Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB 3

PENGUKURAN POLYGON

3.1 PENGERTIAN POLYGON

Setiap pekerjaan konstruksi maupun pemetaan lahan, pengukuran harus

dilakukan dengan presisi. Theodolite adalah teropong yang digunakan dengan cara

membidik objek yang dapat mengukur sudut, baik secara vertikal maupun

horizontal pada pemetaan secara akurat. Alat ukur manual maupun alat ukur

digital bekerja dengan menggunakan sistem optik dan dianggap, sebagai peralatan

pengukuran canggih yang dipakai dalam aktivitas surveying. Beberapa merek alat

ukur yang terkenal yang banyak digunakan pada setiap pekerjaan pengukuran

lahan skala besar. Ilmu Geodesi, theodolite manual maupun digital dipakai untuk

menentukan ketinggian elevasi tanah dengan menggunakan sudut mendatar atau

tegak sejajar jarak lensa optik. Meski sama-sama berguna untuk mengukur tingkat

elevasi bidang, alat ukur polygon punya cara kerja yang berbeda dengan

waterpass (Putra, 2020).

Polygon berasal dari kata poly yang artinya banyak dan gon (gone) yang

artinya titik. Polygon juga merupakan salah satu metode untuk menentukan posisi

horizontal dari titik-titik di lapangan berupa segi banyak dengan melakukan

pengukuran sudut dan jarak. Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan

umumnya dinyatakan dengan sistem koordinat kartesius tegak lurus (X dan Y) di

23
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah Timur – Barat dan sumbu

Y menyatakan arah Utara – Selatan. Koordinat titik-titik polygon harus cukup

teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan

sangat tergantung pada ketelitian dari kerangka peta. Metode pengukuran polygon

pada prinsipnya adalah untuk menentukan posisi horizontal dari titik-titik di

lapangan yang berupa segi banyak dengan melakukan pengukuran sudut dan jarak

untuk mendapatkan data berupa koordinat horizontal X dan Y (Asmidar, 2017).

3.2 TUJUAN PENGUKURAN POLYGON

Tujuan dari pengukuran titik polygon dengan menggunakan alat

theodolite dalam Praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan adalah

sebagai berikut.

1. Mengetahui pengertian dan jenis pengukuran polygon.

2. Mengetahui proses pengukuran yang dilakukan dalam pengukuran

polygon.

3. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran

polygon.

4. Mengetahui rumus perhitungan yang dilakukan pada pengukuran

polygon.

3.3 DATA DAN JENIS PENGUKURAN POLYGON

Data yang dimaksud pada pengukuran polygon adalah unsur-unsur yang

diperlukan untuk dapat menghitung koordinat pada polygon tersebut. Unsur-unsur


24
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

tersebut adalah sudut, jarak dan azimuth. Pengukuran polygon yang dilakukan

pada Praktikum Ilmu Ukur Tanah terdapat dua jenis yaitu sebagai berikut:

1. Polygon tertutup (kring), yaitu pengukuran yang dilakukan dalam suatu

kawasan tertentu yang dibatasi oleh titik-titik tertentu sebagai batasnya.

Pengukuran polygon tertutup bertujuan untuk mengetahui koordinat dari

masing-masing titik yang telah ditentukan (Eqi Arzaqi, 2013).

2. Polygon titik detail, yaitu pengukuran yang dilakukan untuk

mendapatkan data yang dapat menggambarkan bentuk permukaan bumi

secara lengkap dan detail. Data yang dimaksud adalah koordinat

kartesius (X dan Y) dan koordinat vertikal atau ketinggian (Z) titik yang

diukur. Pengukuran polygon titik detail biasa dilakukan untuk pembuatan

peta kontur untuk keperluan pemetaan, penentuan volume cut and fill dan

lain-lain (Ksatria Budi, 2012).

3.4 PERALATAN PENGUKURAN POLYGON

Peralatan yang digunakan dalam pengukuran polygon pada Praktikum

Ilmu Ukur Tanah sebagai berikut:

1. Theodolite, berfungsi untuk mengukur sudut, jarak dan beda tinggi

diantara titik-titik yang terlihat dalam bidang horizontal dan vertikal.

2. Tripod, berfungsi untuk alat penopang theodolite.

3. Kompas, berfungsi untuk mengarahkan theodolite ke arah Utara.

4. Rambu ukur, berfungsi untuk mengukur beda tinggi antara garis bidik

dengan permukaan.
25
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

5. Meteran, berfungsi untuk mengukur jarak antar dua titik.

6. Unting-unting, berfungsi utuk mengetahui posisi alat dan tripod sudah

tegak lurus dengan titik yang telah ditentukan.

7. Payung, berfungsi untuk melindungi theodolite dari sinar matahari.

8. Kalkulator dan alat-alat tulis, berfungsi untuk alat bantu hitung dan untuk

mencatat data pengukuran.

26
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

(1) (2)

(3) (4)

(5) (6)

(7) (8)

Gambar 3.1 Peralatan Pengukuran Polygon


27
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Theodolite disusun dari beberapa komponen. Berikut bagian – bagiannya


dan kegunaanya dijelaskan sebagai berikut :

8
15
9

1
4
10 2
3 5
14
11 12
6
7 13
Gambar 3.2 Bagian Theodolite

Keterangan gambar:

1. Pengarah kasar, berfungsi untuk mengarahkan teropong ke objek yang

dibidik.

2. Klem pengunci vertikal, berfungsi untuk mengunci besar sudut vertikal

yang diperlukan sehingga posisinya tidak berubah.

3. Penggerak halus vertikal, berfungsi untuk menggerakkan teropong secara

halus.

4. Tempat baterai, berfungsi untuk menempatkan baterai.

5. Klem pengunci lingkaran horizontal, berfungsi untuk mengunci besar

sudut horizontal yang diperlukan sehingga posisinya tidak berubah.

6. Penggerak halus lingkaran horizontal, berfungsi untuk menggerakan

secara halus arah bidikan horizontal teropong.

28
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

7. Klem pengatur nivo, berfungsi untuk mengatur nivo kotak dan nivo

tabung.

8. Handle / pembawa, berfungsi untuk memudahkan membawa theodolite.

9. Pengatur fokus lensa okuler, berfungsi untuk mengatur fokus lensa

terhadap objek yang dibidik.

10. Nivo tabung, berfungsi untuk memastikan keadaan theodolite dalam

keadaan benar-benar datar dengan akurasi yang lebih sensitif.

11. Display dan papan tombol, berfungsi untuk menunjukkan nilai dari

koordinat horizontal dan koordinat vertikal.

12. Nivo kotak, berfungsi untuk memastikan keadaan theodolite dalam

keadaan benar-benar datar.

13. Pelat dasar, berfungsi untuk landasan alat ke tripod.

14. Lensa verticalizing, berfungsi untuk melihat posisi alat apakah sudah

tepat pada titik yang telah ditentukan.

15. Klem pengatur fokus benang, berfungsi untuk mengatur fokus benang

dengan objek yang di bidik

3.5 PERSIAPAN ALAT (THEODOLITE)

Proses persiapan dalam penggunaan theodolite sebelum digunakan dalam

pengukuran antara lain sebagai berikut:

1. Mendirikan tripod pada titik yang telah ditentukan.

2. Memastikan tripod berdiri tepat di atas titik yang telah ditentukan dengan

menggunakan unting-unting.
29
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3. Memasang unit theodolite pada tripod, kemudian mengunci unit

theodolite.

4. Mengatur theodolite agar benar-benar dalam keadaan datar.

Pengaturan kedataran theodolite sangat penting diperhatikan karena

apabila alat ukur theodolite dalam keadaan tidak datar maka semua hasil

pengukuran, baik sudut horizontal, vertikal dan jarak optis yang diukur

akan mengalami kesalahan. Kedataran theodolite dapat diatur dari nivo.

Tahap-tahap untuk mengatur nivo sebagai berikut:

a. Mengatur Nivo Kotak

CC C

A POSISI 1 B A POSISI 2 B

Gambar 3.3 Nivo Kotak

Langkah-langkah dalam mengatur nivo kotak sebelum pengukuran

sebagai berikut:

1) Memosisikan nivo alat pada posisi seperti Gambar 3.3, dengan

memutar alat secara horizontal.

2) Memutar sekrup A dan B secara bersamaan dan berlawanan

arah, sehingga gelembung nivo bergeser ke posisi 1 (satu).

