Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya
yang terlah diberikan kepada kita semua, sehingga penyusun bisa menyelesaikan laporan
praktikum mekanika tanah ini. Adapun tujuan disusunnya laporan praktikum ini adalah
sebagai syarat untuk memenuhi tugas teknologi bahan.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata, melainkan
juga atas bantuan dari berbagai pihak . Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang sudah membantu kanmi dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.

Kami penyusun menyadari bahwa laporan kami belum bisa dikatakan sempurna.
Untuk itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dan pembaca sekalian agar
kedepannya praktikum ini dapat disempurnakan. Semoga laporan mekanika tanah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua.

Ketapang, 13 juni 2022

Penulis

Mario Noevanansius
BAB I

PENDAHULUAN

A. Metode Uji Penetrasi ASPAL


1. Tujuan
Tujuannya adalah untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek
(solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu ,
beban dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu. Hasil
pengujian ini selanjutan dapat di gunakan dalam pengendalian mutu aspal
atau tar untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan.
2. Dasar Teori
3. Menurut ASTMN D-8-31, aspal adalah bahan berwarna hitam/coklat tua ,
bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang dapat dari alam atau dari
proses pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna
hitam , dapat bersifat padat/keraws (asphaltine) dapat juga bersifat lembek
(malthine). Untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal maka perlu dilakukan .
Pengujian penetrasi aspal maka perlu dilakukan. Pengujian penetrasi aspal
adalah suatu pengujian penetrasi yang digunakan untuk menentukan nilai
penetrasi pada aspal sehingga dapat digunakan untuk menentukan nilai
penetrasi aspal ini mengguanakan alat yang Bernama penetration test, alat
inilah yang akan membantu kita untuk menentukan seberapa besar penetrasi
aspal yang akan di uji

B. Metode Uji Daktilitas Aspal


1. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekenyalan aspal. Kekenyalan
aspal dapat dinyatakan dengan Panjang pemuluran aspal yang dapat tercapai
sehingga sebelum putus. Nilasi Daktilitas tidak dapat tercapai sehingga
sebelum putus. Nilai Daktilitas tidak dapat menyatakan kekuatan tarik aspal.
2. Dasar Teori
Pengujian Daktilitas Aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal,
apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan dengan
cara menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada
suhu 25’C. sigat reologis Daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan
aspal terhadap retak dalam penggunaan sebagai lapis perkerasan. Aspal
dengan Daktilitas yang rendah akan mengalami perubahan suhu yang agak
tinggi . Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang cukup tinggi.
Pada pengujian Daktilitas diisyaratkan jarak terpanjang yang dapat ditarik
antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100cm Adapun tingkat
kekenyalan dari aspal adalah :
 Daktilitas kurang dari 100c cm = getas
 Daktilitas bersikar antara 100 – 200 cm + plastis
 Daktilitas lebih dari 200 cm = sangat platis liat
Sifat Daktilitas ini sangaty dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat
Susunan senyawa karbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak mengandung
senyawa prakin dengan senyawa Panjang, maka Daktilitas rendah.

C. Metode Uji Berat Jenis Aspal Keras


1. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untnuk menentukan berat jenis aspal dan
mutu aspal sesuai dengan prosedur pengujian yang di gunakan.
2. Dasar Teori
Aspal adalah bahan berwarna hitam/cokalat tua, bersifat perekat terdiri dari
bitumen , didapat dari alam dari proses pembuatan minyak bumi. Aspal atau
bitumen didapat secara langsung atau dari proses penyulingan minyak bumi,
memiliki kangungan zat yang sama, berbentuk senyawa hidrokarbon bersifat
perekat dan larutan dalam CS2.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Uji Penetrasi Aspal


1. Peralatan dan Bahan Uji
Alat
2. Prosedur Uji
a) Apabila contoh tidak cukup cair, maka panaskan contoh dengan hati hati
dan aduk sedapat mungkin untuk menghindari terjadinya pemanasan
setempat yang berlebih.Pemanasan tidak boleh lebih dari 90’c di atas titik
lembeknya dan tidak boleh lebih dari 60 menit waktu pemanasan.
b) Tuangkan benda uji aspal ke dalam 2 cawan bendauji sampai batas
ketinggian pada cawan benda uji.
c) Dinginkan benda uji pada temperature antara 15 – 30’c selama 1-1,5 jam
d) Periksa pemegang jarum agar jarum dapat di pasang dengan baik dan
bersihkan jarum dengan toluene atau pelarut yang lain sesuai, kemudian
keringkan dengan lap bersih dan pasangkan pada pemegang jarum.
e) Letakan pemberat 50 gram pada pemegang jarum
f) Letakan cawan berisi benda uji [ada alat penetrometer. Jaga cawan benda
uji agar tertutup oleh air di dalam bak perendam.
g) Pastikan kerataan posisi alat penetrometer dengan memeriksa waterpass
pada alat.
h) Turunkan jarum perlahan-lahan sampai jarum menyentuh permukaan
benda uji.
i) Segera lepaskan pemegan jarum selama waktu yang di tentukan
j) Bacalah angka penetrasi yang di hasilkan pada arloji penetrometer.
3. Data Hasil Pengukuran
B. Metode Uji Daktilitas
1. Bahan
2. Peralatan
3. Prosedur Pengujian
a) Pertama siapkan peralatan dan bahan yang akan di gunakan untuk proses
pengujian.
b) Ambil aspal yang telah disediakan dan timbang sebanyak 150gram.
c) Setelah ditimbang letakkan aspal tersebut pada wadah yang sudah di taburi
bedak agar aspal tersbut tidak menempel pada wadah.
d) Bawa aspal tersebut ketempat pencairan atau pemanasan aspal.
e) Setelah itu ambil pelat dasar dan rapatkan pelat beserta cetakand engan baik
dan benar.
f) Lapisi pelat dan cetakkan daktilitas dengan bedak agar aspal tidak
menempel.
g) Setelah itu panaskan aspla sebanyak 150 gram tersebuthingga mencair
dengan kompor dan wajan yang telah disediakan dengansuhu pemanas
100’c.
h) Saat berlangsungnya pencairan aspal tersebut aduk- aduk aspal dengan
spatula dan cetakkan tersebut dengan bedak agar aspal tidak menempel.
i) setelah aspal tersebut benar-benar cair matikan kompor dan tuangkan aspal
cair tersebut kedalam 3 buah cetakan yang sudah dilapisi bedak secara
bergantian.
j) Setelah 30 menit lepas aspal dari pelat dasar dan dari sisi cetakan.
k) Kemudian masukkan aspal tersebut pada mesin uji daktilitas yang telah
berisi air yang banyak dan campuran gliserin yaitu dengan memasukan
lubang cetakkan kepemegang pada mesin uji daktilitas.
l) Hidup dan jalankan mesin uji tersebut sehingga menarik benda uji dengan
kecepatan yang sesuai dengan persyaratan (50mm/menit).
m) Catat waktu mulai, berhenti dan panjang aspal tersebut saat putus.
n) Kemudian hitung rata-rata dari ketiga sampel tersebut agar mendapatkan
data yang sesuai.
4. Analisis Data
C. Metode Uji Berat Jenis Aspal Keras
1. Bahan
2. Peralatan
3. Prosedur Pengujian
a) Rendam gelas kimia tersebut dalam bak perndam sedemikian rupa sehingga
bagian bawah gelas kimia terendam pada kedalaman tidak kurang dari 100
mm dan bagian atas gelas kimia berada di atas permukaan air bak
perendam. Jepit gelas kimia tersebut agar tetap pada posisinya.
b) Atur dan pertahankan temperature air pada bak perendam sehingga tidak
berbeda lebih dari 0,1’c dari temperature pengujian.
c) Timbang piknometer yang berswih dan keringkan sampai 1mg
terdekat.Catat berat piknometer sebagai massa A.
d) Keluarkan terlebih dahulu Gekas kimia dari bak perendam, isi kembali
hingga sesuai dengan temperature pengujian kemudian tutup piknometer
secara longgar . Tidak boleh sedikitpun ada gelembung udara pada
piknometer.
e) Biarkan piknometer terendam selama tidak kurang dari 30 menit.
f) Panaskan contoh aspal dengan hati-hati , aduk untuk menghindari
terjadinya pemanasan setempat, sampai contoh contoh aspal cukup cair
untuk dituangkan.Pemanasan tidak boleh lebih dari 110’c di atas titik
lembek dan tidak lebih dari 60 menit di atas nyala api pembakaran dan 120
menit di dalam oven.
g) Tuangkan benda uji kedalam piknometer yang bersih dan kering sampai ¾
dari volume piknometer. Hindari adanya benda uji yang menempel pada
bagian dalam piknometer di atas permukaan aspal.
BAB III
PENUTUP

