B. Terhadap Pencucian
Maksud dan Tujuan
Menguji contoh uji terhadap ketahan luntur zat warna pada kain dengan cara mengosok
Alat : Linitas
Kelereng baja 10 buah
Mesin cuci
Bahan : Kain contoh uji 5 x 10 cm
Kain kapas dan polyester putih pelapis
Cara Kerja
a) Panaskan larutan sabun 400C
b) Masukan contoh uji dan kelereng baja kedalam larutan sabun
c) Cuci contoh uji dengan mesin cuci selama 1 jam dengan suhu 600C.
d) Setelah selesai contoh uji dibilas kemudian di keringkan.
Data Percobaan
Kain Grey scale Staining scale
Contoh uji 1 4
Contoh uji 2 4
Pelapis polyester 1 5
Pelapis kapas 1 4/5
Pelapis polyester 2 4
Pelapis kapas 2 4/5
C. TERHADAP KERINGAT
Maksud dan Tujuan
Menguji contoh uji terhadap ketahan luntur zat warna pada kain dengan cara mengosok
Alat Bahan
Kaca arloji Kain contoh uji (6x6) cm
Oven Kain putih pelapis kapas dan poliester
Lempeng fiber Larutan keringat asam dan basa
Beban 9 lbs
Cara Kerja
a) Contoh uji diberi lapisan kain kapas dan polyester sesuai ukuran contoh uji
b) Masing-masing contoh uji dengan kain pelapis dijahit pada salah satu sisi.
c) Kain tersebut diletakan pada kaca arloji, kemudian dibasahi larutan keringat setelah itu kain
dibiarkan selama beberapa saat dan diperas pada lempeng fibre
d) Lempeng tadi dipasang pada perspication tester kemudian diberi beban 9 lbs
e) Masukan kedalam oven dengan suhu 38-40 0C selama 6 jam
f) Keringkan dalam oven dengan suhu 600C
Data Percobaan
Kain Grey scale Staining scale
Asam 1 4
Asam 2 5
Basa 1 5
Basa 2 5
Pelapis kapas1
Polyester 1 4/5
Kapas 2 4
Polyester 2 4/5
Kapas b1 4
Polyester b1 4/5
Kapas b2 4
Polyester b2 4/5
Stabilitas Dimensi
Kain kapas sudah lama diketahui mengalami pemengkeretan setelah pencucian. Sebagian penyebabnya
adalah karena adanya gaya penarikan yang dialami bahan selama proses manufakturnya, baik ke arah
panjang maupun ke arah lebar kain.
Ada dua jenis mengkeret, yaitu :
Mengkeret karena tegangan mekanis pada waktu proses pertenunan dan penyempurnaan,
menyebabkan kain tertarik untuk sementara dan waktu pencucian akan bersantai (relaxatian)
kembali kebentuk semula.
Mengkeret karena adanya kemampuan serat untuk menggumpal (felting) dalam pencucian. Misalnya
kain wool yang cenderung untuk mengkeret dan menggumpal dalam keadaan basah.
Hingga saat ini dikenal dua macam cara untuk mencegah mengkeret kain yaitu :
Bahan dibasahi lalu dikeringkan tanpa tegangan, biasanya dengan pengering loop
Pada industri pakaian jadi bahan dicuci dahulu sebelum dibuat menjadi pakaian sehingga diharapkan
tidak terjadi lagi mengkeret pada pakaian jadi.
Cara-cara tersebut di atas tidak membuat kain tahan mengkeret secara optimal, karena setelah proses
tersebut kain biasanya akan terlihat kusut, dan kemudian harus disetrika kembali agar nampak licin, yang
mengakibatkan kain memanjang kembali dan akan mengkeret kembali pada pencucian berikutnya.
Pembebasan mengkeret kain tidak semata oleh adanya pembebasan tarikan tetapi juga adanya
penggembungan yang terjadi karena pembasahan sehingga terjadi penyusunan kembali (reorientasi) materi
internal/rantai molekul yang mengakibatkan mengkeret pada bagian eksternalnya.
Pengujian mengkeret kain dilakukan dengan mencuci kain yang sudah dikondisikan dalam atmosfer standar
dan ditandai dalam ukuran tertentu, dalam mesin cuci dengan kondisi pencucian disesuaikan dengan jenis
kain dan komposisi seratnya.
