PENGUJIAN
ASPAL
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 1
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB I
METODE PENGUJIAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
A. Tujuan
Tujuan metode ini adalah menyeragamkan cara pengujian untuk
pengendalian mutu bahan dalam pelaksanaan pembangunan. Metode ini
maksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk
menentukan penetrasi aspal keras atau lembek (solid atau semi solid).
B. Dasar Teori
Pengujian untuk mendapatkan angka penetrasi dan dilakukan pada aspal
keras atau lembek. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam
pekerjaan :
1) yang dimaksud dengan penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi
ukuran tertentu, beban tertentu, dan waktu tertentu ke kedalam aspal pada
suhu tertentu.
2) aspal keras (asphalt cement) adalah suatu jenis aspal minyak yang
didapat dari suhu residu hasil destilasi minyak bumi pada kea.daan
hampa udara
3) pengendalian mutu aspal keras.
4) untuk keperluan pembangunan atau pemeliharaan jalan.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D.Langkah Kerja
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Letakkan benda uji pada cawan yang kecil, setelah memasukkan benda uji
pada cawan rendam pada talam yang sudah terisi air dan es batu dengan
suhu 25°C; dan diamkan selama 1 sampai 1,5 jam.
2) Sebelum melakukan pengujian penetrasi pasang jarum penetrasi pada alat.
3) Setelah memasang jarum letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk
memperoleh beban sebesar (100 ± 0,1) gram;
4) Selajutnya letakkan benda uji pada wadah yang berada dibawah alat
penetrasi.
5) Setelah benda uji sudah rapi dan siap untuk pengujian penetrasi turunkan
jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan
benda uji, kemudian mengatur angka 0 di arloji penetrometer sehingga
jarum penunjuk berimpit.
6) Selanjutnya lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch
selama 5 detik.
7) Setelah melepas pemegang jarum selama 5 detik maka selanjutnya kunci
pemegang jarum dan putar arloji penetrometer untuk mengetahui hasil dari
pengujian.
8) Lakukan pengujian 1 sampai 8 kali untuk mendapatkan hasil yang sudah di
tentukan.
9) Setelah mendapatkan hasilnya selanjutnya bersihkan alat dan kembalikan
ketempatnya semula.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 3
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
E. Hasil Pengujian
Tabel Data pengujian menggunakan alat penetrasi test semi manual
1 5 detik 109
2 5 detik 102
3 5 detik 90
RATA-RATA 100,33
NOMOR PENGUJIAN
WAKTU
PENGUJIAN ASPAL
1 5 detik 88
2 5 detik 89
3 5 detik 87
RATA-RATA 88
F. Kesimpulan
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 4
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
G. Gambar Alat
Satu set alat Penetrasi Test semi Satu set alat Penetrasi Test
manual manual
Cawan Termometer
Timbangan Talam
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 5
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 6
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB II
PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL
A. Tujuan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen dengan
menggunakan picnometer.
B. Dasar Teori
Berat jenis bitumen adalah perbandingan antara berat bitumen atau terhadap
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25°C yaitu dilakukan dengan cara
menggantikan besar air dengan besar bitumen dalam wadah yang sama (yang sudah
diketahui volumenya berdasarkan konversi berat jenis sama dengan 1)
Berat jenis dari bitumen sangat bergantung dan nilai penetrasi suhu dari
bitumen itu sendiri. Macam-macam berat jenis bitumen dan kisaran nilainya
sebagai berikut:
1. Penetralan grade bitumen dengan berat jenis antar 1,000 (untuk bitumen
dengan penetrasi 300) sampai dengan 1,040 (untuk bitumen dengan
penetrasi 250).
2. Bitumen yang telah terkoksidasi dengan berat jenis berkisar 1,05 – 1,035
3. Hand grades bitumen dengan berat jenis berkisar antar 1,025 – 1,065
4. Cut back grades bitumen dengan jenis berkisar antara 0,992 – 1,007
Melakukan pemeriksaan berat jenis aspal bertujuan untuk mengetahui berat jenis
aspal yang akan digunakan. Besarnya berat jenis aspal penting dalam perencanaan
campuran agregat dan aspal, karena pada umumnya berdasarkan perbandingan
berat dan juga untuk menentukan kadar aspal dalam suatu campuran.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
7
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan sampel
a. Menyiapkan sampel aspal perlahan-lahan sambil diaduk secara merata
hingga mencapai suhu 110°C
b. Timbang picnometer kosong beserta tutupnya (A)
c. Setelah itu mengisi picnometer dengan air suling hingga penuh lalu
timbang beserta tutupnya (B), lalu mengeringkan picnometer sampai
tidak ada lagi air didalamnya.
d. Setelah mencair, aspal dituangkan ke dalam picnometer hingga terisi ¾
bagian.
2. Prosedur pengujian
a. Mendinginkan sampel dengan cara mendiamkan beberapa menit
merendam sampel dan tetap mengontrol suhu talam perendam konstan
pada suhu 25°C dengan cara mengambil es batu.
b. Membersihkan picnometer, keringkan dulu lalu timbanglah picnometer
berisi aspal dengan ketelitian (C)
c. Masukkan air suling ke dalam picnometer yang sebelumnya telah diisi
aspal sampai penuh kemudian tutuplah picnometer tanpa ditekan lalu
ditimbang (D).
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
8
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Analisa Perhitungan
Hitunglah berat jenis dengan rumus :
(𝐶 𝐴)
𝛿=
(𝐵 𝐴) (𝐷 𝐶)
Keterangan :
δ = berat jenis aspal
A = berat picnometer (dengan penutup) (gram)
(C - A)
BJ =
(B - A) - (D - C)
(56,53 – 19,56)
(69,39 – 19,56) - (69,97-
56,53)
= 1,02
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
9
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aspal
yang diuji memenuhi syarat yang telah ditetapkan pada spesifikasi BM 2010
revisi 3. Hal tersebut dapat terbuki dari nilai yang diperoleh dari hasil
pengujian sebesar 1,04 gram/ml dan memenuhi syarat SNI 06-2441-199 yaitu
berat jenis aspal adalah berkisar antara 1,01 – 1,05 gram/ml.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
10
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Bak perendam
Thermometer
Kompor Picnometer
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
11
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Timbangan Penjepit
2. Bahan
Aspal cair
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
12
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. DOKUMENTASI
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
13
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Menimbang picnometer +
aspal + air + penutup
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
14
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB III
PENGUJIAN DAKTILITAS ASPAL
A. TUJUAN
Untuk menguji kekuatan tarik bahan bituman dengan cara mengukur jarak
terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bituman keras
sebelum putus.
B. DASAR TEORI
Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal,
apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan dengan cara
menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada suhu 25˚C
dengan toleransi ± 5 %. Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui
ketahanan aspal terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan.
Aspal dengan daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam
penggunaannya karena lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak
tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang cukup tinggi.
Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa
hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar regangan yang dipakai
adalah 100 – 200 cm. Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak terpanjang yang
dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100 cm. Adapun tingkat
kekenyalan dari aspal adalah :
a. Daktilitas kurang dari 100 cm = getas
b. Daktilitas berkisar antara 100 - 200 cm = plastis
c. Daktilitas lebih dari 200 cm = sangat plastis liat
Sifat daklitas ini sangat dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat susunan
senyawa karbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak mengandung senyawa
prakin dengan senyawa panjang, maka daktilitas rendah. Demikian aspal didapatkan
dari blowing, dimana gugusan aspal hidrokarbon tak jenuh yang mudah menyusut
sedangkan yang banyak mengandung parakin karena susunan rantai hidrokarbonnya
dan kekuatan strukturnya kurang plastis.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
15
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
a. Aspal
b. Air
c. Es batu
d. Vaseline
e. Gliserine
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
16
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian
2. Mengolesi bagian kanan dan kiri cetakan dengan vaseline dan juga plat
cetakan
3. Meletakkan cetakan daktilitas plat cetakan
4. Memanaskan aspal kira-kira 100 gram dan menuang aspal
kedalam cetakan hingga penuh.
5. Mendiamkan sampel pada suhu ruang selamat 30 – 40 menit
6. Mendinginkan sampel pada suhu 25°C selam 30 menit kemudian
melepaskan cetakan sampel dari plat cetakan dan bagian samping dari
cetakan
7. Memasangan colokan pada alat uji daktilitas
8. Menarik kedua ujung pemegang cetakan dengan arah yang berbeda
sehingg sampel tersebut menipis dan putus atau sampai bacaan panjang
100 cm
9. Membaca jarak antar pemegang cetakan (tare dispalcement)
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
17
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan, aspal tidak putus pada penarikan
>100 cm. sehingga dapat disimpulkan bahwa aspal tersebut memenuhi syarat
standar minimum yang telah ditentukan yaitu 100 cm. Karena jika daktilitas
aspal kurang dari 100 cm maka aspal tersebut masuk dalam tingkatan aspal
yang getas yang artinya ada kandungan lain selain aspal didalamnya sehingga
dapat mengurangi daya lengket yang membuat aspal mudah keras, retak, dan
tidak baik digunakan sebagai bahan ikat perkerasan.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
18
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Kompor Penjepit
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
19
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Gliserine
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
20
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. DOKUMENTASI
Merendam cetakan berisi aspal Memasang sampel pada alat uji tarik
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 21
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB IV
METODE PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT MINYAK
DAN ASPAL
A. Tujuan
Tujuan metode ini adalah menentukan kehilangan berat minyak dan aspal
yang dinyatakan dalam persen berat semula.
B. Dasar Teori
Pemeriksaan penurunan berat aspal bertujuan untuk mengetahui kehilangan
minyak pada aspal akibat pemanasan berulang dan untuk mengukur perubahan kinerja
aspal akibat kehilangan berat. Untuk mengevaluasi hanya pada beberapa karakteristik
aspal, seperti kehilangan berat dan penetrasi, daktilitas dan titik lembek setelah
kehilangan berat, dimana cara tersebut dinamakan Thin Film Over Test (TFOT).
Besarnya nilai penurunan berat, selisih nilai penetrasi sebelum dan sesudah
pemanasan menunjukan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu.
Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan evaluasi karakteristik
aspal setelah kehilangan berat. Dalam evaluasi ini dilakukan perbandingan
karakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat. Karakteristik yang dilihat adalah
nilai penetrasi, titik lembek dan daktilitas. Untuk itu sangat dianjurkan dalam
penyiapan sampel dilakukan dibuat dua jenis sampel, yaitu kehilangan berat dan satu
kelompok lainnya yang diuji TFOT sebagai yang telah kehilangan berat.
A−B
Perhitungan penurunan berat = x 100%
A
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 22
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. Langkah Kerja
1. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini.
2. Persiapan Benda Uji
Panaskan aspal sampai cair untuk campuran yang merata.
Kemudian tuangkan benda uji (50,0 ± 0,5) gram ke dalam cawan, lalu
dinginkan benda uji pada suhu ruang. (cawan kosong sudah ditimbang
terlebih dahulu)
Sampel diperiksa harus bebas air.
Setelah itu benda uji dingin timbang beratnya sebagai A
3. Pengujian Benda Uji
Kemudian letakkan beda uji kedalam Oven yang mana suhunya sudah
menunjukkan 163°C oven benda uji selam 5 jam lalu keluarkan benda uji.
Setelah dingin timbang kembali berat benda uji dan catat sebagai (B)
4. Catat hasil pengamatan pada formulir yang telah disiapkan.
5. Tentukan nilai kehilangan berat aspal setelah di panaskan berdasarkan rumus yang
telah ditentukan.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 23
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian berat kadar minyak, didapatkan hasil persentase
kehilangan berat rata-rata minyak pada aspal sebesar 0,48%.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 24
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
2. Bahan
Termometer Cawan
Aspal
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 25
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentsi
Menimbang Cawan + M
aspal
Menimbang Cawan +
aspal setelah pemanasan
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 26
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB V
PENGUJIAN KELARUTAN BITUMEN DALAM CCL4
A. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar bitumen yang larut dalam
larutan CCL4.
B.Dasar Teori
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 27
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. Langkah Kerja
1. Menimbang kertas filter lalu dioven hingga tidak mengandung kadar air lagi.
2. Memasukkan sampel kedalam gelas ukur sebanyak 2,0 gram.
3. Sampel didiamkan sampai dingin, kemudian ditimbang dengan timbangan berketelitian 0,01
gram.
4. Menambahkan 100 ml cairan pelarut (CCL4) ke dalam gelas ukur, lalu diaduk-aduk hingga
sampel aspal tadi larut dan tidak ada bagian dari sampel yang tertinggal pada permukaan
gelas ukur tersebut.
5. Kemudian pasang kertas saring pada corong gelas erlenmeyer.
6. Menuangkan larutan aspal ke dalam gelas erlenmeyer yang telah diberi kertas saring.
7. Larutan tadi dibiarkan mengalir melalui kertas saring hingga habis.
8. Setelah seluruh larutan habis, kertas saring diangkat lalu dioven hingga kering.
9. Setelah dioven, kertas tersebut ditimbang dengan timbangan.
E. Hasil Pengamatan
Perhitungan menggunakan presentase total dari material yang tidak larut dari sampel
yang larut didalam cairan pelarut adalah sebagai berikut :
A
Untuk material yang tidak larut (%) ¿ ×100 %
B
A
Untuk sampel yang larut (%) ¿ 100− ×100 %
B
Dimana :
A = berat material yang tidak larut
B = berat total sampel
Kelompok 2 28
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini didapatkan hasil bahwa material yang larut sebesar
99,62%. Hal ini berarti sampel yang diuji mememenuhi syarat, dimana nilai minimum
kelarutan aspal yaitu 99%.
Kelompok 2 29
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Kelompok 2 30
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Timbangan dengan
Spatula
ketelitian 0,01 gram
2. Bahan
Oven
Kelompok 2 31
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Memasukkan sampel
Menimbang
ke dalam gelas ukur
kertas filter
Kelompok 2 32
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 33
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB VI
PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL
A. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk menemukan angka titik lembek aspal
berkisar ≥ 48°C dengan cara ring and ball.
B. DASAR TEORI
Titik lembek adalah kondisi dimana suhu pada saat bola baja dengan berat
tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak
dibawah cincin pada ketinggian 1 inchi (2,44 mm), sebagai kecepatan akibat
pemanasan. Untuk mengetahui titik lembek diukur suhu pada bola baja dengan
berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam
cincin dengan ukuran tertentu sehingga plat tersebut menyentuh plat dasar yang
terletak pada tinggi tertentu sebagai kecepatan pemanasan. Percobaan ini
dilakukan karena pelembekan bahan aspal dan ter, tidak terjadi secara langsung
pada suhu tertentu, tetapi bertahap seiring penambahan suhu. Oleh sebab itu setiap
prosedur yang digunakan hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut artinya
penambahan suhu pada percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam
jenjang yang halus yaitu dengan penambahan suhu 50C/menit.
Manfaat dari pemeriksaan titik lembek adalah untuk menentukan jenis
aspal yang digunakan berdasarkan temperatur pada suatu tempat. Kepekaan aspal
terhadap suhu terjadi karena aspal adalah material termoplastis yang berarti akan
menjadi lembek jika suhu bertambah.
Aspal dengan titik lembek yang lebih rendah, temperatur yang dibutuhkan
untuk pencampuran dengan agregat dalam pemadatan aspal lebih rendah. Bila
aspal cepat menjadi lembek dan cepat pula menjadi keras maka waktu
pelaksanaan pencampuran dengan agregat dan pemadatan harus lebih pendek.
Bila suhu perkerasan meningkat, aspal akan melunak sehingga akan mudah
menjadi ranting dan deformasi.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 34
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
a. Aspal
b. Air
c. Es Batu
d. Vaseline
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memanaskan aspal sampai mencapai suhu sekitar 90°C - 120°C sambil diaduk
secara perlahan
3. Mengoles plat kaca dengan vaseline
4. Menuangkan sampel kedalam 2 buah cincin dan mendiamkannya sampai suhu
aspal menjadi normal
5. Merendam aspal pada suhu 25°C selama 30 menit
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 35
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
6. Memasangn kedua benda uji diatas dilakukan dan meletakkan pengarah bola
diatasnya kemudian memasukkannya kedalam gelas ukur.
7. Mengisi gelas ukur dengan air dan menambahkan es batu sampai suhu (5±1)°C
8. Meletakkan bola baja dengan permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu
5°C
9. Memanaskan bejana diatas hot plate hingga bola menyentuh dasar dan mencata
waktu setiap penambahan suhu 5°C.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 36
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Sampel I
50
45
40
35
30
Suhu
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu ( detik )
Sampel II
50
45
40
35
30
25
20
15
10
0
0 2 4 6 8 10 12
F. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian dapat disimpulkan bahwa titik lembek,
aspal yang telah diuji adalah 47℃, maka aspal yang diuji tidak memenuhi
spesifikasi BM 2010 Revisi 3.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 37
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 38
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 39
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Es Batu Vaseline
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 40
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 41
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB VII
KELEKATAN ASPAL TERHADAP AGREGAT
A. TUJUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk menetukan kelekatan agregat terhadap aspal.
Kelekatan agregat terhadap aspal ialah persentase luas permukaan batuan yang
tertutup aspal terhadap keseluruhan luas permukaan.
B. DASAR TEORI
Daya lekat aspal terhadap agregat dipengaruhi oleh sifat agregat terhadap
air. Granit dan agregat yang mengandung silica merupakan agregat
yang bersifat hydripilic, yaitu agregat yang mudah menyerap air, hal ini
mengakibatkan agregat tersebut tidak mudah dilekati aspal dan ikatan agregat
mudah lepas dan sebaliknya seperti diriot tidak mudah menyerap air berdasarkan
SNI-03-2439-1991 bahwa kelekatan agregat adalah minimal 95%.
1. Hydophilic adalah sifat agregat yang mudah diresapi air, hal ini
mengakibatkan agregat tidak mudah dilekati aspal dan ikatan aspal
dengan agregat mudah dilepas.
2. Hydrophobic adalah sifat agregat yang tidak mudah terikat dengan air,
tapi mudah terikat dengan aspal.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 42
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
C. ALAT DAN BAHAN
3. Alat
k. Wadah
l. Timbangan
m. Pisau pengaduk baja
n. Tabung gelas kimia
o. Oven
p. Saringan ¼” dan 3/8”
q. Termometer
4. Bahan
e. Aspal
f. Air suling
g. Agregat
D.Langkah Kerja
a. Benda uji adalah agregat yang lewat saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan pada
saringan 6,3 mm (1/4”) sebanyak kira-kira 100 gram.
b. Cucilah dengan air suling, keringkan pada suhu 140 ± 5ºC hingga berat tidak
berubahlagi (constant); simpan didalam tempat yang tertutup rapat dan siap untuk.
c. Untuk pelapisan agregat basah perlu ditentukan berat jenis kering permukaan
jenuh(SSD) dan penyerapan dari agregat kasar.
2. Prosedur pengujian
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 43
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Total 154
4. Analisa Perhitungan
142
¿ x 100 %
154
= 92,2%
Persentase Agregat tidak terselimuti aspal
12
¿ x 100 %
154
= 7,8%
F. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian dapat disimpulkan bahwa agregat yang
masih terselimuti aspal setelah direndam selama 16-18 jam sebesar 92,2% dan
yang tidak terselimuti aspal sebesar 7,8%.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 44
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
a. Alat
Timbangan Spatula
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 45
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Wadah
b. Bahan
Aspal Air
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 46
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 47
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
PENGUJIAN
AGREGAT
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 48
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB 1
KADAR AIR AGREGAT
B. DASAR TEORI
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat
dengan berat agregat kering yang dinyatakan dengan presentase (%). Adapun syarat
kadar air untuk pengujian kadar air untuk agregat halus 3% - 5%.
Berat air yang terkandung dalam agregat besar sekali pengaruhnya pada
pekerjaan yang menggunakan agregat terutama beton. Dengan diketahuinya kadar air
yang terkandung dalam agregat, maka perencaaan mix design menjadi lebih akurat
karena adanya factor koreksi kadar air campuran beton terhadap tegangan tekan
rencana yang akan dicapai.
Rumus :
A−B
Kadar air = x 100%
B
Dimana:
A = Berat Basah (gram)
B = Berat kering oven (gram)
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 49
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Talam
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
c. Oven
d. Sendok sampel
2. Bahan
a. Agregat halus (pasir)
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengambil agregat halus di lapangan, kemudian siapkan 2 talam untuk 2 sampel
dan masing-masing sampel memiliki berat timbangan agregat halus sebesar 1000
gram .
3. Setelah di timbang, agregat halus dikeringkan di dalam oven selama 24 jam.
4. Mendinginkan benda uji lalu menimbang berat pasir kering oven
5. Membuat percobaan dengan 2 sampel untuk mengambil rata-ratanya
6. Lakukan pengolahan data
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 50
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Perhitungan :
Sampel I
A−B
Kadar air = 100 %
B
1000.03−974.50
= x 100 %
974.50
= 2,62 %
Tabel 8.2 data hasil perhitungan pengujian kadar air agregat halus
Contoh
Uraian Satuan
I II
Berat contoh mula-mula (A) 1000.03 1000.08 Gram
Berat contoh kering (B) 974.5 960.93 Gram
A−B
Kadar Air = 100 % 2.62 4.07 %
B
Kadar Air Rata – rata 3.35 %
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang dilakukan maka didapatkan kadar air rata-rata agregat halus
(pasir) sebesar 3,35 %, memenuhi syarat kadar air agregat halus 3% - 5%.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 51
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
2. Bahan
Oven
Sendok sampel
Pasir
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 52
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 53
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
KADAR AIR AGREGAT KASAR
A. TUJUAN
Untuk menentukan presentasi kadar air yang terkandung di dalam agregat kasar.
B. DASAR TEORI
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
agregat dengan berat agregat kering yang dinyatakan dengan presentase (%). Adapun
syarat kadar air untuk pengujian kadar air untuk agregat kasar 3% - 5%.
Berat air yang terkandung dalam agregat besar sekali pengaruhnya pada
pekerjaan yang menggunakan agregat terutama beton. Dengan diketahuinya kadar air
yang terkandung dalam agregat, maka perencanaan mix desain menjadi lebih akurat
karena adanya faktor koreksi kadar air campuran beton terhadap tegangan tekan
rencana yang akan dicapai.
Rumus :
A−B
Kadar Air (W) = x 100%
B
Keterangan :
A = Berat benda uji mula-mula (gram)
B = Berat benda uji kering (gram)
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 54
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Talam
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
c. Oven
d. Sendok sampel
2. Bahan
a. Agregat kasar (krikil)
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengambil agregat kasar di lapangan, kemudian siapkan 2 talam untuk 2 sampel
dan masing-masing sampel memiliki berat timbangan agregat kasar sebesar 1500
gram
3. Mengeringkan di dalam oven selama ±24 jam
4. Mendinginkan benda uji lalu menimbang berat kerikil kering oven
5. Melakukan percobaan dengan 2 sampel untuk mengambil rata-ratanya.
6. Lakukan pengolahan data
Contoh
Uraian Satuan
I II
Berat contoh mula-muka (A) 1500.26 1500.18 Gram
Berat contoh kering (B) 1481.63 1481.01 Gram
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 55
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Perhitungan
Sampel I
A−B
W6 = x 100%
B
1500 ,26−1481 , 63
= x 100%
1481 , 63
= 1,28 %
Sampel
F. KESIMPULAN Uraian Satuan
I II
Berat contoh mula-muka (A) 1500.26 1500.18 Gram
Berat contoh kering (B) 1481.63 1481.01 Gram
A−B
Kadar Air = 100 % 1.26 1.29 %
B
Kadar Air Rata - rata 1.28 %
Dari hasil pengujian yang dilakukan maka didapatkan kadar air rata-rata agregat kasar
(batu pecah) sebesar 1,28% dan tidak memenuhi syarat kadar air agregat kasar yaitu 3% -
5%.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 56
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
2. Bahan
Agregat kasar
(kerikil)
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 57
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. DOKUMENTASI
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 58
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB II
KADAR ORGANIK AGREGAT
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 59
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat bahan yang diperlukan.
2. Mengambil benda uji (pasir alam) dalam kondisi asli.
3. Mengisi botol dengan pasir sebanyak 200 ml.
4. Menambahkan larutan NaOH sebanyak 200 ml.
5. Menutup botol rapat-rapat lalu mengocok selama ± 10 menit agar benar-benar
tercampur,
6. Mendiamkan botol selama ±24 jam agar terjadi reaksi sempurna antara larutan
NaOH dengan bahan organik yang terdapat pada pasir,
7. Mengamati warna larutan/cairan diatas permukaan pasir yang ada di dalam botol
lalu dibandingkan dengan warna standar.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 60
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
E. DATA DAN ANALISIS PERHITUNGAN
1. Data
Lokasi : laboratorium Pengujian Bahan
Waktu : Selasa, 19 April 2022
Dikerjakan Oleh : Kelompok 1 dan 2
Tabel Data Hasil Percobaan Kadar Organik Agregat Halus :
No Uraian No contoh
A Larutan Naoh 3% 3%
B Warna Contoh Teh Bening Teh Bening
C Kadar Organik No. 2 No. 2
Rata - Rata kadar Organik No. 2
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan kadar organik agregat halus, dapat disimpulkan bahwa benda uji
yang diujikan kedua-duanya dapat dimaksudkan dalam standar nomor 2 dengan warna
kuning kecokelatan. Sehingga agregat yang diuji ini dapat digunakan untuk campuran
beton karena memenuhi persyaratan yait <No. 3.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 61
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Sendok sampel
2. Bahan
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 62
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. DOKUMENTASI
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 63
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
BAB VI
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS
6.1 Tujuan
Pelaksanaan pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
memiliki
beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan persentase nilai kadar lumpur dalam agregat halus yang
digunakan.
2. Mampu menggunakan alat praktikum serta pengolahan data
pemeriksaan
kadar lumpur dalam agregat halus.
3. Mampu memahami prosedur pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat
halus sesuai dengan prosedur standar.
BAB VI
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS
6.1 Tujuan
Pelaksanaan pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
memiliki
beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan persentase nilai kadar lumpur dalam agregat halus yang
digunakan.
2. Mampu menggunakan alat praktikum serta pengolahan data
pemeriksaan
kadar lumpur dalam agregat halus.
3. Mampu memahami prosedur pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat
halus sesuai dengan prosedur standar.
BAB VI
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS
6.1 Tujuan
Pelaksanaan pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
memiliki
beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan persentase nilai kadar lumpur dalam agregat halus yang
digunakan.
2. Mampu menggunakan alat praktikum serta pengolahan data
pemeriksaan
kadar lumpur dalam agregat halus.
3. Mampu memahami prosedur pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat
halus sesuai dengan prosedur standar.
JOB III
PENGUJIAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 64
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
A. Tujuan :
Untuk menentukan besarnya kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus.
B. DASAR TEORI
Lumpur yang sering terdapat dalam agregat, mungkin kumpulan atau lapisan yang menutupi
kadar lumpur yang diizinkan berbeda. Kadar lumpur agregat normal yang diizinkan
berdasarkan SK SNI S-0 4-1989-F untuk agregat halus (pasir) adalah maksimal 5% dan untuk
agregat kasar (split) maksimal 1%. Ada lumpur penggunaan air dalam campuran yang
bersangkutan, jika terdapat. Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen sehingga
menahan semen dengan agregat. Pada akhirnya kekuatan beton akan berkurang karena tidak
dapat saling mengikat. Pasi rharus terdiri dari butir-buti ryang bersih dan bebas dari bahan-
bahan organik, lumpur dan sebagaiannnya dan harus memenuhi komposisi butir serta
(PBI 1971/NI-2). Jika kandungan lumpur yang terkandung pada agregat melebihi 5% maka
agregat halus tersebut harus disaring dan terlebih dahulu.Pengaruh yang terjadi bila kadar
1. Semakin banyak jumlah lumpur dalam campuran, maka semen yang dibutuhkan
2. Lumpur dan tanah liat adalah jenis agregat dengan kekuatan yang rendah, semakin
banyak konten dalam campuran beton maupun dalam campuran mortar maka
3. Jika lumpur terlalu banyak dalam adukan untuk plesteran, maka akan membuat
pelaksanaan akan sulit, kebanyakan adukan air akan membuat mortar akan cepat
jatuh saat dipasangkan ke dinding.Lumpur dan tanah liat adalah bahan yang
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 65
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
terhadap adukan beton bisa berubah sehingga membuat kekuatan beton melemah dan
4. Jika lumpur sudah kontak langsung dengan udara apabila beton keras, maka lumpur
akan mengembang atau menyusut. Jika hal ini terjadi maka lama-kelamaan akan
Untuk mengatasi hal tersebut, kita dapat melakukan pengujian kadar lumpur pada agregat
halus. Pengujian ini memiliki teori bahwa lumpur memiliki massa yang relatif kecil bila
berada didalam udara akan berada diposisi atas, sebaliknya massa yang lebih besar berada
diposisi bawah.
A−B
Kadar lumpur ¿ x 100 %
A
2 Bahan :
a. Pasir
b. Air
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 66
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. Langkah kerja :
E. Data pengujian :
Perhitungan :
Sampel 1
A−B
Kadar lumpur ¿ x 100 %
A
1.000 ,34 gram−9.62 ,88 gram
¿ x 100 %
1.000 ,34 gram
= 3,74%
Sampel 2
A−B
Kadar lumpur = ¿ x 100 %
A
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 67
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1.000 ,38 gram−971 , 17 gram
= x 100 %
1.00038 gram
= 2,91%
3 ,74 %+2 , 91 %
Kadar lumpur rata-rata =
2
= 3,325 %
F. Kesimpulan :
Hasil yang diperolah dari pengujian terhadap bahan uji agregat halus (pasir) yaitu
3,325% berada didalam standar SNI (<5%).
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 68
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
OvenGamabr .
sendok sampel
2 Bahan
Agregat halus
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 69
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 70
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
B. DASAR TEORI
Kadar lumpur adalah seluruh butiran yang lolos saringan No. 200 untuk
agregat yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton. Kadar Lumpur pada
agregat dapat menurunkan kekuatan beton, karena lumpur dapat menyebabkan proses
hidrasi antara semen dan air menjadi terhambat. Kadar lumpur yang tinggi juga dapat
menyebabkan nilai Creep (Rangkak) pada beton menjadi tinggi.
Agregat yang cocok untuk menghasilkan beton dengan mutu tinggi adalah
beton dari lempung, lanau dan bahan-bahan organic yang akan mengurangi
kekuatannya.
Adapun spesifikasi kandungan Kadar Lumpur agregat kasar yang di syaratkan
untuk agregat halus dengan cara cuci berdasarkan ASTM 117-95 yaitu <1%. Bila
lebih besar dari yang disyaratkan, maka agregat kasar harus dicuci sebelum digunakan
untuk campuran beton.
Rumus-rumus perhitungan yang dipergunakan dalam perhitungan adalah :
A−B
Kadar lumpur ¿ x 100 %
A
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 71
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
3. Bahan
a. Agregat kasar
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mengeringkan agregat kasar dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110º C
3. Menimbang berat agregat kasar sebesar 1500 gram yang telah dioven sebelum
dicuci
4. Kemudian mencuci batu pecah seperti dengan mencuci beras sampai airnya jernih
5. Benda uji yang telah dicuci, dikeringkan kembali didalam oven selama 24 jam
6. Kemudian timbang berat agregat kering oven setelah dicuci
contoh
Uraian satuan
I II
Berat contoh kering (A) 1.500,36 1.500,56 gram
Berat contoh kering telah dicuci (B) 1.494,28 1.486,06 gram
Kadar lumpur = (A-B)/A x 100% %
Kadar lumpur rata-rata %
Perhitungan :
Sampel 1
A−B
Kadar lumpur ¿ x 100 %
A
1.500 ,36 garm−1494 ,28 gram
¿ x 100 %
1.500 ,36 gram
= 0,41 %
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 72
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Sampel 2
A−B
Kadar lumpur = ¿ x 100 %
A
1.500 ,56 gram−1.486 .06 gram
= x 100 %
1.500 ,56 gram
= 0,96 %
0 , 41 %+ 0 ,96 %
Kadar lumpur rata-rata =
2
= 0,69 %
contoh
Uraian satuan
I II
Berat contoh kering (A) 1.500,36 1.500,56 gram
Berat contoh kering telah dicuci (B) 1.494,28 1.486,06 gram
Kadar lumpur = (A-B)/A x 100% 0,41 0,96 %
Kadar lumpur rata-rata 0,69 %
F. KESIMPULAN
Hasil yang diperolah dari pengujian terhadap bahan uji agregat kasar (batu pecah) yaitu
0,69 % berada didalam standar SNI (≤1 %).
