Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum Bahan Jalan

BAB 3
PENGUJIAN ASPAL

3.1 PENDAHULUAN
Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan yang melekat atau membentuk
padat yang terdiri dari hydrocarbons atau turunannya, terlarut dalam trichloro-
ethylene dan bersifat tidak mudah menguap serta lunak secara bertahap jika
dipanaskan. Aspal berwarna hitam atau kecoklatan memiliki sifat kedap air dan
adhesive (British Standard, 1998). Aspal adalah material yang pada temperatur
ruang akan berbentuk padat sampai agak padat dan bersifat termoplastis. Aspal
akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu dan kembali membeku
jika termperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material
pembentuk campuran perkerasan jalan (Sukirman, 2003).
Aspal berfungsi sebagai perekat agregat dalam campuran aspal beton,
sehingga menjadikannya sangat penting dipertahankan kemampuannya terhadap
kelekatan, titik lembek dan kelenturannya. Penambahan zat adiktif pada aspal
menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk mempertahankan maupun
meningkatkan daya rekat, titik lembek dan kelenturannya (Rianung, 2007). Aspal
terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan
dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan
bersama material lain (Shell bitumen, 1990).
Sebelum diaplikasikan pada berbagai kebutuhan, aspal perlu dilakukan
pengujian untuk mengetahui karakteristik aspal agar perencanaan menjadi lebih
matang. Pengujian aspal meliputi beberapa hal yakni pengujian penetrasi, pengujian
titik lembek aspal dan ter, pengujian titik nyala dan titik bakar dengan cleveland
open cup, pengujian berat jenis bitumen keras dan ter, pengujian kehilangan berat
aspal, pengujian marshall, pengujian kadar air dan fraksi aspal cair, pengujian
ekstrasi dan pengujian daktilitas. Tujuan yang lebih khusus adalah apakah aspal-
aspal tersebut memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan atau tidak (AWD, 2016).
1
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.2 PENGUJIAN PENETRASI


3.2.1 Maksud
Pengujian penetrasi bertujuan untuk menentukan nilai kekerasan aspal
dengan melakukan pengujian penetrasi dengan alat penetrometer.

3.2.2 Landasan Teori


Menurut ASTM D-8-31, aspal adalah bahan berwarna hitam/ coklat tua,
bersifat perekat, terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau dari proses
pembuatan minyak bumi. Bitumen adalah bahan berwarna hitam, dapat bersifat
padat/ keras (asphaltine) dapat juga bersifat lembek (malthine). Tingkat kekerasan
aspal perlu dilakukan pengujian terhadap aspal, pengujian itu dinamakan pengujian
penetrasi aspal (Ramdiansyah, 2018).
Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi kedalam permukaan aspal
dalam waktu 5 detik dengan beban 100 gram pada suhu 25ºC (SNI 06-2456-1991).
Penetrasi menunjukan keras tidaknya aspal, semakin besar angka penetrasi semakin
lembek aspal tersebut dan sebaliknya semakin kecil angka penetrasi maka aspal
tersebut semakin keras (Oktaviani, 2013). BSI (British Standard) membagi nilai
penetrasi menjadi 10 macam pada rentang nilai PEN 15 – 450, sedangkan AASTHO
mendefinisikan nilai PEN 40 – 50 sebagai nilai PEN untuk material bitumen yang
paling keras dan PEN 200 – 300 untuk material bitumen yang paling lembek
(Ksatria Budi, 2013).
Penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran di atas suhu ruang
menghasilkan nilai yang berbeda, variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat
disusun sedemikian rupa hingga dihasilkan nilai grafik antara suhu dan penetrasi.
Penetrasi index dapat ditentukan dari grafik tersebut. Nilai penetrasi dinyatakan
sebagai rata-rata sekurang-kurangnya dari 3 kali pengamatan (Oktaviani, 2013).

2
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian penetrasi bahan jalan adalah
sebagai berikut.
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakan pemegang jarum naik dan turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm;
2. pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05) gram yang dapat dilepas dengan mudah
dari alat penetrasi untuk peneraan;
3. pemberat dari (50 ± 0,05) gram atau (100 ± 0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200
gram;
4. jarum penetrasi dibuat dari stainless steel HRC 54 – 60. Ujung jarum harus
berbentuk kerucut terpancung dengan berat jarum 2,5 ± 0,05 gram;
5. cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata;
6. bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10
10 liter dan dapat menahan suhu 25ºC dengan ketelitian lebih kurang 0,1ºC.
Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 m di atas
dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam
bejana;
7. tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa bergerak;
8. pengatur waktu, untuk pengukuran penetrasi dengan tangan (manual)
diperlukan stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang
dan kesalahan tertinggi per 60 detik, untuk pengukuran penetrasi dengan alat
otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik;
9. dan termometer bak perendam harus dikalibrasi secara periodik.

3
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

(1-4) (5)

(6) (8)

3.2.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan pada pengujian penetrasi bahan jalan
adalah sebagai berikut.
1. Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dengan
membersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain, kemudian
mengeringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan memasang jarum pada
pemegang jarum.
2. Meletakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar
(100 ± 0,1) gram.
3. Memindahkan tempat air berikut benda uji dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
4. Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji, kemudian mengatur angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
5. Melepaskan pemegang jarum dan serentak menjalankan stopwatch selama (5
± 0,1) detik. Apabila wadah benda uji bergerak pada saat pengujian maka
pengujian dianggap gagal.

4
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

6. Memutar arloji penetrometer, kemudian membaca angka penetrasi yang


berimpit dengan jarum penunjuk. Membulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
7. Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan menyiapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
8. Melakukan pekerjaan 1 – 8 di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang
sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dan
dari tepi dinding lebih dari 1 cm.

3.2.5 Data Percobaan


Data percobaan yang didapatkan dari pengujian penetrasi adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.1 Data Percobaan Pengujian Penetrasi
Penetrasi pada suhu 25ºC
Pengamatan 1 69,000
Pengamatan 2 45,000
Pengamatan 3 70,000
Jumlah 184,000
Rata-rata 61,333

3.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan dalam pengujian penetrasi adalah sebagai
berikut.
Jumlah = Pengamatan 1 + Pengamatan 2 + Pengamatan 3
= 69,000 + 45,000 + 70,000
= 184,000 mm
Kemudian menghitung dari jumlah hasil percobaan. Berikut adalah
perhitungan rata-rata dari benda uji.
Jumlah hasil percobaan
Rata-rata =
Jumlah percobaan yang dilakukan
184, 000
=
3
= 61,333 mm

5
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

Tabel 3.2 Toleransi Pengujian Penetrasi


Hasil Penetrasi 0 – 49 50 – 149 150 – 249 > 250
Toleransi 2 4 12 20

3.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengujian penetrasi, didapatkan nilai rata-rata pada
sampel 2 sebesar 61,333 mm dan menurut table 3.2 toleransi pengujian penetrasi
pada SNI 06-2456-2011 termasuk ke dalam toleransi 4. Syarat nilai kekerasan aspal
dengan pengujian penetrasi < 350 dapat diuji dengan alat-alat dan cara pemeriksaan
ini, sedangkan aspal penetrasi antara 350 – 500 perlu dilakukan dengan alat-alat
lain. Jadi, nilai kekerasan aspal pada pengujian penetrasi ini memenuhi syarat yang
dapat diuji dengan alat-alat dan cara pemeriksaan ini.

6
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.5 PENGUJIAN BERAT JENIS BITUMEN KERAS


3.5.1 Maksud
Pengujian berat jenis bitumen keras bertujuan untuk mengukur berat jenis
aspal dengan menggunakan piknometer.

3.5.2 Landasan Teori


Berat jenis bitumen keras adalah perbandingan berat bitumen terhadap
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu yaitu dilakukan dengan
cara menggantikan berat air dengan berat bitumen dalam wadah yang sama. Berat
jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari bitumen itu
sendiri. Pengujian ini berpacu pada standar pedoman SK SNI M-30-1990-F (Ridho,
2012).
Pemeriksaan berat jenis bitumen bertujuan untuk mengetahui berat jenis
bitumen yang terdapat di laboratorium. Besarnya berat jenis bitumen penting dalam
perencanaan campuran agregat dan aspal, karena pada umumnya berdasarkan
perbandingan berat dan juga untuk menentukan kadar aspal dalam suatu campuran
(AWD, 2016). Nilai berat jenis aspal sudah ditentukan syarat minimumnya oleh
SNI 06-2441-1991, jika hasil dari percobaan nilai berat jenis aspal tersebut tidak
memenuhi syarat minimum yang sudah ditentukan, aspal tersebut sudah tidak layak
untuk dijadikan perencanaan lapisan perkerasan jalan (Fauzi, 2022).
Mencari berat jenis dapat dilakukan dengan perbandingan penentuan berat
jenis suatu material, sebenarnya bisa dilakukan secara kualitatif dan visualisasi
yaitu dengan cara membandingkan berat jenis air. Tujuan umum dan sasaran
praktikum pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen
keras dengan cawan, sedangkan sasaran praktikum ini adalah agar mahasiswa
mampu melakukan sendiri pemeriksaan dengan menggunakan alat piknometer
dengan benar (Ridho, 2012). Standar pengujian untuk berat jenis bitumen keras dan
ter menurut SK SNI M-30-1990-F, berkisar antara 1,015 – 1,035. Menurut SNI 06-
2441-1991, syarat minimum berat jenis aspal 1 gram/cm3 (Lucky, 2018).

7
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian berat jenis bitumen keras
adalah sebagai berikut.
1. Termometer;
2. waterbath;
3. piknometer 30 ml;
4. bejana (beaker glass) 1000 ml;
5. timbangan ketelitian 0,002 gram;
6. dan pembakar bunsen.

(1) (2)

(3) (5)

8
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.5.4 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang dilakukan dalam pengujian berat jenis bitumen
adalah sebagai berikut.
1. Mengisi bejana dengan air suling yang baru dididihkan 600 ml dan
mendinginkan kembali sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang
terendam adalah 40 mm. Kemudian, merendam dan menjepitkan bejana
tersebut ke dalam waterbath sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm.
2. Mengatur dan mempertahankan temperatur air pada bak perendam tidak lebih
dari 0,1ºC dari temperatur pengujian.
3. Mengangkat bejana dari dalam waterbath dan mengisi piknometer dengan air
suling. Kemudian, menutup tanpa ditekan.
4. Meletakkan piknometer ke dalam bejana dan menekan penutup hingga rapat,
mengembalikan bejana berisi piknometer ke dalam waterbath. Mendiamkan
bejana tersebut ke dalam waterbath sekurang-kurangnya 30 menit. Kemudian,
mengangkat piknometer dan mengeringkan dengan kain lap. Menimbang
dengan ketelitian 1 mg (B).
5. Menuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga
terisi bagian.
6. Membiarkan piknometer sampai dingin selama kurang dari 40 menit dan
menimbang dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg (C).
7. Mengisi piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan menutup tanpa
ditekan, mendiamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
8. Mengangkat bejana dari dalam waterbath dan letakkan piknometer di dalam
kemudian menekan penutup hingga rapat. Memasukkan dan mendiamkan
bejana ke dalam waterbath selama sekurang-kurangnya 30 menit.
9. Kemudian mengangkat, mengeringkan dan menimbang piknometer (D).

9
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.2.5 Data Percobaan


Data percobaan yang didapatkan dari pengujian berat jenis bitumen keras
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Data Percobaan Pengujian Bitumen Keras
No Parameter Nilai
1. Berat piknometer (gram) 19,820
2. Berat piknometer berisi air (gram) 80,710
3. Berat piknometer berisi bitumen (gram) 49,590
4. Berat piknometer berisi bitumen dan air (gram) 80,160
5. Berat jenis (gram/cm3) 0,982

3.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan dalam pengujian bitumen keras adalah
sebagai berikut.
(C - A)
Berat jenis =
(B - A) - (D - C)
Dimana :
A : Berat piknometer dengan penutup (gram)
B : Berat piknometer berisi air dan penutup (gram)
C : Berat piknometer berisi bitumen dan penutup (gram)
D : Berat piknometer berisi bitumen, air dan penutup (gram)

Maka, perhitungan berdasarkan tabel adalah sebagai berikut.


(49,590 - 19,820)
Berat jenis =
(80, 710 - 19,820) - (80,160 - 49,590)
Berat jenis = 0,982 gram/cm3

3.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan berat jenis aspal tersebut ialah 0,982
gram/cm3, dimana standar minimum nilai berat jenis aspal ialah 1 gram/cm3, maka
nilai berat jenis aspal tersebut tidak memenuhi standar yang sesuai karena
kenyataannya nilai berat jenis aspal tidak boleh kurang dari 1 gram/cm3.

10
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.10 PENGUJIAN DAKTILITAS


3.10.1 Maksud
Mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam penggunaannya sebagai
lapisan pekerasan.

3.10.2 Landasan Teori


Daktilitas atau kekenyalan aspal adalah kohesi dari partikel-partikel aspal
yang berusaha untuk terus bersatu agar tidak terlepas satu sama lain, dimana
keadaan lepasnya antara partikel aspal tersebut disebut kondisi putus. Daktilitas
aspal sangat diperlukan dalam suatu campuran bahan perkerasan jalan dengan aspal
sebagai bahan perekat dari agregat yang ada. Gaya kohesi dari aspal tersebut
merupakan usaha untuk mempertahankan agregat tetap di tempatnya dan tidak
sampai terlepas sehingga semakin tinggi nilai daktilitas aspal maka semakin baik
mutu aspal tersebut sebagai bahan perekat atau pengikat campuran bahan
perkerasan jalan (AWD, 2016).
Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa
hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Apabila aspal banyak
mengandung senyawa parakin dengan senyawa panjang, maka daktilitas rendah.
Aspal didapatkan dari blowing, dimana gugusan aspal hidrokarbon tak jenuh yang
mudah menyusut, sedangkan yang banyak mengandung parakin karena sususan
rantai hidrokarbonnya dan kekuatan strukturnya kurang plastis. Standar regangan
yang dipakai adalah 100 – 200 cm (Actacipta et al., 2017).
Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal,
apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan dengan cara
menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada suhu 25˚C
dengan dengan toleransi ± 5 %. Aspal dengan daktilitas yang rendah akan
mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan
mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu, aspal perlu memiliki
daktilitas yang cukup tinggi (Ridho, 2012).

11
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Bahan Jalan

3.10.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian daktilitas adalah sebagai
berikut.
1. Cetakan benda uji daktilitas dari kuningan;
2. bak perendam (waterbath);
3. termometer;
4. dan alat uji daktilitas.

3.10.4 Prosedur
Prosedur percobaan yang dilakukan pada pengujian daktilitas adalah
sebagai berikut.
1. Melapisi seluruh permukaan pelat dasar dan bagian yang akan dilepas dengan
campuran gliserin dan talk atau kaolin untuk mencegah melekatnya benda uji
pada cetakan daktilitas.
2. Menuangkan contoh uji ke dalam cetakan mulai dari ujung ke ujung hingga
sedikit melebihi cetakan.
3. Mendiamkan benda uji pada temperatur ruang selama 30 menit sampai dengan
40 menit.
4. Memasukkan benda uji (pelat dasar dan cetakan daktilitas yang berisi aspal) ke
dalam bak perendam pada temperatur 25ºC selama 85 menit sampai dengan 95
menit.
5. Melepaskan benda uji dari pelat dasar dari sisi cetakannya dan langsung
memasang benda uji ke mesin uji dengan cara memasukkan lubang cetakan ke
pemegang di mesin uji.
6. Menjalankan mesin uji sehingga menarik benda uji dengan kecepatan sesuai
persyaratan (50 mm per menit). Perbedaan kecepatan lebih atau kurang dari 2,5
mm per menit masih diperbolehkan.
7. Membaca pemuluran benda uji pada saat putus dalam satuan cm.

12
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai