PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
2. Tujuan
Tujuan yang akan didapatkan dengan melakukan pengujian ini adalah
sebagai berikut:
a. Dapat memahami prosedur pengujian penetrasi aspal dengan baik
dan benar.
b. Dapat mengetahui nilai penetrasi aspal.
c. Dapat menentukan spesifikasi aspal yang diuji dengan standar.
B. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Aspal
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan
jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran aspal yang
merupakan bahan jalan. Aspal berasal dari hasil proses penyulingan
minyak bumi dengan destilasi bertingkat pada suhu ±290oC dimana sisa
residulah yang dijadikan bahan aspal, (SNI 2456-2011).
Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu
aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu
kekerasan aspal. Hasil pengujian selanjutnya dapat digunakan dalam hal
pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan,
peningkatan atau pemeliharaan jalan. Cara ini dimaksudkan sebagai acuan
para penanggung jawab dan teknisi laboratorium aspal untuk menentukan
penetrasi aspal serta menyeragamkan cara pengujian untuk pengendalian
mutu aspal agar diperoleh hasil pengujian yang akurat dan tepat, (SNI
2456-2011).
2. Jenis-Jenis Aspal
Sisa residu minyak bumi ini dijadikan beberapa jenis aspal, (SNI 2456-
2011) antara lain :
a. Blow aspal
b. Aspal keras/ aspal semen/ aspal panas
c. Aspal cair
2
d. Aspal emulsi
3
Tabel 1. Persyaratan Aspal Keras
Jenis Persyaratan
Satuan Metode
Pengujian
Pen 40 Pen 60 Pen 80 Pen 120 Pen 200
4. Analisis Data
Dalam perhitungan dilakukan perhitungan standar deviasi yang
digunakan untuk mengetahui nilai sebaran data pada sebuah sampel data
dan seberapa dekat setiap titik data individu dengan garis nilai rata-rata.
Apabila didapati nilai standar deviasi suatu sampel data sama dengan nol,
maka hal tersebut menunjukan bahwa semua nilai dalam dalam data
tersebut adalah sama. Semakin besar nilai standar deviasi suatu data maka
semakin besar jarak setiap titik data dengan nilai rata-rata. Perhitungan
standar deviasi terhadap sampel dari data populasi dan menggunakannya
untuk apakah sampel data tersebut mewakili seluruh populasi. Rumus
yang diperlukan adalah sebagai berikut:
2 ∑|𝑋𝑟−𝑋𝑛|2
𝑆𝐷 = √ ........................................................................(1)
𝑛−1
∑ 𝑋𝑛
𝑋𝑟 = ....................................................................................(2)
𝑛
Keterangan :
4
SD = Standar Deviasi
xr = Rata-rata
xn = Suku ke-n
n = Jumlah populasi
𝑆𝐷
𝐾= 𝑥 100% .........................................................................(3)
𝑋𝑟
Keterangan :
K = Koefisien Batas Varian
C. METODE PENGUJIAN
Pelaksanaan pengujian penetrasi perlu diperhatikannya alat, bahan dan
langkah kerja sebagai berikut ini :
1. ALAT DAN BAHAN
a. Peralatan Pengujian
1) Penetrometer
Berdasarkan SNI 2456-2011, ada dua macam penetrometer
yaitu penetrometer manual dan penetrometer otomatis,
perbedaan kedua penetrometer ini terletak pada :
5
a) Pengukuran waktu, pada penetrometer manual diperlukan
stopwatch sedangkan pada penetrometer otomatis tidak
diperlukan stopwatch, karena pengukur waktu.
b) Waktu otomatis sudah terangkat dam alat penetrometer.
c) Saat pengujian tombol pada pemegang jarum penetrometer
manual harus ditekan selama 5±0.1 detik sampai waktu
ditentukan, sedangkan tombol pada pemegang jarm
penetrometer otomatis ditekan hanya pada saat permulaan
pengujian yang akan berhenti secara otomatis setelah
waktu yang ditentukan (5±0.1detik).
Kedua alat ini terdiri atas:
a) Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum
untuk bergerak secara vertical tanpa gesekan dan dapat
menunjukkan kedalaman masuknya jarum ke dalam benda
uji sampai 0.1 mm terdekat;
b) Berat pemegang jarum 47.5 gram ± 0.05 gram. Berat total
pemegang jarum beserta jarum 50 gram ± 0.05 gram.
Pemegang jarum harus mudah dilepas dari penetrasi untuk
keperluan pengecekkan berat.
c) Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk
memastkan posisi jarum dan pemegang jarum tegak (90
derajat) ke permukaan.
d) Berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05
gram sehingga dapat digunakan untuk mengukur penetrasi
dengan berat total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan
kondisi pengujian yang diinginkan.
e) Jarum Penetrasi harus terbuat dari Stinless Steel dan dari
bahan yang kuat, Grade 440-C atau yang setara, HRC 54
sampai 60 ukuran dan bentuk jarum.
f) Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan
jarum panjang memiliki panjang sekitar 60 (2.4 in).
6
g) Diameter jarum antara 1.00 mm sampai dengan 1.02 mm.
h) Ujung arum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara
8.7” dan 9.7”.
i) Ujing jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan
jarum.
j) Perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang
lurus tidak boleh melebihi 0.2 mm.
k) Diameter ujung kerucut terpancung 0.14 mm sampai
dengan 0,16 mm dan terpusat terhadap sumbu jarum.
l) Ujung jarum harus runcing, tajam dan halus.
m) Panjang bagian jarum standar yang tampak harus antara
40-45 mm sedangkan untuk jarum panjang antara 50-55
mm (1.97-2.17in).
n) Berat jarum harus 2.50 gram ± 0.05 gram .
o) Jarum penetrasi yang akan digunkan untuk pengujian mutu
aspal harus memenuhi kriteria tersebut diatas disertai
dengan hasil pengujan dari pihak yang berwenang.
C B
E D
Gambar 1. Penetrometer
(Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019)
7
Keterangan :
A = Dial Penetrasi D = Pegangan Jarum
B = Tombol Penahan E = Jarum Penetrasi
C = Beban F = Dudukan Benda Uji
2) Cawan
Terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk slinder
dengan dasar yang relatif berukuran berdasarkan SNI 2456-
2011 sebagai berikut :
a) Untuk pengujian penetrasi dibwah 200
1) Diameter, mm : 55
2) Tinggi bagian dalam, mm : 35
b) Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350
1) Diameter, mm : 55-75
2) Tinggi bagian dalam :45-70
c) Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500
1) Diameter, mm : 55
2) Tinggi bagian dalam, mm : 70
Gambar 2. Cawan
(Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019)
8
temperatur lain dengan ketelitian tidak lebih dari 0,1oC. bejana
atau bak perendam harus dilengkapi denga pelat dasar
berlubang yang terletak tidak kurang 50mm diatas dasar bejana
dan tidak kurang dai 100mm di bawah permukaan air dalam
bejana. Apabila pengujian dilakukan dalam bak perendam maka
harus dilengkapi dengan penahan yang cukup kuat untuk
dudukan penetrometer. Ujung termometer direndam pada batas
pelat dasar dalam bak perendam, (SNI 2456-2011).
Gambar 3. Baskom
(Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019)
4) Kompor Listrik
Kompor listrik digunakan untuk memanaskan benda uji (aspal).
5) Stopwatch
Untuk penetrometer yang dijalankan secara manual dapat
digunakan pengukur waktu apa saja seperti stopwatch mempunyai
skala terkecil 0.1 detik atau kurang dengan kesalahan tertingi 0.1
9
detik untuk setiap 60 detik. Untuk penetrometer otomatis
kesalahan tidak boleh lebih dari 0.1 detik.
Gambar 5. Stopwatch
(Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019)
6) Termometer
Termometer harus dikaliberasi dengan maksimum
kesalahan skala tidak melebihi 0.1oC atau dapat juga digunakan
pembagian skala termometer lain yang sama ketelitiannya dan
kepekaannya. Ada dua termometer yang digunakan saat pengujian
yaitu, air raksa dan besi, (SNI 2456-2011).
Gambar 6. Termometer
(Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019)
10
Tabel 3. Spesifikasi Standar Termometer
No ASTM Rentang
17 C 19 sampai dengan 27oC
63 C 8 sampai dengan +32oC
64 C 25 sampai dengan 55oC
(Sumber : SNI 19-6421-2000)
7) Piring Seng
Piring ini digunakan sebagai alas tempat meletakkan cawan yang
telah berisi aspal agar ketika dipanaskan dan aspal melebihi
kapasitas dan tidak mengotori kompor.
8) Sendok Logam
Sendok logam digunakan untuk mengaduk aspal yang telah
meleleh ketika dipanaskan.
11
9) Kain Lap
Kain lap digunakan untuk membersihkan jarum penetrasi.
10) Penjepit
Penjepit digunakan untuk mengangkat cawan yang berisi aspal
yang telah meleleh.
11) Aspal
Bahan uji yang digunakan adalah aspal dengan Pen 60/70 yang
bersih.
12
12) Es Batu
Es batu digunakan untuk menurunkan suhu yang dikehendaki saat
pengujian.
h
2/3 h
13
c. Persiapan dan Spesifikasi Benda Uji
1) Persiapan Benda Uji
Persiapan pengujian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Mulai
Selesai
Keterangan :
a) Alat dan bahan disiapkan.
b) Aspal dipanaskan hingga mencair dan tidak mengeluarkan
buih (110±5)oC pemanasan contoh tidak boleh lebih dari
14
90oC diatas titik lembeknya, pemanasan tidak boleh lebih
dari 60 menit, lakukan pengadukan untuk menjamin
kehomogenan, contoh dan jangan samapi ada gelembung
udara dalam contoh.
15
2) Spesifikasi Benda Uji
Benda uji yang dipakai pada pengujian penetrasi ini yaitu
aspal dalam kelas Pen 60/70. Spesifikasi umum benda uji
(aspal) sebagai berikut:
Tabel 4. Spesifikasi Umum Aspal
Tipe II Aspal yang Dimodifikasi
Tipe I
A B C
Jenis Metode Aspal
No. Asbuton Elastomer
Pengujian Pengujian Pen. Elastomer
60-70 yang Alam
Sintesis
diproses (Latex)
16
2. Langkah Kerja
Langkah kerja pengujian penetrasi aspal adalah sebagai berikut:
Mulai
Selesai
17
Keterangan :
18
4) Pemegang jarum dilepaskan selama waktu yang disyaratkan (5
detik ± 0.1 detik).
5) Untuk mengukur nilai penetrasi dan angka pnetrasi dibaca yang
menunjukan jarum penujuk pada angka 0.1 mm terdekat.
6) Pengujian dilakukan paling sedikit tiga kali untuk benda uji
yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak
tidak kurang 10mm dari dinding cawan dan tidak kurang 10mm
dari satu titik pengujian dengan titik pengujian lainnya.
7) Jarum yang digunakan harus dalam keadaan bersih untuk
setiap kali pengujian. Apabila nilai penetrasi lebih dari 200,
gunakan paling sedikit 3 jarum yang setelah digunakan
dibiarkan tertancap pada benda uji sampai tiga kali pegujian
selesai. Jika diameter cawan benda uji kurang dari 65 mm dan
nilai penetrasi diperkirakan lebih dari 200, buat setiap
pengujian dari tiga kali pengujian penetrasi dilakukan pada
benda uji dalam cawan yang terpisah sebagaimana yang telah
disiapkan pada persiapkan benda uji.
8) Nilai penetrasi diamati dan dicatat. Dan peralatan yang sudah
dipakai harus dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula.
D. HASIL PENGUJIAN
1. Pelaporan Hasil Pengujian
Berdasarkan praktikum pengujian penetrasi dan pemanasan aspal,
diperoleh data sebagai berikut :
a. Tempat Pengujian
Pengujian penetrasi aspal dilakukan di Laboratarium Bahan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Negeri Yogyakarta.
19
Tabel 5. Hasil Pemanasan Aspal 1
Suhu Suhu
Hari, Waktu
Cuaca awal Akhir Waktu
Tanggal Praktikum
(oC) (oC)
Kamis, 07
Februari 07.30 – 09.10 Berawan 29 109 6’53”
2019
20
Selain hasil pengujian yang diperoleh diatas, terdapat hasil
pengujian lain yang diperoleh yaitu waktu pengujian penetrasi
aspal 1 diperoleh 5 detik pada suhu aspal 25oC dan juga waktu
perendaman aspal diperoleh 42 menit 35 detik pada suhu
perendaman 24,5oC.
2. Analisis Data
a. Standar Deviasi Penetrasi Aspal
Tabel 8. Perhitungan Standar Deviasi Aspal ke-1
Titik Pengujian X X-Xr |X-Xr| |X-Xr|2
1 61 23 23 529
2 38 0 0 0
3 15 -23 23 529
Σ 114 0 46 1058
xr 38
2 1058
𝑆𝐷 = √ = 23
3−1
23
𝐾= 𝑥 100% = 60,53 %
38
Dari tabel telah didapat nilai standar deviasi (SD) aspal 1 diperoleh
23 dan koefisien batas varian diperoleh 60,53%.
21
2 338,67
𝑆𝐷 = √ = 13,01
3−1
13,01
𝐾= 𝑥 100% = 23,52 %
55,33
Dari tabel telah didapat nilai standar deviasi (SD) untuk aspal
recycle 1 diperoleh 13,01 dan koefisien batas varian diperoleh
23,52%.
E. PEMBAHASAN
Dalam pengujian ini, aspal yang tersedia adalah aspal keras pada
suhu ruang 29oC dalam kondisi cuaca saat itu berawan. Aspal diambil
dengan takaran 2/3 dari cawan dan dipanaskan pada suhu 109oC sampai
dalam keadaan cair dalam waktu 6’53” (Tabel 5) dan untuk pengujian
penetrasi dilakaukan perendaman aspal pada suhu 24,5oC dalam rentang
waktu 43’35” (Tabel 7). Sehingga, diperoleh beberapa grafik seperti yang
disertakan pada gambar 20 dan gambar 21 :
70
61 Simpangan Maks. 61
Nilai Penetrasi (mm/gr/det)
60
50
38
40
30
20 15 Simpangan Min. 15
10
0
1 2 3
Titik Pengujian
22
Pada pengujian penetrasi aspal 1 berdasarkan perhitungan (Tabel 8) dan
grafik (Gambar 19), aspal memiliki rata-rata 38 mm/gr/det dengan standar
deviasi ±23,00. Sehingga, batas atas standar deviasi yaitu 61 mm/gr/det
dan batas bawah standar deviasi yaitu 15 mm/gr/det.
80
60 56
50
42 Simpangan Min. 41,99
40
30
20
10
0
1 2 3
Titik Pengujian
23
60 55,33
20
10
0
Aspal 1 Aspal Recycle 1
1 2
Jenis Pengujian Penetrasi
Pada grafik (gambar 22) dapat dilihat terjadi kenaikan nilai penetrasi pada
saat pengujian aspal 1 dengan aspal recycle yaitu saat pengukuran nilai
penetrasi aspal 1 rata-rata diperoleh 38 mm/gr/det dan aspal recycle 1
rata-rata diperoleh 55,33 mm/gr/det.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian tersebut didapat nilai penetrasi dari masing-
masing pengujian sebagai berikut:
1. Pengujian aspal 1 memiliki nilai penetrasi rata-rata sebesar 38
mm/gr/det.
2. Pengujian aspal recycle 1 memiliki nilai penetrasi rata-rata sebesar
55,33 mm/gr/det.
3. Terjadi kenaikan nilai penetrasi rata-rata pada pengujian penetrasi
aspal 1 dengan pengujian penetrasi aspal recycle 1.
24
digunakan di Laboratorium merupakan jenis aspal yang termasuk dalam
kelas Pen 60/70. Dengan demikian, ada beberapa hal yang membuat hal
ini dapat terjadi, antara lain :
a. Ketidaktepatan dalam waktu perhitungan 5 detik, sehingga nilai
penetrasi kurang dari yang seharusnya.
b. Ketidaktepatan dalam pengukuran suhu aspal yang diuji.
H. SARAN-SARAN
1. Bagi Mahasiswa
a. Diperlukan ketepatan dan ketelitian antara pembacaan stopwatch
dengan pembacaan skala alat penetrasi.
b. Diperlukan pembagian jobdesk secara jelas dan rinci sehingga yang
ditugasi untuk membaca termometer dan stopwatch akan paham
dan sebagai wujud antisipasi kesalahan saat praktikum.
c. Diperlukan konsentrasi dalam proses praktikum baik itu dari pihak
mahasiswa yang sedang praktik maupun mahasiswa lain yng tidak
sedang praktik agar praktikum bisa berjalan dengan baik sehingga
25
mampu mendapat data yang sebelumnya dimiliki dari hasil
praktkum tersebut.
d. Perlu mendokumentasikan setiap alat dan bahan yang dipakai
selama praktikum hingga proses praktikum, hal ini akan
memudahkan mahasiswa dalam menyusun laporan praktikum yaitu
dalam lampiran maupun dalam pendeskripsian alat dan gambar.
e. Mempersiapkan dan memahami jobsheet atau paduan praktikum
sebelum melaksanakan praktukum.
26
I. DAFTAR PUSTAKA
- Badan Standarisasi Nasional. RSNI S-01-2003. Spesifikasi Aspal
Keras Berdasarkan Penetrasi. Jakarta.
- Wignall, A., 2003. Proyek Jalan Teori dan Praktek. Erlangga: Jakarta.
27
J. LAMPIRAN
28
Gambar 27. Proses Pengujian Nilai Penetrasi
(Sumber : Dokumentasi Kelompok, 2019)
29
Gambar 29. Hasil Pengukuran Penetrasi Aspal di Laboratorium
(Sumber : Dokumentasi Kelompok, 2019)
30
LEMBAR KONSULTASI PRAKTIKUM KONTRUKSI JALAN
31