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 73
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Agregat kasar
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 74
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 75
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 76
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB IV
BERAT VOLUME
B. DASAR TEORI
Berat isi adalah perbandingan antara berat agregat dengan berat
volume yang ditempatinya. Hal ini dapat dipergunakan untuk
mempermudah perhitungan campuran beton apabila kita menimbang
agregat dengan ukuran volume.
Pengujian berat isi pada agregat berguna untuk mengkonversi dari
satuan berat ke satuan volume. Dalam merancang campuran beton
komposisi bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu membuat
beton di lapangan dengan komposisi berat kurang praktis, biasanya di
lapangan menggunakan komposisi perbandingan yaitu degan takaran
(volume). Untuk mengkonversi dari komposisi satuan berat ke komposisi
satuan volume digunakan angka berat isi. Berat isi pada agregat sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi agregat,
bentuk agregat, diameter maksimum agregat. Dalam SNI No.52 – 1980,
berat isi untuk agregat beton disyaratkan harus > 1,2 kg/liter.
Rumus :
B−A
ϒ= V
Dimana :
ϒ = Berat volume agregat dalam keadaan kering oven (kg/m3)
A = Berat Mold (Kg)
B = Berat Agregat + Mold (Kg)
V = Volume wadah (M3)
Adapun berat volume sendiri dapat diperoleh dengan beberapa cara seperti
cara lepas (gembur), pemadatan (penusukan) dan penggoyangan.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 77
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengeringkan agregat halus di dalam oven selama 24 jam
3. Menimbang mold, kemudian mencatat hasilnya (T)
4. Pengujian :
Pengujian kondisi lepas :
a. Mengisi agregat ke dalam mold menggunakan sendok material secara
berlebih dan menghindari terjadinya pemisahan agregat
b. Meratakan permukaan dengan batang perata
c. Menimbang agregat + mold, kemudian mencatat hasilnya (G)
d. Melakukann pengujian sebanyak dua kali untuk mengambil rata-
ratanya
Pengujian kondisi padat :
a. Mengisi agregat ke dalam penakar sebanyak sepertiga dari volume
penuh kemudian meratakannya.
b. Menumbuk lapisan agregat dengan 25 kali tumbukan menggunakan
batang penumbuk
c. Mengisi kembali sampai volume menjadi dua per tiga volume penuh
kemudian meratakannya kembali seperti langkah sebelumnya
d. Mengisi mold dengan agregat sampai berlebih dan menusuknya
kembali
e. Meratakan permukaan agregat dengan menggunakan batang perata
f. Menimbang agregat + mold, kemudian mencatat hasilnya (G)
g. Melakukan pengujian sebanyak 2 kali untuk mengambil rata-rata
5. Melakukan pengolahan data
Volume Mold:
D = 15,5 cm = 1,55 dm
T = 15,9 cm = 1,59 dm
1
V = πD ²t
4
1 2
= 3 , 14 ( 1 ,55 ) 1 ,59
4
= 2,99 dm3 = 2,99 liter
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 78
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Perhitungan
Untuk Sampel I dalam kondisi Lepas :
B−A
ϒ =
V
7 , 08−3 , 2
=
2 , 99
= 1,30 kg/liter
Tabel 13.2 Data hasil perhitungan berat volume agregat halus
Lepas Padat
Uraian Satuan
I II I II
Berat Wadah (A) Kg 3,2 3,2 3,2 3,2
Berat Wadah + Benda Uji
Kg 7,08 7,26 7,68 7,74
(B)
Berat Benda Uji Kg 3,88 4,06 4,48 4,54
Volume Wadah Liter 2,99 2,99 2,99 2,99
Kg/
Berat Volume 1,30 1,36 1,50 1,52
Liter
Berat Volume rata-rata Kg/liter 1,33 1,51
Rata-rata Kg/liter 1,42
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian berat isi agregat halus diperoleh hasil berat isi agregat halus
rata-rata sebesar 1,42 kg/liter, dan memenuhi berat isi yang disyaratkan yaitu 1,4
kg/liter – 1,9 kg/liter.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 79
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 80
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 81
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Pasir
Pasir
H. DOKUMENTASI
A. TUJUAN
Untuk menenukan berat isi agregat kasar (batu pecah)
B. DASAR TEORI
Berat isi adalah perbandingan antara berat agregat dengan berat
volume yang ditempatinya. Hal ini dapat dipergunakan untuk
mempermudah perhitungan campuran beton apabila kita menimbang
agregat dengan ukuran volume.
Pengujian berat isi pada agregat berguna untuk mengkonversi dari
satuan berat ke satuan volume. Dalam merancang campuran beton
komposisi bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu membuat
beton di lapangan dengan komposisi berat kurang praktis, biasanya di
lapangan menggunakan komposisi perbandingan yaitu degan takaran
(volume). Untuk mengkonversi dari komposisi satuan berat ke komposisi
satuan volume digunakan angka berat isi. Berat isi pada agregat sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi agregat,
bentuk agregat, diameter maksimum agregat. Dalam SNI No.52 – 1980,
berat isi untuk agregat beton disyaratkan harus > 1,2 kg/liter.
Rumus :
B−A
ϒ=
V
Dimana :
ϒ = Berat volume agregat dalam keadaan kering oven (kg/m3)
A = Berat mold (kg)
B = Berat Mold + Agregat Kasar (Kg)
V = Volume Wadah (m3)
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 83
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
a. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
b. Alat penakar (mold)
c. Talam
d. Sendok material
e. Oven
f. Batang penusuk (tongkat pemadat)
2. Bahan
a. Batu pecah
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengeringkan agregat halus di dalam oven selama 24 jam
3. Menimbang mold, kemudian mecatat hasilnya (T)
4. Pengujian :
Pengujian kondisi lepas :
a. Mengisi agregat kasar ke dalam mold menggunakan sendok material
secara berlebih dan menghindari terjadinya pemisahan agregat
b. Meratakan permukaan dengan menggunakan batang perata
c. Menimbang agregat + mold, kemudian mencatat hasilnya (G)
d. Melakukan pengujian sebanyak 2 kali untuk mengambil rata-ratanya
Pengujian kondisi Padat :
a. Mengisi agregat ke dalam penakar sebanyak sepertiga dari volume
penuh kemudian meratakannya
b. Memadatkan dengan cara menumbuk benda uji menggunakan
penumbuk sebanyak 25 kali
c. Mengisi lagi mold sampai volume menjadi dua per tiga volume penuh
kemudian meratakan dan lakukan menumbuk seperti sebelumnya
d. Mengisi mold hingga penuh
e. Meratakan permukaan agregat dengan tongkat perata sampai rata
f. Menimbang agregat + mold, kemudian mencatat hasilnya (G)
g. Melakukan pengujian sebanyak 2 kali untuk mengambil rata-ratanya
5. Melakukan pengolahan data
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 84
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D = 15,5 cm = 1,55 dm
T = 15,9 cm = 1,59 dm
1
V = πD ²t
4
1 2
= 3 , 14 ( 1 ,55 ) 1 ,59
4
2. Perhitungan
a. Sampel 1 kondisi padat
B−A
ϒ =
V
8 ,15−3 , 2
=
2 , 99
= 1,66 kg/liter
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 85
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Rata-rata 1,55
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian berat isi agregat kasar diperoleh hasil berat isi agregat kasar
rata-rata sebesar 1,55 kg/liter, dan tidak memenuhi berat isi yang disyaratkan yaitu
1,6 kg/liter – 1,9 kg/liter.
1. Alat
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 86
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Batang penusuk Ø
Oven 16-50
Sendok material
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 87
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2 Bahan
Batu pecah
3 DOKUMENTASI
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 88
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB V
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
B. DASAR TEORI
Berat jenis kering (Bulk Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu tertentu. Berat isi permukaan (kering SSD) yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dengan berat isi suling yang beratnya sama dengan
berat agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah presentasi berat air yang diserap pori-pori terhadap berat
agregat kering, besar penyerapan ini tergantung porositas yaitu berupa volume pori-
pori yang dapat menyerap air. Adapun berat jenis yang disyaratkan untuk agregat
halus yaitu 1,6 – 3,2 dan penyerapan 0,2 – 2%.
Rumus :
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 89
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D
Berat Jenis Semu =
C+ D−B
D
Berat Jenis curah =
C+ A−B
A
Berat Jenis SSD =
C+ A−B
A−D
Penyerapan = x100%
D
Keterangan :
A = Berat SSD
B = Berat Piknometer + Air + Sampel
C = Berat Piknometer + Air
D = Berat Kering
1. Alat
a. Talam
b. Timbangan
c. Sendok sampel
d. Oven
e. Piknometer
2. Bahan
1. Pasir
2. Air
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengambil benda uji yang lolos saringan no.4
3. Merendam benda uji selama 24jam, setelah 24jam air rendaman dibuang lalu
menghamparkan benda uji di atas karung lalu diangin-anginkan di udara terbuka
sehingga terjadi proses pengeringan yang merata.
4. Memasukkan benda uji ke dalam kerucut terpancung dalam 3 lapis, yang masing-
masing lapisan ditumbuk sebanyak 8kali, ditambah 1kali penumbukan untuk
bagian atasnya.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 90
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
13. Mengeluarkan benda uji dari piknometer kemudian memasukkan benda uji ke
dalam oven pengering selama ±24jam sampai berat tetap lalu menimbang berat
benda uji kering oven.