A. Metode Uji Penetrasi Aspal

1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian tersebut didapat nilai penetrasi dari masing-masing
pengujian sebagai berikut:

 Benda Uji 1
 Pengamatan 1 = 136 gram
 Pengamatan 2 = 129 gram
 Pengamatan 3 = 93 gram
 Rata-rata = 119,333 gram

 Benda Uji 2
 Pengamatan 1 = 119 gram
 Pengamatan 2 = 148 gram
 Pengamatan 3 = 111 gram
 Rata-rata = 126 gram
2. Saran
Saran dari praktikum ini adalah:
 Diperlukan ketepatan dan ketelitian antara pembacaan stopwatch
dengan pembacaan skala alat penetrasi.
 Diperlukan pembagian jobdesk secara jelas dan rinci sehingga yang
di tugasi untuk membaca thermometer dan stopwatch akan paham
dan sebagai wujud proses antisipasi kesalahan saat praktikum.
 Diperlukan konsentrasi dalam proses praktikum baik itu dari pihak
mahasiswa yang sedang praktik maupun mahasiswa lain yang tidak
sedang praktik agar praktikum bias berjalan dengan baik.
B. Metode Uji Daktilitas Aspal

1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian tersebut didapat nilai penetrasi dari masing-masing
pengujian sebagai berikut:
 Pengamatan 1 = 27
 Pengamatan 2 = 60
 Pengamatan 3 = 30
2. Saran
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk :
 Melakukan pengujian dengan variasi agregat sebelumnya.
 Penambahan benda uji dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
 Kalibrasi alat di lakukan sesering mungkin untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat.
 Perlu adanya konsistensi pengaturan suhu dan waktu terhadap hasil uji
marshall campuran.
C. Metode Uji Berat Jenis Aspal Keras

1. Kesimpulan
Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa:
 Berat jenis pada sempel 1 adalah = 1 gram
 Berat jenis pada sempel 2 adalah = 1 gram
 Berat jenis rata-rata adalah = 1 gram
 Berat isi = 997,0 kg/m3

2. Saran
Beberapa saran dapat disampaikan untuk lebih menyempurnakan hasil
penelitian ini, yaitu:
 Pengaruh suhu campuran dan pemadatan, sangat besar sekali
terhadapa hasil yang di dapat, oleh karena itu untuk mendapatkan
hasil penelitian yang akurat sebaikknya menggunakan thermometer
digital.
 Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan pengujian bahan yang
benar- benar akurat, kerna melalui agregat dilapangan mempunyai
sifat dankarakteristik yang sangat berbeda setiap waktu. Lebih-lebih
bahan yang diperoleh secara alami yang sangat di pengaruhi oleh
proses terbentuknya (faktor cuaca) bahan.

Anda mungkin juga menyukai