Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL

(SNI 2456 – 2011)

1. Pelaksanaan Praktikum
Hari/ Tanggal : Rabu, 14 Juni 2023
Waktu : 08. 00 WIB s.d. Selesai
Tempat : Laboratorium Jalan Raya UMSU

2. Tujuan Percobaan
Menentukan besarnya penetrasi aspal dan klasifikasi penetrasi sesuai
dengan prosedur pengujian.

3. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Penetrometer
2. Cawan silinder
3. Thermometer
4. Waterbath
5. Kompor Gas
6. Kuas
7. Kain lap
8. Sarung tangan
9. Stopwatch
10. Wajan
b. Bahan
1. Aspal penetrasi 60/70
4. Teori Dasar
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan
jumlahnya agregat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal
yang merupakan bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam
menentukan persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang
merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan aspal (RSNI 06 - 2456 –
1991).
Penetrasi ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen
keras atau lembek ( solid atau semi solid ), dengan memasukkan jarum
penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen
pada suhu tertentu. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam
hal pengendalian mutu aspal atau ter. Untuk keperluan pembangunan,
peningkatan, atau pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi ini sangat
dipengaruhi oleh factor berat beban total. Ukuran sudut dan kehalusan
permukaan jalan, temperature dan waktu. Oleh karena itu perlu
disesuaikan dengan rinci ukuran, persyaratan dan Batasan peralatan.
Waktu dan beban yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal (RSNI
06 – 2456 – 1991).
Aspal keras / panas adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair
dan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan. Di
Indonesia aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya
yaitu:
1) AC Pen 40/50 yaitu AC dengan penetrasi 40 – 50
2) AC Pen 60/70 yaitu AC dengan penetrasi 60 – 70
3) AC Pen 85 /10 yaitu AC dengan penetrasi 85 – 100
4) AC Pen 120/150 yaitu AC dengan penetrasi 120 – 150
5) AC Pen 200/300 yaitu AC dengan penetrasi 200 – 300

Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca


panas atau lalulintas dengan volume tinggi. Sedangkan aspal semen
dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau
volume lalulintas rendah. Di Indonesia umumnya dipergunakan aspal
dengan penetrasi 60 / 70 dan 85 / 100 ( Sukiman S. 1999).
5. Teori Tambahan

Pemeriksaan Penetrasi aspal bertujuan untuk memriksa tongkat kekerasan


aspal. Penentuan penetrasi merupakan derajat ketentuan aspal yang sangat
dipengaruhi oleh suhu. Untuk aspal keras atau lembek penentuan
konsistensi dilakukan dengan penetrometer. Pengujian untuk mendapatkan
angka penetrasi dilakukan pada aspal keras atau lembek. Hasil pengujian
ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan:

a. Pengendalian mutu aspal keras.


b. Untuk keperluan pembangunan atau pemeliharaan jalan.

Aspal yang bersifat viskodastik termasuk dalam aspal modifikasi.


Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan angka
penetrasi berkisar 50 – 200. Kepekaan terhadap suhu adalah sensitifitas
perubahan sifat visko elastisitas aspal akibat perubahan suhu dimana sifat
ini dinyatakan indeks penetrasi aspal. Nilai penetrasi dapat dinyatakan
Bersama dengan nilai titik lembek dalam bentuk PI ( Penetration Index ).
Semakin tinggi nilai titik lembek maka nilai PI dapat memperkecil resiko
diformasi. Agregat adalah partikel mineral yang berbentuk butiran –
butiran yang merupakan salah satu penggunaan dalam kombinasi berbagai
macam tipe mulai dari semen untuk membentuk beton, lapis pondasi jalan,
material pengisi, dan lain – lain. Konsistensi dinyatakan dengan angka
penetrasi yaitu masuknya jarum penetrasi dengan beban tertentu ke dalam
benda uji pada suhu 25° C selama 5 detik. Penetrasi dinyatakan dengan
angka dalam satuan 1 mm. Dalam merencanakan campuran aspal beton,
yaitu:

1. Stabilitas
2. Durabilitas
3. Fleksibilitas
4. Mempunyai tahan terhadap selip
Sumber : SNI 06 – 2456 – 1991

: SNI 2433 - 2011

6. Prosedur Percobaan
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Memanaskan aspal sehingga menjadi cair selama ± 30 menit dengan
suhu 90° C.
c. Menuangkan aspal ke dalam cawan sebanyak 3 / 4 bagian.
d. Mendiamkan cawan selama 45 menit hingga mencapai suhu ruang 25°
C.
e. Memasukkan cawan ke dalam waterbath untuk menjaga suhu aspal
tetap.
f. Mengeluarkan cawan dari waterbath lalu melakukan pengujian dengan
alat penetration test.
g. Sebelum pengujian membersihkan dan memeriksa jarum penetrometer
agar tidak kotor.
h. Meletakkan pemberat 50 gram di atas jarum.
i. Meletakkan benda uji di bawah jarum penetrasi. Lalu menurunkan
jarum penetrasi sampai menyentuh permukaan aspal kemudian
menyetel arloji ke angka 0 mm.
j. Menekan tombol jarum penetrometer selama 5 detik dan melepaskan
tombol lalu menurunkan arloji penetrometer untuk mendapatkan nilai
penetrasinya.
k. Penetrasi dilakukan pada posisi tengah, tepi, di antaranya dilakukan
pada benda uji.
l. Mencatat hasil penetrasi untuk benda uji A.
m. Mengulangi percobaan j sampai l untuk menguji benda B dengan
pemberat pada jarum penetrasi diganti menjadi 100 gram.
n. Setelah selesai, membersihkan dan merapikan Kembali alat praktikum.
o. Percobaan selesai.
7. Analisa Data
a. Sebelum TFOT

Percobaan 1 2 3 Rata – Rata (mm)


Sampel A 51 54 58 54,3 52,95
Sampel B 45 60 50 51,6

- Sampel A
51+54 +58
Penetrasi rata – rata :
3
: 54, 3 mm
- Sampel B
45+60+50
Penetrasi rata – rata :
3
: 51, 6 mm

Maka penetrasi untuk sampel tersebut adalah :

sampel A +sampel B
Rumus :
2

54 , 3+51 ,6
: : 52, 95 mm
2
b. Sesudah TFOT

Percobaan 1 2 3 Rata – Rata (mm)


Sampel A 74 91 79 81,3 77,15
Sampel B 58 77 84 73

- Sampel A
74+91+79
Penetrasi rata – rata :
3
: 81, 3 mm
- Sampel B
58+77+84
Penetrasi rata – rata :
3
: 73 mm

Maka penetrasi untuk sampel tersebut adalah :

sampel A +sampel B
Rumus :
2

81 ,3+73
:
2

: 77, 15 mm
8. Gambar dan Fungsi alat
a. Alat

Gambar Fungsi
1) Penetrometer Berfungsi untuk mengukur
sifat fisik tanah yang
disebabkan karena adanya
tahanan penetrasi tanah.

2) Cawan Silinder Berfungsi sebagai wadah


untuk menempatkan aspal.

3) Thermometer Berfungsi sebagai pengukur


suhu aspal.

4) Waterbath Berfungsi sebagai alat


perendam benda uji.
5) Kompor Gas Berfungsi sebagai alat untuk
proses pemanasan aspal.

6) Kuas Berfungsi untuk


membersihkan benda uji
dan digunakan untuk
mengolesi Vaseline.

7) Kain Lap Berfungsi untuk


membersihkan alat – alat
yang digunakannn saat
praktikum.

8) Sarung Tangan Berfungsi untuk melindungi


tangan pada saat melakukan
pengujian.
9) Stopwatch Berfungsi untuk menghitung
kecepatan waktu dalam
pengetesan percobaan.

10) Wajan Berfungsi untuk tempat


memanaskan aspal.
b. Bahan

Gambar Fungsi
1) Aspal Penetrasi 60/ 70 Befungsi sebagai bahan uji
yang digunakan saat praktikum.
9. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
1) Dari percobaan pemeriksaan aspal yang dilakukan, diperoleh nilai rata
– rata dari penetrasi sebelum TFOT pada benda uji A adalah 54, 3mm
dan pada benda uji B adalah 51, 6 mm.
2) Diperoleh nilai penetrasi aspal rata – rata dari pengujian penetrasi
setelah TFOT pada benda uji A adalah 81, 3 mm dan benda uji B
adalah 73 mm.
3) Diperoleh nilai penetrasi rata – rata pada penetrasi sebelum TFOT
adalah52, 95 mm dan setelah TFOT adalah 77, 15 mm

b. Saran
1) Diharapkan agar memperbarui alat – alat praktikum yang telah rusak.
2) Diharapkan agar kelengkapan alat dipersiapkan agar tidak terjadi
kekurangan alat saat praktikum.
3) Diharapkan adanya laboratorium khusus jalan raya.

Anda mungkin juga menyukai