14. Melakukan percobaan sebanyak 2 kali.
Analisa Perhitungan
a. Sampel I
A
Berat Jenis Kering SSD =
( C+ A−B )
500 gr
=
(697.6 gr +500 gr−999.61 gr )
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 91
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
= 2.53
D
Berat Jenis Curah =
(C + A−B)
487 gr
=
(697.6 gr +500 gr−999.61 gr )
= 2.46
D
Berat Jenis Semu =
(C + D−B)
487 gr
=
(697.6 gr + 487 gr −999.61 gr )
= 2.63
( A−D)
Penyerapan = ×100%
D
(500 gr−487 gr )
= x 100%
(487 gr )
= 2.67%
b. Sampel II
A
Berat Jenis Kering SSD =
( C+ A−B )
500 gr
=
(703.14 gr +500 gr−1005.44 gr )
= 2.53
D
Berat Jenis Curah =
(C + A−B)
486.81 gr
=
(703.14 gr +500 gr−1005.44 gr )
= 2.46
D
Berat Jenis Semu =
(C + D−B)
486.81 gr
=
(704.14 gr + 486.81 gr−1005.44 gr )
= 2.64
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 92
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
( A−D)
Penyerapan = ×100%
D
(500 gr−486 , 81 gr )
= x 100%
(486.81 gr)
= 2.71%
Tabel Data hasil Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan AH
Hasil percobaan
Uraian satuan
I II
Berat contoh jenuh (SSD) gr 500 500
Berat contoh + pikno + air gr 999.61 1005.44
Berat pikno + air gr 697.6 703.14
Berat contoh kering oven gr 487 486.81
Berat jenis curah - 2.46 2.46
Berat jenis kering permukaan jenuh - 2.53 2.53
Berat jenis semu - 2.63 2.64
Penyerapan % 2.67 2.71
Berat jenis kering permukaan jenuh - 2.53
Berat jenis semu - 2.64
Penyerapan % 2.69
Berat jenis curah - 2.46
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dan dengan
menganalisa data yang ada, maka diperoleh berat jenis dan penyerapan
rata-rata :
1. Berat jenis curah = 2,46
2. Berat jenis SSD = 2,53
3. Berat jenis semu = 2,64
4. Penyerapan = 2,69 %
Maka, dapat kami simpulkan bahwa agregat tersebut dapat digunakan
sebagai campuran beton karena memenuhi syarat yaitu 1,6 – 3,2. Dan untuk
penyerapan agregat tidak sesuai spesifikasi yaitu 2,69 % > 0,2 – 2%.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 93
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 94
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Piknometer
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 95
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Pasir Air
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 96
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 97
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
A. Tujuan
Untuk menentukan berat jenis agregat dalam keadaan jenuh air kering permukaan
(SSD) serta dapat mengetahui presentase berat air yang dapat diserap oleh agregat
kasar yang dihitung terhadap berat keringnya.
B. Dasar Teori
Berat jenis kering (bulk specific gravity) adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu tertentu. Berat isi permukaan (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dengan berat isi suling yang beratnya sama dengan berat
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25ºC.
Penyerapan adalah presentase berat air yang diserap pori-pori terhadap berat
agregat kering, besar penyerapan ini tergantung porositas yaitu berupa volume pori-
pori yang dapat menyerap air. Adapun berat jenis yang disyaratkan untuk agregat
halus yaitu 1,6 – 3,2 dan penyerapan 0,2 – 2 %.
C
Berat jenis curah = A−B
A
Berat jenis kering SSD = A–B
C
Berat jenis semu = C−B
A−C
Penyerapan = C × 100%
Dimana :
A = Berat contoh jenuh (SSD) (gram)
B = Berat contoh jenuh dalam air (gram)
C = Berat contoh kering oven (gram)
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 98
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
a. Talam
b. Timbangan
c. Sendok sampel
d. Oven
2. Bahan
a. Batu pecah
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Merendam benda uji selama 24 jam, setelah 24 jam buang air rendaman dan
menghamparkan benda uji di atas karung lalu dilap menggunakan majun sehingga
terjadi proses pengeringan yang merata.
3. Menimbang agregat kasar dalam keadaan jenuh air kering permukaan (SSD)
4. Memasukkan keranjang ke dalam kontainer yang berisi air dan dikaitkan pada
pengait yang terhubung dengan timbangan, tunggu hingga permukaan jadi stabil
kemudian stel timbangan pada posisi nol.
5. Memasukkan benda uji kondisi SSD ke dalam keranjang kemudian catat berat
benda uji dalam air.
6. Mengeluarkan benda uji dari dalam air, kemudian masukkan benda uji ke dalam
oven selama 24 jam.
7. Menimbang berat benda uji kering oven (BK)
8. Lakukan percobaan sebanyak 2 kali untuk mengambil rata-ratanya
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 99
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Analisa Perhitungan
a. Sampel I
A
Berat Jenis Kering SSD =
( A−B )
2262.75 gr
=
(2262.75 gr−1430.88 gr )
= 2,85
C
Berat Jenis Curah =
( A−B)
2202.82 gr
=
(2262.75 gr−1430.94 gr )
= 2.65
C
Berat Jenis Semu =
(C−B)
2202.82 gr
=
(1490.12 gr−1430.94 gr )
= 2.72
( A−C)
Penyerapan = ×100%
C
(2262.75 gr−2202.82 gr)
= x 100%
(2202.82 gr )
= 2.72%
b. Sampel II
A
Berat Jenis Kering SSD =
( A−B )
2517.94 gr
=
(2517.94 gr −1592.25 gr )
= 2.72
C
Berat Jenis Curah =
( A−B)
2461.07 gr
=
(2517.94 gr −159.25 gr )
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 100
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
= 2.66
C
Berat Jenis Semu =
(C−B)
2461.07 gr
=
(2461.07 gr−159.25 gr )
= 2.83
( A−C)
Penyerapan = ×100%
C
(2517.94 gr −2461.07 gr )
= x 100%
(2461.07 gr)
= 2.31%
F. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menganalisis data
yang ada, maka diperoleh nilai rata-rata :
1. Berat jenis curah = 2.65
2. Berat benda uji SDD = 2.72
3. Berat jenis semu = 2.84
4. Penyerapan = 2.65 %
Sehingga berat jenis agregat kasar yang diujikan tersebut dapat digunakan
sebagai campuran beton karena tidak yang melebihi batas syarat yaitu 1,6 – 3,2 .
Namun, penyerapan agregat kasar tidak sesuai spesifikasi, dimana penyerapa rata-rata
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 101
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
agregat kasar yang diperoleh yakni 2.65 % dan syaratnya yaitu antara 0,2 – 2%.
1. Alat
2. Bahan
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 102
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Batu pecah
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 103
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 104
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB VI
ANALISA SARINGAN AGREGAT
Untuk mendapatkan gradasi agregat halus dan menentukan distribusi ukuran butir
agregat halus.
B. Dasar Teori
Analisa agregat adalah suatu analisis untuk mengetahui distribusi ukuran agregat
baik agregat kasar maupun agregat halus dengan menggunakan saringan standar (mm)
dan untuk menilai apakah agregat halus atau pasir yang digunakan tersebut cocok
untuk produksi beton. Menurut SNI 03-2461-1991 , agregat halus memiliki modulus
kehalusan atau finess modulus (FM) yang berada di kisaran antara 1,5 – 3,8.
Ukuran
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
Saringan
37.5 100 100 100 100
0.6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 105
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
0.3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0.15 0 - 10 0 - 10 0 - 15 0 – 15
Keterangan :
Menghitung berat dan presentase benda uji serta modulus kehalusan agregat
dengan cara :
a) Berat tertahan (gr) = berat benda uji yang tertahan pada setiap seri saringan
b) Presentase komulatif tertahan (gr) = Jumlah atau komulatif berat benda uji yang
tertahan pada setiap seri saringan
c) Presentase komulatif tertahan (%) = presentase jumlah berat benda uji yang
tertahan pada setiap seri saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring
d) Presentase lewat atau lolos (%) = presentase awal – presentase yang tertahan pada
setiap seri saringan
e) Modulus kehalusan (finess modulus) pasir, dimana syarat spesifikasi ASTM
Fpasir = 2,1 – 3,1 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Σ % komulatiftertahan pada saringan ≥ 0 , 15 mm
Fpasir =
100
1. Alat
a. Timbangan digital
b. Satu set saringan ukuran 4,8,16,30,50,100 dan PAN
c. Mesin penggetar saringan
d. Talam
e. Oven
2. Bahan
a. Pasir
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengeringkan agregat halus di dalam oven selama 24 jam.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 106
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Analisa perhitungan
Saringan 16
Jumlah berat tertahan
% tertahan = × 100%
jumlahberat awal benda uji
164 , 93 gr
= × 100%
1495 ,89 gr
= 11,03 %
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 107
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
= 88,97 %
4 4,8 0 0 0 100
8 2,4 0 0 0 100
Jumlah 1495,89
F. Kesimpulan
Modulus kehalusan pasir sebesar 2,68 sedangkan syarat batas modulus agregat
halus menurut ASTM adalah 2,2 – 3,1. Sehingga, modulus kehalusan pasir ini
memenuhi persyaratan. Dan dari grafik batas-batas gradasi agregat halus, diperoleh
bahwa pasir ini masuk dalam agregat halus yang agak kasar (zone 2) .
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 108
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Oven
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 109
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Pasir
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 110
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 111
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Untuk mendapatkan gradasi agregat halus dan mendapatkan proporsi agregat kasar.
B. Dasar Teori
Menurut SNI 03-2847-2000, agregat kasar adalah kerikil sebagai disintegrasi alami
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran antara 5 mm – 40 mm, agregat kasar adalah agregat yang tertahan
pada saringan No.4 (spesifikasi dari AASHTO, American Asociaton Of State
Highway and Transportation Officials, yang juga digunakan oleh bina marga).
Menurut SK SNI 5-04-1989-F, kerikil harus mempunyai variasi butir (gradasi) yang
baik, sehingga rongganya sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 5,5 – 8,5
(spesifikasi ASTM).
%LOLOS SARINGAN/AYAKAN
UKURAN SARINGAN (AYAKAN) UKURAN UKURAN UKURAN
MAKS MAKS MAKS
mm SNI ASTM Inch 10 mm 20 mm 40 mm
75,0 76 3 in 3,00 100 – 100
1
37,5 38 1 in 1,50 100 - 100 95 – 100
2
19,0 19 3/4 in 0,75 100 - 100 95 - 100 35 – 70
9,5 9,6 3/8 in 0,375 50 – 85 30 – 60 10 – 40
4,75 4,8 No. 4 0,1870 0 – 10 0 – 10 0 –5
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 112
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
a. Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gr
b. Satu set saringan ukuran 11/2, ¾, 3/8, 4, 8 dan PAN
c. Mesin penggetar saringan
d. Talam
e. Oven
2. Bahan
a. Batu pecah
D. Langkah Kerja
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 113
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Analisa perhitungan
Saringan ¾,
Jumlah berat tertahan
% tertahan = × 100%
jumlahberat awal benda uji
880 , 51 gr
= × 100%
2499 ,54 gr
= 35,23 %
Berat Kumulatif
Nomor Ukuran %
tertahan
saringan saringan tertahan Tertahan Lolos
(gram)
1 1/2. 37,5 0 0 0 100
3/4. 19 880,51 35,23 35,23 64,77
3/8. 9,6 1255,1 50,21 85,44 14,56
4 4,8 295,86 11,84 97,28 2,72
8 2,4 31,17 1,25 98,52 1,48
16 1,2 0 0 98,52 1,48
30 0,6 0 0 98,52 1,48
50 0,3 0 0 98,52 1,48
100 0,15 0 0 98,52 1,48
PAN 36,90 1,48 100 0
Jumlah 2499,54
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 114
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. Kesimpulan
Modulus kehalusan batu pecah sebesar 7,11 sedangkan syarat batas modulus
kehalusan agregat menurut ASTM adalah 5,5 – 8,5. Sehingga modulus kehalusan batu
pecah ini memenuhi persyaratan karena berada dalam range yang ditetapkan.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 115
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Oven
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 116
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Batu pecah
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 117
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 118
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB VII
KEAUSAN AGREGAT
B. DASAR TEORI
Keausan adalah perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No. 12
terhadapt berat semula yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Dalam pengujian
keausan agregat menggunakan mesin Los Angeles.
Mesin ini terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter
71 cm (28”) panjang dalam 50 cm (20”). Silinder tertumpu pada dua poros pendek
yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk
memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam
silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh
setinggi 8,9 cm (3,56”). Dari table berat gradasi benda uji, maka spesifikasi pada
karakteristik menurut ASTM pada pengujian keausan adalah 15% - 50%.
Rumus :
A−B
Keausan = x 100%
B
Dimana :
A = Berat benda uji kering oven semula (gram)
B = Berat benda uji kering oven yang tertahan saringan No. 12 (gram)
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 119
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yag diperlukan.
2. Mengambil agregat kasar di lapangan yang tertahan saringan no 1”, ¾”, ½”, ⅜”
masing-masing ± 1250 gram.
3. Memasukkan kedua agregat kasar yang sudah ditimbang ke dalam mesin Los
Angeles beserta bola baja sebanyak 12 buah.
4. Menjalankan mesin Los Angeles dengan putaran mesin sebanyak 500 putaran.
5. Setelah selesai, keluarkan benda uji dari meisn saring dengan menggunakan
saringan No. 12.
6. Mencuci bersih butiran yang tertahan di saringan No. 12 lalu dioven selama 24
jam.
7. Menimbang berat uji kering oven yang tertahan pada saringan No. 12
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 120
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Tabel Data hasil pengujian keausan agregat kasar dengan mesin Los Angeles
Saringan
Sebelum (A) Gram Sesudah (B) Gram
Lolos Tertahan
3/8" 4 1250,59
Jumlah 5000,81 4269,93
Analisa perhitungan
A−B
Keausan = x 100%
B
5000 ,81 gram−4269 ,93 gram
= x 100%
4269 , 93 gram
= 17,12%
F.KESIMPULAN
Dari hasil pengujian keausan agregat kasar diperoleh angka rata-rata keausan benda uji
yaitu 17,12% , dan memenuhi syarat keausan yaitu 15% - 50.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 121
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Oven
Talam
Timbangan
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 122
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 123
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. DOKUMENTASI
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 124
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 125
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB VIII
PELAPUKAN AGREGAT
A. Tujuan
B. Dasar Teori
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan).
c. Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum
12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.
d. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih
dari 1%. lebih dari 1% AMELLLLLLLLLLLLLLLLLlebih dari 1
e. Tidak boleh mengandung zat - zat yang reaktif terhadap alkali.
f. Butiran agregrat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20 %. Modulus
halus butir antara 6 – 7 dengan variasi butir sesuai standar gradasi.
Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang
samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, 3/4 jarak bersih antar tulangan atau bekas tulangan
1. Alat
a. Timbangan digital
b. Cawan
c. Oven
2. Bahan
a. Pasir
D. Langkah Kerja
Analisa perhitungan
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 127
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Sampel 1
A−B
Pelapukan = x 100%
B
100.98 gr −96.56 gr
= x 100%
96.56 gr
= 4.58 %
Sampel 2
A−B
Pelapukan = x 100%
B
100.56 gr −95.68 gr
= x 100%
95.68 gr
= 5.10 %
1. Pelapukan rata-rata
4.58 %−5.10 %
Rata-rata =
2
= 4.84 %
Tabel Hasil perhitungan pengujian pelapukan halus
Contoh
Uraian Satuan
I II
Berat contoh kering (A) gr 100.98 100.56
Berat contoh kering setelah dicuci hari ke-1 gr 108.26 106.79
Berat contoh kering setelah dicuci hari ke-2 gr 109.21 108.10
Berat contoh kering setelah dicuci dan dioven (B) gr 96.56 95.68
Pelapukan % 4.58 5.10
Rata-rata % 4.84
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 128
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan perhitungan pelapukan agregat halus diperoleh hasil rata-rata dari
kedua sampel sebesar 4,84 %, dan memenuhi syarat karena bagian hancur maksimal 15 %.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 129
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Timbangan digital
Talam
Oven
2. Bahan
Pasir
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 130
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 131
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
B. Dasar Teori
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 132
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
b. Alat
a. Timbangan digital
b. Cawan
c. Oven
c. Bahan
a. Batu pecah
D. Langkah Kerja
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 133
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Analisa perhitungan
Sampel 1
A−B
Pelapukan = x 100%
B
100.36 gr −95.56 gr
= x 100%
95.56 gr
= 5.02 %
Sampel 2
A−B
Pelapukan = x 100%
B
100.96 gr −96.23 gr
= x 100%
96.23 gr
= 4.92 %
2. Pelapukan rata-rata
5.02%−4.92 %
Rata-rata =
2
= 4.97 %
F. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan perhitungan pelapukan agregat halus diperoleh hasil rata-rata
dari kedua sampel sebesar 5.09 %, dan memenuhi syarat karena bagian hancur maksimal
15 %.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 134
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Timbangan digital
Talam
Oven
2. Bahan
Batu pecah
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 135
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
JOB IX
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 136
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat dimana
ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat dominan pada suatu
gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk menguji keseragaman agregat pada
suatu proyek, agar memperluas perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada proyek.
2. Butir pipih
Dikatakan pipih apabila tebalnya jauh lebih kecil dari 2 dimensi lainnya dan
biasanya tebal agregat kurang dari 1/3 tebal ukuran agrerat rata-rata kepipihan
berpengaruh buruk kepada daya tahan atau keawetan beton aspal karena agregat
ini cenderung berkedudukan pada bidang rata, sehingga terdapat rongga udara
dibawahnya.
3. Butir bulat
Dikatakan bulat apabila rasio permukaan volume kecil, agregat bulat
mempunyai rongga udara minimum 33 %. Hal ini berarti butir pipih
mempunyai rasio luas permukaan volume kecil. Butir bulat ini biasanya
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 137
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
berbentuk bulat penuh atau telur, termasuk jenis ini adalah kerikil, kerikil yang
berasal dari sungai atau pantai.
4. Butir bersudut
Dikatakan butir bersudut apabila permukaan agregat bersudut agak tajam.
Ikatan antara butiran bersudut ini sangat baik, sehingga mempunyai daya lekat
yang lebih baik pula dan butiran bersudut ini mempunyai rongga berkisaran 30
– 40 %. Butiran bersudut biasa diperoleh dari batu pecah.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 138
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
a. Timbangan digital
b. Cawan
c. Alat pengujian kepipihan
d. Alat pengujian kelonjongan
2. Bahan
a. Batu pecah
D. Langkah Kerja
Analisa perhitungan
B
Indeks kepipihan 50 = x 100 %
A
269 ,07
= x 100 %
966 , 21
= 27,85 %
B
Indeks kepipihan 60 = x 100 %
A
320 ,57
= x 100 %
966 , 21
= 33,18 %
27 , 85+33 , 18
Rata-rata =
2
= 30,151 %
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 139
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Analisa perhitungan
C
Indeks kelonjongan 14,2 = x 100 %
A
289 ,25
= x 100 %
999 , 69
= 28,93 %
C
Indeks kelonjongan 20,1 = x 100 %
A
257 , 68
= x 100 %
999 , 69
= 22,77 %
28 , 93+22 ,77
Rata-rata =
2
= 25,85 %
F. Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap agregat kasar, maka diperoleh
indeks kepipihan sebesar 33,18% dan indeks kelonjongan sebesar 25,85%.
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 140
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
G. Gambar Alat
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 141
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 142
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB X
PENGGABUNGAN AGREGAT
B. Dasar teori
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 143
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 144
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Tabel Hasil perhitungan penggabungan agregat halus 29% dan agregat kasar 71%
Rancangan Spesifikasi
Nomor Kumulatif Lolos Campuran Gradasi Ukuran
Ukuran
Saringa Ag.Halus Ag.Kasar Gabunga Maksimum 40
Saringan
n n Agregat Batas Batas
Ag.Halus Ag.Kasar 29 71
Bawah Atas
1 1/2. 37,5 100 100 29 71 100 100 100
3/4. 19 100 64,77 29 45,99 74,99 50 75
3/8. 9,6 100 14,56 29 10,34 39,34 36 60
4 4,8 100 2,72 29 1,93 30,93 24 47
8 2,4 100 1,48 29 1,05 30,05 18 38
16 1,2 88,97 1,48 25,80 1,05 26,85 12 30
30 0,6 35,5 1,48 10,30 1,05 11,35 7 23
50 0,3 6,14 1,48 1,78 1,05 2,83 3 15
100 0,15 1,01 1,48 0,29 1,05 1,34 0 6
PAN
30 % × % Kumulatif lolos
Saringan 1 ½ =
100
30 % ×100 %
=
100
= 30%
70 % ×% Kumulatif lolos
Saringan 1 ½ =
100
70 % ×100 %
=
100
= 70%
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 145
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Tabel Data hasil perhitungan penggabungan agregat halus 30% dan agregat kasar 70%
Rancangan
Spesifikasi
Campuran
Kumulatif Lolos Gradasi Ukuran
Nomor Ukuran Agregat Agregat
Gabungan Maksimum 40
Saringan Saringan Halus Kasar
Agregat
Agregat Agregat Batas Batas
30% 70%
Halus Kasar Bawah Atas
1 1/2. 37,5 100 100 30 70 100 100 100
3/4. 19 100 64,77 30 45,34 75,34 50 75
3/8. 9,6 100 14,56 30 10,19 40,19 36 60
4 4,8 100 2,72 30 1,90 31,90 24 47
8 2,4 100 1,48 30 1,04 31,04 18 38
16 1,2 88,97 1,48 26,69 1,04 27,73 12 30
30 0,6 35,5 1,48 10,65 1,04 11,69 7 23
50 0,3 6,14 1,48 1,84 1,04 2,88 3 15
100 0,15 1,01 1,48 0,30 1,04 1,34 0 6
PAN
69 % × % Kumulatif lolos
Saringan 1 ½ =
100
69 % ×100 %
=
100
= 69%
= 100%
Tabel Data hasil perhitungan penggabungan agregat halus 31% dan agregat kasar 69%
Rancangan
Spesifikasi
Campuran
Kumulatif Lolos Gradasi Ukuran
Nomor Ukuran Agregat Agregat
Gabungan Maksimum 40
Saringan Saringan Halus Kasar
Agregat
Agregat Agregat Batas Batas
31 69
Halus Kasar Bawah Atas
1 1/2. 37,5 100 100 31 69 100 100 100
3/4. 19 100 64,77 31 44,69 75,69 50 75
3/8. 9,6 100 14,56 31 10,05 41,05 36 60
4 4,8 100 2,72 31 1,88 32,88 24 47
8 2,4 100 1,48 31 1,02 32,02 18 38
16 1,2 88,97 1,48 27,58 1,02 28,60 12 30
30 0,6 35,5 1,48 11,01 1,02 12,03 7 23
50 0,3 6,14 1,48 1,90 1,02 2,92 3 15
100 0,15 1,01 1,48 0,31 1,02 1,33 0 6
PAN
68 % × % Kumulatif lolos
Saringan 1 ½ =
100
68 % ×100 %
=
100
= 68%
Tabel Data hasil perhitungan penggabungan agregat halus 32% dan agregat kasar 68%
Rancangan Spesifikasi
Kumulatif Lolos Campuran Gradasi Ukuran
Nomor Ukuran
Ag.Halus Ag.Kasar Gabungan Maksimum 40
Saringan Saringan
Agregat Agregat Agregat Batas Batas
32 68
Halus Kasar Bawah Atas
1 1/2. 37,5 100 100 32 68 100 100 100
3/4. 19 100 64,77 32 44,04 76,04 50 75
3/8. 9,6 100 14,56 32 9,90 41,90 36 60
4 4,8 100 2,72 32 1,85 33,85 24 47
8 2,4 100 1,48 32 1,01 33,01 18 38
16 1,2 88,97 1,48 28,47 1,01 29,48 12 30
30 0,6 35,5 1,48 11,36 1,01 12,37 7 23
50 0,3 6,14 1,48 1,96 1,01 2,97 3 15
100 0,15 1,01 1,48 0,32 1,01 1,33 0 6
PAN
70
60
50
40
30
20
10
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ukuran Saringan (mm)
Batas Atas
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 148
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
70
60
50
40
30
20
10
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ukuran Saringan (mm)
Batas Atas
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ukuran Saringan (mm)
bawah gabung
Batas Atas
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 149
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
70
60
50
40
30
20
10
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ukuran Saringan (mm)
Batas Atas
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 150
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
METODE ANALITIS
A. Tujuan
Untuk mencari prosentase agregat kasar dan halus yang memenuhi
spesifikasi / syarat.
B. Dasar Teori
Umumnya agregat alami maupun batu pecah tidak masuk dalam spesifikasi
untuk campuran beton sehingga diperlukan untuk kombinasi dari beberapa sumber
atau beberapa ukuran butir untuk pasir dan agregat kasar setelah itu dilakukan
penggabungan antara pasir dan agregat kasar untuk menentukan persentase bahan
pasir dan agregat kasar untuk campuran beton yang masuk dalam spesifikasi. Akan
tetapi kadang-kadang juga dari suatu sumber material dapat langsung digabungkan
antara pasir dan agregat kasar. Untuk menghitung penggabungan agregat dapat
dilakukan dengan cara analitis, grafik, dan trial. Untuk perhitungan secara analitis
digunakan persamaan sebagai berikut :
Y gab = a x Ya +bYb
Dimana :
Y Gab = Persen lolos gabungan semen spesifikasi
a = Persentasi gabungan pasir
b = Persentase gabungan agregat kasar
Ya = Persentase lolos pasir dari analisa saringan
Yb = Persentase lolos agregat kasar dari analisa saringan
Syarat :
a + b = 100%
y1 = a1 ya + (1-a1)yb
y2 = a2 ya + (1-a2)yb
Dimana :
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 151
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Penggabungan Agregat
Kumulatif Lolos
Nomor Ukuran
Saringan Saringan
Ag.Halus Ag.Kasar
1 1/2. 37,5 100 100
3/4. 19 100 64,77
3/8. 9,6 100 14,56
4 4,8 100 2,72
8 2,4 99,73 1,48
16 1,2 88,97 1,48
30 0,6 35,5 1,48
50 0,3 6,14 1,48
100 0,15 1,01 1,48
y1 = a1 ya + (1-a1)yb
y2 = a2 ya + (1-a2)yb
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 152
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 153
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
a2 = 0,2904 x 100
a2 = 29,04 %
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 154
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
44 ,28
a2 =
97 , 28
a2 = 0,4552 x 100
a2 = 45,52 %
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 155
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
28 , 52
a2 =
87 , 49
a2 = 0,3260 x 100
a2 = 32,60 %
13 ,52
a2 =
4 , 66
a2 = 2,9013 x 100
a2 = 290,13 %
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil 157
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Barchart Persentase a1-a2 (%)
# Ket.
<0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
a1 = 0 %
37,5
a2= 0%
19 a1=41,2%
a2=29,04
a1=25,09%
9,6
a2=53,18%
a1=21,88%
4,8
a2=45,52%
a1=16,81%
2,4
a2=37,20%
a1=12,02%
1,2
a2=32,60%
a1=16,23%
0,6
a2=63,26%
a1=32,62%
0,3
a2=290,13%
0,15
a1 = 25,09% a2 = 32,60%
154
Kelompok 2
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Diperoleh :
a1 = 25,09 % a2 a2= 32,6
25 , 09+ 32 ,60
a =
2
= 28,85 % ≈ 29 %
a + b = 100%
b = 100% – b
= 100% – 28,85%
= 71,15 % ≈ 71 %
Kelompok 2 155
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 156
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
PENGUJIAN
SEMEN
Kelompok 2 157
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB 1
BERAT JENIS SEMEN
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Berat jenis semen PCC adalah perbandingan antara berat isi kering semen
dengan berat isi air pada suhu 4oC. Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM
adalah 3,15 Mg/m3. Pada kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi berkisar
antara 3,05 Mg/m3 sampai 3,25 Mg/m3 untuk semen OPC. Variasi ini akan
berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam adukan campuran. Pengujian
berat jenis dapat dilakukan dengan cara portland dikatakan murni jika berat jenisnya
antara 3,0 – 3,2 (Berdasarkan SK SNI 15–2531–1991 syarat berat jenis semen antara
3,0 – 3,2 untuk semen OPC).
Rumus :
BS
BJ = ×d
( v 2−v 1 )
Kelompok 2 158
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Dimana :
BJ : Berat Jenis
BS : Berat Semen (gr)
V1 : Volume minyak tanah dalam botol Le Chatelier (ml)
V2 : Volume minyak tanah + semen dalam botol Le Chatelier (ml)
d : Berat isi air pada suhu 4oC (nilainya = 1)
1. Alat
a. Botol le chatelier
b. Timbangan
c. Corong kaca
d. Cawan besar
e. Cawan kecil
f. Kawat
g. Saringan No.40
h. Sendok plastic
i. Termometer
2. Bahan
a. Semen
b. Minyak tanah
c. Air
d. Es batu
D. Langkah Kerja
Kelompok 2 159
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
8. Memasukkan kembali botol Le Chatiler Flash yang berisi semen dan minyak
tanah ke dalam cawan besar, menunggu hingga air dalam cawan mencapai suhu
4° C kemudian melakukan pembacaan dan mencatat hasilnya sebagai nilai V2.
9. Setelah melakukan praktikum, alat-alat yang digunakan dicuci terlebih dahulu
sebelum dikembalikan.
10. Menyampaikan ke pembimbing bahwa praktikum telah selesai.
Analisa perhitungan
BS
BJ = × dy
V 2−V 1
64 , 01
= ×1
24−0 , 6
= 2,74
Kelompok 2 160
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini didapatkan nilai berat jenis semen sebesar 2,74.
Hal ini berarti sampel yang diuji tidak memenuhi syarat dimana nilai berat jenis
semen yaitu 3,0 – 3,2.
Kelompok 2 161
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
1. Alat
Timbangan
botol le chatelier
Cawan besar
Kelompok 2 162
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Sendok plastik
2. Bahan
Kelompok 2 163
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Air Es batu
Kelompok 2 164
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2 165
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB II
PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN PORTLAND
DENGAN CARA FLOW TABLE
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk menentukan banyaknya air yang dipakai untuk mencampur semen dalam
keadaan konsistensi normal.
B. DASAR TEORI
Konsistensi normal semen adalah suatau kondisi standar yang menunjukkan
kebasahan pada semen. Kebutuhan air yang sesuai untuk dicampur dengan semen Portland
sangat penting digunakan,sebab terlalu banyak air akan encer sehingga sulit untuk
dikerjakan. Dengan menggunakan alat flow table dapat dicari banyaknya air untuk
mencampur semen dalam keadaan konsistensi normal. Adapun konsistensi yang di
syaratkan antara 110 % - 120 %. Adapun rumus untuk konsistensi normal sebagai berikut:
D1−D 0
Konsistensi Normal = D 0 x 100 %
d 1 +d 2 + d 3 + d 4
D1 = 4
Dimana :
D0 = Diameter cincin konik bagian bawah (cm)
D1 = Diameter rata-rata pasta setelah diketuk (cm)
Kelompok 2 166
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Semen Portland ± 640 gr
Air suling
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyaring Semen Portland dengan saringan no.40 dan menimbangnya sebanyak
650 gram.
3. Memasukkan air ke dalam tromol mesin pengaduk 31,5 % dari berat Semen
Portland.
4. Memasukkan Semen Portland sebanyak 650 gram ke dalam tromol yang telah
berisi air dan didiamkan selama 30 detik(waktu dihitung dengan menggunakan
stopwatch).
5. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 140 ± 5 rpm selama
1 menit.
6. Menghentikan mesin pengaduk selama ± 15 detik, kemudian membersihkan
dinding tromol dari pasta yang menempel.
7. Menjalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan 285 ± 10 rpm selama
1 menit.
8. Menghentikan mesin pengaduk dan melepaskan tromol dari mesin pengaduk.
9. Mengambil pasta semen sekepalan tangan dan membentuk menyerupai bola.
Kelompok 2 167
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
10. Melemparkan bola- bola pasta semen dari satu tangan ke tangan lain dengan jarak
± 15 cm dengan sebanyak 6 kali lemparan.
11. Mengukur diameter dalam pada bagian bawah cincin konik(D0).
12. Memasukkan pasta yang telah berbentuk bola ke dalam cincin konik melalui
lubang yang besar.
13. Meratakan pasta pada cincin dengan spatula dan membersihkan pasta yang
menempel pada dinding konik.
14. Meletakkan cincin konik yang berisi pasta semen di atas flow table dengan posisi
harus berada pada daerah tengah dari flow table dengan lubang yang besar berada
di bawah.
15. Mengangkat cincin konik dari pasta, kemudian memutar alat pemutar pada flow
table hingga terjadi sentakan/ketukan pada flow table sebanyak 25 kali selama 15
detik.
16. Mengukur diameter hasil lelehan pasta dengan menggunakan mistar baja(D1).
17. Hitunglah KN, jika KN <110% maka mengulang langkah kerja dan menambahkan
air, jika KN >120% lakukan pengulangan langkah kerja dan mengurangi air.
E. DATA PENGUJIAN
Tabel data percobaan Konsistensi Normal Semen Portland dengan cara Flow
Berat
Berat Air D1
Semen
Rata-
No (gram) % gram Do d1 d2 d3 d4
rata
1 650 31.5 204.75 10 21 21 22 21.5 21.375
Kelompok 2 168
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. ANALISA DATA
D 1−D 0
D0
Konsistensi Normal = x 100 %
d 1 +d 2 + d 3 + d 4
D1 = 4
21+ 21+ 22+ 21 ,5
D1 =
4
D1 = 21,375 cm
D1−D 0
Konsistensi Normal = D0 x 100 %
= 21,375 – 10 x 100%
10
= 113,75 %
Tabel 25.2 data hasil percobaan Konsistensi Normal Semen Portland dengan cara Flow
Table.
Berat KN
Berat Air D1
Semen
Rata- (%)
No (gram) % gram Do d1 d2 d3 d4
rata
1 650 31.5 204.75 10 21 21 22 21.5 21.375 113.75
G. KESIMPULAN
Dari beberapa kali pengujian, diperoleh konsistensi normal 113,75% pada saat
penggunaan persentase air 31,5% dari berat semen Portland (memenuhi syarat yaitu
110%-120%).
Kelompok 2 169
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 170
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
➢ BAHAN
Vaseline Air
Semen
Kelompok 2 171
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
I. DOKUMENTASI
Pembentukan bola-bola
semen Memasukkan pasta semen Pasta semen setelah di putar
kedalam cincin konik 25 kali
Kelompok 2 172
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB III
A. TUJUAN
Untuk menentukan waktu pengikatan awal dan akhir pada semen.
B. DASAR TEORI
Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker (bahan inti) terutama terdapat silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis dengan batu gips sebagai bahan tambahan.
Waktu pengikatan semen adalah waktu yamg diperlukan semen untuk mengeras,
terhitung saat semen mulai bereaksi dengan air sehingga menjadi pasta semen yang
cukup kaku untuk menahan beban. Waktu ikat semen dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
Kelompok 2 173
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
7. Mistar baja
8. Saringan no. 40
9. Cawan
10. Jangka sorong (penggaris sigma)
11. Sarung tangan
12. Plat Kaca
13. Alat Vicat dan cincin konik
➢ Bahan :
1. Semen Portland 650 gram
2. Air suling
3. Vaselin
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengayak Semen Portland dengan saringan No.40 dan timbang sebanyak 650
gram.
3. Memasukkan air ke dalam tromol pengaduk sebanyak jumlah air yang di pakai
untuk mencapai konsistensi normal 31,5 %.
4. Memasukkan Semen Portland sebanyak 650 gram ke dalam tromol yang telah
berisi air suling dan diamkan selama 30 detik (waktu dihitung dengan
menggunakan stopwatch).
5. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 140 ± 5 rpm selama 1 menit.
6. Menghentikan mesin pengaduk selama ± 15 detik, bersihkan dinding tromol
dari pasta yang menempel.
7. Menjalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan 285 ± 10 rpm selama
1 menit.
8. menghentikan mesin pengaduk dan lepaskan tromol dari mesin pengaduk.
9. Mengambil pasta semen sekepalan tangan dan bentuk menyerupai bola.
10. Melemparkan bola- bola pasta semen dari satu tangan ke tangan lain dengan jarak
±15 cm sebanyak 6 kali lemparan.
11. Mengukur diameter dalam pada bagian bawah cincin konik (D0).
12. Memasukkan pasta yang telah berbentuk bola ke dalam cincin konik.
Kelompok 2 174
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
13. Meratakan pasta pada cincin dengan spatula dan bersihkan pasta yang
menempel pada dinding cincin konik.
14. Meletakkan cincin konik yang berisi pasta semen di atas flow table dengan
posisi harus berada pada daerah tengah dari flow table.
15. Mengangkat cincin konik dari pasta, kemudian putar alat pemutar pada flow table
hingga terjadi sentakan/ketukan pada flow table sebanyak 25 kali selama 15 detik.
16. Mengukur diameter hasil lelehan pasta dengan menggunakan mistar
Kelompok 2 175
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
31
Penurunan (mm)
30
25
21
20
15
10 10 8
6
5
15
0 0
45 60 75 90 105 120 135 1504 165 180 195 210 225
Waktu (menit)
Kelompok 2 176
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. KESIMPULAN
Kelompok 2 177
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 178
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
➢ BAHAN
Vaseline Cawan
Semen
H. DOKUMENTASI
Kelompok 2 179
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 180
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 181
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Memutar alat pemutar pada flow table Mengukur diameter hasil lelehan pasta
sebanyak 25 kali ketukan secara cepat. dengan menggunakan mistar.
JOB IV
PENGUJIAN KEKEKALAN SEMEN
Kelompok 2 182
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
B. DASAR TEORI
Kekekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan kemampuan
untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi. Ke tidak kekekalan semen
disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak
sempurna serta magnesia yang terdapat dalam campuran tersebut
Pemeriksaan semen Portland perlu diketahui guna menentukan pemakaian semen
dilapangan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membuat benda uji berbentuk
kue,melalui langkah-langkah pelaksanaan percobaan, lalu benda uji tersebut
didiamkan selama 24 jam dan selanjutnya direbus selama tiga jam. Apabila selama
direbus tidak menunjukan perubahan, retak, pecah atau perubahan bentuk lainnya
maka semen tersebut dinyatakan kekal.
b. Alat
1. Semen Portland ± 650 gr
Kelompok 2 183
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Vaselin
3. Air
D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapakan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengayak semen Portland dengan saringan No.40 dan timbang sebanyak
650 gram.
3. Memasukkan air ke dalam mesin pengaduk sebanyak jumlah air yang
dipakai untuk mencapai konsistensi normal yaitu 31,5%.
4. Memasukkan semen portland sebanyak 650 gram ke dalam mesin pengaduk
yang telah berisi air.
5. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 140 ± 5 rpm selama 1
menit.
6. Menghentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu dinding
tromol dibersihkan dari pasta semen yang menempel.
7. Menjalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan 285 ± 10 rpm
selama 1 menit.
8. Menghentikan mesin pengaduk dan lepaskan tromol dari mesin pengaduk.
9. Meletakkan pasta pada cincin konik di atas flow table dengan posisi harus
berada pada daerah tengah dari flow table.
10. Mengangkat cincin konik dari pasta, kemudian memutar alat pada flow table
hingga terjadi sentakan/ketukan pada flow table sebanyak 25 kali.
11. Mengukur diameter hasil lelehan pasta dengan menggunakan mistar baja
(d1, d2, d3 dan d4). Kemudian hitung konsistensi normal.
12. Setelah konsistensi normal tercapai, membentuk pasta semen seperti kue
yang dimasukkan ke dalam cetakan ring dengan diameter 12 cm dan tinggi
bagian tengahnya adalah 13 mm dengan bagian pinggir semakin menipis.
13. Mendiamkan kue tersebut selama 24 jam ditempat yang lembap.
14. Setelah didiamkan selama 24 jam, kue direbus menggunakan hot plate
selama 2-3 jam.
15. Perhatikan keadaan fisik kue tersebut apakah terjadi keretakan, pecah atau
Kelompok 2 184
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 185
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
12 cm 1,3 cm
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada pengujian kekekalan semen
dengan metode kue rebus, maka diperoleh hasil bahwa semen yang telah diuji dengan
menggunakan presentasi air pada konsistensi normal 31,5 % dapat dinyatakan bahwa
pasta semen tersebut tidak kekal karena terdapat retakan setelah direbus selama 1 jam
49 menit.
Kelompok 2 186
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 187
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 188
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
b. Bahan :
Kelompok 2 189
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Air
H. DOKUMENTASI
Kelompok 2 190
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
JOB V
KUAT TEKAN MORTAR
A. Tujuan
Untuk menentukan besarnya kuat tekan mortar pada umur tertentu yang digunakan
untuk menentukan mutu semen PCC dengan contoh benda uji berbentuk kubus
berukuran 5x5x5 cm .
B. Dasar Teori
Kelompok 2 191
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kekuatan tekan adalah muatan tekan maksimum yang dapat di pikul per satuan
luas. Bentuk dan ukuran benda uji ini mempengaruhi kuat tekan beton. Selain itu mutu
kekuatan beton di pengaruhi pula oleh mutu semen yang di gunakan, perbandingan
adukan, susunan pasir, air yang digunakan untuk membuat adukan beton, umur beton,
waktu pencampuran, dan suhu.
= 𝑃
𝐴
Dimana :
= Kuat tekan (kg/cm2)
P = Beban yang bekerja (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
2. Bahan
1. Semen PCC 500 gram (Semen Portland Komposit)
2. Pasir lolos saringan No.4 seberat 1375 gram
3. Air 235 gram
4. Vaseline
D. Langkah Kerja
1. Memasukkan pasir sebanyak 1375 gram dan semen PCC sebanyak 500 gram ke
dalam bak aduk, lalu mengaduk menggunakan sendok spesi secara merata sampai
Kelompok 2 192
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 193
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Analisa Perhitungan
P
s =
A
Umur 3 Hari
16300
s = = 6,52 N/mm2 = 69,49 kg/cm2
2500
17000
s = = 6,8 N/mm2 = 69,34 kg/cm2
2500
15500
s = = 6,2 N/mm2 = 63,22 kg/cm2
2500
199,05
srata-rata = = 66,35 kg/cm2
3
Umur 7 Hari
23600
s = = 9,44 N/mm2 = 96,26 kg/cm2
2500
27400
s = = 10,96 N/mm2 = 111,76 kg/cm2
2500
Kelompok 2 194
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
22700
s = = 9,08 N/mm2 = 92,59 kg/cm2
2500
300,61
srata-rata = = 100,20 kg/cm2
3
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai kuat tekan semen PCC dalam 3 hari
yaitu 3hari = 66,35 kg/cm2 < 125 kg/cm2 dan 7 hari yaitu 7hari = 100,20 kg/cm2 < 200
kg/cm2. Maka, dapat disimpulkan bahwa semen tersebut tidak memenuhi standar mutu
semen yang disyaratkan.
Kelompok 2 195
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Timbangan Saringan
Cetakan Penumbuk
ukuran 5×5×5 cm
Kelompok 2 196
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Mesin tekan
Kelompok 2 197
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Bahan
Kelompok 2 198
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
H. Dokumentasi
Kelompok 2 199
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 200
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 201
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 202
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Kelompok 2 203
2A D3 Teknik Konstruksi Sipil