Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
PRODI S1 TEKNIK SIPIL
MATA KULIAH : PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
LAB SHEET : DAKTILITAS ASPAL
No : 05 SEM: IV Waktu: 2 x 50 menit Revisi : 00
A. Kompetensi
Mahasiswa dapat memahami sifat aspal sebagai bahan perkuatan perkerasan jalan.

B. Sub Kompetensi
Mahasiswa dapat :
4. Melakukan pengujian daktilitas aspal dengan prosedur yang tepat berdasarkan
SNI 2432-2011.
5. Menganalisis data hasil pengujian daktilitas aspal dengan benar.
6. Memahami bahwa aspal memiliki sifat kohesi.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum:
3. Menentukan nilai elastisitas (kelenturan) aspal.
4. Mahasiswa dapat membuat laporan hasil pengujian berdasarkan sistematika yang
telah ditetapkan oleh dosen pengampu.
Manfaatnya: Hasil pengujian daktilitas aspal dapat digunakan untuk pengendalian mutu
aspal dalam hal kemampuannya mempertahankan agregat (daya kohesi aspal) setelah
proses pengikatan, pada kontruksi perkerasan jalan.
D. Dasar Teori
Aspal adalah suatu material yang dapat menjadi keras atau lebih kental jika suhu
turun dan akan lunak atau cair jika suhu naik atau dipanaskan. Aspal dalam kondisi cair
dapat membungkus partikel agregat dalam proses pembuatan aspal beton sebagai bahan
pengikat dan masuk ke dalam pori-pori yang ada pada proses penyemprotan ataupun
pelaburan sebagai bahan pengisi. Kemudian ketika suhu mulai turun, aspal akan kembali
mengeras dan mempertahankan agregat di tempatnya, yang disebut juga kemampuan kohesi
aspal. Sifat tersebut dipengaruhi oleh kelenturan (elastisitas) aspal.
Pengujian daktilitas aspal bertujuan untuk mengukur tingkat kelenturan aspal
sesuai dengan persyaratan. Prosedur pengujian mengikuti AASHTO T 51-00 dan SNI 2432-
2011. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur jarak pemuluran aspal di antara dua
cetakan, setelah ditarik hingga putus dengan kecepatan tarik 50 mm per menit dan toleransi
± 2,5 mm. Aspal dituang pada cetakan seperti pada gambar 1 dan proses penarikan
dilakukan dengan mesin penguji seperti pada gambar 2. Langkah pemeriksaan ini dapat
berlaku untuk aspal keras, aspal emulsi, aspal cair maupun aspal alam. Namun, pada
pengujian ini akan digunakan bahan Aspal Keras, yang umumya menjadi bahan perkerasan
jalan di Indonesia.
Aspal dinilai memiliki kelenturan (daktilitas) yang baik apabila jarak
pemulurannya sama dengan atau lebih dari 100 cm. Aspal dengan nilai kelenturan yang lebih
tinggi dapat mengikat dan mempertahankan butir-butir agregat dengan lebih baik, akan
tetapi memiliki kepekaan terhadap suhu yang lebih tinggi. Lapisan aspal dengan nilai
kelenturan yang baik akan memiliki daya tahan (stabilitas) yang baik atau waktu pelayanan
yang ideal.

39
E. Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Termometer, dengan rentang suhu pengukuran -2℃ - 32℃ .
b. Baskom.
c. Kompor listrik.
d. Plat dasar.
e. Cetakan Daktilitas, yang terbuat dari bahan kuningan
f. Bak Perendam, yang memiliki kedalaman air minimum 50 mm. Bak ini harus dapat
mempertahankan suhu benda uji pada 25℃.
g. Mesin penguji (daktilator), dengan persyaratan antara lain:
1) Mampu mempertahankan benda uji agar tetap terendam.
2) Mampu menarik benda uji dengan kecepatan tetap dan tanpa adanya getaran.
2. Bahan:
a. Aspal, sejumlah 500 gram untuk 3 benda uji.
b. Air.
c. Garam, sebanyak 600 – 800 gram.
d. Glycerin dan talk.

F. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)


1. Mengenakan alat pengaman diri (APD) lengkap, yaitu:
a. Wearpack d. Kaca mata safety
b. Masker e. Sepatu
c. Sarung tangan
2. Mematuhi tata tertib yang berlaku di Laboratorium Jalan dan Jembatan.
3. Berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan selama praktikum.
4. Fokus dan tidak bergurau selama melakukan praktikum.
5. Melaksanakan praktikum sesuai dengan petunjuk langkah kerja.

G. Langkah Kerja
Persiapan Cetakan
1. Oleskan campuran gliserin dan talk pada permukaan atas plat dasar dan bagian cetakan
(a) dan (a’). Hal tersebut dilakukan agar sampel aspal tidak melekat pada bagian yang
akan dilepas.
Catatan: Komposisi campuran untuk pelapis adalah 3 gram gliserin dan 5 gram talk.
2. Letakkan dan pasang cetakan di atas plat dasar.
Catatan: Pastikan terpasang dengan baik dan rapat, sehingga tidak menyisakan celah
antara cetakan dan permukaan plat .
Persiapan Benda Uji
1. Ambil sampel aspal sesuai prosedur.
2. Panaskan sampel aspal pada suhu (120 - 140)℃ hingga mencair, tidak mengandung air
dan tidak mengeluarkan buih.
Catatan: Selama proses pemanasan, lakukan pengadukan untuk mencegah adanya
gelembung udara di dalam aspal dan pemanasan pada satu titik.
3. Tuangkan aspal hasil saringan tersebut ke dalam cetakan, hingga penuh, sedikit berlebih
dan terlihat cembung permukaannya.
Catatan: Penuangan dilakukan dari ujung cetakan ke ujung lainnya hingga penuh.
4. Diamkan sampel aspal pada suhu ruangan selama 40 menit.
5. Masukkan dan rendam seperangkat benda uji (cetakan dan plat dasar) ke dalam bak
perendam pada suhu 25℃ selama 30 menit.

40
6. Setelah suhunya turun, ratakan permukaan sampel aspal dengan pisau panas sehingga
permukaannya rata dengan cetakan.
Pelaksanaan Pengujian
10. Sambil menunggu, kondisikan air perendam pada mesin penguji agar mempunyai berat
jenis yang sama dengan berat jenis sampel aspal. Perubahan berat jenis air dapat
dilakukan dengan penambahan garam 600 gram.
11. Setelah itu, lepaskan benda uji dari pelat dasar dan bagian tengah cetakan (a dan a’).
12. Pindahkan cetakan benda uji ke dalam mesin penguji (daktilator). Pasangkan lubang
cetakan pada bagian penahan di mesin.
Catatan: (1) Pastikan benda uji berada pada 2,5 cm di bawah permukaan air dan 2,5
cm dari dasar bak mesin penguji (dalam keadaan melayang di dalam mesin penguji),
(2) kunci pengunci benda uji.
13. Jalankan mesin penguji untuk melakukan penarikan pada benda uji dengan kecepatan
tarik 50 mm per menit pada suhu 25℃. Toleransi kecepatan ±2,5 mm per menit.
14. Amati dan catat jarak pemuluran sampel aspal saat terputus, dalam satuan cm.
Catatan: Apabila sampel aspal menyentuh dasar bak mesin penguji atau mengapung,
maka pengujian dianggap gagal. Sehingga perlu dilakukan penyesuaian berat jenis air
perendam kembali.
15. Hentikan mesin penguji (daktilator) ketika semua sampel telah putus.
16. Lakukan pengujian 3 kali pada benda uji berbeda dengan langkah yang sama.
Catatan: Apabila hasil dari 3 pengujian yang dilakukan tidak memenuhi syarat,
yaitu benda uji menyentuh dasar bak mesin penguji, maka pengujian daktilitas dianggap
gagal sepenuhnya.

Diagram Persiapan Cetakan

41
Diagram Persiapan Benda Uji

42
Diagram Pelaksanaan Pengujian

43
H. Analisis Data
Pengujian “Daktilitas Aspal” dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Selasa, 26 Oktober 2022
Suhu ruang : 27 °C
Waktu Pemanasan benda uji : 11.10 – 11.40 WIB
Suhu Pemanasan : 125 °C
Waktu Penuangan benda uji : 11.40 WIB
Waktu Mendinginkan benda uji : 11.10 – 12.30 WIB
(didiamkan pada suhu ruang)
Waktu Perendaman : 12.30 – 13.00 WIB
Waktu Pemeriksaan daktilitas : 13.10 – 13.20 WIB

Tabel 2. Hasil Pengujian

Daktilitas Aspal pada suhu 25℃, Panjang Pemuluran saat terputus


5 cm per menit (cm)

1 164
Benda Uji 2 158
3 162
Rata-rata 161.33

Kesimpulan:
Data hasil pengujian menunjukkan bahwa rerata panjang pemuluran sampel aspal saat
terputus adalah 161,33 cm. Angka daktilitas tersebut telah memenuhi persyaratan minimum
untuk kelenturan aspal yaitu 100 cm (spesifikasi umum Bina Marga, 2018). Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa sampel aspal ini memiliki daktilitas yang cukup tinggi, sangat plastis
dan baik untuk digunakan sebagai campuran bahan perkerasan jalan.

I. Bahan Diskusi
Diskusikan hasil pengujian:
1. Dari hasil pengujian, berapa persen tingkat kelenturan aspal?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pemeriksaan daktilitas aspal?
3. Sebutkan hubungan hasil praktikum dengan penggunaannya di lapangan.
4. Jelaskan kendala yang dialami selama praktikum.
Buatlah pembahasan dalam bentuk Laporan Praktikum sesuai dengan sistematika laporan
yang ditentukan. (terlampir)

J. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI-2432-2011. Cara Uji Daktilitas Aspal.
Jakarta: BSN.
Pustran Badan Litbang Pekerjaan Umum. (1991). SNI 06-2432-1991. Metode Pengujian
Daktilitas Bahan-bahan Aspal. Bandung: Badan Litbang Pekerjaan Umum.
Sukirman, Silvia. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: NOVA.
Dirjen Bina Marga. (2018). Spesfikasi Umum untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

44
K. Lampiran
Lampiran 1.

a
a

a’

Gambar 1. Cetakan benda uji daktilitas

Gambar 2. Pelaksanaan Pengujian

45
Lampiran 2.

Sistematika Laporan (untuk setiap pengujian)


(Cover)
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
II. Dasar Teori
III. Metode Pelaksanaan
A. Alat dan Bahan
B. Prosedur K3LH
C. Langkah Kerja
IV. Data Hasil Praktikum
V. Pembahasan
VI. Penutup
Daftar Pustaka

Keterangan: Laporan diketik atau ditulis tangan di kertas HVS A4. Batas pengumpulan
laporan paling lama dua minggu setelah pelaksanaan praktikum. Pada akhir semester,
laporan dari semua pengujian disatukan menjadi Laporan Akhir Praktikum dan dijilid
dengan sampul seragam satu kelas.

46
Lampiran 3.
FORM HASIL
PENGUJIAN DAKTILITAS ASPAL

Pengujian “Daktilitas Aspal” dilaksanakan pada:


Hari, tanggal :
Suhu ruang :
Waktu Pemanasan benda uji : - WIB
Suhu Pemanasan :
Waktu Penuangan benda uji : WIB
Waktu Pendinginan benda uji : - WIB
(didiamkan pada suhu ruang)
Waktu Perendaman : - WIB
Suhu Air Perendam :
Waktu Pemeriksaan : - WIB
Hasil Pengujian :

Daktilitas Aspal pada suhu 25℃, Panjang Pemuluran saat terputus


5 cm per menit (cm)

1
Benda Uji 2
3
Rata-rata

Yogyakarta, …………………
Mahasiswa Praktikan:
Mengetahui, 1.
Dosen/Teknisi Laboratorium
2.
3.
4.
5.
………………………….. 6.
Dst.

47
L. Penilaian
1. Proses
Keaktifan : 15 %
Ketepatan Langkah Kerja : 15 %
Keselamatan Kerja : 10 %
2. Hasil
Kebenaran Analisis Data : 20 %
Pembahasan dalam Laporan : 20 %
Sistematika Penulisan Laporan : 10 %
Kelengkapan Laporan : 10 %
Rubrik Penilaian
Standar
No. Penilaian Komponen Penilaian Nilai Riil
Nilai
Keaktifan
Aktif 15
Biasa 10
Tidak Aktif 5
Langkah Kerja
Runtut dan sesuai dengan petunjuk Labsheet 15
1. Proses
Tidak sesuai dengan petunjuk Labsheet 8
Keselamatan Kerja
Tidak ada kecelakaan kerja dan kerusakan alat. 10
Terjadi kecelakaan atau kerusakan alat. 5
Terjadi kecelakaan kerja dan kerusakan alat 0
Jumlah Nilai Proses
Kebenaran Analisis Data
Cara dan hasil analisis data benar 20
Cara analisis benar dan hasil analisis salah 15
Cara dan hasil analisis salah 8
Pembahasan dalam Laporan
Pembahasan rasional dan didukung dengan
20
teori yang valid
Pembahasan cukup rasional 15
2. Hasil
Pembahasan tidak rasional dan tidak valid 10
Tidak ada pembahasan dalam laporan 0
Sistematika Laporan
Rapi, runtut dan sesuai dengan ketentuan 10
Tidak runtut dan tidak sesuai dengan ketentuan 5
Kelengkapan Laporan
Laporan disertai dengan lembar pengamatan 10
Lembar pengamatan tidak disertakan 5
Jumlah Nilai Hasil
Jumlah Nilai Proses dan Hasil

48

Anda mungkin juga menyukai