produk ini adalah rivet, shank button, metal zipper

1.2 Risk Assessment


1.2.1. Main Fabric
a. Ketahanan kusut kain
Baju tersebut memiliki material katun yang cenderung dapat mudah
kusut. Kekusutan pakaian menyebabkan kesan yang tidak rapih sehingga
kurang cocok dipandang terutama dalam keadaan formal.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan finishing berupa
pebmberian resin pada kain sehingga kain menjadi tidak mudah kusut.
b. Tahan luntur warna terhadap pencucian
Pemakaian produk tentunya harus dicuci karena produk kotor atau
bahkan terkena keringat. Produk tentunya diharapkan memiliki ketahanan
yang baik akan luntur warna agar produk tersebut tetap dapat dipakai (tidak
merusak visual dari baju).
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
zat warna yang berkualitas baik sehingga tidak mudah luntur dan juga dalam
pencucian harus mengikuti arahan dari care label.
c. Stabilitas dimensi kain
Pakaian ini akan sering dicuci karena kotor atau keringat dari
pemakaiannya, stabilitas dimensi ini menjadi penting agar pakaian tetap
nyaman digunakan dan juga dipandang untuk waktu pemakaian yang lama.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih serat yang baik
untuk dijadikan bahan pembuatan kain dan juga melakukan finishing seperti
vacuum heat setting.
1.3 Testing Plan
1.3.1. Pengujian Kekuatan Gosok Kain

Alasan: dalam setiap pemakaian pakaian pasti akan mengalami gesekan, seperti
di area ketiak dan siku. Akibat dari gosokan tersebut akan mengakibatkan
kerusakan pada kain, perubahan warna, dan pengurangan berat. Maka dari itu
jaket jersey perlu memiliki ketahan gosok yang baik. Standar pengujian
menggunakan ISO 12947-2. Martindale Abrasi Test. Metode pengujian
menggunakan 2 cara, yaitu uji sampai putus dan uji pengurangan berat.

1. Peralatan
a. Martindale Wear and Abrasion Tester, yang dilengkapi dengan :
- Beban penekan 9 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat < 150 g/m2 ) dan
12 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 151 – 300 g/m2 )
- Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannnya.
b. Pemotong/pisau berbentuk lingkaran dengan diamter 38 mm.
c. Neraca dengan ketelitian sampai 1 mg.
d. Kaca pembesar
e. Kain penggosok standar, kain felt wool, berat 576 – 678 g/m2 , tebal 2 mm.
f. Pelapis contoh uji busa poliuretan, tebal 3 mm, berat jenis 0,04 g/cm2 .

2. Persiapan Contoh Uji


a. Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
b. Potong contoh uji dengan ukuran diameter 3,8 cm sebanyak 4 pcs.

3. Cara Pengujian
a. Metode uji sampai putus
- Potong 4 contoh uji secara acak hingga mewakili seluruh contoh, untuk
contoh uji bercorak struktur, potong contoh uji setiap corak.
- Kondisikan contoh uji di ruangann standar
- Potong kain penggosok standar dengan diameter 140 mm.
- Potong empat lembar pelapis contoh uji dengan diameter 140 mm.
- Pasang pelapis contoh uji dan kain penggosok pada alat penggosok di
mesin.
- Letakan cincin dudukan contoh uji pada dudukan pengencang, pasang
setiap contoh uji pada cincin dudukan contoh uji dengan permukaan
contoh uji menghadap kebawah. Pasang secara hati-hati penekan
contoh uji agar kedudukan contoh uji tepat ditengah.
- Pasang badan pemegang contoh uji, kencangkan dengan tangan. Jaga
agar contoh uji tidak terlipat, kemudian kencangkan lagi dengan alat
pengencang.
- Pasang pemegang contoh uji pada meja beban, dengan tekanan sesuai
berat kain.
- Jalankan mesin dengan ketentuan jumlah gosokan :
Perkiraan jumlah gosokan Interval pengamatan
Sampai dengan 5000 Setiap 1000 gosokan
Antara 5000 dan 20.000 Setiap 2000 gosokan
Antara 20.000 dan 40.000 Setiap 5000 gosokan
Lebih dari 40.000 Setiap 10.000 gosokan

- Periksa kerusakan contoh uji setiap interval sesuai table diatas


menggunakan kaca pembesar tanpa dilepas dari pemegang contoh uji,
apakah sudah dua helai benang putus atau belum.
- Jika telah putus, catat jumlah gosokan
b. Metode uji pengurangan berat
- Potong 8 contoh uji secara acak hingga mewakili seluruh contoh, untuk
contoh uji bercorak struktur, potong contoh uji setiap corak.
- Kondisikan contoh uji di ruangann standar
- Timbang-masing-masing contoh uji.
- Lakukan pengujian dua contoh uji seperti cara tersebut di atas, sehingga
diketahui jumlah gosokannnya.
- Gosok masing-masing dua contoh uji lainnya dalam 3 tahap jumlah
gosokan, yaitu 25%, 50%, 75% dari jumlah gosokan.
- Kondisikan kembali contoh uji setiap selesai pekerjaan selama 24 jam
dan ditimbang masing-masing sampai mg terdekat.
- Buat grafik pengurangan berat terhadap jumlah gosokan.
- Apabila tiga titik terletak mendekati garis lurus, tentukan rata-rata
pengurangan berat dalam mg setiap 1000 gosokan.
- Apabila tiga titik berbentuk kurva, tentukan nilai pengurangan berat
untuk setiap tahap.

4. Laporan hasil pengujian


a. Metode pengujian yang dipakai.
b. Hasil pengujian berupa jumlah gosokan untuk cara 1 dan grafik
pengurangan berat dan rata-rata pengurangan berat setiap 1.000 gosokan
untuk cara 2.

1.3.2. Pengujian Kemampuan Kain untuk Kembali dari Kekusutan


Alasan: pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan kain pulih dari
lipatan dengan menindih contoh uji dengan berat dan waktu tertentu hingga
membentuk lipatan. Seperti yang kita ketahui, bahwa baju dengan bahan serat
cotton terkenal 10 mudah kusut sehingga mengganggu estetika sebuah pakaian.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan menambahkan serat karbon
pada kain dapat membantu meningkatkan kemampuan kain untuk kembali dari
kekusutan. Standar uji yang digunakan adalah SNI ISO 2313:2011 : Shirley
Crease Recovery Tester.

