Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

Oleh:
Nurhalisa (F22010007)

Dosen Pembimbing:
Moh.Nasril ,ST, M.Eng

Asisten Dosen:
Imam Dwi Putra ,S.T

PROGRAM STUDI SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MADAKO TOLITOLI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu teknologi yang mengambarkan tentang
keadaan fisik sebagian permukaan bumi yang menyerupai keadaan sebenarnya
bumi di lapangan. Biasanya digunakan untuk membuat peta topografi.selain itu
dapat digunakan untuk mengukur jarak antara lereng dan penggambaran bentuk
sebidang lahan. Dalam kegiatan teknik sipil pada umumnya, pemetaan
menggunakan kawasan yang tidak luas,jadi bumi masih dianggap bidang datar.
Dengan menentukan titik-titik koordinat dan ketinggian yang tersebar merata
dalam kawasan terlebih dahulu sehingga memudahkan untuk penggunaan
selanjutnya.Pengukuran kerangka dasar horizontal (pengukuran mendatar untuk
mendapatkan hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi) dan
pengukuran kerangka dasar vertical (pengukuran tegak/ vertical untuk mendapat
hubungan tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran dilapangan, pengukuran
tersebut dapat dilakukan dengan system polygon yang dilanjutkan dengan
pengukuran detail situasi. Dengan polygon kita dapat memperoleh serangkaian
kerja yang terletak dipermukaan bumi atau tanah. Metoda polygon adalah salah
satu cara penetuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan yang
lain dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian titik-titik (polygon).
Pada pekerjaan surveying selalu melibatkan pengukuran jarak,sudut,dan arah.
Pengukuran tersebut menggunakan alat khusus dan tidak terlepas dari kesalahan
pengukuran, dan kesalahan tersebut bersumber dari beberapa faktor,seperti:
kondisi alat, kondisi alam, dan kondisi manusia / pengguna alat. Untuk
mengurangi kesalahan tersebut mahasiswa harus dapat mengenali kondisi alat dan
cara penggunaannya yang baik dan benar. Untuk faktor alat dan manusia dapat
diatasi jika mahasiswa patuh pada peraturan yang telah ditetapkan. Dan untuk
faktor alam hanya dapat diketahui pada saat praktikum. Maka dari itu mahasiswa
harus patuh pada peraturan dosen agar praktikum berjalan dengan lancar.

1.2 Tujuan Praktikum


Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan pratikum antaralain:
a. Mahasiswa dapat mengoperasikan alat dan theodolite.
b. Mahasiswa dapat membaca pembacaan alat theodolite.
c. Mahasiswa dapat membaca benang silang diafragma pada rambu
ukur dengan menggunakan alat ukur theodolite.Mahasiswa dapat
menghitung jarak optis dan tinggi.
d. Mahasiswa dapat menghitung data dari form yang telah didapat
dilapangan.
e. Mahasiswa dapat mempraktekkan cara pembuatan sket lapangan keatas
kertas.
f. Mahasiswa dapat membuat garis kontur berupa peta dari sebidang tanah.
g. Mahasiswa dapat membuat profil pada suatu polygon untuk
menentukan beda tinggi pada permukaan tanah, diantaranya profil
memanjang dan profil melintang.

1.3 ManfaatPratikum
Dalam pelaksanaan praktek Ilmu Ukur Tanah kali ini Mahasiswa dituntun
untuk dapat mengetahui lebih mendetil lagi tentang pengukuran tanah dan juga
penentuan polygon yang ideal sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan
oleh Lembaga Universitas Madako Tolitoli. Ruang lingkup dalam pelaksanaan
praktek ini banyak menitikberatkan pada:
1. Menggunakan/Mengoptimalkan (Theodolite).
2. Penentuan kedataran dan sudut tiap titik (Theodolite).
3. Menentukan Jarak pada permukaan tanah.
4. Beda Tinggi.
5. Memindahkan titik
6. Membaca benang tengah,atas dan bawah.
7. Membaca sudut horizontal dan vertical tiap titik.
8. Menulis data
9. Mendesain sket lapangan
10. Membuat kontur

1.4 Lokasi Dan Kondisi Praktek


a. Lokasi praktek
Lokasi saat praktek berada di sekitar kampus Universitas Madako Tolitoli
Kondisi praktek sangat menguntungkan praktek Mahasiswa yaitu cepat
tanggap dan mahir menggunakan alat dan juga menyeimbangkan theodolite.
b. Kondisi praktek
Kondisi cuaca saat praktek cerah dan menguntungkan Mahasiswa dalam
pembacaan sudut vertical dan sudut horizontal serta benang-benang pada bak
ukur, dengan demikian data yang diperoleh akan sangat akurat sehingga
pelaksanaan praktek dilapangan dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
BAB II
PERALATAN DAN BAHAN

2.1 PERALATAN
2.1.1 Theodholite

Gambar 2.1 Theodholite

Theodholite adalah salah satu jenis alat ukur yang memiliki peran penting untuk
mengukur ketinggian tanah baik secara horizontal (sudut mendatarnya) dan secara
vertikal (sudut tegaknya). Alat ukur tanah theodolite ini fungsinya jika dilihat
sekilas mungkin mirip dengan waterpass akan tetapi ternyata theodholite ini
fungsinya berbeda dengan waterpass. Sudut ukur theodolite lebih luas daripada
waterpass karena theodolite tidak hanya dapat mengukur bagian mendatar saja
tetapi juga dapat mengukur bagian tegak/tinggi tanah tersebut. Alat yang sangat
penting untuk pengukuran tanah ini menjadikan banyak para distributor ataupun
took yang jual theodolite tersebut. Kemampuan membaca sudut alat ukur
theodholite yang dapat membaca sudut hingga pada satuan detik (sekon)
Menjadikan alat ukur tersebut sebagai alat yang paling canggih untuk kapasitas
alat yang digunakan untuk survey.Theodholite ini digunakan jika bidang/objek
tanah yang akan diukur memiliki tingkat kerumitan yang tinggi sehingga ke
akuratan hasil data survey tetap dapat terjamin. Kenampakan atau gejala bidang
yang diukur dengan theodolite pada bidang yang memiliki tingkat kerumitan
tinggi tersebut juga akan lebih cepat untuk dipetakan.

2.1.2 Kaki Tiga

Gambar 2.2 Kepala Atau Landasan Kaki Tiga

Kaki tiga (tripod) menyangga alas waterpass dan menjaganya tetap stabil
terpancang pada tanah selama pengamatan (Lihat gambar). Kaki tiga ini terdiri
dari sebuah kepala (landasan) kaki tiga tempat alat diletakkan, tiga buah kayu
terbuat dari logam atau kayu bersendi pada kepala kaki tiga, dan sepatu ujung
kaki yang terbuat dari logam untuk menekan atau menjangkarkan ke dalam tanah
agar kaki tiga terpancang dengan kokoh.
2.1.3 Mistar Ukur

Gambar 2.3 Mistar Ukur Atau Rambu Ukur Atau Bak Ukur

Gambar 2.4 Detail Bak Ukur

Sebuah mistar ukur pada dasarnya adalah sebuah pita ukur yang ditopang
vertical dan digunakan untuk mengukur jarak vertical(beda elevasi) antara garis
bidik dan sebuah titik tertentu yang berada di atas atau di bawah garis bidik tadi.
Titik tersebut bisa berupa sebuah stasiun permanen, seperti titik duga tetap
(brench-mark) bisa juga berupa titik diatas permukaan tanah atau bangunan.
Mistar ukur Florida, mistar ukur California, dan mistar ukur Detroit adalah
sebagian dari beberapa kemungkinan variasi mistar ukur, tetapi mistar ukur
Philadelphia adalah yang paling umum dipakai. Mistar ukur Philadelphia standar
adalah mistar kulit kayu yang digraduasi dalam dua bagian,dan dapat
diperpanjang dari 7,1sampai13,1ft ( 2,2 sampai 4,0mm ). Graduasi pada mistar
ukur adalah dalam feet, persepuluhan feet,dan perseratusan feet. Sebagai ganti
garis atau strip yang menandai perseratusan, ruang diantara dua garis tersebut
dicat hitam diatas chat putih, Jadi,tanda untuk tiap perseratusan adalah garis di
antara kedua warna tadi, sebelah atas dari yang hitam menunjukkan angka genap,
dan sebelah bawah menunjukkan angka ganjil. Persepuluhan feet, dan feet
dinomori dengan warna hitam dan merah.Pengamat biasanya langsung membaca
mistar ukur saunbti melihat melalui teropong. Mistar ukur ini bisa dipakai
bersama waterpass, transit, theodolit, dan kadang–kadang waterpass genggam
(handlevel) untuk mengukur beda elevasi.
Target mistar ukur untuk kondisi dimana pembacaan langsung terhalang,
seperti pandanganya, kurang jelas, terlalu jauh, dan terhalangnya sebagian
pandangan oleh semak–semak dan tanggul, kadang kadang perlu digunakan target
mistar ukur. Target ini juga dipakai untuk menandai pembacaan mistar ukur pada
saat memasang sejumlah titik pada elevasi yang sama dengan elevasi alat. Target
untuk mistar ukur Philadelphia biasanya berbentuk oval, dengan sumbu
panjangnya tegak lurus terhadap mistar ukur dan kuadran target tersebut secara
berselang– seling diberi warna merah dan putih. Target ini dipasang pada mistar
ukur dengan sebuah sekrup. Target mempunyai bukaan persegi yang berukuran
kurang lebih sama dengan tebal mistar ukur dan tingginya o,15 ft (4,5 cm),
melalui mana permukaan mistar ukur dapat dilihat. Skala varnier linear untuk
pembacaan perseribuan feet dipasang pada sisi bukaan dengan titik nol diatas
garis horizontal target
2.1.4 PitaUkur

Gambar 2.5 Pita Ukur

Pita ukur digunakan dalam survey untuk mengukur jarak horizontal, jarak
vertikal, dan jarak miring. Pita ukur baja adalah yang paling akurat diantara
semua pita ukur survey lainnya dan digunakan mengukur jarak sampai dengan
dan termasuk ketelitian derajat kedua.

2.1.5 Unting – Unting

Gambar 2.6 Unting – Unting


Unting-unting atau sering juga disebut dengan bandul, adalah salah satu alat
tukang yang biasanya dipergunakan untuk mengukur ketegakan suatu benda atau
bidang. Alat ini cukup sederhana dimana terbuat dari bahan besi dengan
permukaan berwarna besi putih, kuningan dan juga besi biasa, bentuknya
biasanya berbentuk prisma dengan ujung lainnya dibuatkan penempatan benang
kait.
2.1.6 Alat Tulis

Gambar 2.7 Perlengkapan Tulis


Menulis data yang diperoleh dari lapangan.

2.1.7 Payung

Gambar 2.8 Payung


Payung untuk melindungi alat water pass dari pengaruh cuaca
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Theodolit
Theodolit merupakan instrument ukur tanah yang paling Universal. Walaupun
kegunaan utamanya adalah untuk pengukuran atau pemasangan sudut horizontal
dan vertikal dengan teliti, biasanya dipakai untuk beraneka ragam tugas lain
misalnya untuk menentukan jarak horizontal dan vertical secara optis,
memperpanjang garis lurus, dan sifat datar memanjang orde–rendah.
Suatu Theodolit umumnya digolongkan menurut cara yang dipakai untuk
membaca lingkaran, kegunaannya, dan ketelitiannya. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia teknologi yang semakin canggih
maka Theodolit banyak mengalami kemajuan dan renovasi yang lebih akurat,
sehingga Theodolit model sekarang selain bentuknya yang lebih sederhana
pembacaannya pun lebih teliti dan tepat.

3.1.1 Jenis–jenis Theodolit


Secara garis besar Theodolit terdiri dari beberapa jenis diantaranya:
1. Theodolit kompas (Transit)
2. Theodolit Repetisi
3. Theodolit Reiterasi
4. Theodolit Digital Elektronik
3.1.2 Bagian utama Theodolit
1. Teropong Bidik
Teropong bidik adalah bagian Theodolit yang berfungsi untuk
membidik bak ukur pada jarak/kejauhan tertentu
2. Lingkaran-lingkaran horizontal dan vertical
Lingkaran-lingkaran horizontal dan vertical berfungsi untuk
menentukan pembacaan-pembacaan sudut
3. Tabung-tabung (Nivo)
Untuk memungkinkan tripot ditegakkan skrup penegak dipasangkan
antara tripot dengan landasan Theodolit. Gerakan skrup kaki membuat
gelembung nivo ketengah atau bisa juga menyetelnya dengan
menggunakan skrup-skrup pada permukaan kepekaan nivo tabung
tersebut sekitar 2mm = 40 detik sudut
4. Landasan Theodolit
Landasan Theodolit adalah dasar alat ukur yang datar yang di
skrupkan pada tripot dan untuk menunjang kaki skrup penegak
5. Tripot / Statif / kaki tiga
Kegunaan Theodolit adalah untuk menunjang Theodolit. Tripot
bersifat telesopik (mempunyai kaki yang dapat diubah panjangnya
sesuai dengan kondisi dilapangan) atau ada juga tripot dengan kaki
yang tetap panjangnya.

3.1.3 Perhitungan jarak dan beda tinggi dengan Theodolit


1. Jarak dengan Theodolit
Jarak dengan Theodolit dapat ditentukan dengan cara membaca benang
atas,benang bawah dan sudut zenith (sudut vertikal), benang atas
dikurangi benang bawah dikali 100 dan dikalikan sin² sudut zenit.
Perhitungan jarak horizontal menggunakan rumus:

Jarak(D) = 100 (BA–BB) x Sin² Sudut Zenit


Atau
Jarak(D)= [(BA-BB)*100]*cos (90-Bacaan sudut pada titik)

2. Beda tinggi (∆h) dengan Theodolit


Untuk dapat menghitung beda tinggi dengan Theodolit,
(BA–BB) x 100 x ½ sin 2 sudut zenit + TA- BT- TP
Atau
∆h = [(90 – Bacaan sudut vertical)]*2*sin/2*[(BA-BB)*100]+Ta-BT-TP]
Dimana : BA = Bacaan Benang Atas
BB = Bacaan Benang Bawah
TA = Tinggi Alat
TP = Tinggi Patok
BT = Bacaan Benang Tengah
Menghitung beda tinggi dengan Theodolit dilakukan dengan cara
menempatkan alat-alat padasetiap patok dan membaca tinggi rendahnya
permukaan tanah minimal 3 titik disetiap patok.

3.1.4 Alat dan perlengkapan Theodolit


1. Instrument Theodolit
Untuk membaca pengukuran beda tinggi,kontur,dan lainnya
2. Tripot (kaki tiga)
Untuk meletakkan Theodolite
3. Unting-unting
Untuk mengukur ketegakan dan keseimbangan alat Theodolit terhadap
patok.
4. Bak ukur/Rambu ukur
Untuk membaca tinggi rendahnya pengukuran permukaan tanah
5. Meter gulung (100m)
Untuk mengukur jarak antara patok satu dengan yang lainnya
6. Jalon
Untuk pengukuran profil baik melintang maupun memanjang yaitu
sebagai penandaan lebar patok.
7. Patok
Untuk menandakan titik-titik yang akan diukur.
8. Palu
Untuk menancapkan patok pada permukaan tanah.
9. Alat tulis
Untuk menulis data yang diperoleh di lapangan
10. Hand table
Sebagai alas pada saat penulisan data sewaktu berada dilapangan.

3.2 Polygon
Prinsip dari polygon Theodolit adalah menetapkan sudut jurusan dan
panjang dari gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka
dasar untuk keperluan pemetaan dari suatu daerah tertentu.
Sudut jurusan dan jarak kemudian digambarkan dengan busur derajat atau
dengan system koordinat. Sudut-sudut diukur dengan Theodolit searah jarum jam
dan sudut jurusan dihitung dari sudut yang diukur.
Jarak mendatar dari setiap garis dari polygon harus diukur kemudian
dibandingkan dengan pengukuran sudut, pengukuran jarak biasa lebih sulit dan
mencapai hasil yang baik maka harus dilakukan pengukuran dengan teliti dan
cermat,dan diberikan koreksi-koreksi untuk mendapatkan jarak mendatar.

3.2.1 Bentuk-bentuk Polygon


Polygon ini terdiri atas 2 macam yaitu:
1. Polygon tertutup
Pada polygon ini titik awal dan sudut merupakan suatu titik yang
sama panjang dari garis dan sudut yang diukur, sudut-sudut yang diukur
dinyatakan dengan tebal adalah sudut luar dan sudut dalam dari polygon.
Dan pengukuran dilakukan searah jarum jam.
Dalam hal ini kita dapat melakukan kontrol terhadap jumlah sudut
Polygon tertutup dari pengukuran.
Jumlah sudut dalam dapat dikontrol dengan menggunakan rumus:
∑β=(n-2)*180
atau
∑β=(2n–4)*90
Dan kontrol terhadap jumlah sudut poligon tertutup, dengan pengukuran
sudut luar menggunakan rumus:
∑β¹ =(2n+4)*180

∑β =Jumlahsudutdalamyangdiukur
∑β¹=Jumlahsudutluaryangdiukur(derajat)
n =Jumlahtitikpoligonyangdiukur

2. Polygon Terbuka
Polygon terbuka adalah kumpulan garis– garis yang mana
antara satu garis dengan yang lainnya saling berhubungan namun
tidak bertemu antara titik pertama dengan titik yang terakhir. Jarak
dari setiap garis dan sudut dari setiap titik diukur.
Pada polygon ini kesalahan dalam pengukuran sudut maupun
jarak tidak dapat dikontrol (diketahui). kontrol pada polygon ini
dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran ulang untuk
keseluruhan polygon atau melakukan pengukuran secara arah
berlawanan.

3.3 Site Plant (Situasi)


Pengukuran site plant adalah pengukuran titik-titik sudut bangunan
yang telah dibangun sebelumnya disekitar lokasi polygon, pengukuran site
plant bertujuan untuk mengetahui jarak,sudut,dan ketinggian bangunan
yang diukur dari atas permukaan laut. Perhitungan site plant dimulai dari
titik bantu yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian dibidik kesudut-
sudut bangunan yang telah ada tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

SOAL POLIGON TERTUTUP


Didapatkan hasil pengukuran sebagai berikut ini.
Sudut dalam Titik A 87°20’40” Sudut dalam Titik B adalah 89°50’20”, Titik C
adalah 91°30’30” dan Sudut dalam Titik D 93°30’50”. Koordinat Titik A adalah
(100,100) dan Azimuth Titik A Ke B adalah 140°. Jarak A-B yaitu 40 M, B-C 38
M, C-D yaitu 40 M dan D-A yaitu 42 M, Hitunglah Hasil Pengamatan Tersebut!
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktek ilmu ukur tanah ini didapat data sebagai berikut:
a. Jumlah Titik Polygon ada 4 titik
b. Jarak satu titik ketitik lainnya berkisar ± 50meter
6.2 Saran
Selama melakukan praktek lapangan Ilmu Ukur Tanah banyak sekali ilmu
yang telah kami dapat, dan harapan kami dengan adanya praktikum Ilmu Ukur
Tanah ini para mahasiswa sudah dapat mempergunakan alat-alat pada waktu
mempraktekkan dilapangan sesuai dengan kondisi dan situasi lapangan yang
diinginkan. Dan diharapkan dalam menggunakan alat ini lebih hati-hati dan teliti
karena alat ini sangat sensitif.

Anda mungkin juga menyukai