Anda di halaman 1dari 21

BAB 3

PENGUKURAN POLYGON

3. 1 PENGERTIAN POLYGON

Polygon berasal dari kata poly yang artinya banyak dan gone yang

artinya titik. Polygon adalah metode untuk menentukan posisi horizontal dari

titik-titik di lapangan yang berupa segi banyak dengan melakukan pengukuran

sudut dan jarak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data-data lapangan berupa

koordinat horizontal (X dan Y). Metode ini sering digunakan karena sifatnya yang

fleksibel dan kesederhanaan hitungannya (Nur Nafisah, 2017).

Polygon merupakan suatu cara yang digunakan dalam pengukuran untuk

menentukan titik-titik di lapangan secara tepat guna perencanaan atau pelaksanaan

suatu konstruksi sipil. Polygon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang

dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di lapangan. Pengukuran polygon,

pekerjaan menetapkan stasiun-stasiun polygon dan membuat pengukuran-

pengukuran yang perlu adalah suatu cara paling dasar dan paling banyak

dilakukan untuk menentukan letak relatif titik-titik (Ricky, 2017).

Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik polygon digunakan

sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu

letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok seperti jembatan, jalan raya,

gedung, danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan. Kedudukan benda pada

pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan sisitem koordinat (X dan Y) dan


23
Kelompok 5 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

ketinggian (Z). Koordinat titik-titik polygon harus cukup teliti mengingat

ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat tergantung

pada ketelitian dari kerangka peta (Budi, 2012).

3.2 TUJUAN PENGUKURAN POLYGON

Tujuan dari pengukuran polygon dengan menggunakan alat ukur

theodolite dalam Praktkum Ilmu Ukur Tanah adalah sebagai berikut.

1. Kerangka dasar untuk keperluan pemetaan atau keperluan teknis lainnya.

Seperti untuk keperluan pembangunan real estate, pengembangan kota,

ground control, dan lain lain

2. Mendapatkan data berupa koordinat horizontal (X dan Y) dan koordinat

vertikal (Z) di lapangan.

3. Mengetahui cara penggunaan alat theodolite sesuai dengan prosedur.

4. Mengetahui rumus yang digunakan dalam pengukuran polygon.

3.3 DATA DAN JENIS PENGUKURAN POLYGON

Data yang dimaksud pada pengukuran polygon adalah unsur-unsur yang

diperlukan untuk dapat menghitung koordinat pada polygon tersebut. Unsur-

Unsur yang dimaksud adalah sudut, jarak, dan azimuth. Praktikum Ilmu Ukur

Tanah ini akan membahas dua jenis pengukuran polygon, yaitu sebagai berikut.

1. Polygon tertutup (kring), yaitu pengukuran dimana garis-garis kembali ke

titik awal, membentuk segi banyak yang tertutup secara matematis dan

24
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

geomteris sehingga memiliki ketelitian yang yang sama. Pengukuran ini

bertujuan untuk mengetahui koordinat dari masing-masing titik yang

telah ditentukan.

2. Polygon titik detail, yaitu serangkaian garis yang berhubungan tetapi

tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian

sama atau lebih tinggi ordenya, dimana titik pertama tidak sama dengan

titik akhir. Jenis-jenis dari polygon titik detail, yaitu polygon terbuka

terikat sempurna, polygon terbuka terikat sepihak, dan polygon terbuka

tidak terikat. Contohnya pada jalan raya, saluran irigasi, kabel listrik

tegangan tinggi, kabel telkom, dan jalan kereta api.

3.4 PERALATAN PENGUKURAN POLYGON

Peralatan yang digunakan dalam perhitungan polygon pada praktikum

Ilmu Ukur Tanah adalah sebagai berikut.

1. Theodolite, berfungsi untuk alat ukur tanah yang digunakan untuk

menetukan tinggi tanah dengan sudut horizontal, vertical, serta mengukur

jarak.

2. Kompas, berfungsi untuk menunjukkan arah Utara, Selatan, Barat, dan

Timur pada alat.

3. Tripod, berfungsi untuk tempat mendirikan alat.

4. Unting-unting, berfungsi untuk memproyeksikan suatu titik pada pita

ukur dipermukaan tanah.

25
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

5. Rambu ukur, berfungsi untuk alat ukur untuk mengukur beda tinggi

antara garis bidik dengan permukaan tanah.

6. Meteran dan Roll Meter, berfungsi untuk mengukur tinggi alat theodolite

dan jarak di lapangan.

7. Payung, berfungsi untuk melindungi alat dari panas matahari dan hujan.

8. Kalkulator dan alat-alat tulis, berfungsi untuk alat menghitung dan

mencatat hasil pengukuran yang didapat di lapangan

9. Handy talky, berfungsi untuk alat komunikasi jarak jauh di lapangan.

10. Alat Pelindungan Diri (APD), berfungsi untuk mencegah dan

mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja.

26
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

(1) (2)

(3) (4)

(5) (6)

(7) (8)

(9) (10)

Gambar 3.1 Peralatan Pengukuran Polygon

27
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

9 8
1
15
4
3
10 2 14

11 5
6
12
7
13

Gambar 3.2 Bagian Theodolite

Keterangan gambar:

1. Pengarah kasar, berfungsi untuk membantu membidik dan mengarahkan

teropong ke satu titik secara kasar.

2. Klem pengunci vertikal, berfungsi untuk mengunci teropong agar tidak

dapat digerakkan secara vertikal.

3. Klem penggerak halus vertikal, berfungsi untuk menggerakan teropong

ke arah vertikal pada rambu ukur secara halus.

4. Tempat baterai, berfungsi untuk tempat menyimpan baterai.

5. Klem pengunci horizontal, berfungsi untuk mengunci alat agar tidak

dapat diputar secara horizontal.

28
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

6. Klem penggerak halus horizontal, berfungsi untuk menggerakan

teropong ke arah horizontal pada rambu ukur secara halus.

7. Sekrup pengatur nivo, berfungsi untuk mengatur posisi gelembung pada

nivo berada dititik tengah.

8. Handle, berfungsi untuk pegangan tangan pada alat supaya mudah

dibawa.

9. Pengatur fokus okuler, berfungsi untuk mengatur fokus lensa okuler pada

objek.

10. Nivo tabung, berfungsi untuk mengetahui posisi alat dalam keadaan datar

dan dapat diatur dengan menggunakan tiga sekrup penyama rata.

11. Display dan papan tombol, berfungsi untuk pembacaan sudut vertikal dan

horizontal dan sebagai tempat tombol operasi alat (menghidup dan

mematikan alat).

12. Nivo kotak, berfungsi untuk mengetahui posisi alat dalam keadaan datar

dan dapat diatur dengan menggunakan tiga sekrup penyama rata.

13. Pelat dasar, berfungsi untuk tempat tumpuan alat.

14. Lensa verticalizing, berfungsi untuk melihat dan memposisikan alat tepat

berhimpitan dengan titik yang sudah ditentukan.

15. Klem pengatur fokus benang, berfungsi untuk memfokuskan benang atas,

benang tengah dan benang bawah agar terlihat jelas.

29
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.5 PERSIAPAN ALAT (THEODOLITE)

Theodolite yang digunakan dalam pengukuran perlu dilakukan persiapan

terlebih dahulu. Proses persiapan dalam penggunaan alat theodolite antara lain

sebagai berikut:

1. Mendirikan tripod pada titik yang telah ditentukan.

2. Memastikan tripod sudah berdiri dalam keadaan datar tepat di atas titik

yang telah di tentukan dengan menggunakan untung-unting.

3. Memasang unit theodolite pada tripod, kemudian mengunci unit

theodolite.

4. Mengatur nivo agar theodolite benar-benar dalam keadaan datar.

Pengaturan nivo ini harus sangat diperhatikan karena apabila alat ukur

theodolite dalam keadaan tidak datar maka semua hasil pengukuran, baik

itu sudut horizontal, vertikal dan jarak optis yang diukur akan mengalami

kesalahan. Berikut ini beberapa tahapan dalam mengatur nivo adalah

sebagai berikut.

a. Mengatur Nivo kotak

30
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

C C

1 2

A B A B
Posisi 1 Posisi 2
Gambar 3.3 Nivo Kotak

Langkah-langkah dalam mengatur nivo kotak adalah sebagai berikut.

a) Memposisikan nivo pada posisi seperti gambar 3.3 dengan memutar

alat secara horizontal.

b) Memutar sekrup A dan B secara bersama-sama dan berlawanan arah,

sehingga gelembung nivo bergeser ke posisi 1.

c) Memutar sekrup C, hingga gelembung bergeser ke tengah lingkaran

seperti posisi 2.

b. Mengatur Nivo Tabung

Nivo tabung berfungsi untuk memastikan alat yang digunakan dalam

keadaan datar sama seperti nivo kotak.

31
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

C C

A B A B

Posisi 1 Posisi 2
Gambar 3.4 Nivo Tabung

Langkah-langkah dalam mengatur nivo tabung adalah sebagai berikut.

a) Memutar teropong dan mensejajarkan dengan dua sekrup A dan B.

b) Memutar sekrup A dan B secara bersamaan dan berlawanan arah,

hingga gelembung pada nivo bergeser ke tengah seperti posisi 1.

c) Memutar teropong 90° ke arah garis sekrup C seperti posisi 2.

d) Memutar sekrup C ke arah kiri atau ke arah kanan hingga gelembung

pada nivo bergeser ke tengah seperti posisi 2.

5. Mengatur acuan sudut horizontal (azimuth)

a) Memastikan alat yang didirikan sudah benar dalam keadaan datar,

meletakkan kompas di atas handle theodolite sejajarkan dengan

teropong.

b) Memutar dan mengarahkan alat tepat ke utara dengan bantuan

kompas sampai kompas menunjukan garis 0°.

c) Mengunci posisi alat dengan menggunakan klem pengunci

horizontal setelah alat tersebut benar-benar berada pada posisi Utara.

32
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

d) Mengarahkan alat tersebut dengan memutar klem penggerak halus

horizontal. Jika keberadaan alat tepat pada arah Utara dan

menguncinya, menyalakan alat dengan menekan tombol on/off yang

ada pada papan tombol. Ketika tulisan H 00°00’00” muncul di layar

pada alat berarti alat tersebut telah ter-setting ke arah Utara sebagai

acuan sudut horizontal.

3.6 LANGKAH KERJA PENGUKURAN POLYGON

Langkah kerja pengukuran polygon pada Praktikum Ilmu Tanah ini

meliputi pengukuran polygon tertutup dan polygon titik detail. Langkah kerja dari

masing-masing metode pengukuran polygon adalah sebagai berikut.

3.6.1 Pengukuran Polygon Tertutup

Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada pengukuran polygon

tertutup adalah sebagai berikut.

1. Memasang patok atau tanda pada titik-titik yang telah ditentukan.

2. Mendirikan tripod di atas titik awal yang telah ditentukan sebelumnya

(misal P2), pastikan tripod berada tepat di atas titik tersebut dengan

menggunakan unting-unting.

3. Memasang unit theodolite di atasnya dan menguncinya dengan baut

pengunci.

33
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

4. Memastikan kedudukan theodolite sedatar mungkin dengan

menggunakan nivo kotak dan nivo tabung sehingga kedua gelembung

berada pada posisi yang seharusnya, kemudian mengukur tinggi alat.

5. Mengarahkan theodolite ke Utara, mengunci klem horizontal, dan

mengarahkan teropong ke bawah, mengunci klem vertikal kemudian

menyalakan monitor pembacaan sudut horizontal dan vertikal hingga

terbaca sudut horizontal sebesar 00°00’00”.

6. Membuka kunci klem horizontal, membidik salah-satu titik yang telah

ditandai (misal P1), mengunci klem horizontal, melakukan pembacaan

biasa (B) pada rambu pengukuran, membaca nilai benang atas (Ba),

benang tengah (Bt), benang bawah (Bb), sudut horizontal dan vertikal,

lalu mencatat hasil pengukuran pada formulir data.

7. Melakukan pengukuran luar biasa (LB) pada rambu ukur, dengan cara

memutar theodolite secara horizontal (sebesar 180o) dan mengarahkan

teropong pada P1 (sebesar 270o), mengunci klem horizontal, melakukan

pembacaan yang sama seperti sebelumnya dan mencatat pada formulir

data yang telah disediakan.

8. Melakukan langkah No.6 sampai No.7 ke titik lainnya yang telah

ditentukan hingga mendapat data pengukuran dari masing-masing titik

yang ada di dalam metode polygon tertutup tersebut.

3.6.2 Pengukuran Polygon Titik Detail

34
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Langkah-langkah kerja yang harus dilakukan pada pengukuran titik detail

adalah sebagai berikut.

1. Memasang patok atau tanda pada titik-titik yang telah ditentukan.

2. Mendirikan tripod di atas titik awal yang telah ditentukan sebelumnya

(misal P2), memastikan posisi tripod berada tepat di atas titik tersebut

dengan menggunakan unting-unting.

3. Memasang unit theodolite di atasnya dan mengunci dengan baut

pengunci.

4. Memastikan kedudukan theodolite sedatar mungkin dengan

menggunakan nivo kotak dan nivo tabung hingga kedua gelembung

berada pada posisi yang seharusnya, lalu mengukur tinggi alat.

5. Mengarahkan badan theodolite ke Utara, mengunci klem horizontal dan

mengarahkan teropong ke bawah, mengunci klem vertical kemudian

menyalakan monitor pembacaan sudut horizontal dan vertikal hingga

terbaca sudut sebesar 00°00’00”.

6. Membuka kunci klem horizontal, membidik titik yang memiliki

perbedaan ketinggian, batas bangunan dan batas lahan sedetail mungkin,

sehingga dapat menggambarkan kondisi lapangan yang sebenarnya.

7. Membuat titik bantu (Tb) dengan cara membidik titik baru yang akan

digunakan sebagai titik mendirikan alat untuk mengamati titik

selanjutnya yang tidak terlihat dari lokasi alat sebelumnya.

8. Mengulangi langkah No.1 sampai No.7 hingga pengukuran selesai.

35
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.7 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran

polygon adalah sebagai berikut.

1. Menyiapkan sketsa situasi daerah yang akan diukur, kemudian plot

titik-titik utama dan detail yang akan diambil.

2. Hasil perhitungan harus di bawah toleransi yang ditetapkan.

3. Setiap kedudukan alat, kedudukan nivo harus selalu seimbang (syarat

mutlak).

4. Pengukuran tinggi alat dilakukan setelah alat berada dalam keadaan

datar.

1
5. Harus ada kontrol di mana harga batas tengah yaitu Bt = ( Ba + Bb )
2

untuk pembacaan tinggi.

6. Cara memegang rambu harus benar-benar vertikal.

7. Menghentikan pekerjaan pada waktu tengah hari sekitar jam 11.00 −

13.00 WIB, pekerjaan harus dihentikan mengingat adanya pembiasan

cahaya yang disebabkan oleh variasi kerapatan udara pada ketinggian

yang berbeda (refraksi atmosfer) dan gelombang yang terjadi akibat

panas matahari (undulasi) kemudian setelah istirahat dilanjutkan

kembali.

3.8 PENGUKURAN JARAK (THEODOLITE)


36
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Pengukuran jarak bermaksud untuk membandingkan dan mengetahui

kekurangan serta kelebihan dari pengukuran jarak secara langsung dan tidak

langsung (optis).

1. Secara langsung

Pengukuran jarak langsung berfungsi mengukur garis yang

menghubungkan dua titik. Cara yang paling sederhana adalah

menggunakan meteran.

2. Secara optis

Pengukuran jarak secara optis adalah pengukuran jarak yang dilakukan

tidak secara langsung, tetapi dengan menghitung sudut yang dibentuk

sewaktu pengukuran. Cara yang digunakan adalah dengan cara

tracymetri.

Rumus:

` D = (A × Y × cos2(h)) + (B × cos(h)) (3.1)

Di mana:

D : Jarak (m)

A : Konstanta pengali (m)

Y : Ba – Bb (m)

B : Besaran Penambah (m)

H : Sudut kemiringan (helling = 90 0−θ )

37
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Lazimnya B diabaikan atau pada alat yang baru B = 0 dalam praktik

pengukuran, sehingga rumus jarak optisnya dengan sudut kemiringan h

adalah sebagai berikut.

D = A × Y × cos2(h) (3.2)

Menghitung jarak optis bisa menggunakan rumus:

Dd = 100 × Y × cos2(h) (3.3)

Di mana:

Dd : Jarak optis benang (m)

Ba : Benang atas (m)

Bb : Benang bawah (m)

H : Helling

H : Bacaan sudut biasa (B) =90 0−θ

Bacaan sudut luar biasa (LB) = θ−2700

Koordinat dari tiap-tiap titik perlu diketahui, apabila tidak

memungkinkan dapat menggunakan jarak datar dan azimuth untuk

memudahkan penggamabaran titik-titik detail di atas kertas.

3.9 RUMUS PERHITUNGAN PENGUKURAN (POLYGON)

Rumus-rumus yang digunakan pada pengukuran polygon utama dan

polygon tertutup adalah sebagai berikut.

38
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.9.1 Perhitungan Polygon Utama

Rumus-rumus yang dapat digunakan dalam peritungan polygon utama ini

adalah sebagai berikut.

1. Helling (h) = 90 0−θ (bacaan sudut biasa (B))

(3.4)

= θ−2700 (bacaan sudut luar biasa (LB))

2. Jarak (Dd) = 100 ×(Ba−Bb)× cos 2 h (3.5)

Di mana:

Dd : Jarak datar optis (m)

Bb : Benang atas (m)

Bb : Benang bawah (m)

3. Beda tinggi (∆ H ) = Tinggi alat + ( Dd × tg ( h ) ) - bt

(3.6)

4. Tinggi tempat (P) = Tinggi awal + ∆ H (biasa) (3.7)

Catatan:

Tinggi tempat selanjutnya

Faktor kereksi (Fk) = Tinggi tempat sebelumnya + ∆ H

(3.8)

−Σ∆H rata-rata
∆ H setelah koreksi = .
Jumlah titik

(3.9)

39
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Setelah koreksi = ∆ H + fk (3.10)

Tinggi tempat setelah koreksi = P+∆ H setelah koreksi (3.11)

3.9.2 Perhitungan Polygon Tertutup

Berikut ini rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan polygon

tertutup adalah sebagai berikut.

1. Sudut dalam (α)

Sudut dalam adalah sudut yang berada di sebelah dalam polygon tertutup.

Sudut dalam dapat diputar searah jarum jam (kanan), lihat Gambar 3.5

atau berlawanan arah jarum jam (kiri). Pada saat pengukuran sebaiknya

selalu mengukur sudut searah jarum jam dan arah putaran ditunjukan

dalam buku lapangan dengan sebuah sketsa.

P1

α
P2
P3

Gambar 3.5 Sudut Dalam Polygon Tertutup

2. Azimuth ( β )

Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang

meridian acuan. Azimuth pada pengukuran tanah datar biasanya diukur


40
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

dari arah Utara dan berkisar 0° sampai 360° dalam pengukuran tanah

tersebut. Sudut arah azimuth perlu dinyatakan dalam catatan lapangan

pada waktu permulaan pekerjaan, apakah azimuth diukur dari Utara atau

Selatan.

Meridian Acuan

A1

70o
B T

235o

Gambar 3.6 Azimuth

3. Koordinat X, Y, dan ketinggian Z

Jarak ( bacaan B)+Jarak ( bacaan LB)


Jarakrata-rata = 4 (3.12)

Misal untuk titik P1–P2:

41
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

{Dd( P1−P2)+Dd( P2−P2)}biasa +{Dd( P1−P2 )+ Dd( P2−P2)}luar biasa


Ddrata-rata = 4 (3.13)

ΔH biasa +ΔH luar biasa


∆Hrata-rata = 4 (3.14)

Misal untuk titik P1–P2:


{ΔH ( P1−P2 )+ΔH( P2−P2)}biasa +{ΔH (P1−P2)+ ΔH (P2−P2)}luar biasa
ΔH rata-rata = 4

Koordinat X

Xawa =0

X1 = Xawal + D sin β1

X2 = X1 + D sin β2... Dst

Maka

Xn = Xn-1 + D sin βn (3.16)

Koordinat Y

Yawa =0

Y1 = Yawal + D cos β1

Y2 = Y1 + cos β2... Dst

Maka

Yn = Yn-1 + D cos βn (3.17)

Koordinat Z
42
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Zaw =0

aZ1 = Zawal + ∆H1

Z2 = Z1 + ∆H.........Dst

Maka
= Zn-1 + ∆Hn (3.18)
Zn

43
Kelompok 5 Jurusan Teknik
Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai