Anda di halaman 1dari 11

I.

Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini yaitu agar praktikan memahami dan
memiliki kemampuan untuk menguji sifat nyala api, tahan api, dan
stabilitas dimensi pada bahan tekstil.
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan sifat nyala api,
tahan api, dan stabilitas dimensi pada bahan tekstil.
II. Teori Dasar

Menurut (Ramadhan, 2013) penjelasan dan faktor yang berpengaruh


tentang pengujian sifat nyala api dan tahan api adalah sebagai berikut:

Di dalam berbagai proses industri, dimana kemungkinan


terjadinya bahaya kebakaran besar sekali, sangat mutlak diperlukan
adanya kain yang tahan terhadap nyala api . begitu pula dalam
kehidupan sehari-hari banyak kecelakaan terjadi karena kebakaran
didalam rumah yang berasal dari hubungan pendek listrik, kompor,
rokok dan lainnya. Untuk mencegah kebakaran perlu digunakan kain
yang tahan terhadap nyala api untuk pakaian tidur, kain kasur,
permadani, pakaian pemadam kebakaran, tekstil yang berkaitan
dengan penerbangan, atau bahkan pakaian bayi.

Pengaruh kontruksi kain terhadap nyala api adalah sebagai berikut :

a. Komposisi serat pada kain


Sifat anti nyala api sangat dipengaruhhi oleh jenis serat pada
kain. Serat-serat selulosa seperti kapas, flaks, dan rayon
mempunyai sifat tahan nyala api yang rendah, sedangkan wol
biasanya sulit terbakar. Bahan nilon dan poliester adalah serat
termoplastik yang akan mengkeret terhadap nyala api dan
cenderung untuk tidak terbakar, meskipun karena proses
penganjian atau pencelupan dengan zat warna tertentu dapat
menyebabkan kain nilon dan poliester mudah terbakar.

b. Jenis benang
Kontruksi benang tidak berpengaruh terhadap sifat anti nyala.

1
c. Struktur kain
Sifat anti nyala api pada kain tidak tergantung pada konstruksi,
misal kain tenun, kain rajut, kain renda, kain felt dan sebagainya.

d. Berat kain
Berat kain berpengaruh langsung terhadap sifat anti nyala api.
Untuk jenis serta apapun, makin berat maka sifat tahan nyala api
juga makin baik.

Terdapat beberapa cara pengujian tahan nyala api, diantaranya

1. Uji tahan api cara uji miring 45o


2. Pengujian tahan nyala api dengan uji jalur vertikal
Pengujian dengan cara uji jalur vertikal dimaksudkan untuk
kain asli yang tahan nyala api atau untuk kain yang diberi
penyempurnaan tahan nyala api. Dalam pengujian ini dibedakan
antara kain yang dapat terbakar tetapi tahan terhadap nyala api atau
tidak merusak nyala api, dengan kain termoplastik yang tidak
terbakar bila didekatkan pada nyala api, tetapi meleleh dan
mengkerut menjauhi nyala api.

Pengujian dengan uji jalur vertikal dilakukan dengan jalan


membakar kain yang dipasang pada kedudukan vertikal dan pada
ujung kain bagian bawah dibakar dengan nyala api bunsen, dengan
ukuran kain bervariasi sesuai dengan standar yang dipakai dan tujuan
penggunaan kain yang tahan nyala api.

Pengujian ini ditujukan untuk menentukan apakah suatu kain


bersifat anti nyala api, dapat dipakai untuk menguji semua jenis kain
yang berbentuk lembaran atau dipotong-potong menjadi bentuk
lembaran-lembaran kain.

Prinsip dari pengujain ini yaitu membakar kain contoh uji yang
telah dikondisikan yang disiapkan pada suatu pemegang contoh dan
diletakkan vertikal dalam suatu alat uji. Contoh uji kemudian dibakar

2
pada kondisi tertentu, waktu nyala api, waktu bara, serta panjang
arang diukur dan dicatat.

Menurut (Ramadhan, 2013) penjelasan tentang pengujian perubahan


dimensi bahan tekstil pada proses pencucian dan pengeringan adalah
sebagai berikut:

Kain tenun apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian


akan mengalami perubahan dimensi baik kearah lusi ataupun pakan.
Apabila perubahan ini terjadi maka, kondisi tersebut harus
dipulihkan kembali dengan cara :

a. Tension Presser
b. Knit Shrinkage Gauge
c. Hand iron
Pada pengujian ini kondisi pencuciannya dengan menggunakan
sabun netral pada suhu 400 C selama 30 menit. Untuk pemulihannya
pada kain tenun dengan menggunakan Knit Shrinkage Gauge, tetapi
pada percobaan ini tidak dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pengujian stabilitas dimensi ialah :

a. Proses pencucian
b. Proses pengeringan
c. Proses pemulihan
Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setalah
pemakaian sehari-hari termasuk kain yang mutu kainnya baik.
Penyebab utama dari dari perubahan dimensi kain adalah mengkeret
setelah pencucian. Kadang-kadang orang membeli baju dengan
ukuran sedikit lebih longgar dengan harapan apabila dicuci akan
mengkeret dan ukurannya sesuai. Ada dua jenis medngkeret yaitu
mengkeret karena tegangan mekanis pada waktu proses pertenunan
dan penyempurnaan. Menyebabkan kain tertarik untuk sementara
dan waktu pencucian akan relaxation ke bentuk semmula. Dan jenis
mengkeret lain, karena adanya kemampuan serat untuk menggumpal
(felting) dalam pencucian.

3
III. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah:
a. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara 45o
1. Kain contoh uji (5 x 15)cm
2. Seperangkat mesin bakar
b. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara vertical
1. Kain contoh uji (7 x 32)cm
2. Seperangkat mesin bakar
3. Stopwatch
c. Pengujian perubahan dimensi bahan tekstil pada proses pencucian dan
pengeringan
1. Mesin cuci
2. Pengering putar
3. Detergen
4. Kain pemberat
5. Mistar 60 cm
6. Timbangan
IV. Cara Kerja
a. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara 45o
1. Contoh uji dikeringkan pada suhu 105oC selama 30 menit,
dinginkan pada eksikator selama 15 menit;
2. Jepit contoh uji pada penjepit yang disediakan, simpan pada tempat
yang disediakan sehingga kain miring 45o;
3. Atur nyala api 16 mm dari ujung pembakar;
4. Gerakan pembakar gas horizontal ke contoh uji;
5. Nyala api dihitung dengan menggunakan stopwatch
Evaluasi
Kelas 1 (diterima untuk dipakai) = ≥ 3,5 detik (kain tidak
berbulu), > 7 detik (untuk kain
berbulu).
Kelas 2 (antara kelas 1&2) = 4-7 detik untuk kain berbulu.

4
Kelas 3 (tidak diterima) = < 3,5 detik (kain tidak
berbulu), < 4 detik (kain
berbulu).
b. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara vertical
1. Jepit contoh uji lalu pasang pada tempat yang telah disediakan;
2. Atur nyala api 38 mm;
3. Geser nyala api kebawah contoh uji dan bakar contoh uji selama 12
± 0,2 detik kemudian ambil nyala api, amati adanya lelehan atau
tetesan;
4. Ukur waktu nyala (waktu sejak api membakar kain sampai api
padam), ukur waktu bara (waktu sejak api padam sampai bara
padam);
5. Dinginkan contoh uji lalu ukur panjang arang sebagai berikut:
- Lubangi salah satu sudut dengan jarak 0,6 mm dari tepi bawah
contoh uji, kemudian diberi beban sesuai berat kain seperti
tercantum pada tabel. Pegang sudut sebelahnya kemudian
angkat sehingga bagian kain yang dibakar akan sobek.
- Ukur panjang sobekan tersebut sampai 3 mm terdekat

Beban untuk menyobek contoh uji


Berat kain (g/l) Beban (g)
68-203 100
>203-508 200
>508-780 300
>780 475
Evalusi

- Panjang arang rata-rata tidak boleh >17,8 mm


- Panjang arang masing-masing tidak boleh >25,4 mm
c. Pengujian perubahan dimensi bahan tekstil pada proses pencucian dan
pengeringan
Persiapan
1. Siapkan contoh uji (50 x 50) cm;

5
2. Bentangkan kain sampai tidak ada kerutan lalu diberi tanda;
3. Kondisikan contoh uji dalam ruang standar;
4. Ukur kembali jarak penanda.

Pengujian

1. Pilih salah satu cara;


2. Masukan contoh uji kedalam mesin cuci + kain pemberat sampai
berat kering sesuai, tambahkan 1-3 g/l detergen dengan buih < 3
cm, kesadahan air < 5 ppm;
3. Setelah pemerasan putar selesai, pindahkan contoh uji dengan hati-
hati, keringkan dengan salah satu cara;
4. Bila menggunakan cara pengeringan tetes, hentikan mesin sebelum
pemerasan putar terakhir;
- Pengeringan gantung
Setelah pemerasan terakhir selesai, gantung contoh uji
- Pengeringan tetes
Setelah pembilasan terakhir selesai, keluarkan lalu gantung
- Pengeringan kasa
Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan pada alat
(hindari kekusutan/lipatan), lalu diberi tekanan dan suhu
tertentu
- Pengeringan putar
Masukan contoh uji dalam kain pemberat, suhu 70 oC (kain
berat), suhu 50oC (kain ringan). Lakukan pengeringan dan
lanjutkan putaran tanpa pemanasan dengan waktu 5 menit.
5. Kondisikan contoh uji pada ruang standar;
6. Lakukan pengukuran kembali.
pnj akhir− pnjawal
% peubahan = × 100 %
pnjawal
V. Data Percobaan
a. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara 45o
Standar yang dipakai pada pengujian in adalah SNI 08-0989-1989,
Cara Uji Tahan Api Tekstil Sandang (Uji Miring 45 derajat), Badan

6
Standarisasi Nasional, 1989 tetapi pada pengujian terdapat beberapa
hal yang tidak sesuai dengan standar yaitu karena keterbatasan frame,
frame tidak ikut dipanaskan dan dieksikator dengan kain, tombol stop
yang tidak berfungsi, dan waktu tempuh pembakar ke kain yang harus
dihitung manual.

Waktu tempuh
Arah Waktu total (s) Waktu nyala (s)
pembakar (s)
Lusi 19 7 12
Pakan 15 5 10
b. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara vertical
Standar yang dipakai pada pengujian ini adalah SNI 08-1512-1989,
Cara Uji Tahan Api Tekstil, Badan Standarisasi Nasional, 1989.
Pengujian menggunakan kain katun maka dari itu tidak terdapat arang
pada sampel.

Waktu (-12 s) Lusi (s) Pakan (s)


Nyala 23,2 13,9
Bara 16,5 27,3
c. Pengujian perubahan dimensi bahan tekstil pada proses pencucian dan
pengeringan
Standar yang dipakai pada pengujian ini adalah SNI 08-0459-1989,
Cara Uji Perubahan Ukuran Tekstil Pada Proses Pencucian dan
Pengeringan, Badan Standarisasi Nasional, 1989 tetapi pada
pengujiannya terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan standar
yaitu mesin cuci yang ada hanya bisa mengatur suhu dan waktu
pencucian, detergen yang dipakai yaitu detergen konvensional (Rinso),
cara pengeringan dengan pengeringan putar dengan waktu 30 menit
tanpa menggunakan pemanasan.

Lusi Pakan
1 2 3 1 2 3

7
Awal (cm) 35,6 35,4 35,5 35,3 35,3 35,2

Akhir (cm) 34,9 34,2 34,9 34,8 34,9 34,8

Perhitungan

Lusi Pakan
1 2 3 1 2 3
% 35,6−34,9 35,4−34,2 35,5−34,9 35,3−34,8 35,3−34,9 35,2−34,8
×100 %=−2,73
×100
% %=−3,38× 100
% %=−1,69 × 100
% %=−1,41 × 100
% %=−1,13 × 100
% %=
35,6 35,4 35,5 35,3 35,3 35,2
Perubahan
Rerata -2,6% -1,22%

VI. Diskusi
a. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara 45o
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan layak tidaknya bahan
tekstil dipakai untuk keperluan sehari hari, pengujian dengan cara
miring ini disesuaikan dengan pengaplikasian bahan tekstil saat
dipakai menjadi bahan yang sudah jadi. Menurut SNI 08-0989-1989
penilaian dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas 1(layak/diterima untuk
dipakai) pada kisaran waktu pembakaran ≥3,5 detik untuk kain tidak
berbulu dan >7 detik untuk kain berbulu, kelas 2(sedang) pada kisaran
waktu pembakaran 4-7 detik, kelas 3(tidak layak/diterima) pada
kisaran <3,5 detik untuk kain tidak berbulu dan <4 detik untuk kain
berbulu. Hasil dari pengujian praktikan adalah waktu pembakaran kain
arah lusi sebesar 12 detik dan kain arah pakan sebesar 10 detik, dari
hasil berikut dapat disimpulkan bahwa kain yang diuji masuk kedalam
kelas 1 yaitu layak untuk dipakai. Waktu pembakaran menurut
literature dapat dipengaruhi oleh komposisi serat pada kain karena sifat
fisika maupun kimia serat dan berat kain.
b. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara vertical
Pengujian ini tujuannya hampir sama dengan pengujian dengan
cara miring, yang berbeda hanya cara pengujiannya, cara pengujiannya
berbeda karena penerapan bahan ketika sudah menjadi barang jadi
berbeda contohnya kain yang diuji dengan menggunakan cara vertical

8
adalah kain yang digunakan untuk gorden atau semacamnya yang
pengaplikasiannya secara vertical. Menurut SNI 08-1512-1989 cara
pengevaluasiannya adalah dengan meengukur panjang arang dari hasil
pembakaran tetapi pada kenyataannya ketika kain sudah dibakar tidak
terbentuk arang pada kain yang mengakibatkan kain tidak dapat
dievaluasi ketahanannya terhadap api dengan cara vertical, tetapi pada
hasil pengujian didapat waktu nyala dan bara untuk arah lusi sebesar
23,2 detik dan 16,5 detik, sedangkan untuk kain arah pakan sebesar
13,9 detik dan 27,3 detik.
c. Pengujian perubahan dimensi bahan tekstil pada proses pencucian dan
pengeringan
Pengujian ini bertujuan untuk menguji stabilitas dimensi terhadap
pencucian dan pengeringan pada bahan, pengujian ini telah
terstandarisasi pada SNI 08-0459-1989, tetapi pada pengujian yang
sebenarnya ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan standar yaitu
mesin cuci yang hanya bisa diatur adalah suhu beserta waktunya, dan
penggunaan detergen yaitu menggunakan detergen
konvensional(Rinso). Hasil pengujian menunjukan % perubahan untuk
arah lusi sebesar -2,6% dan untuk arah pakan sebesar -1,22%, tanda
minus(-) menunjukan bahwa panjang akhir menjadi berkurang atau
terjadinya mengkeret pada kain arah lusi maupun pakan, menurut
literature kemengkeretan ini dapat disebabkan oleh tegangan mekanis
pada proses pertenunan atau penyempurnaan yang diderita oleh bahan
atau yang menyebabkan kain tertarik untuk sementara dan waktu
pencucian akan relaxation ke bentuk semmula. Dan jenis mengkeret
lain, karena adanya kemampuan serat untuk menggumpal (felting)
dalam pencucian.
VII. Kesimpulan
a. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara 45o
Jadi, pada pengujian dengan cara miring didapat hasil kain
termasuk kedalam kelas 1 yaitu diterima/layak dipakai dengan waktu
12 detik untuk arah lusi dan 10 detik untuk arah pakan.

9
b. Pengujian sifat nyala api dan tahan api cara vertical
Jadi, pada pengujian dengan cara vertikal didapat hasil kain
memiliki waktu nyala dan bara untuk arah lusi sebesar 23,2 detik dan
16,5 detik, sedangkan untuk arah pakan sebesar 13,9 detik dan 27,3
detik. Evaluasi tidak dapat ditentukan karena tidak terdapat arang pada
sampel.
c. Pengujian perubahan dimensi bahan tekstil pada proses pencucian dan
pengeringan
Jadi, pada pengujian didapat hasil % perubahan pada arah lusi
sebesar -2,6% dan arah pakan sebesar -1,22% atau terjadi
kemengkeretan pada kedua arah.
VIII. Daftar Pustaka

Hitariat, N. S., Widayat, & Totong. (2005). BAHAN AJAR PRAKTEK EVALUASI
KAIN. BANDUNG: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL.
Ramadhan, F. (2013). LAPORAN PRAKTIKUM PEGUJIAN DAN EVALUASI
TEKSTIL 3 "Pengujian Cara Kimia". BANDUNG: SEKOLAH TINGGI
TEKNOLOGI TEKSTIL.

10
LAMPIRAN

Cara Miring Cara Vertikal Stabilitas Dimensi

11

Anda mungkin juga menyukai