Uji Daya Serap Kain dan Uji Tetes ( daya serap untuk kain rajut )
Bahan tekstil merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik yaitu suatu bahan yang menyerap air.
Dalam penggunaannya beberapa kain harus mempunyai kemampuan untuk menyerap air atau cairan
secara cepat atau mudah dibasahi, misalnya kain handuk, kain pembalut, kapas pembalut dan sebagainya.
Dalam hal membasahi kain biasanya menyangkut soal lamanya kain dapat terbasahi atau lamanya waktu
pembasahan. Peristiwa pembasahan kain dan bagaimana kain dapat terbasahi merupakan masalah.
Kemampuan kain dalam menyerap air sangat ditentukan struktur molekul serat serat penyusun benang
dari kain yang bersangkutan. Makin banyak bagian yang amorf dari suatu serat, maka gugus hidroksil akan
makin banyak. Sehingga kemampuan untuk mengikat senyawa air akan makin dominan. Selain itu juga
penyerapan air dipengaruhi oleh konstruksi benang penyusun kain yang bersangkutan. Bila benang
penyusun kain tersebut diberi antihan yang tinggi, maka kemampuan benang tersebut untuk menyerap air
akan rendah.
Kain handuk dan kain rajut harus mempunyai kemampuan untuk menyerap air atau cairan secara cepat
( mudah dibasahi ) didalam hal membasahi kain, biasanya terkait dengan lamanya kain dapat terbasahi
atau dapat disebut dengan waktu pembasahan. Jika setetes air dijatuhkan pada permukaaan dari tiga jenis
zat padat yang rata-rata tetesan air tersebut mungkin membentuk bulat, pipih ataupun antara bulat dan
pipih.
Uji Siram
Cara uji ini dapat digunakan pada semua jenis kain yang tidak maupun yang sudah diberi penyempurnaan
tahan air atau tolak air. Cara ini mengukur ketahanan kain terhadap pembasahan air. Cara ini terutama
sesuai untuk menilai kebaikan penyempurnaan tolak air yang telah diberikan pada kain, khususnya kain
dengan anyaman polos. Karena alatnya sederhana dan mudah dibawa serta cara pengujian yang singkat
dan sederhana, maka cara ini sangat sesuai untuk pengendalian mutu dalam pabrik. Cara ini tidak
dimaksudkan untuk meramalkan tahan hujan kain, oleh karena itu perembesan air melalui kain tidak diukur.
Hasil yang diperoleh dengan cara ini terutama bergantung pada ketahanan terhadap pembasahan atau
daya tolak air serat-serat dan benang-benang dalam kain dan tidak pada konstruksi kain.
Dalam uji siram dipakai siraman air yang berasal dari corong dengan lubang penyiraman. Air disiramkan di
atas contoh uji yang dipasang pada lingkaran penyulam dan dipasang pada kedudukan miring 45o dengan
bidang horizontal. Pengujian dilakukan dengan menyiramkan secara teratur 250 cm3 air dengan suhu 22oC
ke dalam corong penyiram Penilaian terhadap uji daya tolak air dilakukan dengan menggunakan standar
penilaian uji siram
KESIMPULAN
1. Pengujian perubahan dimensi setelah pencucian
Perubahan dimensi setelah pencucian benang pakan lebih besar daripada benang lusi.
2. Pengujian perubahan tahan luntur warna
a. Terhadap gosokan
Ketahanan luntur warna terhadap gosokan dalam keadaan basah lebih jelek dari pada dalam
keadaan kering.
b. Terhadap pencucian
Canto uji memiliki ketahanan luntur cukup baik terhadap pencucian.
c. Terhadap Pencucian
Kain contoh uji memiliki ketahanan warna terhadap keringat basa yang lebih baik daripada
terhadap keringat asam.
3. Pengujian Tahan api
Contoh uji memiliki ketahanan api yang kurang baik.
4. Pengujian daya serap kain
a. Cara keranjang
Contoh uji memiliki daya serap yang bagus terhadap air.
b. Cara Tetes
Contoh uji memiliki daya serap yang bagus terhadap air.
5. Pengujian Daya tolak air
a. Uji siram
Contoh uji memiliki daya tolak terhadap air yang kurang baik.
b. Cara Bundesman
Contoh uji emiliki daya tolak air yang kurang baik.
LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI 3
DISUSUN OLEH :