Jika kain dibuat sedemikian rapat hingga tidak ada rongga rongga diantara
benang benang, kain masih mungkin tembuh air jika air dapat membasahi kain. Hal
ini terjadi pada kain kanvas dari kapas yang ditenun sangat rapat. Apabila kain tenun
biasa dibuat dari serat yang diberi proses kimia sehingga tidak dapat dibasahi oleh
air, maka air akan menggelincir dipermukaan kain tanpa menembusnya, tetapi jika
air terkumpul dipermukaan kain dengan ketebalan tertentu atau air menetesi kain
dengan tekanan yang lebih kuat, air akan menembus kain dengna rongga – rongga
pada kain. Hal ini terjadi pada kain yang disebut kain tahan gerimis. Agar kain benar
– benar tidak tertembus air, kain harus dilapisi dengan pelapis yang tidak tembus air,
misalnya untuk jas hujan, kain dilapisi karet atau untuk terpal dilapisi sejenis ter.
Kain yang diberi pelapis juga bersifat tidak tembus udara, sehingga tidak nyaman
dipakai. Untuk pakaian biasa diperlukan sifat tahan air cukup namun masih bersifat
tembus udara dan uap air.
2. Cara Kerja :
a. Sample atau kain uji yang sudah dipotong dalam bentuk lingkaran dengan
diameter 14,1 cm ditimbang untuk mengetahui berat awal dari kain uji
tersebut. Setelah ditimbang kemudian data dicatat.
ml
b. Kalibrasi curah hujan sesuai dengan standar yaitu 100 dengan cara :
menit
1. Tabung tempat sample contoh uji ditutup agar air hujan bisa
tertampung ditabung tersebut .
2. Setelah itu, buka keran lalu melakukan pengujia tanpa sample selama 1
menit untuk melihat apakah curah hujan yang kita atur sudah sesuai
dengan standar.
3. Mesin dinyalakan dan melakukan pengujian tanpa sample selama 1
menit untuk mengetahui curah hujannya.
4. Waktu dimulai pada saat penutup air dibuka.
5. Setelah 1 menit kita lihat apakh yang tertampung jumlahnya sudah
sesuai standar yang kita atur atau belum.
6. Dimasukkan kedalam gelas ukur dan lihat apakah jumlahnya sudah
sesuai dengan standar.
7. Kemudian lakukan lagi cara kerja tadi dengan menggunakan kain
sample contoh uji.
8. Lalu kita lihat isi tabung apakah terisi oleh rembesan air atau tidak.
Jika terisi oleh air lakukan langkah seperti tadi lalu air ditampung pada
piala gelas dan ukur berapa ml volume air yang rembes. Jika, tidak ada
rembesan air, maka volume rembesan air ditulis “0” (nol).
9. Untuk evaluasi presentasi penyerapan kain yang sudah diuji selama 10
menit diair hujan kemudian lakukan pemerasan dimesin cuci peras
putar selama 15 detik
10. Jika sudah contoh uji diambil dari mesin cuci pengeringan lalu
ditimbang untuk menghitung presentase penyerapannya
11. Contoh uji yang telah diperas putar selama 15 detik kita timbang untuk
mengetahui berat basahnya dan lakukan evaluasi perhitungannya.
2.2. Peralatan
Alat uji tahan api (secara vertikal) terdiri dari sutau kotak dengan pintu
kaca untuk melindungi nyala api dari hembusan udara. Didalam alat
terdapat tempat untuk memasang penjepit contoh uji sehingga contoh uji
vertikal. Dibagian bawah terdapat pembakar gas dengan diameter lubang
10 mm dan jika diletakkan dibawah contoh uji berjarak 19 mm dari ujung
bawah contoh uji.
2.3. Persiapan contoh uji
Contoh uji dipotong dengan ukuran 32 cm x 7,5 cm
2.4. Cara uji
1. Jepit contoh uji pada penjepit contoh uji dengan rata dan pasang pada
tempat penjepit contoh uji dalam alat uji tahan api.
2. Atur nyala api hingga tingginya 38 mm.
3. Geser nyala api kebawah contoh uji dan membakar contoh uji selama
12 ± 0,2 detik kemudian ambil atau padamkan nyala api. Amati
adanya lelehan atau tetesan.
4. Ukur waktu nyala (after flame time), yaitu waktu sejak api diambil
sampai nyala padam, dan waktu bara (after glow time), yaitu waktu
sejak nyala padam sampai bara padam.
5. Evaluasi :
a. Waktu nyala api :
Waktu nyala api adalah waktu nyala api hingga padam – 12 detik
(dari waktu pembakaran/ waktu pada saat api tepat berada diatas
kain ).
b. Waktu bara :
Waktu bara adalah lama waktu bara hingga padam – waktu nyala
api hingga padam.
3.1. Peralatan
1. Launder O-meter, yang dilengkapi dengan :
- Penangas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu yang
ditetapkan
- Tabung baja tahan karat
- Frekwensi putaran tabung 40 putaran per menit ± 2 putaran per menit
2. Kelereng baja tahan karat
3. pH meter dengan ketelitian 0,1
4. neraca analitis
5. kain pelapis masing – masing berukuran 4 cm x 10 cm, dapat digunakan salah
satu dari jenis berikut :
- kain pelapis berbahan kapas
- kain lapis berbahan poliester
6. sabun tanpa pemutih optik seperti sabun standar AATCC atau ECE
7. grey scale dan staining scale
8. air suling
a. Simpan kain pelapis poliester dibawahnya contoh uji kain yang akan
diuji lalu kain pelapis kapas / bisa sebaliknya. Lakukan hal yang sama
untuk kain contoh uji yang kedua. ( yang harus diperhatikan untuk
kain yang bermotif printing karena bagian belakangnya ruang putih,
maka penempatan contoh uji kain pelapis jangan sampai salah).
b. Pada contoh uji yang pertama kita asumsikan bagian bawah adalah
kain pelapis terdapat dari poliester, lalu contoh uji setelah itu kain
pelapis kapas. Contoh uji yang kedua sebaliknya.
c. Setelah sample dipasang kain pelapis. Lalu dijahit pada salah satu sisi
dengan menggunakan benang putih.
d. Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung untuk pengujian tahan luntur
warna terhadap pencucian :
1. Siapkan menurut standar uji yang kita gunakan kelereng baja
sebanyak 10 buah masing – masing tabung.
2. Kemudian masukkan larutan sabun yang sudah disiapkan
sebelumnya 1 gram/liter sebanyak 150 ml setiap tabung.
3. Masukkan sample yang sudah dijahit sebelumnya ke masing –
masing tabung dan masukkan kelereng baja.
4. Suhu pencucian diatur dengan standar yaitu 40 ºC kemudian
waktu pencucian ada 20, 30 dan 45 menit tinggal dipilih sesuai
mana yang lebih digunakan.
5. Tabung yang sudah diisi cairan tadi lakukan pemanasan awal.
Pada saat pencucian itu suhu larutan dalam tabung dia sudah
mencapai suhu pencucian.
6. Pindahkan tabung ke area pencucian. Gunakan penjepit. Pastikan
terjepit cukup kencang dan pas dengan melihat keseimbangan agar
tidak terlepas pada saat pencucian.
7. Pastikan klem sudah kencang
8. Jika sudah. Tutup dan mesin dilakukan pencucian lalu pencet
tombol “ON” pada motor tube.
9. Setelah waktu pencucian tercapai, lepaskan
10. Untuk proses pembilasan, siapkan air dalam 2 buah gelas dengan
suhu 40ºC
11. Sampel yang selesai dicuci, keluarkan. Kemudian bilas pada air
dengan suhu 40ºC selama 1 menit.
12. Setelah 1 menit, pindahlan pada air yang kedua dengan suhu yang
sama.
13. Lalu keringkan. Untuk mempercepat pengeringan, kita bisa
dengan menggunakan pengeringan putar pada mesin cuci sekitar
15 detik.
14. Untuk pengeringan usahakan kain pelapis tidak bersentuhan
dengan contoh uji kain untuk menghindari migrasi warna akibat
pengeringan.
15. Setelah contoh uji kering, lakukan uji penilaian ketahanan luntur
warna dengan menggunakan Gray Scale dan Staining Scale.
4.1. Peralatan
1. AATCC Perspiration Tester atau alat lain yang sejenis.
2. Alat pemeras mangel yang dilengkapi dengan pengatur tekanan.
3. Gelas piala 500 ml dan pengaduk gelas yang ujungnya dipipihkan.
4. Gray scale dan staining scale.
5. Lempeng – lempeng kaca atau plastik.
6. Oven dengan pengatur suhu.
5.1. Peralatan
1. Alat Crockmeter, mempunyai jari dengan diameter 1,5 cm, yang
bergerak 1 kali maju mundur sejauh 10 cm setiap kali putaran,
dengan gaya tekanan pada kain seberat 900 gram.
2. Staining scale
3. Air suling
4. Kain kapas dengan konstruksi 100 X 96/inci dan berat 135,3 g/m²
yang telah diputihkan, tidak dikanji dan tidak disempurnakan,
dipotong dengan ukuran 5 cm x 5 cm.
B. Gosokan basah
1. Kain putih dibasahi dengan air suling, kemudian diperas
diantara kertas saring, sehingga kadar air dalam kain menjadi
65 ± 5% terhadap berat kain contoh uji.
2. Kemudian dikerjakan seperti pada cara gosokan kering secepat
mungkin untuk menghindarkan penguapan. Kain putih
dikeringkan diudara sebelum dievaluasi.
3. Bandingkan kain penggosok dengan Staining Scale.