AASHTO T-49-68
ASTM D-5-71
SK.SNI M-08-1989-F
2.1.1
Pendahuluan
Aspal merupakan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya
sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan
bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu
aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan
kekerasan aspal.
Penggunaan aspal pada perkerasan jalan harus disesuaikan dengan
kondisi, situasi, dan jenis perkerasan yang dipakai. Aspal biasanya
mempunyai angka penetrasi 40/50, 60/70, 80/100, dan 100/120. Semakin
besar angka penetrasi, maka semakin lembek aspal tersebut.
2.1.2
2.1.3
19
2) Air
Peralatan :
1) Alat penetrasi (penetrometer) yang dapat menggerakkan pemegang jarum
naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2) Pemegang jarum seberat (47,5 0,05) gram yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi.
3) Pemberat dari (50 0,05) gram dipergunakan untuk pengukuran penetrasi
dengan beban 100 gram.
4) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44oC atau HRC 54 sampai
60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
5) Cawan harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :
Tabel 2.1 Ketentuan Bentuk Cawan
Penetrasi
Diameter
Kedalaman
<200
55 mm
35 mm
200 300
70 mm
45 mm
6) Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi di mana
mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa gerak.
7) Pengukur waktu untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan
stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dari
kesalahan tertinggi 0,1 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat,
otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
2.1.4
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buat dua benda uji. Tutuplah
benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji
besar.
2.1.5
Proses Pengujian
1) Meletakkan benda uji di dalam tempat air yang kecil yang telah berada
pada suhu yang ditentukan dan mendiamkannya selama 1 sampai 1,5 jam.
2) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik,
kemudian membersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain,
lalu mengeringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan memasangkannya
pada pemegang jarum.
3) Meletakkan pemberat 100 gram di atas jarum sehingga diperoleh beban
sebesar (100 0,1) gram.
4) Memindahkan tempat air ke bawah alat penetrasi.
5) Memutar arloji penetrometer kemudian angka penetrasi yang berhimpit
dengan jarum petunjuk dibaca dan di catat dengan pembulatan hingga
angka 0,1 mm terdekat.
6) Menurunkan jarum perlahan-lahan hingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji, kemudian mengatur angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.
7) Melepaskan pemegang jarum dan stopwatch sehingga berjalan serentak
selama jangka waktu (5 0,1) detik.
8) Pekerjaan sampai dengan di atas dilakukan tidak kurang dari 5 kali untuk
benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak
satu sama lain dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
21
2.1.6
2.1.7
Penetrasi
I
62
66
70
60
68
65.2
II
54
63
48
53
65
56.6
60.9
= 62 + 66 + 70 + 60 + 68
5
= 65.2 mm
= 54 + 63 + 48 + 53 + 65
5
= 56.6 mm
= 65.2 + 56 .5
2
= 60.9 mm
Dari analisis data, diperoleh nilai rata-rata 60.9 mm. Hal tersebut
tentunya tidak melampaui angka toleransi yang di ijinkan yaitu sebesar 4 mm
(Tabel 2.1.4).
Penetrasi aspal adalah salah satu cara yang digunakan dalam
pengelompokkan aspal. Dalam penggunaan di lapangan, nilai penetrasi
tersebut disesuaikan dengan suhu lingkungan.
Tabel 2.4 Ketentuan Toleransi Nilai Penetrasi yang Tertinggi dengan yang
Terendah
22
Hasil
penetrasi
Toleransi
0-49
50-149
150-249
250-500
12
20
2.1.8
Penetrasi
40/50
60/70
80/90
40-59
60-79
80-99
Kesimpulan
Nilai penetrasi diperoleh dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada
suhu 25oC dengan beban 100 gram selama 5 detik, di mana dilakukan
sebanyak lima kali dengan dua benda uji. Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan diperoleh nilai penetrasi aspal sebesar 60.9
mm sehingga
Saran
1) Untuk memperoleh angka penetrasi yang tepat, saat memberhentikan dan
membaca stopwatch harus teliti.
2) Jarum perlu dijaga kebersihannya, karena apabila jarum kotor atau aspal
masih tersisa pada jarum, maka penurunan jarum tidak maksimal dan
menghasilkan angka yang tidak sebenarnya.
3) Percobaan
sebaiknya
dilakukan
pada
suhu
ruangan
25oC
agar
23
AASHTO T- 53-74
ASTM D 36-70
SNI 06-2434-1991
2.2.1 Pendahuluan
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat
tertentu, mendesak turun lapisan aspal yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang
terdapat dibawah cincin berukuran tertentu akibat dari kecepatan
kepanasan tertentu.
Titik lembek berkaitan dengan kemampuan suatu campuran
aspal untuk menahan beban lalu lintas di lapangan. Apabila suhu di
lapangan relatif tinggi, maka aspal sebagai bahan pengikat campuran
akan lembek sehingga kekuatan pengikatan menjadi lemah. Oleh karena
itu, aspal yang mempunyai titik lembek tinggi atau relatif tinggi akan
tahan terhadap pengaruh suhu di lapangan sehingga kekuatan campuran
aspal relatif tinggi.
2.2.2 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan titik lembek
aspal yang berkisar antara 30oC-200oC.
Tujuan percobaan tersebut adalah untuk mengetahui pada suhu
dimana aspal mulai lembek sehingga dalam perencanaan jalan bisa
diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan dengan suhu di
lokasi perencanaan jalan tersebut.
24
25
2.2.5Proses Pengujian
1) Mengisi bejana dengan air suling dan es batu dengan suhu (51) oC
sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6108 mm.
2) Memasang kedua benda uji dan mengaturnya di atas dudukan dan
meletakkan pengarah bola di atasnya, kemudian memasukkan peralatan
tersebut ke dalam bejana gelas. Meletakkan termometer di antara kedua
benda uji (12,7 mm dari cincin). Jarak antara permukaan pelat dasar
dengan dasar benda uji diperiksa dan diatur sehingga menjadi 25,4 mm.
3) Meletakkan bola-bola baja yang bersuhu 5o C di atas dan di tengah
permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 5o C menggunakan
penjepit dengan cara memasang kembali pengarah bola.
4) Memanaskan air hingga kenaikan suhu 5oC per menit. Kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata
dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit yang pertama perbedaan
pemanasan tidak boleh melebihi 0,5oC.
26
Contoh dipanaskan
contoh
temperatur 110oC
Contoh
Mencapai suhu
Pemeriksaan
es temperatur 5oC
Titik Lembek
Pemeriksaan
Waktu (menit)
I
II
0
0
100
100
15
59
200
200
20
68
300
300
25
77
400
400
30
86
500
500
35
95
600
600
40
104
700
700
45
113
800
800
10
50
122
925
925
11
66
131
1700
Titik Lembek ( o C )
I
II
58
27
= 58+58
2
= 58 oC
Pada percobaan ini diperoleh data titik lembek yaitu 58oC . Aspal
yang digunakan dalam percobaan adalah aspal dengan penetrasi 60 / 70 yang
memiliki titik lembek antara 48-58 oC sehingga aspal yang diuji masuk
dalam spesifikasi.
Pengujian titik lembek merupakan salah satu cara untuk
mengetahui pada suhu berapa aspal mulai melembek sehingga dapat
menentukan aspal yang digunakan sesuai atau tidak dengan suhu yang ada di
lapangan.
2.2.8Kesimpulan
Titik lembek aspal percobaan adalah 58 oC sehingga aspal tersebut
memenuhi spesifikasi aspal penetrasi 60/70 di mana titik lembek berada pada
suhu 48-58 oC.
2.2.9Saran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
percobaan adalah :
1) Persiapan pengujian benda uji harus sesuai dengan prosedur.
2) Pembacaan termometer harus teliti.
3) Pembacaan stopwatch harus teliti.
28
SK SNI M-19-1990-F
AASHTO T 48-89
ASTM D 92-78
2.3.1
Pendahuluan
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai
dapat mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan dengan
menggunakan Cleveland Open Cup. Titik nyala adalah suhu terendah ketika
terlihat percikan api untuk pertama kalinya di atas permukaan aspal,
sedangkan titik bakar adalah suhu terendah di mana aspal terbakar selama
minimal 5 detik.
2.3.2
2.3.3
2.3.5
Prosedur Pengujian
1) Meletakkan cawan di atas plat pemanas dan mengatur sumber pemanas
sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.
2) Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan.
3) Menempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak
6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak pada garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji,
kemudian mengatur poros termometer sehingga terletak pada jarak
diameter cawan dari tepi.
4) Menyalakan sumber pemanas dan mengatur pemanasannya sehingga
kenaikan suhu menjadi 15oC per menit sampai benda uji mencapai suhu
56oC dibawah titik nyala perkiraan.
5) Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5oC sampai 6oC per menit
pada suhu antara 56 oC dan 28oC sebelum titik nyala 0,5oC per menit.
6) Menyalakan nyala penguji agar diameter nyala penguji tersebut menjadi
3,2 mm sampai 4,8 mm.
7) Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi
ke tepi cawan) dalam waktu 1 detik. Langkah tersebut diulangi setiap
kenaikan 2oC.
30
Pembukaan
Contoh dipanaskan
Pembacaan
Pembacaan suhu
contoh
Mulai jam :
waktu
oven
Selesai jam :
10:45
Temperatur
11:02
110oC
Pembacaan suhu
Menentukan titik
Penuangan contoh
nyala contoh
Mulai jam :
11:05
menuang
Selesai jam :
11:05
Temperatur
110oC
Kenaikan suhu
Sampai.56oC
Contoh
Dibawah
Titik nyala
Mulai jam :
11:05
15oC/menit
Selesai jam :
11:17
5oC-6oC/menit
Mulai jam :
11:17
Titik nyala
Selesai jam :
12:02
perkiraan ( oC )
2.3.7
Waktu
56
Titik nyala
124
204
51
318
209
46
512
214
41
76
219
36
912
224
31
1054
229
26
1248
234
21
1442
239
16
1636
244
11
1830
249
2024
254
2218
259
260 oC
2.3.8
Kesimpulan
Menurut spesifikasi yang digunakan, titik nyala terjadi minimal
pada suhu 200oC, dan titik bakar terjadi 5 menit dari titik nyala. Dari hasil
pemeriksaan menunjukkan titik nyala sebesar 260 oC 200oC berarti
memenuhi spesifikasi sifat untuk penetrasi 60/70.
2.3.9
Saran
1) Pengamatan titik nyala dan titik bakar sebaiknya dilaksanakan di
ruangan yang gelap agar nyala api dapat terlihat dengan jelas.
2) Nyala api harus stabil untuk mendapatkan kenaikan suhu yang bertahap.
3) Pembacaan suhu pada termometer harus teliti dan tepat.
4) Suhu pada ruangan harus lebih stabil.
32
2.4.1
AASHTO T-54-74
ASTM D-113-69
SK.SNI M-08-1989-F
Pendahuluan
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak
langsung dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau
daktilitas aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal
yang memiliki daya adhesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal
yang memiliki nilai daktilitas yang tinggi.
2.4.2
2.4.3
1)
33
2.4.5
Prosedur Pengujian
1) Mendiamkan benda uji pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85
sampai 95 menit, kemudian benda uji tersebut dilepaskan dari plat dasar
dan sisi-sisi cetakan.
2) Memasang benda uji pada mesin uji, kemudian menarik benda uji secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Perbedaan
kecepatan 5% masih diijinkan.
3) Membaca jarak antara pemegang cetakan pada saat benda uji putus (dalam
cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus terendam sekurangkurangnya 2,5 cm dari air dan suhu harus dipertahankan tetap (25
9.5)oC.
34
2.4.6
Pembukaan
Contoh dipanaskan
contoh
Mulai jam:
14.18
Selesai jam:
14.25
Mendinginkan
Didinginkan
contoh
suhu ruang
pada
Mulai jam:
14.25
Selesai jam:
14.35
Mencapai
Pembacaan
suhu
25oC
temperatur 25oC
pemeriksaan
Mulai jam:
14.35
Selesai jam:
16.05
Pemeriksaan
suhu
Pembacaan
25oC
temperatur 25oC
Mulai jam:
16.05
Selesai jam:
16.15
suhu
5 cm per menit
Pengamatan I
Pengamatan II
Rata-rata
2.4.7
35
nilai daktilitas akan semakin tinggi, sehingga aspal akan terbilang semakin
plastis.
2.4.8
Kesimpulan
Besarnya daktilitas aspal 60/70 disyaratkan minimal 100 cm. Dari
hasil uji pemeriksaan daktilitas terhadap kedua benda uji aspal di atas
diperoleh hasil 113cm sehingga memenuhi spesifikasi penetrasi 60/70.
2.4.9
Saran
1) Percobaan sebaiknya dilakukan pada suhu ruang (25 oC) untuk agar
mendapuatkan hasil yang sesuai dengan standar percobaan.
2) Mesin uji dengan kapasitas alat ukur yang lebih panjang sangat
disarankan untuk melihat dengan jelas jarak terpanjang benda uji akan
putus.
3) Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemeriksaan sebaiknya dilakukan
dengan yang teliti dan minimal percobaan dilakukan dua kali.
AASHTO T-44-70
36
2.5.1
AASHTO D-165-42
Pendahuluan
Kemurnian aspal adalah jumlah bitumen yang larut dalam CCL4,
dimana semakin sedikit residu atau kotoran yang larut maka kemurnian aspal
makin tinggi.
2.5.2
tingkat
kemurnian aspal dan untuk menentukan apakah aspal yang diuji, layak
digunakan atau tidak sebagai bahan pengikat.
2.5.3
1)
Aspal.
2)
1)
2)
Kertas saring.
3)
Oven.
4)
Pompa hisap.
5)
Timbangan.
2.5.4
2.5.5
Prosedur Pengujian
1)Menimbang Labu erlenmeyer.
37
1.Pemanasan
contoh
Contoh dipanaskan
Pembacaan
Pembacaan
Mulai jam
waktu
suhu oven
Selesai jam
09.45
2. Pemeriksaan
10.30
Penimbangan
Ruang
Pelarutan
Mulai jam
4. Penyaringan
5. Pengeringan
6. Penimbangan
Selesai jam
10.30
Mulai jam
11.10
Selesai jam
11.25
Mulai jam
12.55
Selesai jam
12.55
Mulai jam
13.15
Selesai Jam
13.20
110o C
13.25
2.5.7
Hasil Pengujian
Tabel 2.12 Tabel Data Hasil Percobaan Kelarutan Aspal
38
2.5.8
116,91
gr
= 113,91
gr
Berat aspal
gr
= 2
= 1,23
gr
Berat endapan
= 0,77
gr
Atau
Rata rata
Yang larut
= 2,31%
= (100-2,31)% = 97,69%
3
gr
0,02
3
Berat endapan
gram
Prosentase endapan
gram
= 0,77/3 x 100%
= 2,31 %
= 100% - 2,31%
= 97,69 %
Kesimpulan
Jumlah bitumen yang larut dalam CCl4 menyatakan kemurnian aspal
dimana makin besar bitumen yang larut maka tingkat kemurnian aspal makin
tinggi.
Dari hasil pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCl 4, diperoleh nilai
kelarutan CCl4 = 97,69%. Ini berarti aspal yang diuji tidak memenuhi
persyaratan di mana nilai kelarutan minimal 99%. Aspal tersebut tidak
39
40
AASHTO T-228-68
ASTM D-70-72
2.6.1
Pendahuluan
Dalam penggunaan aspal sebagai material campuran aspal panas
harus benar-benar diketahui sifatnya, termasuk di antaranya berat jenis
bitumen. Berat jenis bitumen adalah perbandingan antara berat bitumen dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
2.6.2
2.6.3
41
2.6.4
Prosedur Pengujian
1) Membersihkan, mengeringkan dan menimbang Picnometer dalam
keadaan kosong kemudian mencatat berat picnometer kosong ( A ).
2) Mengisi picnometer dengan air hingga penuh dan ditutup rapat, kemudian
picnometer + air ditimbang dan catat beratnya ( B ).
3)Mengeluarkan air dari dalam picnometer, lalu membersihkan picnometer
tersebut dan dikeringkan. Selanjutnya, mengisi picnometer tersebut
dengan aspal yang sudah dipanaskan setinggi 3/4 bagian dari isi
picnometer, lalu mendiamkannya sampai dingin tidak kurang dari 40
menit. Timbang dan catat berat picnometer dan aspal tersebut (C) tersebut.
4) Picnometer + aspal diisi air hingga penuh dan ditutup rapat kemudian
timbang dan catat berat picnometer + aspal + air (D).
5) Membersihkan Picnometer dan mengembalikannya ke tempatnya semula.
2.6.5
Dipanaskan
Temperatur 110oC
Didiamkan
Mulai jam : 10.45
Selesai jam : 11.30
Mencapai suhu
Direndam
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Berat jenis
Mulai jam : 12.00
Selesai jam : 12.20
Contoh
Berat picnometer + contoh (C)
I
29,65 gr
II
26,59 gr
15,8 gr
14,05 gr
13,85 gr
12,54gr
40,4 gr
39,02 gr
15,8 gr
14,05 gr
24,6 gr
24,97 gr
41,1 gr
39,55 gr
29,65 gr
26,59 gr
11,45 gr
12,96 gr
Berat aspal (2 - 3)
13,15 gr
12,01 gr
1,053
1,044
Rata-Rata
1,0485
2.6.6
BJ =
( CA ) (B-A)- (D-C)
( BA )( DC )
Keterangan:
A
(gram)
(gram)
(gram)
43
Contoh I
Berat contoh (1)
=C-A
= 29,65 15,8
= 13,85 gram
= (B-A)
BJ air
= (40,4 15,8)
1
= 24,6 gram
= (D-C)
BJ air
= (41,1 29,65)
1
= 11,45 gram
Isi Contoh
=(23)
= 24,6 11,45
= 13,15 gram
= Berat Contoh
Isi Contoh
= 13,85
13,15
= 1,053
Contoh II
Berat contoh (1)
=C-A
= 26,59 14,05
= 12,54 gram
= (B-A)
BJ air
= (39,02 -14,05)
1
= 24,97 gram
= (D-C)
( D C )
BJ Air
= (39,55 26,59)
1
= 12,96 gram
BJ air
Isi contoh
=(23)
= 24,97 12,96 = 12,01 gram
= Berat Contoh
44
Isi Contoh
= 12,54
12,01
= 1,044
Berat Jenis Rata-Rata
= 1,053+1,044
2
= 1,0485
Kesimpulan
Berdasarkan dari pengujian, diperoleh nilai berat jenis rata-rata aspal
sebesar 1,0485 sehingga aspal yang telah diuji tersebut memenuhi syarat
sebagai aspal penetrasi 60/70 yaitu berat jenis minimal 1.
2.6.8
Saran
1) Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan akurat, perlu dilakukan
percobaan yang cermat dan ketelitian dalam pelaksanaan percobaan.
2) Aspal penetrasi 60/70 dapat direkomendasikan untuk bahan pembuatan
campuran aspal beton di daerah dengan suhu tropis dan dengan
kelembaban yang tinggi dan sebagai alat kontrol terhadap material aspal
yang dipakai di lapangan.
45
2.7
46