30
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3) Memutar sekrup C, sehingga gelembung bergeser ke tengah

lingkaran seperti posisi 2 (dua).

b. Mengatur nivo tabung

Nivo tabung berfungsi untuk memastikan alat yang digunakan dalam

keadaan datar sama halnya dengan nivo kotak.

C C

A Posisi 1 B A Posisi 2 B

Gambar 3.4 Nivo Tabung

Langkah-langkah dalam mengatur nivo tabung sebelum pengukuran,

sebagai berikut:

1) Memutar teropong dan menyejajarkan dengan sekrup A dan

B.

2) Memutar sekrup A dan B secara bersamaan dan berlawanan

arah, hingga gelembung nivo bergeser ke posisi 1 (satu).

3) Memutar teropong 90° ke arah garis sekrup C seperti posisi 2

(dua).

4) Memutar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung

nivo bergeser ke posisi 2 (dua).

31
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

5. Mengatur acuan sudut horizontal (Azimuth).

Pengaturan acuan sudut horizontal dilakukan agar ketika pembacaan dan

perhitungan sudut horizontal lebih mudah. Langkah-langkah dalam

pembuatan acuan sudut horizontal sebagai berikut:

a. Memastikan alat yang sudah didirikan sudah benar dan benar-benar

datar, meletakan kompas di atas handle theodolite sejajar teropong.

b. Memutar dan mengarahkan alat tepat ke Utara dengan bantuan

kompas sampai kompas menunjukan garis 0○.

c. Mengunci posisi alat dengan menggunakan klem pengunci

horizontal setelah alat benar-benar berada pada posisi Utara.

d. Mengarahkan alat agar berada di posisi Utara dengan memutar alat

klem pengerak halus horizontal.

e. Jika alat berada tepat pada arah Utara dan telah dikunci, nyalakan

alat dengan menekan tombol on/ off yang ada pada papan tombol

ketika tulisan H 00°00’00” muncul di layar display berarti alat telah

ter-setting ke arah Utara sebagai acuan sudut horizontal.

3.6 LANGKAH KERJA PENGUKURAN POLYGON

Langkah kerja pada Praktikum Ilmu Ukur Tanah meliputi langkah kerja

pengukuran polygon tertutup dan polygon titik detail. Langkah kerja dari masing-

masing metode sebagai berikut:

32
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.6.1 Pengukuran Polygon Tertutup

Langkah-langkah kerja yang harus dilakukan pada pengukuran polygon

tertutup sebagai berikut:

1. Memasang patok atau tanda pada titik-titik yang telah ditentukan.

2. Mendirikan tripod di atas titik awal yang telah ditentukan sebelumnya

(misal P1), memastikan posisi tripod berada tepat di atas titik tersebut

dengan menggunakan unting-unting.

3. Memasang unit theodolite di atas tripod dan mengunci dengan baut

pengunci.

4. Memastikan kedudukan theodolite sedatar mungkin dengan

menggunakan nivo kotak dan nivo tabung sehingga ketiga gelembung

berada pada posisi yang seharusnya, lalu mengukur tinggi alat.

5. Mengarahkan theodolite ke Utara, lalu mengunci klem horizontal, setelah

itu menyalakan monitor pembacaan sudut horizontal dan vertikal hingga

terbaca sudut horizontal sebesar 00°00’00”.

6. Membuka kunci klem horizontal, lalu membidik salah satu titik yang

telah ditandai (misal P2), kemudian mengunci klem horizontal, setelah

itu melakukan pembacaan biasa (B), membaca nilai benang atas (Ba),

benang bawah (Bb), sudut horizontal dan vertikal, lalu mencatat pada

form data.

7. Melakukan pengukuran luar biasa (LB) pada rambu ukur, dengan cara

memutar theodolite secara horizontal dan mengarahkan teropongnya

33
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

pada P2, lalu mengunci klem horizontal, melakukan pembacaan yang

sama seperti sebelumnya dan mencatat pada form data.

8. Melakukan langkah No. 6 sampai No. 7 pada titik lain yang telah

ditentukan hingga mendapatkan data pengukuran dari masing-masing

titik yang ada dalam polygon tertutup.

3.6.2 Pengukuran Titik Detail Polygon

Langkah-langkah kerja yang harus dilakukan pada pengukuran polygon

titik detail sebagai berikut:

1. Memasang patok atau tanda pada titik-titik yang telah ditentukan.

2. Mendirikan tripod di atas titik awal yang telah ditentukan sebelumnya

(misal P1), lalu memastikan posisi tripod berada tepat di atas titik

tersebut dengan menggunakan unting-unting.

3. Memasang unit theodolite di atasnya dan mengunci dengan baut

pengunci.

4. Memastikan kedudukan theodolite sedatar mungkin dengan

menggunakan nivo kotak dan nivo tabung sehingga kedua gelembung

berada pada posisi yang seharusnya, lalu mengukur tinggi alat.

5. Mengarahkan theodolite ke Utara, lalu mengunci klem horizontal, setelah

itu menyalakan monitor pembacaan sudut horizontal dan vertikal

sehingga terbaca sudut horizontal sebesar 00°00’00”.

34
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

6. Membuka kunci klem horizontal, lalu membidik titik-titik yang memiliki

perbedaan ketinggian sedetail mungkin, sehingga dapat menggambarkan

kondisi lapangan yang sebenarnya.

7. Membuat titik bantu dengan cara membidik titik baru yang akan

digunakan sebagai titik mendirikan alat untuk mengamati titik

selanjutnya yang tidak terlihat dari lokasi alat sebelumnya.

8. Mengulangi langkah No. 1 sampai No. 7 hingga pengukuran selesai.

3.7 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran polygon adalah

sebagai berikut.

1. Mempersiapkan sketsa situasi daerah yang akan diukur, kemudian mem-

ploting titik-titik utama dan detail yang akan diambil.

2. Hasil perhitungan harus di bawah toleransi yang ditetapkan.

3. Kedudukan nivo pada setiap kedudukan alat, harus selalu seimbang

(syarat mutlak).

4. Harus ada kontrol di mana harga batas tengah untuk pembacaan tinggi

1
yaitu Bt = (Ba + Bb) .
2

5. Cara memegang rambu harus benar-benar vertikal.

6. Pekerjaan harus dihentikan pada waktu tengah hari sekitar jam 11.00 –

13.00 WIB, mengingat adanya refraksi atmosfer dan undulasi kemudian

setelah istirahat dilanjutkan kembali. Refraksi atmosfer yaitu pembiasan

35
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

oleh lapisan-lapisan atmosfer yang terjadi sepanjang lintasan sinar

menembus atmosfer, sedangkan undulasi yaitu gelombang akibat panas

matahari.

3.8 PENGUKURAN JARAK (THEODOLITE)

Pengukuran jarak dimaksudkan untuk membandingkan dan mengetahui

kekurangan serta kelebihan dari pengukuran jarak secara langsung dan tak

langsung (optis). Pengukuran jarak dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1. Secara langsung

Pengukuran jarak secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan

dengan menghubungkan dua titik sehingga membentuk garis. Cara yang

paling sederhana adalah dengan menggunakan meteran dan roll meter

dalam pengukuran jarak secara langsung, jika panjang yang diukur

melebihi panjangnya pita ukur, maka perlu dipenggal menjadi beberapa

bagian untuk dilakukan pengukuran. (Ahmad Baihaqi, 2012).

2. Secara optis

Pengukuran jarak secara optis adalah pengukuran jarak yang dilakukan

tidak secara langsung, tetapi dengan menghitung sudut yang dibentuk

sewaktu pengukuran. Cara yang digunakan adalah metode tracymetri.

Metode tracymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis,

elektronis dan digital. Pengukuran jarak secara optis menggunakan

instrumen theodolite yang mempunyai benang dan rambu ukur. Pada

36
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

rambu ukur perlu dibaca benang tengah (Bt), benang atas (Ba) dan

benang bawah (Bb) secara berurutan. (Aeny Sugianto, 2010).

Rumus:

= A Y cos h + B cos h
2
D (3.1)

Di mana:

D : Jarak (m)

A : Konstanta pengali = 100

Y : Selisih pembacaan = Ba − Bb (m)

B : Besaran penambah (m)

h : Sudut kemiringan (helling = 90º sudut vertikal)

Lazimnya B diabaikan atau pada alat yang baru B = 0 dalam Praktikum

Ilmu Ukur Tanah, sehingga rumus jarak optisnya sebagai berikut:

2
D = A Y cos h (3.2)

Perhitungan jarak optis, bisa juga menggunakan rumus:

Dd = 100 (Ba − Bb) cos2 h ( 3.3)

Di mana:

Dd : Jarak datar optis (m)

Ba : Benang atas (m)

Bb : Benang bawah (m)

h : Helling (○)

h : Bacaan sudut biasa (B) = 90○ − θ

37
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

h : Bacaan sudut luar biasa (LB) = θ − 270○

θ : Pembacaan sudut vertikal. (○)

Koordinat dari titik-titik hasil pengukuran perlu diketahui tetapi jika tidak

memungkinkan, dapat menggunakan jarak datar dan azimuth untuk

memudahkan penggambaran titik-titik detail di atas kertas.

3.9 RUMUS PERHITUNGAN PENGUKURAN POLYGON

Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan polygon akan

dijelaskan pada sub-sub bab berikut:

3.6.1 Pengukuran Polygon Utama

Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan polygon utama sebagai

berikut:

1. Helling (h) = 90 − θ (bacaan sudut biasa (B)) (3.4)

= θ − 270 (bacaan sudut luar biasa (LB)) (3.5)

= 100(Ba − Bb) cos h


2
2. Jarak (Dd) (3.6)

3. Di mana:

Dd : Jarak datar optis (m)

Ba : Benang atas (m)

Bb : Benang bawah (m)

4. Beda tinggi ( ΔH ) = Tinggialat+( Dd  tg h )Bt (3.7)

5. Tinggi tempat (P) = Tinggi awal+ ΔH (Biasa) titik di (3.8)

Depannya

Catatan:

38
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Tinggi tempat selanjutnya = Tinggi tempat sebelumnya+ H (3.9)

 H Rata-rata
6. Faktor koreksi (Fk) =‒ (3.10)
Jumlah titik

7. H setelah koreksi = H + Fk (3.11)

8. Tinggi tempat setelah

Koreksi =P + H setelah koreksi (3.12)

3.6.2 Pengukuran Polygon Tertutup

Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan polygon tertutup

sebagai berikut:

1. Sudut dalam (α)

Sudut dalam adalah sudut yang berada di sebelah dalam polygon tertutup.

Sudut dalam dapat diputar searah jarum jam (kanan) atau berlawanan

arah jarum jarum (kiri). Pengukuran sebaiknya selalu mengukur sudut

searah jarum jam dan arah putaran ditunjukkan dalam buku lapangan

dengan sebuah sketsa.

U
P3

P2 P1

Gambar 3.5 Sudut Dalam Polygon Tertutup


39
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

2. Azimuth (β)

Sudut azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari

sembarangan meridian acuan. Azimuth dalam pengukuran tanah datar

umumnya diukur dari Utara dan berkisar antara 0○ sampai 360○, lihat

Gambar 3.6. Pengukuran azimuth perlu dilakukan pada waktu permulaan

pekerjaan untuk mengetahui azimuth diukur dari Utara atau Selatan.

U
Meridian Acuan

A1

B T

A2
S
Gambar 3.6 Azimuth

3. Koordinat X, Y dan ketinggian Z

Jarak (bacaan B) + Jarak (bacaan LB)


Jarakrata-rata= (3.13)
4

Misal untuk titik P1-P2:

Dd ( P1- P2 ) + Dd (P2-P1) biasa + Dd (P1-P2 ) + Dd (P2-P1) luar biasa


Ddrata-rata = (3.14)
4

H biasa + H luar biasa


ΔH rata-rata =
4 (3.15)

40
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Misal untuk titik P1-P2:

H ( P1- P2 ) + H (P2-P1) biasa + H (P1-P2 ) + H (P2-P1) luar biasa


ΔH rata-rata = (3.16)
4

Koordinat X

Xawal =0

X1 = Xawal + D sin β1

X2 = X1 + D sin β2…. Dst

Maka :

Xn = Xn-1 + D sin βn (3.17)

Koordinat Y

Yawal =0

Y1 = Yawal + D cos β1

Y2 = Y1 + D cos β2…. Dst (3.18)

Maka :

Yn = Yn-1 + D cos βn

Koordinat Z

Zawal =0

Z1 = Zawal + H 1

Z2 = Z1 + H 2…. Dst

Maka :

Zn =Zn-1 + H n (3.19)

41
Kelompok 1 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai