Anda di halaman 1dari 40

Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika

Politeknik Negeri Ujung Pandang

PERCOBAAN 14
BERNOULLI

14.1. DASAR TEORI

Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus didasarkan


pada hukum Newton II tentang gerak (F = Ma). Persamaan ini diturunkan
berdasarkan anggapan sebagai berikut :

1. Zat cair adalah ideal, jadi tidak memiliki kekentalan (kehilangan energi akibat
gesekan adalah nol).
2. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massanya konstan).
3. Liran kontinyu pada sepanjang garis arus.
4. Kecepatan aliran merata dalam suatu penampang.
5. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.
Gambar di bawah menunjukkan elemen berbentuk silinder dari suatu tabung,
arus yang bergerak sepanjang garis arus dengan kecepatan dan percepatan di suatu
tempat dan sudut waktu adalah V dan a. Panjang, tampang lintang, dan rapat massa
elemen tersebut adalah ds, dA, dan ρ sehingga berat berat elemen adalah ds, dA, dan
ρg. Oleh karena itu tidak ada gesekan, maka gaya-gaya yang bekerja hanya gaya
tekanan pada ujung elemen dan gaya berat. Hasil kali dari massa elemen dan
percepatan harus sama dengan gaya-gaya yang bekerja pada elemen.

ds

dA
dz
dA

P.dA

dsdA

(Gambar 14.1 Elemen Zat Cair Yang Bergerak Sepanjang Garis Arus)

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

- F=M.a .................................................................................... (14.1)


Dengan memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja pada elemen, maka hukum
Newton II untuk gerak partikel di sepanjang garis arus menjadi :

- ρ g ds dA cos α + p dA− p+ ( ∂p
∂s )
ds dA=ρ ds dA α .……(14.2)

persamaan di atas dibagi dengan ds dA menjadi :


∂p
- ρ g cos α − =ρ α .................................................................(14.3)
∂s
Oleh karena :
∂z
- cos α= ………………………………………………………(14.4)
∂s
Dan kemudian subtitusi persamaan (14.4) dan (14.2) untuk percepatan ke dalam
persamaan (14.3) di atas, maka diperoleh :

- ρg
∂z ∂p
− =ρ
∂s ∂s
∂V
∂t
+V
∂V
∂s ( )
atau
∂z 1 ∂ p ∂ V ∂V
- g + +V + =0…………....................................(14.5)
∂s ρ ∂s ∂s ∂t
Untuk aliran mantap, diferensial terhadap waktu adalah nol, sehingga :
∂z 1 ∂ p ∂V
- g + +V =0 ………………………………………(14.6)
∂s ρ ∂s ∂s
Oleh karena variabel-variabel dari persamaan di atas hanya tergantung pada jarak
s, maka diferensial parsiil dapat diganti oleh diferensial total,
dz 1 dp dV
- g + +V =0
ds ρ ds ds
Apabila masing-masing suku dikalikan dengan ds, maka akan didapat :
dp
- g . dz+ +V . dV =0.................................................................(14.7)
ρ
Persamaan (14.7) dikenal dengan persamaan Euler untuk aliran mantap satu
dimensi dan zat cair ideal. Apabila kedua ruas dari persamaan (14.7) dibagi
dengan g dan kemudian diintegralkan, maka akan didapat hasil :
2
p V
- z + + =C ......................................................................……. (14.8)
γ 2g
Dimana : z = elevasi (tinggi tempat)

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

p
= tinggi tekanan
γ
2
V
= tinggi kecepatan
2g
Konstanta integrasi C adalah tinggi energi total, yang merupakan jumlah dari
tempat, tinggi tekanan, dan tenggi kecepatan, yang berbeda dari garis arus yang
satu ke garis arus yang lain. Oleh karena itu persamaan tersebut hanya berlaku
untuk titik-titik pada suatu garis arus.
Persamaan (1.8) dikenal dengan persamaan Bernoulli untuk aliran mantap satu
dimensi, zat cair ideal dan tak kompresibel. Persamaan tersebut merupakan bentuk
matematis dari kekekalan energi di dalam zat cair.
Persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk menentukan garis tekanan dan
tenaga (Gambar 14.2).
.⟨ A ⟩ ⟨ B ⟩

Garistenaga

Garistekanan

BO

AO
ZB
ZA
Garisreferensi

(Gambar 14.2 Garis Tenaga dan Tekanan Pada Zat Cair Ideal)

Garis tenaga dapat ditunjukkan oleh elevasi muka air pada tabung pitot
yang besarnya sama dengan tinggi total dari konstanta Bernoulli. Sedangkan garis
tekanan dapat ditunjukkan oleh elevasi muka air di dalam tabung vertikal yang
disambung pada tepi pipa.

2
p V
H=z + +
γ 2g

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Pada aliran zat cair ideal, garis tenaga mempunyai tinggi tetap yang
menunjukkan jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan, dan tinggi kecepatan.
Garis tekanan menunjukkan jumlah dari tinggi elevasi dan tinggi tekanan z + p/γ
yang bisa naik atau turun pada arah aliran dan tergantung pada tampang luas
aliran. Di titik A dimana tampang aliran lebih kecil dari titik B akan menyebabkan
tinggi kecepatan di A akan lebih besar daripada di B, mengingat VA lebih besar
daripada VB. akibatnya tinggi tekanan di titik A lebih kecil dari pada B, karena
diameter sepanjang pipa tidak seragam maka pada gambar 1.2, garis tekanan
berupa garis lengkung.
Tinggi tekanan di titik A dan B yaitu hA = pA/γ dan hB = pB/γ adalah tinggi
kolom zat cair yang beratnya tiap satuan luas memberikan tekanan sebesar pA = γ
hA dan pA = γ hA. Oleh karena itu tekanan p yang ada persamaan Bernoulli bisa
disebut dengan tekanan statis.
Aplikasi persamaan Bernoulli untuk kedua titik didalam medan aliran akan
memberikan :
2 2
PA V A PB V B
ZA + + =Z B + + ……………………………………. (14.10)
γ 2g γ 2g

yang menunjukkan bahwa jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan, dan tinggi kecepatan
di kedua titik adalah sama. Dengan demikian, garis tenaga pada aliran zat cair ideal
adalah konstan.
Regresi dan Korelasi
Regresi adalah suatu metode statistika yang berguna untuk memeriksa atau
memodelkan hubungan diantara variabel-variabel. Dengan menggunakan analisis
regresi dapat terlihat adanya pengaruh suatu karakteristik terhadap data lain. Dengan
kata lain jika terdapat dua atau lebih variabel maka kita dapat mencari suatu cara
bagaimana variabel-variabel itu berhubungan. Dan hubungan tersebut secara
matematika dinyatakan sebagai hubungan fungsional antara variabel-variabel.
Prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam membangun suatu persamaan regresi
yaitu antara suatu variabel tidak bebas (dependent variabel) dengan variabel-variabel
bebas (independent variabel) lainnya memiliki sifat hubungan sebab akibat
(hubungan kausal), baik didasarkan pada teori, hasil penelitian sebelumnya, maupun
yang didasarkan pada penjelasan logis tertentu.

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara
dua variabel atau lebih. Produk korelasi atau pengukuran digunakan untuk melihat
kuat lemahnya korelasi disebut koefisien korelasi yang sering disimbolkan dengan r
atau R (penggunaan r biasanya pada korelasi parsial sedangkan R digunakan pada
korelasi berganda).

14.2. ALAT DAN BAHAN


1. Satu (1) set alat percobaan bernoully
2. Stopwatch

14.3. LANGKAH KERJA


1. Menyalakan mesin Bernoully, kemudian membuka penutup tabung dan membuka
kran agar air mengalir ke dalam tabung Bernuolly.
2. Menutup penutup tabung Bernoully dan menunggu sampai air dalam pipa
mengalir dengan konstan.
3. Mencatat ketinggian air pada setiap pipa Bernoully untuk pembacaan tinggi
tekanan.
4. Mencatat ketinggian air pada setiap pipa Bernoully dengan menggunakan jarum
yang ada dalam tabung hingga selurus dengan setiap pipa Bernuolly untuk
pembacaan tinggi energi.
5. Setelah Pembacaan Tinggi tekanan dan tinggi energy dilakukan, selanjutnya
melakukan pengukuran volume per satuan waktu.
6. Katup ditutup agar tidak dapat mengalir hingga volume air dapat dibaca pada
tabung pengukur volume.
7. Pada saat pipa pengukur volume menunjukkan nol, stopwatch dijalankan hingga
mencapai ketinggian volume yang ditentukan (1 liter),
8. Stopwatch dihentikan pada saat pipa volume menunjukkan 1 liter dan mencatat
waktu kenaikan nol, mengulangi sampai tiga kali perhitungan tinggi air.

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

14.4. DATA PERCOBAAN


Tabel 14.1Data Percobaan Bernoully

No
h = tinggi tekanan H = tinggi energi V T = Waktu
( mm ) ( mm ) (ltr) (detik)
A B C D E F A B C D E F T1 T2 T3
1 177 168 160 150 141 128 140 145 155 159 160 161 1 25.26 25.51 26.25
2 180 166 152 139 120 140 145 152 155 158 160 160 1 12.67 13.11 13.36
3 195 179 160 144 76 145 120 130 138 145 148 155 1 11.32 12.93 13.01
4 226 194 159 126 76 146 180 185 190 194 198 200 1 7.42 8.75 8.16
5 280 220 159 100 14 175 185 190 200 205 210 220 1 5.57 6.14 6.21

Tabel 14.2 Data Perhitungan Percobaan Bernoully

h = tinggi tekanan H = tinggi energi V T = Waktu


No ( m) ( m) (ltr) (detik) T Rata-rata
A B C D E F A B C D E F T1 T2 T3 (dtk)
1 0.177 0.168 0.16 0.15 0.141 0.128 0.140 0.145 0.155 0.159 0.16 0.161 1 25.51 25.51 26.25 25.76
2 0.18 0.166 0.152 0.139 0.12 0.14 0.145 0.152 0.155 0.158 0.16 0.16 1 12.67 13.11 13.36 13.05
3 0.195 0.179 0.16 0.144 0.076 0.145 0.12 0.13 0.138 0.145 0.148 0.155 1 11.32 12.93 13.01 12.42
4 0.226 0.194 0.159 0.126 0.076 0.146 0.18 0.185 0.19 0.194 0.198 0.2 1 7.42 8.75 8.16 8.11
5 0.28 0.22 0.159 0.1 0.014 0.175 0.185 0.19 0.2 0.205 0.21 0.22 1 5.57 6.14 6.21 5.97

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

14.5. ANALISA PERHITUNGAN


 Perhitungan Debit (Q)
Rumus :
V
Q =
t
Dimana :
Q = Debit air (m3/det )
V = Volume ( m3)
t = Waktu ( detik )

0,001
Q 1= =0.0000390 m 3/dtk .
25.67

Untuk nilai debit pada waktu (detik) selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 14.3 Perhitungan Debit Air

No. V t Q
3 3
Percobaan (m ) (detik) (m /det )
1 0.001 25.67 0.0000390
2 0.001 13.05 0.0000766
3 0.001 12.42 0.0000805
4 0.001 8.11 0.0001233
5 0.001 5.97 0.0001674

 Perhitungan Kecepatan (v)


Rumus :
Q Q
v = =
A 1/ 4 π d 2
Dimana :
A = Luas penampang ( m2 )
d = Diameter ( m )
Q = Debit (m3/dtk)

Penyelesaian:
A = ¼ x π x 0,025 = 0,0004906
B = ¼ x π x 0,0139 = 0,0001517

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

C = ¼ x π x 0,0118 = 0,0001093
D = ¼ x π x 0,0107 = 0,0000899
E = ¼ x π x 0,01 = 0,0000785
F = ¼ x π x 0,025 = 0,0004906

Untuk nilai luas penampang pada diameter pipa selanjutnya dapat dilihat
pada tabel di bawah.
Tabel 14.4 Perhitungan Luas Penampang ( A )

Luas Penampang
A B C D E F
Diameter Penampang 0,025 0,0139 0,0118 0,0107 0,01 0,025
Luas (A) 0,0004906 0,0001517 0,0001093 0,0000899 0,0000785 0,0004906

0.0000390
vA= =0.079394 m/dtk
0.0004906
Untuk nilai kecepatan air pada debit dan diameter pipa selanjutnya dapat dilihat
pada tabel di bawah.
Tabel 14.5 Perhitungan Kecepatan Pada Setiap Penampang

No Q Kecepatan Pada Setiap Penampang (m/detik)


A B C D E F
1 0.0000390 0.079394 0.256763 0.356367 0.433269 0.496190 0.079394
2 0.0000766 0.156233 0.505260 0.701262 0.852591 0.976407 0.156233
3 0.0000805 0.164116 0.530753 0.736645 0.895610 1.025673 0.164116
4 0.0001233 0.251334 0.812818 1.128130 1.371575 1.570759 0.251334
5 0.0001674 0.341237 1.103564 1.531663 1.862188 2.132621 0.341237

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

 Tinggi Kecepatan Pada Setiap Penampang


Rumus :
2
v
Tinggi kecepa tan= ……………. (m)
2.g
Dimana :
g = Gaya gravitasi ( m2 )

v2
Tinggi Kecepatan Air 1A = 2 . g
2
0.079394
= = 0.0003 m
2 × 9.81
Untuk nilai tinggi kecepatan air selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 14.6 Perhitungan Tinggi Kecepatan Pada Setiap Penampang
Tinggi Kecepatan Pada Setiap Penampang (m)
No A B C D E F
1 0.0003 0.0034 0.0065 0.0096 0.0125 0.0003
2 0.0012 0.0130 0.0251 0.0370 0.0486 0.0012
3 0.0014 0.0144 0.0277 0.0409 0.0536 0.0014
4 0.0251 0.0370 0.0486 0.0012 0.0486 0.0012
5 0.0277 0.0409 0.0536 0.0014 0.0014 0.0014

 Tinggi Energi Teoritis (Ht)


Rumus :

P v2 P v2
Ht = Z + γ + 2 . g → Ht= γ + 2 . g

v2
H teoritis = h +
Jadi 2.g
Dimana :
h = Tinggi tekanan ( m)

v2
h+
Hteoritis1A = 2.g
2
0,0 79394
= 0,177+
2 ×9.81
= 0.177 m

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Untuk nilai tinggi teoritis selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 14.7Perhitungan Tinggi Teoritis

Tinggi Teoritis
No
A B C D E F
1 0.177 0.171 0.166 0.160 0.154 0.128
2 0.181 0.179 0.177 0.176 0.169 0.141
3 0.196 0.193 0.188 0.185 0.130 0.146
4 0.025 0.037 0.049 0.001 0.049 0.001
5 0.028 0.041 0.054 0.001 0.001 0.001

 Perbandingan H dengan H teoritis


Rumus :
H
Perbandingan = × 100 %
Ht
Dimana :
H = Tinggi aktual/energi ( m)
Ht = Tinggi teoritis (m)

H aktual ¿
x 100 % 0.140
H teoritis1 x 100 %
A = 0.177 = 78,953%

Untuk nilai perbandingan tinggi aktual dan tinggi teoritis selanjutnya dapat
dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 14.8 PerhitunganPerbandingan Tinggi Aktual dan Tinggi Teoritis

Perbandingan H dan Ht (%)


No
A B C D E F
1 78.953 84.617 93.108 99.644 104.201 125.466
2 80.003 84.911 87.539 89.747 94.904 113.279
3 61.108 67.233 73.538 78.428 114.181 105.894
4 71.695 80.069 91.526 152.5 158.919 135.8
5 60.132 72.830 94.065 202.2 1366.1 124.7

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

14.6. GRAFIK

Grafik14.1 Perbandingan H Aktual dengan H Teoritis pada Q1

Grafik14.2 Perbandingan H Aktual dengan H Teoritis pada Q2

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Grafik 14.3 Perbandingan H Aktual dengan H Teoritis pada Q3

Grafik perbandingan H.Aktual dengan H.Teoritis pada


Q3
0.250

0.200
Tinggi Energi Khas

H teoritis
0.150 H Aktual

0.100

0.050

0.000
1 2 3 4 5 6

Grafik 14.4 Perbandingan H Aktual dengan H Teoritis pada Q4

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Grafik 14.5 Perbandingan H Aktual dengan H Teoritis pada Q5

14. 7 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan pengolahan data dapat diketahui :

1. Bila makin cepat air yang mengalir dengan waktu yang semakin kecil dan volume
yang sama maka debitnya (Q) akan semakin besar.

2. Bila luas penampangnya makin kecil dengan debit air yang sama, maka kecepatan
air tersebut akan semakin besar.

3. Bila Hteoritas dan Haktual berpenampang besar maka nilai perbandingan presentasenya
juga besar.

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

14.8 FOTO ALAT

1 Set Alat Bernoulli

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

14.9 DOKUMENTASI

yalakan mesin Gambar 14.2 Membaca dan mencatat


nilai pada pipa bernoully untuk
pembacaan tinggi tekanan

Gambar 14 .3 Membaca dan mencatat Gambar 14.4 Membuka lalu menutup


ketinggian air pada pipa bernoully katup hingga volume air dapat dibaca
dengan menggunakan jarum untuk pada tabung pengukuran
pembacaan tinggi energi

Gambar 14.5 Menyiapkan Stopwatch dan


mencatat nilai T

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

PERCOBAAN 9
ALIRAN MELALUI CRUMP WEIR

9.1 DASAR TEORI


Crump weir adalah peluap bersegitiga (triangular profile), dimana rincian
bendung dengan profil segitiga ini telah dikembangkan di Stasiun Riset Hidrolika pada
tahun 1952. Crump weir dituntut untuk memberikan kinerja yang lebih dapat
diprediksi dalam kondisi terendam dari panjang lainnya berbasis bendung (gambar
11.1 ) dimana Crump diusulkan mempunyai kemiringan 1:2 pada bagian hulu dan
kemiringan 1:5 pada bagian hilir. Lereng hulu dirancang sehingga sedimen yang ada
tidak akan mencapai puncak sedangkan lereng hilir dangkal cukup untuk
memungkinkan lompatan hidrolik terbentuk pada bendung di bawah kondisi aliran
modular sehingga memberikan energi dissipator terpisahkan. Persamaan debit untuk
bendung Crump adalah bentuk Q Cd Cv b g½ H³/², yang jelasnya berdasarkan konsep
yang sama dengan persamaan untuk bendung persegi panjang dimana koefisien
kecepatan (Cv) bervariasi sesuai dengan rasio hi / (h1 + id) dan koefisien debit (Cd)
mempunyai nilai 0,5≤ x ≤ 1 . Aliran modular terjadi jika weir (peluap) dalam kondisi
tidak tenggelam atau tinggi muka air rendah.

Garis energi

H2

H1 H3
Ps

Gambar 9.1 Aliran Modular pada Crump Weir.

Dengan menerapkan persamaan Bernaulli, maka dapat dituliskan debit yang


melimpah adalah:
Q=C d⋅C v⋅B⋅√ g⋅H 3/2
2

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

dimana:
Q = Debit modular (m3/dtk)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan  0.97
B = lebar pelimpah (m)
H2= tinggi air meluap (m)
g = percepatan grafitasi (9,81 m/dtk2)

9.2 ALAT DAN BAHAN


1. Alat Crump Weir
2. Mistar.
3. Stopwatch

9.3 PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Pasang Crump weir pada saluran terbuka dan pasangkan lem lilin pada celah pintu
peluap dengan terlebih dahulu mengukur lebar peluap (B) dengan menggunakan
mistar sorong.
2. Jalankan mesin pompa dan buka katup pemasukan, hingga mencapai batas dasar
peluap.
3. Kemudian katup ditutup dan mesin pompa dimatikan sejenak hingga permukaan
air sejajar dengan dasar bukaan atau tidak terjadi pelimpahan lagi.
4. Pasang alat ukur tinggi air, kemudian setting alat tersebut sejajar dengan muka air
pada angka 0 (nol) dan ditetapkan sebagai dasar pengukuran (nol ketinggian).
5. Kemudian jalankan mesin pompa lalu buka katup pemasukan hingga terjadi
peluapan di peluap crump dengan memulai ketinggian tertentu .
6. Catat tinggi air yang meluap di bagian hulu peluap sebagai H2 dengan
menggunakan alat ukur tinggi air.
7. Hitung debit (Q =V/T) yang meluap dengan terlebih dahulu menentukan volume
air (V) yang diinginkan (3 liter ), kemudian catat waktu (T) yang dibutuhkan
untuk mencapai volume yang sudah ditentukan dengan stop wacth.
8. Langkah no.5 hingga no 7 diulangi dengan penambahan ketinggian dengan
membuka katup secara perlahan untuk beberapa variasi ketinggian.

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

9.4 DATA HASIL PERCOBAAN


- Tabel 9.1. Data Percobaan Crump Weir
Ketinggian (H) Volume Waktu (T)
Trata-rata
No H1 H2 H3 (V) T1 T2 T3
(mm) (mm) (mm) (Liter) (dtk) (dtk) (dtk) (dtk)
1 73 16 12 3 11.81 11.68 11.78 11.76
2 78 20.3 16 3 7.77 7.87 7.64 7.76
3 84 30.1 21 3 4.41 4.02 4.31 4.25
4 89 30.6 24 3 3.66 3.47 3.70 3.61
5 94 40.2 26 3 2.65 2.5 2.67 2.61
- Analisa Perhitungan
Perhitungan Debit (Q)
Rumus :
V
Q=
t rata−rata

Dimana :
Q = Debit air di dalam pipa (m3/detik)
V = Volume air dalam pipa (m3)
trata2 = Waktu (detik)

V1
Q =
t1 rata −rata

0,003
= 11.76

=0.000255 mᶟ/detik

Untuk nilai debit (Q) pada waktu (detik) dan volume selanjutnya dapat dilihat pada
tabel di bawah:

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

- Tabel 9.2 Analis perhitungan debit

Volume (V) Waktu (T) Debit Modular (Q)


No
(Liter) (dtk) Ltr/dtk M3 /dtk
1 3 11.76 0.2552 0.000255
2 3 7.76 0.3866 0.000387
3 3 4.25 0.7064 0.000706
4 3 3.61 0.8310 0.000831
5 3 2.61 1.1509 0.001151

Perhitungan Koefisien Debit (Cd)

Q
Cd = 3
Cv⋅B⋅√ g⋅H 2 2

Dimana :
Q = Debit Modular (m3/dtk)
Cd = Koefisien Debit
b = Lebar Pelimpah (m)
h = Tinggi air yang meluap (m)
g = percepatan gravitasi (9,81 m3/dtk)

Q1
Cd 1= 3
Cv⋅B⋅√ g⋅H 2 2

0,000255
Cd 1= 3
0 , 97 · 0,077 · √ 9 , 81 x 0,016 2

Cd1= 0,539

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Untuk nilai Koefisien Debit (Cd) selanjutnya dapat dilihat pada tabel di bawah :
- Tabel 9.3 Analisa Perhitungan Nilai Koefisien Debit (Cd)
Debit (Q)
No Koef. Debit (Cd)
m3/dtk
1 0.000255 0.539
2 0.000387 0.571
3 0.000706 0.578
4 0.000831 0.664
5 0.001151 0.610

- Tabel 9.4 Perhitungan Hubungan Antara Debit (Q) Dan Koefisien Debit (Cd)
Debit (Q)
No Koef. Debit (Cd) Q x Cd Q2
3
m /dtk
1 0.000255 0.539 0.00014 0.000000065
2 0.000387 0.571 0.00022 0.000000149
3 0.000706 0.578 0.00041 0.000000499
4 0.000831 0.664 0.00055 0.000000691
5 0.001151 0.610 0.00070 0.000001325
∑ 0.003330 2.963 0.002021 0.000002729
- Tabel 9.5 Perhitungan Hubungan Antara Tinggi Muka Air (H) Dan Koefisien Debit
(Cd)

No H Koef. Debit (Cd) H x Cd H2


1 0.016 0.539 0.008623431 0.000256
2 0.0203 0.571 0.01159884 0.000412
3 0.0301 0.578 0.017405755 0.000906
4 0.0306 0.664 0.020307496 0.000936
5 0.0402 0.610 0.024537243 0.001616
∑ 0.1372 2.963 0.082473 0.004127

- Tabel 9.6 Perhitungan Hubungan Antara Tinggi Muka Air (H) Dan Debit Air (Q)

- No H Debit (Q) HxQ H2 Tabel


9. 1 0.016 0.000255 0.0000041 0.000256 7
2 0.0203 0.000387 0.0000078 0.000412
3 0.0301 0.000706 0.0000213 0.000906
4 0.0306 0.000831 0.0000254 0.000936
5 0.0402 0.001151 0.0000463 0.001616
∑ 0.1372 0.003330 0.0001049 0.004127

Regresi Untuk Grafik Hubungan Antara Debit (Q) dengan Koefisien Debit (Cd).

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Debit (Q)
No Koef. Debit (Cd) Q x Cd Q2
3
m /dtk
1 0.000255 0.539 0.00014 0.000000065
2 0.000387 0.571 0.00022 0.000000149
3 0.000706 0.578 0.00041 0.000000499
4 0.000831 0.664 0.00055 0.000000691
5 0.001151 0.610 0.00070 0.000001325
∑ 0.003330 2.963 0.002021 0.000002729
Rumus Persamaan Garis :
y = a.x + b

n. (Q.Cd )   Q.  Cd
a 93.438
n.  Q 2  (  Q ) 2

 Cd .  Q 2   Q. (Q.Cd )
b 0.530
n.  Q 2  ( Q ) 2

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Debit (Q) dengan Koef. Debit (Cd)
adalah :

Cd= a.x + b

Cd = 93.438Q + 0,530

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Grafik 9.1 Grafik Hubungan Debit Air (Q) dengan Koefisien Debit (Cd)

- Tabel 9.8 Regresi Untuk Grafik Hubungan Antara Tinggi luapan air (H) dengan
Koefisien Debit (Cd).

No H Koef. Debit (Cd) H x Cd H2


1 0.016 0.539 0.008623431 0.000256
2 0.0203 0.571 0.01159884 0.000412
3 0.0301 0.578 0.017405755 0.000906
4 0.0306 0.664 0.020307496 0.000936
5 0.0402 0.610 0.024537243 0.001616
∑ 0.1372 2.963 0.082473 0.004127

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Rumus Persamaan Garis :


y = a.x + b

3.258

0.503

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Tinggi Muka Air (H) dengan
Koefisien Debit (Cd) adalah :
y = a.x + b
Cd = 3.258Q + 0,503

Grafik 9.2 Grafik Hubungan Tinggi Luapan Air (H) dengan Koefisien Debit (Cd)

- Tabel 9.9 Analisa Perhitungan Hubungan Tinggi Air Yang Meluap (H)
dan Debit (Q)

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

No H Debit (Q) HxQ H2


1 0.016 0.000255 0.0000041 0.000256
2 0.0203 0.000387 0.0000078 0.000412
3 0.0301 0.000706 0.0000213 0.000906
4 0.0306 0.000831 0.0000254 0.000936
5 0.0402 0.001151 0.0000463 0.001616
∑ 0.1372 0.003330 0.0001049 0.004127

Rumus Persamaan Garis :


y = a.x + b

-0.0004

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara tinggi peluapan (H) dengan

debit (Q) adalah :

Q = 0,037H - 0,0004)

Grafik 9.3 Grafik Hubungan Tinggi Luapan Air (H) dengan Debit AIr (Q)

9.5 KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data di ketahui bahwa :

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Debit (Q) dengan Koefisien debit
(Cd), yaitu Cd = 93.438Q + 0,530
- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Tinggi Energi (H) dengan
Koefisien debit (Cd), yaitu Cd = 3.258Q + 0,503
- Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Tinggi Energi (H) dengan Debit
(Q) yaitu Q = 0,037H - (-0,0004)

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

9.6 GAMBAR ALAT

Alat Peluap Bendungan

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

9.7 FOTO DOKUMENTASI

Gambar 9.1 Menyalakan mesin Gambar 9.2 Memasang alat ukur tinggi air,
pompa hingga mencapai batas dasar kemudian setting alat tersebut sejajar dengan
peluap muka air

aca ndan mencatat Gambar 9.4 Membuka lalu menutup katup


3 hingga terjadi peluapan

Gambar 9.5 Menyiapkan Stopwatch dan


mencatat nilai T

PERCOBAAN 13

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

TEKANAN ALIRAN FLUIDA MELALUI ORIFICE

13.1 TUJUAN PERCOBAAN


Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menghitung debit dan kecepatan aliran didalam pipa menggunakan alat beda tinggi
tekanan orifice
2. Menghitung besarnya nilai koefisien alat ukur orifice
3. Membuat grafik hubungan antara nilai koefisien alat ukur orifice terhadap debit
aliran
13.2 DASAR TEORI
Orifice adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur debit aliran dalam pipa.
Alat ini terdiri atas tabung pendek yang menyempit ke suatu tenggorok yang sempit
ditengah. Tabung tersebut ditempatkan pada sambungan pipa. Alat ini dilengkapi
dengan manometer untuk mengukur perbedaan tinggi tekanan, antara lubang pipa dan
lubang tenggorokan venture.
Untuk menghitung besar debit yang mengalir pada alat ukur venturi, prinsip
persamaan Bernaulli dengan tinjauan di penampang masuk (inlet) dan bidang vena
kontraksi (vene contracta), sehingga didapatkan besaran parameter sebagai berikut:

Gambar 13.1 Orifice

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Persamaan Bernaullly pada bagian A1 dan A2 adalah sebagai berikut:


2 2
V1 P1 V P
+ y +z1 = 2 + 2 + Z2
2g 2g y

❑V −V p 1−p 2
=
2 2
1 2

2g y

Persamaan Kontinuitas :
𝐴1 𝑥𝑉1= 𝐴0 𝑥𝑉0
A0
𝑉1= A 1 × V0

Persamaan 13-4 disubsitusi pada persamaan 13-2 didapatkan sebagai berikut:


1
𝑉0 =
[√ ( ) ] × √ 2 g (h 1−h 2)
2
AO
1−
A1

Debit ideal adalah:


𝑄𝑖 = 𝐴0 𝑥𝑉0
A0
𝑄𝑖 =
√ [1−(
A0
A1
)¿ ¿2]¿

Debit actual adalah:


Cd × A 0
𝑄𝑎 =

[1−(Cc ×
A0
A1
) ¿ ¿ 2]¿
× √ 2 g (h 1−h 2)

Dengan memasukkan perbandingan diameter :

𝛽=
√ A 0 D0
=
A 1 D1
Persamaan 13-6 menjadi :
𝑄𝑎 = 𝐾 × 𝐴0 × √ 2 g ( h 1−h 2 )
Dimana K adalah koefisien aliran orifice:
Cd
𝐾=
√1−C 2
C ×β 4
Nilai Cd dan K tergantung pada angka bilangan Reynold

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Gambar 9.2 Grafik hubungan bilangan Reynold Re dan perbandingan diameter


13.3 ALAT DAN BAHAN
- Satu set rangkaian jaringan pompa air Armfield C6-MKII
 An oriface meter made of clear acrylic (19)
- Hydraulic Bench (Armfield)
- Selang
- Stopwatch
- Termometer

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

13.4 LANGKAH KERJA


1. Menjalankan mesin pompa pada hidraulich bench untuk mengalirkan air dalam
system pipa.

2. Memasukkan hand-held meter pada orifice (no. 19) yang akan dilakukan pengujian
lihat gambar 10.3. diatas, yang terhubung dengan manometer.

3. Membuka kran pengatur (valve) pada hidraulic bench hingga tercapai aliran yang
diinginkan sehingga terjadi pembacaan tinggi kehilangan pada masing-masing
manometer.

4. Memastikan tidak ada gelembung udara pada pipa karet hand-held meter dengan
melakukan buka-tutup katup pengeluaran gelembung udara, hingga gelembung udara
hilang.

5. Melakukan pembacaan tinggi kehilangan pada kedua manometer (h1) dan (h2) dan
lakukan pembacaan volumetric tank, V (Volume air dalam satuan liter) yang keluar
dari system pipa dan mencatat waktu yang dibutuhkan (T1, T2 dan T3).

6. Melakukan beberapa variasi aliran sehingga terdapat beberapa perbedaan pembacaan


tinggi kehilangan (1- n data ) pada manometer dan lakukan sebanyak 5 kali
pembacaan.

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

13.5 . DATA PERCOBAAN


Tabel 13.1 Data Laboratorium Orifice

Pembacaan Tinggi T
Manometer Hm V
No. (detik) Q (liter/detik
(mm) (liter)
H1 H2
T1 T2 T3 T rata-rata
(mm) (mm)
1 360 235 125 2 35.51 35.57 39.95 37.01 0.0540
2 480 473 7 2 32.11 32.61 32.91 32.54 0.0615
3 586 498 88 2 28.18 28.33 28.81 28.44 0.0703
4 697 630 67 2 26.1 26.35 26.53 26.33 0.0760
5 720 675 45 2 24.12 24.57 25.74 25.74 0.0777

Tabel 13.2. Hubungan Temperatur Air terhadap Kekentalan Kinematik

 Karena suhu air yang diperoleh adalah sebesar 28°C , maka berdasarkan tabel diatas
kekentalan kinematik yang digunakan ialah 8,360 x 10 -7 m2/s

13.6 ANALISA PERHITUNGAN


 Perhitungan luas penampang A0 :
Rumus :

πD2
A=
4
(3 , 14 )(0 , 020)2
A0 =
4
A0 = 0,000314 m²

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

 Perhitungan luas penampang A1 :


(3 , 14 )(0 , 024 )2
A1 =
4
A1 = 0,000452 m²
 Perhitungan V2 pada Pembacaan 1 :
1
V2 =
√¿ ¿ ¿
1
× √(2)(9 ,81)(0.360−0.235)
V2 =

2
0,0003140
[1−( )]
0.000452
V2 = 1.5660 m/detik
 Perhitungan Debit pada Pembacaan 1 :
V (liter) 0,002
𝑄= = =¿0,0000540 m3/detik
T rata−rata 37 , 01

β=
√ √
A0
A1
=
20
24
= 0.8

 Perhitungan nilai Reynold untuk Pembacaan 1:


4Q (4)(0 ,0000540)
Re = = = 4117.229
π . Ao. v (3 , 14)(0,000314 )(0,00000008360)

Tabel 13.3 Data Hasil Perhitungan Orifice


Pembacaan Tinggi
Volume
Manometer
No. Air V T rata-rata V2 Debit Q Nilai Re
h1 h2 3
(m )
(mm H2O)(mm H2O)
1 360 235 0.002 37.01 2.176 0.000054 4117.229
2 480 473 0.002 32.54 0.515 0.000061 4682.330
3 586 498 0.002 28.44 1.826 0.000070 5357.898
4 697 630 0.002 26.33 1.593 0.000076 5787.996
5 720 675 0.002 25.74 1.306 0.000078 5919.916

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Gambar 13.3. Grafik hubungan bilangan Reynold Re dan perbandingan diameter


Berdasarkan pengamatan dengan β = 0,80 pada grafik hubungan Reynold diperoleh nilai
K:

Bilangan Koefisien
Reynold (Re) Grafik (K)
4117.23 0.940
4682.33 0.925
5357.90 0.900
5788.00 0.880
5919.92 0.870

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

K1 = 0.930……………………… Dari grafik hubungan bilangan Raynold Re dan


perbandingan diameter.

Perhitungan Debit Aktual (Qa) pembacaan1 :


𝑄𝑎= 𝐾× A0× √ 2 g(h 1−h2)
𝑄𝑎= (0.940)(0,0003140)× √ (2)(9 , 81)(0,125)
𝑄𝑎=0,000462 m3/detik
Perhitungan Debit Aktual (Qa) pembacaan 1 :
A0
𝑄𝑖= ×√ 2 g (h 1−h 2)
√¿ ¿ ¿
0.0003140
𝑄𝑖= ×√ (2)(9 , 81)(0.125)
√¿ ¿ ¿
𝑄𝑖= 0.000683 m3/detik
Tabel 13.4 Hasil perhitungan data Orifice
PembacaanTinggi Volume
T Rata-
No Manometer Air V V2 Qi Qa
rata
h1 (m) h2 (m) (ltr)
1 0.36 0.235 0.002 37.01 2.176 0.000683 0.000462
2 0.48 0.473 0.002 32.54 0.515 0.000162 0.000108
3 0.586 0.498 0.002 28.44 1.826 0.000573 0.000371
4 0.697 0.63 0.002 26.33 1.593 0.000500 0.000317
5 0.72 0.675 0.002 25.74 1.306 0.000410 0.000257
 Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Debit Ideal (Qi) dengan K

Tabel 13.5. Hasil perhitungan regresi hubungan antara Debit Ideal (Qi) dan K
2 2 2
No. y = Qi x=k X Y Xy Xy
1 0.00068 0.940 0.884 0.00000047 0.000642397 0.00000041
2 0.00016 0.925 0.856 0.00000003 0.000149593 0.00000002
3 0.00057 0.900 0.810 0.00000033 0.000516065 0.00000027
4 0.00050 0.880 0.774 0.00000025 0.000440292 0.00000019
5 0.00041 0.870 0.757 0.00000017 0.000356735 0.00000013
Σ 0.002329 4.515 4.081 0.00000542 0.00211 0.00000102
Rumus persamaan regresi :y = a.x + b

nΣ xy−Σx .Σy ΣyΣx 2 −Σx . Σ xy


a= b=
nΣx 2−Σ( x)2 nΣx 2 −Σ ( x )2

(5)(0.00211)−(4.515)( 0.002329)
a=
(5)(4.081)−¿ ¿

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

= 0.0007 = -0.0006

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Debit Ideal (Qi) dengan K adalah :
y = a.x + b
Qi = (0.0007K) +(-0.0006)

Grafik13.1 Hubungan antara Debit Ideal (Qi) dan K


 Persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Debit Aktual (Qa) dengan K

Tabel 13.6 Hasil perhitungan regresi hubungan antara Debit Aktual (Qa) dan K
2 2 2
No. y = Qa x=k X Y Xy Xy
1 0.000462 0.940 0.884 0.00000021 0.0004 0.000000189
2 0.000108 0.925 0.856 0.00000001 0.0001 0.000000010
3 0.000371 0.900 0.810 0.00000014 0.0003 0.000000112
4 0.000317 0.880 0.774 0.00000010 0.0003 0.000000078
5 0.000257 0.870 0.757 0.00000007 0.0002 0.000000050
Σ 0.001515 4.515 4.081 0.00000053 0.0014 0.000000438

Rumus persamaan regresi :y = a.x + b


nΣ xy−Σx .Σy ΣyΣx 2 −Σx . Σ xy
a= 2 b=
nΣx 2 −Σ ( x )2
nΣx −Σ( x)2

(5)(0,0014)−(4,515)(0,001515)
a=
(5)(4.081)−¿ ¿

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

= 0.0007 = -0.0004

Jadi persamaan regresi untuk grafik hubungan antara Qa dengan K adalah :


y = a.x + b,
Qa = 0.0007K + (-0,0004)

Grafik13.2 Hubungan antara Debit Aktual (Qa) dan K

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

13.7 KESIMPULAN

1. Dari Grafik Hubungan Debit Ideal (Qi) dan K ( Grafik 13.1. Hubungan antara
Debit Ideal (Qi) dan K) disimpulkan bahwa nilai Qi bertambah besar dengan
bertambahnya nilai K. Hubungan keduanya terlihat dari persamaan Qi =
(0.0007K) +(-0.0006) dengan nilai R2 = 0,008
2. Dari Grafik Hubungan Debit Aktual (Qa) dan K ( Grafik 13.2. Hubungan antara
Debit Aktual (Qa) dan K) disimpulkan bahwa nilai Qa bertambah besar dengan
bertambahnya nilai K. Hubungan keduanya terlihat dari persamaan Qa = 0.0007K
+ (-0,0004) dengan nilai R2 = 0,0275

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

13.8 GAMBAR ALAT

Satu set alat orifice

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Laporan Praktikum Laboratorium Hidrolika
Politeknik Negeri Ujung Pandang

13.9 DOKUMENTASI

Pembacaan H1 dan H2 Mengalirkan air melalui pipa

Menghitungwaktu debit
Menutup aliran pada bak

Melihat kenaikan debit air Melakukan perhitungan hasil


setiap 2 liter pengujian

KELOMPOK 2
2A TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Anda mungkin juga menyukai