Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
PRODI S1 TEKNIK SIPIL
MATA KULIAH : PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN
LAB SHEET : TITIK LEMBEK
No : 03 SEM: IV Waktu: 2 x 50 menit Revisi : 00

A. Kompetensi
Mahasiswa dapat memahami sifat aspal sebagai bahan perkuatan perkerasan jalan.

B. Sub Kompetensi
Mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengujian titik lembek aspal dengan prosedur yang tepat berdasarkan
SNI 2434-2011.
2. Memahami bahwa aspal memiliki sifat termoplastik.
3. Menentukan suhu aspal dimana aspal mulai menjadi lembek.
4. Menganalisis data hasil pengujian titik lembek aspal dengan benar.

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum:
1. Menentukan suhu dimana kondisi aspal mulai menjadi lembek/lunak.
2. Mahasiswa dapat membuat laporan hasil pengujian berdasarkan sistematika yang
telah ditetapkan oleh dosen pengajar.
Manfaatnya: Hasil pengujian titik lembek aspal dapat digunakan dalam pengendalian
mutu aspal atas kecenderungannya melunak akibat kenaikan suhu pada perkerasan jalan,
yang berpengaruh pada tingkat kelekatannya dengan agregat.

D. Dasar Teori
Aspal adalah material yang berwarna hitam sampai coklat tua dan berbentuk padat
sampai agak padat dalam kondisi suhu ruang. Material ini memiliki sifat termoplastis
(kepekaan terhadap perubahan suhu), yang artinya menjadi keras atau lebih kental bila
terdapat penurunan suhu dan sebaliknya, akan lunak atau encer bila terdapat kenaikan suhu.
Aspal dalam kondisi cair dapat membungkus partikel agregat dalam proses pembuatan aspal
beton atau dapat masuk ke dalam pori-pori yang ada pada proses penyemprotan macadam
ataupun pelaburan. Ketika suhu mulai turun, aspal akan kembali mengeras dan mengikat
agregat di tempatnya. Sehingga aspal berfungsi sebagai bahan pengikat agregat dalam
konstruksi perkerasan jalan.
Aspal minyak adalah jenis aspal yang diperoleh dari penyulingan minyak bumi.
Aspal minyak dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan kondisi saat penggunaannya,
yaitu: 1) Aspal Keras (Asphalt Concrete/AC), yang digunakan dalam keadaan cair/panas,
2) Aspal Cair (Cut Back Asphalt), yang digunakan dalam keadaan cair dan dingin, 3) Aspal
Emulsi, yang dapat digunakan dalam keadaan dingin ataupun panas. Pada praktikum ini,
akan digunakan bahan Aspal Keras (AC) yang paling sering digunakan sebagai lapisan
perkerasan jalan raya di Indonesia, yaitu Aspal pen 60/70.
Pengujian titik lembek aspal bertujuan untuk menentukan suhu titik lembek aspal
yang berkisar dari 30℃ sampai 157 ℃. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat
cincin dan bola (ring and ball) yang direndam dalam suatu media uji. Terdapat beberapa
media yang digunakan untuk merendam benda uji, antara lain air suling, ethylene glicol,

1
dan gliserin. Penggunaan jenis media perendam dapat ditentukan berdasarkan rentang titik
lembek aspal, yaitu.
1. Aspal dengan titik lembek antara 30℃ - 80℃, menggunakan Air Suling.
2. Aspal dengan titik lembek antara 30℃ - 110℃, menggunakan Ethylene Glicol.
3. Aspal dengan titik lembek antara 80℃ - 157℃, menggunakan Gliserin.
Dalam hal ini, apabila benda uji merupakan Aspal pen 60/70 dengan suhu titik lembek
antara 48℃ - 58℃, maka digunakan media perendam berupa Air Suling.
Pada pengujian ini. suhu titik lembek diperoleh ketika bola baja dengan berat
tertentu mendesak turun lapisan aspal yang tertahan dalam cincin dalam ukuran tertentu,
sehingga aspal jatuh menyentuh bagian plat dasar yang terletak di bawah cincin pada jarak
25.4 mm, sebagai akibat pemanasan secara teratur. Dua sampel aspal dengan nilai penetrasi
yang sama, belum tentu memiliki titik lembek yang sama. Aspal dengan titik lembek yang
lebih tinggi, kurang peka terhadap perubahan suhu. Sampel aspal tersebut lebih baik dalam
fungsinya sebagai bahan pengikat perkerasan jalan. Sebaliknya, sampel aspal dengan titik
lembek yang rendah akan terlalu peka terhadap perubahan suhu, sehingga kurang baik
dalam perannya sebagai bahan pengikat perkerasan jalan.

