Anda di halaman 1dari 8

Praktikum Perkerasan Jalan27

BAB III
PENGUJIAN ASPAL

3.1 Berat Jenis Aspal Keras (Specific Gravity of Bituminios)


Pengujian ini bertujuan untuk mengukur berat jenis aspal dengan
menggunakan piknometer serta berdasarkan perbandingan berat di udara dengan
berat didalam air.

3.1.1 Prosedur Pengujian


Prosedur pengujian berdasarkan SK SNI M-30-1990-F.

3.1.2 Peralatan
a. Termometer;
b. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 ±
0,1) 0C;
c. Piknometer dengan kapasitas 50 ml;
d. Air suling sebanyak 1000 ml;
e. Bejana gelas kapasitas 1000ml.

3.1.3 Benda uji


a. Benda uji adalah contoh aspal padat sebanyak ±100 gram.
b. Panaskan contoh bitumen keras sampai menjadi cair dan aduklah
untuk mencegah pemanasan setempat. Pemanasan contoh untuk ter
tidak lebih dari 560C diatas titik lembek.
c. Bersihkan,keringkan dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 0,1
mg (A) gram.

3.1.4 Langkah-langkah Pengujian


a. Bejana diisi dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang terendam adalah 40 mm. Kemudian bejana direndam

Kelompok
16
Praktikum Perkerasan Jalan28

dan dijepit di dalam bak perendam sehingga terendam sekurang-


kurangnya 100 mm.
b. Suhu bak perendam diatur pada suhu 250C.
c. Bejana diangkat dari bak perendam, dan piknometer diisi dengan air
suling kemudian piknometer ditutup tanpa ditekan.
d. Piknometer diletakkan ke dalam bejana dan penutup piknometer
ditekan hingga rapat, bejana berisi piknometer dikembalikan ke dalam
bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian
piknometer diangkat dan keringkan dengan lap. Lalu ditimbang dengan
ketelitian 1 mg (B) gram.
e. Aspal dituangkan ke dalam piknometer yang tealah kering hingga
terisi ¾ bagian isi piknometer.
f. Piknometer dibiarkan sampai dingin, dengan waktu tidak kurag dari 40
menit, lalu ditimbang dengan ketelitian 1mg (B) gram.
g. Piknometer yang berisi aspal kemudian diisi dengan air suling dan
ditutup tanpa ditekan, kemudian diamkan agar gelembung-gelembung
udara keluar.
h. Bejana diangkat dari bak perendam dan piknometer diletakkan di
dalamnya dan kemudian penutup piknometer ditekan hingga rapat.
Bejana dimasukkan dan diamkan di dalam bak perendam selama
sekurang-kurangnya 30 menit.
i. Bejana diangkat, dikeringkan dan ditimbang dengan ketelitian 1 mg
(D) gram.

3.1.5 Perhitungan dan Pelaporan


Berat jenis dihitung dengan rumus :
(C− A)
BJ=
( B− A)−(D−C)

A = berat piknometer kosong = 38,70 gram


B = berat piknometer berisi air = 88,30 gram

Kelompok
16
Praktikum Perkerasan Jalan29

C = berat piknometer berisi aspal = 74,90 gram


D = berat piknometer berisi aspal dan air = 89,70 gram
Maka,
(C− A)
BJ=
( B− A)−(D−C)
(7 4,90−38,70)
BJ= = 1,04 gr/ml≈ 1,04 gr/cm3
(88,30−38,70)−( 89,70−7 4,90 )
Hasil pengujian berat jenis aspal keras dengan menggunakan piknometer
didapatkan berat jenis aspal keras = 1,04 gr/cm3 dapat dilihat pada lampiranB-II.

3.1.6 Kesimpulan
Berat jenis aspal ini digunakan untuk menentukan pemakaian aspal di
lapangan, karena kadar aspal yang dipakai adalah dalam perbandingan berat, yaitu
berat aspal dibandingkan berat agregat dalam persen. Dari kadar aspal ini dapat di
hitung berat aspal ataupun volume aspal yang akan dipakai di lapangan.

3.2 Penetrasi Aspal (Penetration of Bituminous)


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal yang
dinyatakan dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada kurun waktu
tertentu pada suhu kamar. Tingkat kekerasan ini merupakan klarifikasi aspal.

3.2.1 Prosedur Pengujian


prosedur pengujian berdasarkan AASHTO T 49-89: 1990/ASTM D 5-86.

3.2.2 Peralatan
 Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm. Pemegang jarum
seberat (45,7 ± 0,05) gram yang dapat dilepas dengan mudah dan alat
penetrasi untuk peneraan.

Kelompok
16
Praktikum Perkerasan Jalan30

 Pemberat sebesar (50 ± 0,05) gram dan (100 ± 0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200
gram.
 Jarum penetrasi terbuat dari stainless steel mutu 440 ̊ C, atau HRC 54
sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucuet terpancung.
 Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata.
 Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari
10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang
0,1 ̊ C, bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50
mm dari atas dasar bejana, permukaan air sekurang-kurangnya 150 ml
diatas pelat dasar berlubang.
 Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi, tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tingginya yang
cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
 Pengukur waktu (stop watch), jika alat penetrasi bukan otomatis.
 Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop watch dengan
skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1
detik per detik, untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis,
kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.

3.2.3 Benda Uji


 Contoh dipanaskan perlahan-lahan serta diaduk hingga cukup cair untuk
dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 56 ̊ C
diatas titik lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 100 ̊ C diatas titik
lembek. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah
perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh.
 Setelah contoh cair merata, kemudian dituang kedalam tempat contoh dan
didiamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak

Kelompok
16
Praktikum Perkerasan Jalan31

kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua benda uji
(duplo).
 Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu ruang
selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml
dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.

3.2.4 Langkah-langkah Pengujian


a. Benda uji diletakkan di dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat
air tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang
ditentukan. Benda uji didiiamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5
jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml dan 1,5 sampai 2
jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.
b. Pemegang jarum diperiksa agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
jarum penetrasi dibersihkan dengan toluene atau pelarut lain kemudian
jarum tersebut dikeringkan dengan lap bersih dan jarum dipasang pada
pemegang jarum.
c. Pemberat 50 gram diletakkan diatas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100 ± 0,1) detik.
d. Tempat air dipindahkan dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Jarum diturunkan perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 (nol) di arloji
penetrometer sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
f. Pemegang jarum dilepaskan dengan serentak jalan stop watch selama
jangka waktu (5 ± 0,1) detik.
g. Arloji penetrometer diputarlah dan bacalah angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk, bulatkan hingga 0,1 mm terdekat.
h. Jarum dilepaskan dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
i. Pekerjaan diatas dilakukan tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang
sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak
lebih dari 1 cm.

Kelompok
16
Praktikum Perkerasan Jalan32

3.2.5 Perhitungan dan Pelaporan


 Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata dari sekurang-kurangnya
dari 3 pembacaan gengan ketentuan bahwa hasil-hasil pembacaan
tidak melampaui ketentuan dibawah ini:
Hasil
0 - 49 50 - 149 150 - 249
penetrasi 1200

Toleransi 2 4 6 8

 Apabila perbedaan antara masing-masing pembacaan melebihi


toleransi, pemeriksaan harus di ulang.

Perhitungan pengujian Penetrasi dapat dilihat pada LampiranB-IV.

3.3 Titik Lembek Aspal (Softening Point with Ring and Ball Test)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal mulai
lembek dan dapat digunakan dengan menggunakan alat Ring and Ball. Suhu ini
pun yang menjadi acuan dilapangan atas kemampuan aspal menahan suhu
permukaan yang terjadi untuk tidak lembek sehingga dapat mengurangi daya
lekatnya.

3.3.1 Prosedur Pengujian


Prosedur Pengujian berdasarkan SK SNI M-20-1990-F
3.3.2 Peralatan
a. Cincin kuningan;
b. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gr sampai 3,55 gram;
c. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengaruh bola baja dan plat dasar
yang mempunyai jarak tertentu;
d. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter 8,5 cm dengan
tinggi ± 12 cm berkapasitas 800 ml;

Kelompok
16
Praktikum Perkerasan Jalan33

e. Termometer;
f. Penjepit dan
g. Alat pengarah bola.

3.3.3 Benda uji


a. Contoh aspal dipanaskan perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus
hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-
lahan agar gelembung-gelembung udara cepat keluar.
b. Setelah cair merata contoh dituang ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan tidak melebihi 111 0C diatas titik lembeknya.
c. Dua cincin dipanaskan sampai mencapai suhu tuang contoh, dan kedua
cincin diletakkan diatas plat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talk dan sabun.
d. Contoh dituangkan kedalam 2 cincin, diamkan pada suhu kurang-
kurangnya 8 0C dibawah titik lembeknya, sekurang-kurangnya 30
menit.
e. Setelah dingin. Permukaan contoh diratakan dalam cincin dengan pisau
yang telah dipanaskan.

3.3.4 Langkah-langkah Pengujian


a. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak ± 25 gram.
b. Kedua benda uji dipasang dan diatur diatas kedudukan dan letakkan
pengarah bola diatasnya. Kemudian seluruh peralatan tersebut
dimasukkan kedalam bejana gelas.
c. Bejana diisi dengan air suling baru, dengan suhu (5 ± 1) 0C sehingga
tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.
d. Piknometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diletakkan diantara kedua
benda uji (kurang lebih 12,7 mm dari tiap cincin).
e. Jarak antara permukaan pelat dasar benda uji diperiksa dan diatur
sehingga menjadi 25,4 mm.

Kelompok
16
Praktikum Perkerasan Jalan34

f. Bola-bola baja bersuhu 5 0C diletakkan menggunakan penjepit dengan


memasang kembali pengarah bola.
g. Bejana dipanaskan sehingga kenaikan suhu menjadi 5 0C permenit.
Kecepatan pemanasan rata-rata awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3
menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi
0,5 0C.

3.3.5 Perhitungan dan pelaporan


Tabel 3.1 suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar
Benda Uji Suhu(° C) Waktu (menit)
I 51 12’ 06”
II 50,5 11’ 59”

Tabel pengamatan lebih lengkap diperlihatkan pada lampiran B-I.

3.3.6 Kesimpulan
Titik lembek aspal adalah besarnya suhu dimana suatu aspal secara khusus
mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) di bawah kondisi spesifik dari test.
Untuk aspal keras, besarnya titik lembek dihitung berdasarkan Test Ring dan Ball
(Ring and Ball Aparatus). Spesifikasi Bina Marga (1983) tentang titik lembek
untuk aspal keras Grade 60/70 (Ring and Ball Test) seperti yang dipakai dalam
pengujian ini adalah (51 – 50,5)°C. Titik lembek yang diperoleh pada pengujian
ini adalah 50,75 °C, jadi memenuhi standar dan aspal dapat dipakai pada
campuran atau sebagai bahan lapisan perkerasan.

Kelompok
16

Anda mungkin juga menyukai