BAB II
Pemeriksaan dan Pengujian Aspal
2.1 Penetrasi Bahan-bahan Bitumen (Penetrations of Bituminous Materials)
2.1.1 Tujuan
2.1.2 Pendahuluan
Bahan bitumen adalah bahan material termoplastik yang secara bertahap
mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada
pengurangan suhu. Namun demikian perilaku material bahan bitumen tersebut
terhadap suhu dan prinsipnya membentuk suatu spektrum atau beragam,
tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur penyusun bahan
bitumen biasanya tidak ditinjau lebih lanjut. Untuk menggambarkan karekteristik
ragam respon butiran bitumen tersebut diperkenalkan beberapa parameter yang
salah satu adalah nilai PEN (penetrasi). Nilai ini menggambarkan kekerasan
bahan bitumen pada suhu standar yaitu 25˚ C, yang diambil dari pengukuran
kedalaman penetrasi jarum standar, dengan beban standar (50 gr/ 100 gr) dalam
rentang waktu 5 detik.
British Standard (BSI) membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam,
dengan rentang nilai PEN 15-450, sedangkan AASHTO mendefinisikan nilai PEN
40-50 sebagai nilai PEN untuk material bahan bitumen terkeras dan PEN 200-300
untuk material bahan bitumen terlunak. Menurut SNI-06-2456-1991 persyaratan
aspal keras pen 60/70 yaitu yang mempunyai nilai penetrasi 60 – 79.
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu kamar
akan menghasilkan nilai yang berbeda. Variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat
disusun sedemikian rupa sehingga dihasilkan grafik hubungan antar suhu dan nilai
penetrasi. Penetrasion Index dapat ditentukan dari grafik tersebut.
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
2.1.3 Peralatan
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05) gr yang dapat dilepas dengan mudah
dari alat penetrsai untuk peneraan.
2. Pemberat sebesar (50 ± 0,05) gr dan (100 ± 0,05) gr masing-msaing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
3. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440˚ C, atau HRC 54 sampai
60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
4. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder.
5. Bak pererndam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10
liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian kurang 0,1˚ C.
6. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi.
7. Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang
cukup untuk merendam bneda uji tanpa bergerak.
8. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop watch dengan
skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1
detik per detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan
alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur aspal biasanya
tidak ditnjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon aspal
tersebut diperkenalkan beberapa parameter, salah satunya adalah Pen (penetrasi).
Nilai ini menggambarkan kekerasan asapl pada suhu standar yaitu 25° C , yang
diambila dari pengukur kedalaman penetrasi jarum standar (5 gr/100 gr) dalam
rentang waktu standar (5 detik)
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
Berdasarkan SNI 06 – 2456 – 1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-
rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil
pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini :
Hasil
0 – 49 50 – 149 150 – 179 200
Penetrasi
Nilai
2 4 6 8
Toleransi
1. Aspal pen 40/50 : Bila jarum penetrasi benda pada range (40 – 59)
2. Aspal pen 60/70 : Bila jarum penetrasi benda pada range (60 – 79)
3. Aspal pen 85/100 : Bila jarum penetrasi benda pada range (85 – 100)
4. Aspal pen 120/150 : Bila jarum penetrasi benda pada range (120 – 150)
5. Aspal pen 200/300 : Bila jarum penetrasi benda pada range (200– 300)
2.1.6 Perhitungan
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata dari minimal 3 kali pembacaan
dengan hasil pembacaan tidak boleh melampaui ketentuan berikut :
Tabel 2.1.1 Toleransi hasil penetrasi
Hasil Penetrasi 0-49 50-149 150-249 1200
Toleransi 2 4 6 8
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
Sumber : pedoman praktikum jalan raya
Data
No
Penetrasi pada 25oC, 100 gr, 5 detik I II
.
1. Pengamatan 1 73 85
2. Pengamatan 2 71 83
3. Pengamatan 3 79 81
4. Pengamatan 4 78 80
5 Pengamatan 5 79 80
Hasil 76.0 81.8
Rata - rata 78.9
Sampel 1
Nilai rata-rata penetrasi
pengamatan 1+ pengamatan 2+ pengamatan3+ pengamatan 4+ pengamatan 5
=
5
¿
= 73+71+79+78+79+ 5 ¿
= 76
Sampel 2
Nilai rata-rata penetrasi =
pengamatan 1+ pengamatan 2+ pengamatan3+ pengamatan 4+ pengamatan 5
5
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
2.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan ketentuan Bina Marga yang menetapkan bahwa spesifikasi nilai
pengamatan antara 50-149 dengan toleransi adalah 4. Dari hasil percobaan yang
telah dilakukan didapatkan nilai 78.9 dilihat dari golongan kekentalan penetrasi
bitumen ini digolongkan kedalam penetrsai 60/70, menurut AASHTO M 20-70
1990 ini diklasifikasikan dalam bitumen keras.
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
GAMBAR ALAT
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
Kelompok 4
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA II
Kelompok 4