E. Alat dan Bahan :


1. Alat
a. Dua cetakan cincin, berbahan kuningan.
b. Dua bola baja berdiameter 9,5 mm, berat (3,50 ± 0,05) gram.
c. Plat persiapan benda uji, dengan permukaan rata dan halus, berbahan kuningan.
d. Alat pengarah bola, terbuat dari bahan kuningan, berjumlah dua buah. Alat ini
berfungsi untuk meletakkan bola baja di tengah cincin.
e. Dudukan benda uji, terdiri atas:
1) Pemegang cincin dan peralatannya.
2) Plat dasar.
Jarak dari plat dasar ke pemegang cincin yaitu 25 mm dan jarak dari plat dasar
ke dasar gelas bejana adalah (16 ± 3) mm. Dudukan ini berfungsi sebagai tempat
peletakan cetakan cincin berisi sampel aspal.
f. Gelas bejana (gelas kimia), yang tahan terhadap pemanasan mendadak,
berdiameter 85 mm, tinggi minimum 120 mm, dan memiliki daya tampung 1000 ml.
g. Bak Perendam, dapat berupa baskom atau ember.
h. Termometer, untuk titik lembek dengan suhu rendah, memiliki skala
dari 2℃ − 80℃. Selama pengujian, termometer tidak boleh diganti.
i. Kompor listrik.
j. Plat peredam panas (kasa baja).
k. Cawan.
l. Stopwatch.
m. Piring.
n. Kuas.
2. Bahan:
a. Aspal.
b. Air Suling, untuk cairan perendam.
c. Es batu.
d. Gliserin atau oli, yang berfungsi sebagai zat pelapis cincin cetakan.
e. Minyak tanah, yang berfungsi sebagai zat pembersih.

2
F. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
1. Mengenakan alat pengaman diri (APD) lengkap, yaitu:
c. Wearpack a. Kaca mata safety
d. Masker b. Sepatu
e. Sarung tangan
2. Mematuhi tata tertib yang berlaku di Laboratorium Jalan dan Jembatan.
3. Berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan.
4. Fokus dan tidak bergurau selama melakukan praktikum.
5. Melaksanakan praktikum sesuai dengan petunjuk langkah kerja.

G. Langkah Kerja
Persiapan Benda Uji
1. Lakukan pengambilan sampel sesuai dengan prosedur.
2. Kemudian, panaskan sampel aspal hingga mencair. Aduk secara teratur selama
proses pemanasan agar panasnya merata dan mencegah adanya gelembung udara di
dalam aspal.
Catatan: Lama waktu pemanasan tidak boleh melebihi 120 menit. Suhu pemanasan
aspal berkisar antara 110℃ hingga 140℃.
3. Letakkan cetakan cincin pada plat persiapan benda uji.
4. Oleskan oli pada bagian dalam cetakan cincin dan permukaan plat persiapan.
Catatan: Jangan berlebihan dalam mengoleskan oli.
5. Setelah proses pemanasan selesai, tuangkan aspal cair ke cetakan cincin
hingga luber/berlebih.
Catatan: Penuangan dilakukan dalam satu gerakan untuk masing-masing
cincin benda uji.
6. Diamkan benda uji pada suhu ruang selama 30 menit, untuk mendinginkan benda uji.
7. Apabila suhu benda uji telah dingin, potong bagian aspal yang berlebih (luber) di atas
permukaan cincin dengan pisau panas. Sehingga tampak permukaan lapisan aspal yang
penuh dan rata, setara dengan permukaan cetakan.
Persiapan Alat
1. Atur dan pasang pelat dasar pada dudukan benda uji. Pastikan agar jaraknya
dari cetakan cincin 25 mm dan jaraknya ke dasar gelas bejana (16± 3) ℃.
2. Pasang cetakan cincin (yang telah berisi sampel aspal) pada dudukan benda uji.
Catatan: Waktu pelepasan cetakan cincin dari pelat persiapan dari penuangan aspal
tidak diperbolehkan lebih dari 240 menit (4 jam).
Pelaksanaan Pengujian
1. Isi gelas bejana dengan air suling hingga tinggi muka airnya (105 ± 3) mm.
2. Masukkan satu set dudukan, cetakan cincin, pelat dasar dan terometer ke dalam gelas
bejana sesuai posisinya.
3. Letakkan dua bola baja pada dasar gelas bejana.
4. Kemudian, tempatkan dan rendam gelas bejana yang telah berisi peralatan ke dalam
bak perendam (baskom) yang berisi air es selama 30 menit hingga suhu benda uji
di dalam bejana turun menjadi 5℃.
Catatan: (1) Hati-hati agar cairan perendam (air suling) di dalam gelas bejana tidak
terkontaminasi dengan air es, (2) Komposisi es batu dalam air es 80 %, untuk
menurunkan suhu air dan benda uji di dalam bejana lebih cepat.
5. Keluarkan gelas bejana dari bak perendam, segera setelah suhu benda uji 5℃.
Pindahkan ke atas pemanas/kompor listrik.

3
Catatan: Alasi gelas bejana dengan kasa baja, agar menghindari pemanasan mendadak
pada kaca gelas.
6. Letakkan bola baja di atas permukaan sampel aspal, posisikan di bagian tengah cincin.
7. Panaskan gelas bejana dengan rata-rata kenaikan suhu 5℃ per menit.
Catatan: Kecepatan pemanasan merupakan bagian penting dalam pengujian.
Bila kenaikan kecepatan suhu melebihi batas yang diizinkan, maka pengujian harus
diulangi. Usahakan kenaikan kecepatan pemanasannya konstan.
8. Catat waktu setiap kenaikan suhu 5°C pada proses waktupemanasan.
9. Catat pula waktu dan suhu ketika bola baja I dan II yang diselimuti aspal jatuh
menyentuh pelat dasar.
Catatan: Apabila selisih suhu pada saat bola baja I dan bola II jatuh menyentuh pelat
dasar lebih dari 1℃, maka pengujian titik lembek ini harus diulangi.

Diagram Persiapan Benda Uji

4
Diagram Persiapan Alat

5
Diagram Pelaksanaan Pengujian

6
H. Analisis Data
Hari, tanggal : Selasa, 12 Oktober 2022
Suhu Ruang : 27 °C
Waktu Pemanasan Benda Uji : 11.45 - 12.15 WIB
Suhu pemanasan : 120 °C
Waktu Perendaman Benda Uji (Air Es) : 12.30 - 13.00 WIB
Suhu air perendam : 5 °C
Waktu Pemeriksaan Titik Lembek : 13.05 - 13.22 WIB

Tabel 2. Hasil Pengujian


Suhu yang Waktu (menit:detik) Titik Lembek (℃)
No.
diamati (℃) I II I II
1. 5 - -
2. 10 3’26” 3.26
3. 15 4’30” 4.30
4. 20 5’28”
5. 25 6’40”
6. 30 7’43”
7. 35 8’50”
8. 40 9’47”
9. 45 11’03”
10. 50 12’10”
11. 55 51°C 52°C
12. 60 (12’20”) (12’31”)

13. 65

7
Kesimpulan: Hasil pengujian menunjukkan bahwa titik lembek benda uji I
pada suhu 51°C dan benda uji II pada suhu 52 °C. Kedua nilai titik lembek ini memenuhi
persyaratan untuk aspal pen 60/70, yaitu minimum 48°C dan maksimum 58°C. Sehingga jenis aspal
ini memiliki sifat termoplastis yang cukup baik dan dapat digunakan sebagai bahan penyusun
perkerasan jalan.

I. Bahan Diskusi
Diskusikan hasil pengujian:
1. Berapa rata-rata titik lembek benda uji?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pemeriksaan titik lembek aspal?
3. Sebutkan hubungan hasil praktikum dengan penggunaannya di lapangan.
4. Jelaskan kendala yang dialami selama praktikum.
Buatlah pembahasan dalam bentuk Laporan Praktikum sesuai dengan sistematika laporan
yang ditentukan. (terlampir)

J. Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI-2434-2011. Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan
Cincin dan Bola (Ring and Ball). Jakarta: BSN.
Pustran Badan Litbang Pekerjaan Umum. (2001). RSNI 06-2434-1991. Metode Pengujian
Titik Lembek Aspal dan Ter. Bandung: Badan Litbang Pekerjaan Umum.
Sukirman, Silvia. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: NOVA

8
K. Lampiran
Lampiran 1.

Gambar 1. Kuas Gambar 2. Oli

Gambar 3. Cincin cetakan, Gambar 4. Dudukan benda uji,


bola baja, dan plat persiapan pemegang cincin dan plat dasar

Gambar 5. Termometer Gambar 6. Gelas bejana

Gambar 7. Ilustrasi Gambar 7. Kasa baja


Perendaman air es

9
Lampiran 2.

Sistematika Laporan (untuk setiap pengujian)


(Cover)
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
II. Dasar Teori
III. Metode Pelaksanaan
A. Alat dan Bahan
B. Prosedur K3LH
C. Langkah Kerja
IV. Data Hasil Praktikum
V. Pembahasan
VI. Penutup
Daftar Pustaka

Keterangan: Laporan ditulis tangan atau diketik. Batas pengumpulan laporan paling lama
dua minggu setelah pelaksanaan praktikum. Pada akhir semester, laporan dari semua
pengujian disatukan menjadi Laporan Akhir Praktikum dan dijilid dengan sampul seragam
satu kelas.

10
Lampiran 3.
FORM HASIL
PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL

Pengujian “Titik Lembek Aspal” dilaksanakan pada:


Hari, tanggal :
Tempat :
Suhu Ruang :
Waktu Pemanasan Benda Uji : - WIB
Suhu pemanasan :
Waktu Perendaman Benda Uji (Air Es) : - WIB
Suhu air perendam :
Waktu Pemeriksaan Titik Lembek : - WIB
Hasil Pengujian :

Suhu yang Waktu (detik) Titik Lembek (℃)


No.
diamati (℃) I II I II
1. 5 - -
2. 10
3. 15
4. 20
5. 25
6. 30
7. 35
8. 40
9. 45
10. 50
11. 55
12. 60
13. 65

Yogyakarta, …………………
Mahasiswa Praktikan:
Mengetahui, 1.
Dosen/Teknisi Laboratorium
2.
3.
4.
5.
………………………….. 6.
Dst.

Dst.

11
L. Penilaian
1. Proses
Keaktifan : 15 %
Ketepatan Langkah Kerja : 15 %
Keselamatan Kerja : 10 %
2. Hasil
Kebenaran Analisis Data : 20 %
Pembahasan dalam Laporan : 20 %
Sistematika Penulisan Laporan : 10 %
Kelengkapan Laporan : 10 %

Rubrik Penilaian
Standar Nilai
No. Penilaian Komponen Penilaian
Nilai Riil
Keaktifan
Aktif 15
Biasa 10
Tidak Aktif 5
Langkah Kerja
Runtut dan sesuai dengan petunjuk Labsheet 15
1. Proses
Tidak sesuai dengan petunjuk Labsheet 8
Keselamatan Kerja
Tidak ada kecelakaan kerja dan kerusakan alat. 10
Terjadi kecelakaan atau kerusakan alat. 5
Terjadi kecelakaan kerja dan kerusakan alat 0
Jumlah Nilai Proses
Kebenaran Analisis Data
Cara dan hasil analisis data benar 20
Cara analisis benar dan hasil analisis salah 15
Cara dan hasil analisis salah 8
Pembahasan dalam Laporan
Pembahasan rasional dan didukung dengan
20
teori yang valid
Pembahasan cukup rasional 15
2. Hasil
Pembahasan tidak rasional dan tidak valid 10
Tidak ada pembahasan dalam laporan 0
Sistematika Laporan
Rapi, runtut dan sesuai dengan ketentuan 10
Tidak runtut dan tidak sesuai dengan ketentuan 5
Kelengkapan Laporan
Laporan disertai dengan lembar pengamatan 10
Lembar pengamatan tidak disertakan 5
Jumlah Nilai Hasil
Jumlah Nilai Proses dan Hasil

12

Anda mungkin juga menyukai