1. Peralatan
a. Shirley Crease Recovery Tester, yang dilengkapi dengan:
- Beban penekan 10 N - Busur derajat pengukur sudut kembali dari
lipatan
- Lempeng pemegang contoh uji
- Jarum penunjuk sekala.
b. Gunting
c. Pinset
d. Mistar

2. Persiapan Contoh Uji


a. Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.
b. Potong contoh uji dengan ukuran 4 cm X 1,5 cm, masing masing contoh
uji arah lusi dan pakan

3. Cara Pengujian
a. Lipat contoh uji menjadi dua bagian kearah panjang.
b. Jepit contoh uji dengan pinset dan letakan dibawah beban penekan 10 N
dan biarkan selama 5 menit.
c. Setelah 5 menit, ambil salah satu ujung kain contoh uji dengan pinset,
kemudian ujung lain contoh uji dimasukan ke dalam penjepit pada alat.
Posisi bagian lipatan menempel tepat pada ujung penjepit dan ujung
lainnya menjuntai ke bawah segaris dengan garis penunjuk vertikal, dan
diamkan selama 5 menit.
d. Untuk menghilangkan pengaruh gaya tarik bumi, bagian contoh uji yang
tergantung dibiarkan segaris dengan garis penunjuk vertikal selama 5
menit 11 waktu kembali. Apabila diperlukan hasil yang lebih teliti maka
pengaturan setiap 15 detik pada menit pertama dan selanjutnya setiap 1
menit.
e. Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain pada
contoh uji yang berbeda.

4. Laporan hasil pengujian


A. Harga rata-rata sudut kembali dari lipatan arah muka dan arah belakang
masingmasing untuk arah lusi dan pakan.
B. Apabila harga rata-rata sudut kembali dari lipatan bagian arah muka dan
arah belakang kurang dari 15˚ maka hasilnya dapat dirata-ratakan dan
bila lebih dari 15˚ maka dilaporkan masing-masing.

1.3.3. Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian, Keringat, Gosokan,


dan Cahaya
Alasan: sebuah pakaian pasti erat kaitannya dengan zat warna karena warna
mampu memambah estetika sebuah pakaian. Ada beberapa zat warna tekstil
yang malah menghilangkan ekstetika karena dapat melunturi warna lain. Baju ini
terdiri dari 3 warna kontras, yaitu merah, navy, dan putih. Untuk menghindari hal
tersebut maka perlu dilakukan pengujian tahan luntur warna. Ada 4 faktor yang
mempengaruhi kelunturan warna pada pakaian, yaitu pencucian, keringat,
gosokan, dan cahaya. Standar pengujian yang digunakan adalah SNI ISO 105-
C06:2010 Tahan Luntur Warna Pencucian Rumah Tangga dan Komersial, SNI
0288:2008 Tahan Luntur Warna Terhadap Gosokan, SNI ISO 105-E04:2015
Tahan Luntur Warna Terhadap Keringat, SNI ISO 105-B01:2010 Tahan Luntur
Warna Terhadap Sinar Matahari.

1. Peralatan
A. Pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian
a. Launder O-meter, yang dilengkapi dengan:
- Penangas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu
yang ditetapkan ± 2°C.
- Tabung baja tahan karat berkapasitas 550 ml ± 50 ml, berdiamter
75 mm ± 5 mm, dan tinggi 125 mm ± 10 mm.
- Frekwensi putaran tabung 40 putaran per menit ± 2 putaran per
menit.
b. Kelereng baja tahan karat dengan diameter ± 6 mm
c. pH meter dengan ketelitian 0,1
d. Neraca analitis dengan ketelitian 0,1 g
e. Kain pelapis masing-masing berukuran 10 cm X 4 cm, dapat
digunakan salah satu dari jenis berikut , kain pelapis multiserat DW,
atau kain multiserat TV, atau pasangan kain pelapis tunggal yang
dusun sesuai tabel:
Kain Pelapis Kedua (Pasangannya)
Kain pelapis
Untuk uji C, D dan
pertama Untuk uji A dan B
E
Kapas Wool Rayon viskosa
Wol Kapas -
Sutera Kapas -
Rayon viskosa Wool Kapas
Linen Wool Rayon viskosa
Asetat Triasetat Rayon viskosa Rayon viskosa
Poliamida Wool/Kapas Kapas
Polyester Wool/Kapas Kapas
Akrilat Wool/Kapas Kapas
Catatan :

- Jenis kain pelapis pertama adalah kain sejenis dengan jenis serat
contoh uji
- Untuk contoh uji yang terbuat dari serat campuran, akain pelapis
pertama dipakai kain pelapis tunggal yang sejenis dengan jenis
serat dominan, dan kain pelapis kedua adalah kain dengan serat
dominan kedua.
f. Sabun tanpa pemutih optik seperti sabun standar AATCC atau sabun
ECE.
g. Grey Scale dan Stanining Scale
h. Air suling
i. Larutan 0,2 g/liter asam asetat glasial

B. Pengujian tahan luntur warna terhadap keringat


a. AATCC Perspiration Tester atau alat lain yang sejenis
b. Alat pemeras mangel yang diperlengkapi dengan pengatur tekanan
c. Gelas piala 500 ml dan pengaduk gelas yang ujungnya dipipihkan
d. Gray Scale dan Staining Scale
e. Lempeng-lempeng kaca atau plastik
f. Oven dengan pengatur suhu
Pereaksi
Larutan keringat buatan bersifat asam untuk tiap liter:
- Natrium khlorida (Na Cl) : 5g
- Natrium dihidogen orto-fosfat (NaH2PO4 2H2O) : 2,2 g
- Histidin monohidrokhlorida monohidrat (C6H9O2N3HCl H2O) : 0,5 g
- PH : 5,5
- Larutan dibuat pH 5,5 dengan penambahan larutan asam asetat 0,1 N
Larutan keringat buatan bersifat basa untuk tiap liter :
- Natrium khlorida (Na Cl) : 5 g
- Disodium hidogen orto-posfat dihidrat (Na2HPO4. 2 H2O): 2,5 g
- Histidin monohidroklorida monohidrat : 0,5 g 14
- PH 8 - Larutan dibuat pH 8 dengan penambahan larutan natrium
hidroksida 0,1 N.
Bahan-bahan :

Dua helai kain putih dimana sehelai dari serat yang sejenis dengan bahan
yang diuji, sedang yang sehelai lagi dari serat pasangan seperti di bawah
ini

Bila yang sehelai : Maka helai yang lain :


Kapas Wol
Wol Kapas
Sutera Kapas
Linen Wol
Rayon viskosa Wol
Poliamida Wol/rayon viskosa
Polyester Wol/kapas
Akrilat Wol/kapas
Asetat Rayon viskosa
Catatan :

Yang dimaksud dengan kain putih untuk kapas, wol, sutera dan linen
adalah kain grey yang diputihkan.

C. Pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan


a. Alat crockmeter, mempunyai jari dengan diameter 1,5 cm, yang
bergerak satu kali maju mundur sejauh 10 cm setiap kali putaran,
dengan gaya tekanan pada kain seberat 900 gram
b. Staining Scale
c. Air suling
d. Kain kapas dengan konstruksi 100 X 96/inci dan berat 135,3 g/m2
yang telah diputihkan, tidak dikanji dan tidak disempurnakan, dipotong
dengan ukuran 5 cm X 5 cm.
D. Pengujian tahan luntur warna terhadap Cahaya (Cahaya Matahari dan
Cahaya Terang Hari)
- Gray Scale, untuk menentukan perubahan warna
- Lempeng penutup yang tidak tembus sinar, dapat dibuat dari karton,
aluminium atau bahan lainnya.
- Rak untuk menempatkan contoh uji. Rak ini dibuat dari kayu, logam
atau bahan-bahan lainnya.
Apabila tempat pengujian berada di sebelah utara khatulistiwa,
maka rak tersebut dihadapkan ke selatan, sedang jika berada di
sebelah selatan khatulistiwa rak dihadapkan ke utara, dan diatur
sedemikian sehingga letak contoh uji membentuk sudut dengan
bidang horizontal yang besarnya kurang lebih sama dengan besarnya
derajat garis lintang tempat dimana pengujian dilakukan.
Rak harus ditempatkan sedemikian, sehingga tidak ada bayang-
bayang yang menutupi contoh uji dan standar celupan yang sedang
disinari. Jarak antara kaca dengan contoh uji sekurang-kurangnya 5
cm. Konsentrasi rak harus sedemikian hingga memungkinkan adanya
sirkulasi udara yang cukup.
Kaca yang dipergunakan harus bermutu baik, jernih tidak ada
gelembunggelembung udara dan sebagainya, dengan ketentuan tebal
kaca 2 – 2,5 mm dan tidak meneruskan cahaya dengan panjang
gelombang sampai 90 % 370 – 380 nm dan tetap untuk seluruh
daerah tampak sampai 700 nm.
Kaca harus dibersihkan sekurang-kurangnya sehari sekali. Kaca
harus diganti setelah satu tahun kerja.
Standar celupan dibuat dari kain tenunan wol yang dicelup dengan
zat warna seperti tertera di bawah ini dan dikenal sebagai standar wol
biru yang dinyatakan dengan angka 1 sampai 8 :
Tabel Zat warna Standar Celupan kain wool

Standar Wol Biru Zat warna yang digunakan


1 C.I Acid Blue 104
2 C.I Acid Blue 109
3 C.I Acid Blue 83
4 C.I Acid Blue 121
5 C.I Acid Blue 47
6 C.I Acid Blue 23
7 C.I Solubizes Vat Blue 5
8 C.I Solubizes Vat Blue 8

2. Persiapan Contoh Uji


A. Pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian
a. Potong contoh dengan ukuran 4 cm X 10 cm, potong pula kain pelapis
dengan ukuran yang sama.
b. Letakan contoh uji diantara sepasang kain pelapis., kemudian jahit
salah satu kain terpendek.
B. Pengujian tahan luntur warna terhadap keringat
a. Potong contoh dengan ukuran 4 cm X 10 cm, potong pula kain pelapis
dengan ukuran yang sama.
b. Letakan contoh uji diantara sepasang kain pelapis., kemudian jahit
salah satu kain terpendek.
C. Pengujian tahan luntur warna terhadap Gosokan
a. Potong kain penggosok dengan ukuran 5 cm X 5 cm.
b. Potong contoh uji ukuran 5 x 15 cm dengan arah diagonal.
D. Pengujian tahan luntur warna terhadap Cahaya Matahari
a. Jika contoh uji berupa kain, tiap pengujian diperlukan satu potong kain
berukuran 3 cm x 6 cm dengan bagian yang pendek ke arah panjang
kain.
b. Jika contoh uji berupa benang, maka benang dirajut terlebih dahulu,
kemudian untuk setiap pengujian diperlukan sepotong kain ukuran 3 x
6 cm, atau benang tersebut digulung pada karton putih membentuk
suatu lapisan yang rata dengan ukuran 3 cm x 6 cm dan arah
penggulungan ke arah panjang.
c. Jika contoh uji berupa serat maka serat tersebut terlebih dahulu dibuat
lapisan yang rata di atas karton putih dengan ukuran 3 cm x 6 cm dan
panjang serat ke arah panjang karton.
3. Cara Pengujian
A. Pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian
a. Siapkan larutan pencuci dengan melarutkan sabun 4 g/l ke dalam air
suling. Untuk kondisi larutan pencuci C, D dan E atur agar pH sesuai
kondisi pada tabel 9.4, dengan penambahan kira-kira 1 g/l natrium
karbonat. Pada waktu pengaturan pH, larutan harus dingin (suhu
kamar). Untuk kondisi A dan B tidak perlu pengaturan pH.
b. Untuk pengujian yang menggunakan perborat, pada saat mau dipakai
siapkan larutan pencuci yang mengandung perborat dengan cara
pemanasan pada suhu tidak lebih dari 60°C dengan waktu tidak lebih
dari 30 menit.
c. Untuk pengujian D3S dan D3M, tambahkan larutan natrium hipoklorit
atau litium hipoklorit kedalam larutan pencuci sesuai dengan tabel 9.4.
d. Masukan larutan pencuci kedalam tabung tahan karat sesuai jumlah
larutan seperti tercantum pada tabel 9.4, kecuali untuk cara D2S dan
E2S. Atur suhu larutan sesuai persyaratan. Masukan contoh uji dan
kelereng baja, kemudian tutup tabung dan jalankan mesin pada suhu
dan waktu sesuai kondisi pengujian pada tabel 9.4.
e. Untuk pengujian D2S dan E2S, masukan contoh uji ke dalam tabung
baja tahan karat yang berisi larutan pencuci pada suhu kira-kira 60°C,
tutup tabung dan naikan suhu larutan sampai suhu pengujian yang 18
dipersyaratkan selama waktu tidak lebih dari 10 menit. Perhitungan
waktu pencucian tepat dimulai pada saat tabung ditutup. Jalankan
mesin selama waktu sesuai dengan kondisi pengujian.
f. Keluarkan contoh uji kemudian bilas dua kali dengan 100 ml air suling
selama 1 menit pada suhu 40°C.
g. Bilas dengan 100 ml larutan 0,2 g/l asam asetat glasial selama 1 menit
pada suhu 30 °C kemudian bilas dengan 100 ml air suling selama 1
menit pada suhu 30°C, kemudian peras.
h. Keringkan contoh uji dengan cara digantung pada suhu tidak lebih dari
60°C. Jaga agar kain pelapis tidak kontak dengan contoh uji kecuali
pada bagian jahitan.
i. Penilaian
Tentukan nilai perubahan warna contoh uji dengan Gray scale dan
penodaan warna pada kain pelapis dengan staining scale. Jika
menggunakan kain pelapis multiserat, untuk pengujian bahan wool
dan sutera pada pada suhu 60°C serta pengujian seluruh bahan pada
suhu 70°C dan 95°C, penodaan pada wool dan asetat tidak dinilai.
B. Pengujian tahan luntur warna terhadap keringat
a. Siapkan larutan keringat asam dan basa buatan dalam cawan.
b. Rendam dan aduk-aduk contoh uji dalam larutan, biarkan 15 – 30
menit untuk mendapatkan pembasahan sempurna. Apabla kain sukar
dibasahi, contoh uji direndam, diperas dengan mangel, direndam lagi,
diperas lagi demikian dilakukan berulang-ulang, sampai mendapatkan
pembasahan yang sempurna.
c. Peras contoh uji, sehingga beratnya menjadi 2,25 – 3 kali berat
semula. Untuk contoh-contoh uji yang sama, kadar larutan dalam
contoh uji setelah pemerasan harus sama, karena derajat penodaan
bertambah dengan beratnya kadar larutan yang tertinggal dalam
contoh uji.
d. Letakkan Contoh uji diantara 2 lempeng kaca atau plastik perspiration
tester, lalu seluruh lempeng kaca dan contoh uji dipasang pada
perspiration 19 tester dan diberi tekanan 10 pound (60 g/cm2), dan
diatur sedemikian rupa sehingga tekanan padacontoh uji tetap.
e. Masukan contoh uji yang telah diberi tekanan tersebut ke dalam oven
dalam kedudukan contoh uji vertikal pada suhu 38 ± 1° C, selama
paling sedikit 6 jam. Bila setelah 6 jam contoh uji belum kering, maka
contoh uji tersebut dilepaskan dari perspiration tester, kemudian
dikeringkan di udara pada suhu tidak lebih dari 60°C. Untuk mudahnya
contoh uji tersebut dapat dikerjakan semalam selama 16 jam.
Percobaan – percobaan menunjukkan bahwa setelah 6 jam tidak
terjadi lagi perubahan warna atau penodaan. Pengujian dilakukan
sekurang-kurangnya 3 kali dan hasil rata-rata ketiganya merupakan
hasil pengujian. Tidak tahan lunturnya warna terhadap keringat dapat
disebabkan oleh migrasi warna ( bleeding ) atau perubahan warna
contoh uji. Perubahan warna dapat terjadi tanpa bleeding, sebaliknya
mungkin pula terjadi bleeding, tanpa perubahan warna atau dapat
terjadi keduanya.
f. Evaluasi perubahan warna contoh uji dilakukan dengan
membandingkan terhadap Gray Scale dan evaluasi penodaan warna
dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih
terhadap Staining Scale.
Catatan :
Walaupun banyaknya contoh uji kurang dari 20 buah, lempeng
lempeng kaca sebanyak 21 buah seluruhnya dipasang pada
perspiration tester.
Untuk mendapatkan pembebanan 10 pound ( 60 g/cm2 ) beban
seberat 8 pound diletakkan di atas alat tersebut, kemudian alat
penahan tekanan pada lempeng-lempeng kaca dikunci dengan
memutar sekrupnya. Setelah beban diambil, perspiration tester
dimasukkan ke dalam oven sedemikian rupa, sehingga letak lempeng-
lempeng kaca dan contoh uji tersebut tegak.
C. Pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan
a. Gosokan Kering
- Letakan contoh uji rata di atas alat penguji dengan sisi yang
panjang, searah dengan arah gosokan.
- Bungkus jari crockmeter dengan kain putih kering dengan
anyamannya miring terhadap arah gosokan.
- Kemudian gosokkan 10 kali maju mundur (20 kali gosokan) dengan
memutar alat pemutar 10 kali dengan kecepatan satu putaran per
detik. Kain putih diambil dan dievaluasi.
- Bandingkan kain penggosok dengan Stainning scale.
b. Gosokan Basah
- Kain putih dibasahi dengan air suling, kemudian diperas diantara
kertas saring, sehingga kadar air dalam kain menjadi 65 ± 5 %
terhadap berat kain contoh uji.
- Kemudian dikerjakan seperti pada cara gosokan kering secepat
mungkin untuk menghindarkan penguapan. Kain putih dikeringkan
diudara sebelum dievaluasi.
- Bandingkan kain penggosok dengan stainning scale. Pengujian
kering dan basah masing-masing dikerjakan tiga kali dan hasil rata-
rata dari ketiganya merupakan hasil pengujian.
D. Pengujian tahan luntur warna terhadap Cahaya Matahari
a. Dengan Standar Celupan
- Standar-standar celupan dan contoh uji diletakkan pada karton
dengan tutup yang buram dari bahan karton yang sama, yang
menutupi setengah bagian daripada standar celupan dan contoh
uji. Sebagai pembanding setiap standar celupan dan contoh uji
harus mempunyai daerah penyinaran yang sama.
- Tahan luntur warna terhadap cahaya matahari
Standar celupan dan contoh uji disinari secara terus-menerus
terhadap sinar matahari pada kondisi tersebut di atas. Penyinaran
contoh uji dan standar celupan di dalam kotak penyinaran hanya
dilakukan pada hari cerah antara jam 09.00 sampai jam 15.00
(waktu setempat. Contoh uji tidak boleh ditinggal di dalam kotak
peyinaran sebelum jam 09.00 dan sesudah jam 15.00 atau kalau
hari mendung dipindahkan ke dalam ruangan penyimpanan yang
gelap dan kering pada suhu kamar.
- Tahan luntur warna terhadap cahaya terang hari
Cara pengujiannya sama dengan cara pengujian untuk cahaya
matahari, kecuali contoh uji dan standar celupan tetap dalam kotak
penyimpanan selama 24 jam tiap hari dan hanya diangkat untuk
tiap pemeriksaan
- Amati pengaruh penyinaran terhadap standar celupan dengan
seringkali membuka tutupnya. Teruskan penyinaran sehingga
standar nilai 1 menunjukan perbedaan warna antara daerah yang
disinari dan yang tertutup sesuai dengan nilai 4 pada gray scale.
Apabila hal ini terjadi buka tutup contoh-contoh uji dan pindahkan
standar nilai 1 dan semua contoh uji yang mempunyai perubahan
warna yang sesuai dengan atau lebih besar dari nilai 4 pada grey
scale.
- Sisa standar dan contoh uji ditutup lagi dan penyinaran dilanjutkan
sampai terjadi perubahan warna pada standar berikutnya sesuai
pada nilai 4 pada gray scale. Buka tutup pada contoh dan standar
uji yang mempunyai perubahan warna yang sesuai dengan atau
lebih besar dari nilai 4 pada gray scale.
- Teruskan penyinaran, dan pisahkan contoh uji dan standar yang
mempunyai nilai lebih tinggi dan mempunyai perubahan warna
dengan nilai 4 pada gray scale sampai semua contoh uji
mmenunjukan perubahan warna sesuai dengan nilai 4 pada gray
scale.
b. Dengan Contoh Standar
- Contoh standar dan contoh uji diletakan pada karton dengan tutup
yang buram dari bahan karton yang sama, yang menutupi setengah
bagian dari pada contoh standar dan contoh uji. Dimana semua
contoh akan disinari, pemasangan dapat dilakukan dalam kondisi
yang sama. Sebagai bahan pembanding, setiap standar dan contoh
uji harus mempunyai penyinaran yang sama.
- Tahan luntur warna terhadap cahaya matahari
Sinari contoh standar dan contoh uji secara terus menerus
terhadap cahaya matahari pada kondisi tersebut di atas.
Penyinaran terhadap contoh uji dan contoh standar di dalam kotak
penyinaran hanya pada hari cerah jam 09.00 sampai 15.00 (waktu
setempat). Contoh standar dan contoh uji tidak boleh terletak dalam
kotak penyinaran sebelum jam 09.00 atau setelah jam 15.00 atau
kalau hari mendung tapi dipindahkan ke dalam ruangan
penyimpanan yang gelap dan kering pada suhu kamar.
- Tahan luntur warna terhadap cahaya terang hari
Cara pengujiannya sama de4ngan cara pengujian untuk cahaya
matahari, kecuali contoh uji dan contoh standar tetap didalam kotak
penyinaran selama 24 jam tiap hari dan hanya diangkat untuk tiap
pemeriksaan.
- Amati pengaruh penyinaran terhadap contoh standar dengan
seringkali membuka tutupnya, teruskan penyinaran sampai contoh
standar mengalami perubahan sesuai dengan niali 4 pada gray
scale. Pindahkan contoh uji dan contoh standar dari kotak
penyinaran.
- Evaluasi
Perubahan-perubahan yang terjadi pada contoh uji dibandingkan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada standar celupan.
Nilai tahan sinar contoh uji adalah tingkat standar celupan yang
menunjukkan derajat perubahan yang sesuai dengan contoh uji
yang diuji. Apabila contoh uji menunjukkan perubahan diantara dua
standar celupan, maka tahan sinarnya terletak diantara kedua
standar tersebut, nilai tahan sinar 4 – 5 berarti bahwa nilai tahan
sinar dari contoh uji tersebut lebih besar dari 4 tetapi kurang dari 5.
Apabila nilai tahan sinar dari suatu contoh uji kurang dari 1, maka
diberi nilai 1. Apabila suatu contoh standar telah disetujui dan
contoh uji telah disinari bersamasama sampai contoh standar
menujukkan perubahan warna sesuai dengan nilai 4 dari Gray
Scale, tahan warnanya dinyatakan memuaskan, apabila contoh uji
menunjukkan perubahan warna yang tidak lebih besar dari contoh
standar. Dinyatakan tidak memuaskan apabila contoh uji
menunjukkan perubahan yang lebih besar dari contoh standar.

1.3.4. Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Tekstil pada Proses Pencucian dan
Pengeringan
Alasan: pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan dimensi ketika
masih berupa kain dan juga perubahan dimensi setelah menjadi garmen pada
proses pencucian dan pengeringan. Standar pengujian yang digunakan adalah
SNI ISO 5077:2011, Cara Uji Perubahan Dimensi pada Pencucian dan
Pengeringan.
1. Peralatan
a. Mesin cuci
Mesin tipe A1,

- Kedudukan silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan


dari depan.
- Diameter silinder dalam (51,5 ± 0,5 ) cm
- Kedalaman silinder dalam (33,5 ± 0,5) cm
- Jarak antara silinder luar dan dalam 2,8 cm
- Tiga buah sayap pengangkat dengan tinggi masing-masing (5,0 ± 0,5)
cm sudut ketajaman 120 o.
- Gerakan putar 1 (normal)
12 ± 0,1 detik berputar searah jarum jam, 3 ± 0,1 detik berhenti, 12 ± 0,1
berputar berlawanan dengan arah jarum jam , 3 ± 0,1 detik berhenti dan
seterusnya.

- Gerakan putar 2 (ringan)


3 ± 0,1 detik berputar searah jarum jam, 12 ± 0,1 detik berhenti, 3 ± 0,1
berputar berlawanan dengan arah jarum jam , 12 ± 0,1 detik berhenti dan
seterusnya.

- Frekwensi putaran
Saat pencucian 52 putaran per menit.

Saat pemerasan 530 ± 20 putaran per menit.

- Pengisian air pada kondisi normal 25 ± 5 liter per menit, suhu 20 ± 5 oC


- Waktu pengisian, untuk mencapai ketinggian maksimum (13 cm)
kurang dari 2 menit .
- Waktu pengosongan air : dari ketinggian air maksimum (13 cm) kurang
dari 1 menit sejak katup pembuangan dibuka.
- Sistem pemanasan, secara elektronik dilengkapi dengan thermostat.
- Kapasistas pemanasan, 5,4 ± 0,11
kW

Mesin Tipe A2

- Kedudukan silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan


dari depan.
- Diameter silinder dalam 48 cm
- Kedalaman silinder dalam 24,7 cm
- Jarak antara silinder luar dan dalam 2,5 cm
- Tiga buah sayap pengangkat dengan tinggi masing-masing 4,2 cm
sudut ketajaman 120 o.
- Gerakan putar 1 (normal)
13,5 detik berputar searah jarum jam, 1,5 detik berhenti, 13,5 berputar
berlawanan dengan arah jarum jam , 1,5 detik berhenti dan seterusnya.

- Gerakan putar 2 (sedang)


9 detik berputar searah jarum jam, 6 detik berhenti, 9 berputar berlawanan
dengan arah jarum jam , 6 detik berhenti dan seterusnya.

- Gerakan putar 3 (ringan)


3,5 detik berputar searah jarum jam, 11,5 detik berhenti, 3,5 berputar
berlawanan dengan arah jarum jam , 11,5 detik berhenti dan seterusnya.

- Frekwensi putaran
Saat pencucian 50 putaran per menit.

Saat pemerasan 700 putaran per menit.

- Pengisian air pada kondisi normal 10 ± 1 liter per menit, suhu 20 ± 5 oC


- Waktu pengisian, untuk mencapai ketinggian maksimum (13 cm)
kurang dari 3 menit.
- Waktu pengosongan air : dari ketinggian air maksimum (13 cm)
kurang dari 1 menit sejak katup pembuangan dibuka.
- Sistem pemanasan, secara elektronik dilengkapi dengan thermostat.
- Kapasistas pemanasan, 4,6
kW Mesin Tipe B
- Tipe mesin menggunakan agitator
- Kecepatan agitator
Normal : 70 ± 5 putaran per menit

Ringan : 50 ± 5 putaran per menit

- Diameter silinder pencuci 50 ± 5 cm


- Tinggi silinder pencuci 30 ± 5 cm
- Pada batas tertinggi : volume air 40 liter
- Waktu pencucian dapat diatur : 0 – 15 menit dengan toleransi 1 menit.
- Frekwensi putaran
Normal : 525 ± 15 putaran per menit

Lambat : 360 ± 15 putaran per menit

b. Pengering putar, mempunyai keranjang silinder berdiameter kira-kira 75


cm, kedalaman tidak kurang dari 40 cm, dan frekwensi putar 50 ± 5
putaran per menit. Dilengkapi dengan pengatur suhu antara 50 – 70 oC
yang terukur pada lubang ventilasi terdekat dari silinder pengering serta
mempunyai periode pendinginan 5 menit saat pengeringan selesai.

c. Deterjen tanpa pemutih optik yang sesuai dengan standar AATCC yang
hanya digunakan pada mesin tipe B, deterjen ECE tanpa pemutih optik
yang dapat digunakan pada semua tipe mesin cuci, deterjen IEC
dengan pemutih optik yang dapat digunakan pada semua tipe mesin
cuci tetapi perubahan warna contoh uji tidak diamati.

Deterjen AATCC tanpa pemutih optik

Alkilsulfonat linier – garam natrium (LAS) 14,0

Etoksilat alkohol 2,3

Sabun dengan berat molekul tinggi 2,5

Natrium tripolifosfat 48,0

Natrium silikat (SiO2 : Na2O = 3,3 : 1) 9,7

Natrium sulfat 15,4

Karboksil metil selulosa 0,25

Kandungan air 7,85

Deterjen ECE dan IEC

ECE IEC

Natrium alkil benzena sufonat linier

(panjang rantai alkana rata-rata C11,5) 8,0 8,0

Etoksilat tallow alkohol (14 EO) 2,9 2,9

Sabun natrium (panjang rantai C12-22) 3,5 3,5

Natrium tripolifosfat 43,7 43,7

Natrium silikat (SiO2 : Na2O = 3,3 : 1) 7,5 7,5

Magnesium silikat 1,9 1,9

Karboksil metil selulosa 1,2 1,2


Asam etilendiaminatetraasetat

Atau garam natriumnya 0,2 0,2

Natrium sulfat 21,2 21,0

Pemutih optik untuk kapas

(tipe dimorpolinostilbena) - 0,2

Kandungan air 9,9 9,9


d. Natrium perborat tetrahidrat
e. Kain pemberat yang merupakan kain yang terdiri dari 2 lembar kain rajut
poliester 100% atau kain tenun campuran poliester kapas yang beratnya
mendekati contoh uji dengan toleransi 25% serta ukuran masing-masing
(30 X 30) cm dengan toleransi ± 3 cm.
f. Pengering listrik tekan datar (heated bed press)
g. Alat bantu pengering tetes dan pengering gantung.
h. Rak pengering kasa, terbuat dari baja tahan karat dengan ukuran mesh
16.
i. Mistar atau alat ukur baja tahan karat.
j. Pena dengan tinta yang tidak hilang atau luntur, yang memberikan
penandaan permanen.
k. Meja datar untuk membentangkan contoh uji.
l. Gunting
2. Persiapan Contoh Uji
A. Contoh uji kain
a. Siapkan contoh uji berukuran sekurang-kurangnya 50 cm X 50 cm.
Pengambilan contoh uji dilakukan 10 cm dari tepi kain. Bila benang-
benang pada tepi contoh uji diperkirakan akan terurai pada proses
pencucian, sebaiknya tepi contoh uji diobras/dijahit.
b. Bentangkan contoh uji pada meja datar tanpa tekanan/tegangan dan
usahakan bebas dari kerutan/kekusutan menggunakan tangan secara
perlahan. Buat sedikitnya tiga pasang tanda masing-masing sejajar arah
lusi dan pakan (wales/courses untuk kain rajut). Jarak antara masing-
masing pasangan tidak kurang dari 350 mm dan berjarak minimal 50
mm dari setiap tepi contoh uji.
c. Kondisikan contoh uji tersebut di dalam ruang standar sampai tercapai
keseimbangan lembab.
d. Ukur kembali jarak masing-masing tanda dengan skala terkecil 1 mm
dan catat data ukuran masing-masing jarak tersebut sebagai panjang
awal.
B. Contoh uji pakaian jadi
a. Bagian bagian yang diukur pada pakaian jadi sangat banyak, tetapi tidak
semua harus dilakukan, dapat dipilih sesuai dengan tipe atau model
pakaian jadi bergantung pada persyaratan yang harus dilaporkan atau
kepentingan langganan yang mengujikan.
Bila diperlukan penentuan perubahan ukuran bahan pakaian jadi yang
berbeda dari perubahan ukuran jahitan dan kelim yang mungkin lebih
besar atau lebih kecil dari perubahan ukuran bahan, maka diperlukan
tambahan pengukuran perubahan ukuran arah lusi dan pakan
(wales/courses untuk kain rajut), sepanjang dapat dilakukan.
b. Petunjuk pengukuran pakaian jadi
- Lakukan pengukuran ke arah panjang dan lebar pada titik-titik yang
khusus. Sebaiknya pada jahitan atau antara titik-titik dimana jahitan
bertemu. Posisi yang diukur harus dapat ditandai dan tanda tersebut
tidak hilang dalam proses pengujian. Bila model pakaian jadi cukup
rumit sebaiknya dibuat pola pengukuran.
- Bila pada pakaian jadi ada kain pelapis yang berfungsi penting bagi
pakaian jadi tersebut, lakukan pengukuran pada posisi ini sesuai
dengan pengukuran yang dilakukan pada pakaian jadi tersebut.
- Kondisikan pakaian jadi tersebut dalam ruang standar sampai
tercapai keseimbangan lembab.
- Letakan pakaian jadi secara mendatar pada meja datar dan ukur
jarak masing-masing pasangan tanda tanpa tekanan/tarikan
menggunakan mistar atau alat ukur dengan ketelitian 1 mm.
Pengukuran pakaian jadi dilakukan dalam keadaan kancing
terpasang dengan baik. Catat data ukuran masing-masing jarak
tersebut sebagai panjang awal.
- Ukur bagian-bagian elastis dalam keadaan tanpa tegangan/tarikan.

3. Cara Pengujian
a. Pilih salah satu cara kerja pencucian yang akan digunakan, menurut tabel
10.1 untuk mesin tipe A dan tabel 10.2 untuk tipe B.
b. Masukan contoh uji yang telah dipersiapkan ke dalam mesin cuci dan
tambahkan kain pemberat sampai total berat kering sesuai dengan
persyaratan yang dibutuhkan. Tambahkan deterjen 1 – 3 g/l dengan
perkiraan ketebalan buih tidak lebih dari 3 cm pada waktu mesin berputar.
Kesadahan air tidak melampaui 5 ppm (dinyatakan dalam CaCO3). Bila
digunakan mesin tipe A, deterjen yang digunakan mengandung 4 bagian
deterjen IEC dan 1 bagian natrium perborat tetrahidrat.
c. Setelah pemerasan putar teraKhir selesai, pindahkan contoh uji dengan
hati- hati (hindari tarikan dan perubahan bentuk), dan keringkan dengan
salah satu cara pengeringan.
d. Bila contoh uji akan dikeringkan dengan cara pengeringan tetes, hentikan
mesin tepat sebelum pemerasan putar terakhir. Pindahkan contoh uji
dengan hati-hati, kemudian keringkan dengan cara pengeringan tetes.
e. Cara Pengeringan

- Pengeringan gantug

Setelah pemerasan terakhir selesai, gantungkan contoh uji dikedua


ujung kain pada gantungan pakaian yang tidak berkarat dengan arah
lusi atau wale vertikal dalam udara tenang suhu kamar dan biarkan
sampai kering.

- Pengeringan tetes,

Setelah pembilasan terakhir selesai, keluarkan contoh uji dari mesin cuci,
gantungkan dikedua ujung kain pada gantungan pakaian yang tidak
berkarat dengan arah lusi atau wale vertikal dalam udara tenang suhu
kamar, dan biarkan sampai kering.

- Pengeringan kasa,

Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan contoh uji pada kasa


datar, hilangkan kekusutan menggunakan tangan secara perlahan dan
hati-hati (hindari tarikan dan perubahan bentuk), diamkan sampai kering
pada suhu kamar.

- Pengeringan tekan datar,

Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan contoh uji pada alat,


hilangkan kekusutan menggunakan tangan secara perlahan dan hati-hati.
Letakan penekan, atur suhu dan waktu sesuai dengan kain yang diuji,
catat suhu dan tekanan yang digunakan.
- Pengeringan putar,

Masukan contoh uji bersama kain pemberat, atur suhu 70 oC untuk kain-
kain sedang sampai berat atau 50 oC untuk kain-kain ringan. Lakukan
pengeringan sampai kering dan lanjutkan putaran tanpa pemanas selama
5 menit.

f. Kondisikan contoh uji yang telah selesai dicuci dan dikeringkan dalam
ruang standar sampai mencapai keseimbangan lembab.

g. Lakukan pengukuran kembali jarak-jarak yang ditandai dan catat


hasilnya sebagai panjang dan lebar akhir.

h. Penyajian hasil uji

Mengkeret menurut kedua arah ditentukan sebagai berikut ; kedua


pengukuran mula-mula dan akhir adalah rata-rata dari pengukuran yang
dibuat pada contoh uji, sampai 0,5 % terdekat. Mulur dalam pencucian
(apabila pengukuran akhir lebih besar dari pengukuran mula-mula)
biasanya dinyatakan dengan penggunaan tanda tambah (+) atau tanda
minus (-) apabila sebaliknya.

4. Laporan

Disamping melaporkan mengkeret panjang dan lebar secara terpisah sampai


ketelitian 0,5% harus dilaporkan juga tipe mesin, prosedur pengujian dan
pengeringan yang digunakan. Rincian penyimpangan atau perubahan dari
prosedur yang dipersyaratkan.

1.3.5.Pengujian Kekuatan Jahitan

Alasan: pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan


jahitan dalam menyatukan 2 lapis kain. Standar pengujian yang digunakan
adalah SNI ISO 105-E04:2015.

1.3.5.1. Peralatan
1.3.5.1.1. Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju penarikan tetap
(V=30±1cm/menit) atau alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju
mulur tetap.
1.3.5.1.2. Gunting
1.3.5.1.3. Mesin jahit
1.3.5.1.4. Jarum jahit dan benang jahit dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Untuk kain rapat benang bagus:
 Untuk kain dengan berat sampai 270g/m2, jarum nomor metrik
90 (diameter blade 0,9mm), benang jahit polyester tex 40 atau
benang kapas tex 35
 Untuk kain >270g/m2, jarum nomor metrik 110, benang jahit
polyester tex 80 atau benang jahit kapas tex 70
- Untuk kain sedang dengan benang sedang atau lebih kasar
 Untuk kain dengan berat sampai 270g/m2, jarum nomor metric
110 (diameter blade 0,11mm), benang jahit polyester tex 60
atau benang kapas tex 70
 Untuk kain >270g/m2, jarum nomor metric\ 140, benang
jahit polyester tex 90 atau benang jahit kapas tex 105
1.3.5.2. Persiapan contoh uji
1.3.5.2.1. Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar
pengujian.
1.3.5.2.2. Potong contoh uji sesuai gambar dibawah ini.
1.3.5.2.3. Jahit sesuai gambar, dengan jumlah stitch 12±1/25mm.

1.3.5.3. Cara Uji


1.3.5.3.1. Atur jarak jepit menjadi 7,5cm.
1.3.5.3.2. Jepit contoh uji dan atur sehingga jahitan tepat di tengah.
1.3.5.3.3. Jalankan mesin sampai contoh uji putus.
1.3.5.3.4. Catat nilai kekuatan jahitan.
1.3.5.4. Perhitungan Hasil Uji
Amati dan catat penyebab putus, yaitu:
- Kain putus
- Benang jahit putus
- Benang-benang kain tergelincir
- Gabungan dua atau tiga penyebab diatas

1.3.6.Pengujian Kekuatan Slip Jahitan


Alasan: pengujian ini dilakukan untuk mengetahui slip jahitan pada sebuah
pakaian. Umumnya baju akan sering menerima tarik-tarikan. Hal tersebut
akan menyakibatkan slip pada jahitan. Standar pengujian yang digunakan
adalah SNI ISO 13936-1:2011- Tekstil-Cara Uji Ketahanan Selip Benang pada
Jahitan Kain Tenun.
1.3.6.1.1. Peralatan
a. Alat uji kekuatan tarik dengan sistem maju mundur tetap.
b. Jarak jepit : 7,5 cm, penjepit untuk uji kekuatan tarik cara cekau.
c. Perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan penarik : 5:1
d. Kecepatan penarikan : 100±10 mm/menit.
e. Mesin jahit listrik jeratan kunci 1 jarum, dengan kecepatan tidak lebih dari
3000 stitch per menit.
f. Jarum jahit dan benang jahit dengan ketentuan, sebagai berikut:
f.1 Untuk kain rapat benang halus,
 Untuk kain dengan berat sampai 270 g/m2, jarum nomor metrik 90
(diameter blade 0,9 mm), benang jahit poliester tex 40 atau
benang kapas tex 35.
 Untuk kain >270 g/m2, jarum nomor metrik 110, benang jahit
poliester tex 60 atau kapas tex 70.
f.2 Untuk kain sedang dengan benang sedang atau lebih kasar,
 Untuk kain dengan berat sampai 270 g/m2, jarum nomor metrik
110 (diameter blade 1,1 mm), benang jahit poliester tex 60 atau
benang kapas tex 70.
 Untuk kain >270 g/m2, jarum nomor metrik 140, benang jahit
poliester tex 90 atau kapas tex 105.
g. Penggaris dengan skala mm.
h. Jangka sorong.
i. Gunting.

1.3.6.2. Persiapan contoh uji


1.3.6.2.1. Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar
pengujian.
1.3.6.2.2. Gunting kain dan jahit sesuai gambar di bawah ini, dengan jumlah 12 ±
1/25 mm.
1.3.6.3. Cara Pengujian
1. Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
2. Pasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada jahitan
pada klem atas dan bawah.
3. Jalankan mesin sehingga berbentuk grafik kekuatan dan mulur kain.
4. Kemudian ujung pena kembalikan pada titik dimana awal terjadi grafik
pada pengujian pertama.
5. Pasang contoh uji yang ada jahitan pada klem atas dan bawah.
6. Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur jahitan.
7. Ukur grafik dengan cara :
- Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5 N) yang
merupakan tegangan awal dari contoh uji yang dijahit.
- Tambahkan 15 mm pada jarak (1) untuk slip 3 mm dan tambahkan
30 mm untuk slip 6 mm.
- Tentukan jarak antara dua titik pasangan kurva yang dipisahkan oleh
jarak (1) + 15 mm atau jarak (1) + 30 mm tepat sejajar sumbu
pertambahan panjang (tarikan).
- Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam kg (N) pada sumbu
kurva kekuatan sampai 2 N terdekat.
- Besarnya tahan slip adalah gaya tersebut dikurangi 5 N.
- Apabila pemisahan antara dua kurva lebih dari 20,4 kg (200 N),
laporkan Hasil pengujian sebagai lebih besar 20,4 kg (200 N) dan
apabila kain sobek dan pemisahan kurva tidak ada laporkan
kekuatan pada saat sobek.

1.3.7. Pengujian Kekuatan Kancing


Alasan : jaket jersey ini dilengkapi dengan aksesoris kancing sebagai
bukaan depan jaket. Seiring berjalannya waktu, jaket akan sering dibuka
pasang dan hal ini yang akan menyebabkan kancing mudah rusak. Maka
dari itu jaket jersey ini harus memiliki ketahanan kekuatan kancing yang
baik. Standar uji yang digunakan adalah ASTM D 6644-01 Standard Test
Method for Tension Strength of Sew-Through Flange Buttons dan ASTM D
5497-94c Standard Terminology Relating to Buttons.
1.3.7.1. Peralatan
1.3.7.1.1. Universal tester
1.3.7.1.2. Mesin pasang kancing
1.3.7.1.3. 5 buah kancing
1.3.7.2. Persiapan contoh uji
1.3.7.2.1. Siapkan 5 buah kancing dijahit dengan menggunakan mesin
pasang kancing pada dua helai kain kapas, dengan 12 helai
benang jahit kancing. Jarak antar kancing minimum 12,7 cm.
1.3.7.2.2. Kondisikan serat yang akan diuji dalam ruangan standar
pengujian seperti pada SNI 7649:2010 Tekstil - Ruangan
standar untuk pengkoordinasian dan pengujian.

1.3.7.3. Cara pengujian


1.3.7.3.1. Pilih satu set kancing yang telah dijahit pada kain dengan
posisi kancing yang dicengkram pada clamp fixture atas.
1.3.7.3.2. Posisikan clamp fixture dalam bentuk L.
1.3.7.3.3. Letakkan dan jepit kedua ujung kain pada klem bawah dengan
tepat.
1.3.7.3.4. Gerakan mesin/tarik kain sampai benang pada kancing putus atau
kancing rusak atau kain rusak
1.3.7.4. Laporan hasil uji
1.3.7.4.1. Standar uji yang digunakan
1.3.7.4.2. Kekuatan yang diperlukan sampai jalur benang jahitan putus.
1.3.7.4.3. Kekuatan masing-masing contoh uji dan rata-ratanya.
1.3.7.4.4. Kerusakan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai