Anda di halaman 1dari 17

3.

5 PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN (AASHTO T-49-68)


(ASTM D-5-71)

3.5.1 Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi
bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan
memasukkan jarum ukuran tertentu, beban dan waktu ke dalam pada
suhu tertentu.

3.5.2 Peralatan
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik
turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1
mm.
b. Pemegang jarum seberat (47,4±0,05) gr yang dapat dilepas
dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
c. Pemberat dari (50±0,005) gr dan (100±0,05) gr masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100
gr dan 200gr.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu tinggi 14oC
atau HRC 54 sampai 60 dengan ukuran dan bentuk menurut
gambar No. 2 ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung.
e. Cawan terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut:
Penetrasi Diameter Kedalaman
Dibawah 200 55 mm 35 mm
200 - 300 70 mm 45 m
f. Bak perendam (water bath)
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 lt dan dapat
menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1oC.
Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang
terletak 50 mm diatas dasar bejana dan tidak kurang dari 100
mm dibawah permukaan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan
tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukur waktu
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan dperlukan stop
watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang
dari kesalahan tertinggi 0,1 detik per detik. Untuk pengukuran
penetrasi dengan alat otomatis kesalahan alat tersebut tidak
boleh melebihi 0,1 detik.
i. Termometer.

3.5.3 Benda Uji


Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup
cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak
lebih dari 60oC diatas titik lembek dan untuk bitumen tidak lebih
dari 90oC diatas titik lembek. Waktu pemanasan tidak boleh
melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar udara tidak masuk
kedalam contoh.
Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam tempat contoh
dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut
tidak kurang dari angka penetrasi.
Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada
suhu ruangan selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan
1,5 sampai 2 jam untuk benda uji yang besar.

3.5.3 Cara Kerja


a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan
tempat air tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada
pada suhu yang telah ditentukan. Diamkan bak tersebut selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam
untuk benda uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan
baik dan bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut
lain kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan
pasanglah jarum pada pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gr di atas jarum untuk memeperoleh
beban sebesar (110±0,1) gr.
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan – lahan sehingga jarum tersebut
menyentuh permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0
arloji penetrometer, sehingga jarum penunujuk berhimpit
padanya.
f. Lepaskan penegang jarum dan serentak jalankan stop watch
selama jangka waktu (5±0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang
berhimpit dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1
mm terdekat.
h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi
untuk pekerjaan berikutnya.
i. Lakukan pekerjaan sampai diatas tidak kurang dari 3 kali untuk
benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan
berjarak satu sama lain dan dari tepi dinding tidak lebih dari 1
cm.
CATATAN
a. Termometer untuk bak perendam harus ditera.
b. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan
alat-alat dan cara pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan
penetrasi antara 350 sampai 500 perlu dilakukan dengan alat
lain.
c. Apabila pembacaan stop watch tidak lebih dari (5±0,1) detik
dari hasil tersebut tidak berlaku (diabaikan).

3.5.5 Pelaporan
Laporkan angka penetrasi rata-rata dalam bilangan bulat
sekurang-kurangnya dari 3 pembacaan dengan ketentuan bahwa
hasil-hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan di bawah ini:
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA

PENETRASI BAHAN – BAHAN BITUMEN


Mulai
jam :09.00
Contoh Dipanaskan Suhu Oven : 170 oC
Selesai
jam :10.20
Mulai
jam :10.30 Suhu Water
Didiamkan pada suhu ruang : 25 oC
Selesai Bath
jam :11.15
Mulai
jam :11.20
Direndam pada suhu 25 oC Suhu Alat : 25 oC
Selesai
jam :12.05
Mulai
Pemeriksaan Penetrasi Pada suhu jam :13.10
25 oC Selesai
jam :14.00

Penetrasi Pada Suhu 25 oC Percobaan

Pengamatan : A B
1 68 66
2 67 65
3 64 62
66,33 64,33
Rata - Rata 65,33
3.5.6 Kesimpulan Dan Saran
a. Kesimpulan
Dengan diketahui penetrasi = 65,33 maka angka toleransinya
adalah 4.Karena angka penetrasi aspal masih berada pada kisaran
harga 65,33.

b. Saran
1. Pembacaan terhadap nilai-nilai di dalam pengambilan data-data
percobaan, hendaknya dilakukan lebih teliti oleh beberapa orang
sebagai pembanding sehingga peluang suatu kesalahan dapat
diminimalisir.
2. Sebagai hasil analisa perhitungan,sebaiknya perlu memperhatikan
satuan-satuan yang dipergunakan.
3.6 DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(AASHTO T-51-74) (ASTM D-113-69)

3.6.1 Maksud
Maksud pemeriksaan ini adalah mengukur jarak terpanjang
yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi dua bitumen keras
sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.

3.6.2 Peralatan
a. Termometer
b. Cetakan daktilitas kuningan
c. Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu
selama pengujian dengan ketelitian 0,1oC dan benda uji dapat
direndam sekurang-kurangnya 10 cm, dibawah permukaan air.
Bak tersebut dilengkapi dengan pelat dasar yang berlubang
diletakkan 5 cm dari dasar bak perendam untuk meletakkan
benda uji.
d. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut:
 Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang
cepat
 Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak
menimbulkan getaran selama pemeriksaan
e. Methyl alkohol teknik dan sodium klorida teknik.

3.6.3 Benda Uji


a. Lapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas
pelat dasar dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin
dan kaolin atau amalgam. Kemudian pasanglah cetakan
daktilitas diatas pelat dasar.
b. Panaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga cair dan
dapat dituang. Untuk menghindari pemanasan setempat,
lakukan dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu
antara 80oC sampai 100°C di atas titik lembek. Kemudian
contoh disaring dengan saringan No. 59 dan setelah diaduk
dituang ke dalam cetakan.
c. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari
ujung ke ujung hingga penuh berlebihan.
d. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40
menit lalu pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang
telah disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan
spesifikasi) selama 30 menit, kemudian ratakan contoh yang
berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas sehingga
cetakan terisi penuh dan rata.

3.6.4 Cara Kerja


a. Benda uji didiamkan pada suhu 25C dalam bak perendam
selama 85 – 95 menit, kemudian lepaskan benda uji dari plat
dasar dan sisi-sisi cetakan.
b. Pasanglah benda uji pada saat mesin uji dan tariklah benda uji
secara teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji
putus. Perbedaan kecepatan lebih kurang 5% masih diijinkan.
c. Baca jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus
(dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus
selalu terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu
dipertahankan tetap (259,5)C.

3.6.5 Hasil Percobaan Daktilitas


Berdasarkan hasil pengamatan dilaboratorium selama
percobaan berlangsung dapat dilaporkan hal-hal sebagai berikut :
a. Di dalam bak perendaman tidak digunakan zat-zat aditif seperti
yang disarankan hanya menggunakan air suling sehingga berat
jenis air tidak sama dengan berat jenis benda uji, air rendaman
hanya berfungsi sebagai pengambang agar benda uji tidak
menyentuh dasar bak perendam.
b. Dari hasil pengamatan akhir benda uji (masih elastis) berhasil
ditarik sampai jarak lebih 100 cm dan belum putus, hanya
berupa lembaran yang sangat tipis seperti helai rambut. Hal ini
menunjukkan bahwa aspal tersebut memiliki kegetasan yang
baik.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA

Material : Aspal Pen 60/70


Pengerjaan : Laston AC - BC
Dikerjakan : Kelompok 2

Pemeriksaan Daktilitas (Kegetasan) Aspal


(SNI-06-2432-1991)
(AASTHO T-51-89)
(ASTM D-5-71)

Mulai jam : 09.00


Contoh Dipanaskan Suhu : 170oC
Selesai jam : 10.20
Didiamkan pada suhu Mulai jam : 10.30 Suhu Water
: 25oC
ruangan Selesai jam : 11.15 Bath
Mulai jam : 11.20
Direndam pada suhu 25oC Suhu Alat : 25oC
Selesai jam : 12.05
Pemeriksaan Penetrasi pada Mulai jam : 13.26
122 cm
suhu 25oC Selesai jam : 13.45

Daktilitas Pada Suhu 25oC Percobaan


(100 gram selama 5 detik)
1 2
Pengamatan :
1 > 100 cm
2
3
Rata-rata > 100 cm
3.6.6 Analisa
Dari analisa kegetasan bitumen cukup baik karena belum
putus setelah jarak 100 cm.
CATATAN
 Jarak lebih dari 1 meter  layak digunakan.
 Benda uji menyentuh dasar mesin uji. Karena air tidak sesuai
standar (Bj Air ¿ Bj Aspal).

3.6.7 Kesimpulan Dan Saran


a. Kesimpulan
Dari percobaan hasil percobaan yang didapat diatas dimana
bitumen tidak putus di atas jarak 100 cm, dapat disimpulkan
bahwa aspalnya sangat baik untuk digunakan sebagai bahan
pengikat perkerasan karena tingkat elastisitasnya sangat baik.
b. Saran
Pembacaan nilai-nilai di dalam pengambilan data-data percobaan,
hendaknya dilakukan lebih teliti oleh beberapa orang sebagai
pembanding sehingga peluang suatu kesalahan dapat
diminimalisir.
3.7 PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL (ASSHTO T-228-68) (ASTM
D-70-72)

3.7.1 Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan berat jenis
bitumen keras dan ter dengan piknometer. Berat jenis bitumen atau
ter adalah perbandingan antara berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu.

3.7.2 Peralatan
a. Thermometer
b. Bak perendam yang dilengkapi dengan pengatur suhu (25±
0,1)oC
c. Piknometer
d. Air suling sebanyak 1000 m3
e. Bejana gelas

3.7.3 Benda Uji


a. Panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 50 gram
sampai menjadi air dan aduklah untuk mencegah pemanasan
setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu
56oC diatas titik lembek.
b. Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer yang telah
kering hingga terisi ¾ bagian.

3.7.4 Cara Kerja


a. Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian
atas piknometer yang tidak terendam 40 mm. kemudian
rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam
sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm, aturlah bak
perendam pada suhu 25oC.
b. Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan
ketelitian 1 mg (A).
c. Angkatlah bejana dari bak
d. perendam dan isilah piknometer dengan air suling, kemudian
tutuplah piknometer tanpa ditekan.
e. Letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penututp
sehingga rapat. Kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam
bak perendam. Diamkan bejana tersebut di dalam bak
perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian
angkatlah piknometer dan keringkan dengan lap. Timbanglah
piknometer dengan ketelitian 1 mg (B).
f. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah
kering hingga terisi ¾ bagian.
g. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dara 40
menit dan timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1
mg (C).
h. Isilah piknometer yang tersisi benda uji dengan air suling dan
tutuplah tanpa ditekan, diamkan agar gelembung udara keluar.
i. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer
di dalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat.
Masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama
sekurang-kurangnya 30 menit. Angkat, keringkan dan
timbanglah piknometer(D).

3.7.5 Analisa Dan Perhitungan


Perhitungan berat jenis aspal dengan rumus:
(C− A )
BJ = (B− A )(D−C )
Dimana :
A = berat piknometer C = berat piknometer + aspal
B = berat piknometer + air D= berat piknometer + aspal + ter
3.7.6 Pelaporan
Laporan berat jenis bitumen keras atau ter sampai tiga angka
dibelakang koma
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA

Material : Aspal
Dikerjakan : Kelompok 2

BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER


AASHTO T-228-68
Percobaan
No. Uraian Satuan
1 2
a Berat Picno gram 38,79
b Berat Picno + Air gram 61,29
c Suhu Air o
C 25
d Berat Picno + Aspal gram 53,26
e Berat Picno + Aspal + Air gram 63,74
f Suhu Air o
C 25
g Berat Jenis [(c-a)/( b-a )-(d-c) ] gram /cc 1,204
h Berat Jenis Rata – rata gram /cc 1,204
3.7.7 Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan berat jenis Bitumen keras (aspal) diatas
didapat bahwa berat jenis aspal, aspal yang digunakan adalah sebesar
1,204 dan tidak memenuhi standar dari Bina Marga yaitu lebih dari
1,02.

b. Saran
1. Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan
satuan karena akan berakibat fatal pada perhitungan-perhitungan
lainnya.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi, sehingga dalampelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai