Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PENGUJIAN BAHAN ASPAL


2.1 Penetrasi Bahan Bitumen
Standar spesifikasi :

AASHTO T-49-68

ASTM D-5-71

SK.SNI M-08-1989-F

2.1.1

Pendahuluan
Aspal merupakan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya
sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan
bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu
aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan

sifat rheologi aspal yaitu

kekerasan aspal.
Penggunaan aspal pada perkerasan jalan harus disesuaikan dengan
kondisi, situasi, dan jenis perkerasan yang dipakai. Aspal biasanya
mempunyai angka penetrasi 40/50, 60/70, 80/100, dan 100/120. Semakin
besar angka penetrasi, maka semakin lembek aspal tersebut.
2.1.2

Maksud dan Tujuan


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi
bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum
ukuran 1 mm, beban 100 gram, setiap 5 detik kedalam bitumen pada suhu
tertentu
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan angka
penetrasi dari aspal keras yang diuji, kemudian angka penetrasi tersebut
digunakan untuk menentukan beban maksimum kendaraan yang diijinkan
melalui jalan yang ditinjau supaya tidak terjadi kerusakan jalan.

2.1.3

Bahan dan Peralatan


Bahan :
1) Aspal keras yang akan digunakan pada pembuatan campuran aspal panas.

19

2) Air
Peralatan :
1) Alat penetrasi (penetrometer) yang dapat menggerakkan pemegang jarum
naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2) Pemegang jarum seberat (47,5 0,05) gram yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi.
3) Pemberat dari (50 0,05) gram dipergunakan untuk pengukuran penetrasi
dengan beban 100 gram.
4) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44oC atau HRC 54 sampai
60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
5) Cawan harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :
Tabel 2.1 Ketentuan Bentuk Cawan
Penetrasi

Diameter

Kedalaman

<200

55 mm

35 mm

200 300

70 mm

45 mm

6) Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi di mana
mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa gerak.
7) Pengukur waktu untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan
stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dari
kesalahan tertinggi 0,1 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat,
otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
2.1.4

Penyiapan Benda Uji


Aspal dipanaskan secara perlahan dan diaduk hingga cukup cair untuk
dapat dituangkan. Pemanasan aspal untuk tidak lebih dari 60oC di atas titik
lembek. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aspal diaduk
perlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam aspal tersebut.
Setelah merata, aspal cair dituangkan ke dalam tempat contoh dan
biarkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak boleh
20

kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buat dua benda uji. Tutuplah
benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1
sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji
besar.
2.1.5

Proses Pengujian
1) Meletakkan benda uji di dalam tempat air yang kecil yang telah berada
pada suhu yang ditentukan dan mendiamkannya selama 1 sampai 1,5 jam.
2) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik,
kemudian membersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain,
lalu mengeringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan memasangkannya
pada pemegang jarum.
3) Meletakkan pemberat 100 gram di atas jarum sehingga diperoleh beban
sebesar (100 0,1) gram.
4) Memindahkan tempat air ke bawah alat penetrasi.
5) Memutar arloji penetrometer kemudian angka penetrasi yang berhimpit
dengan jarum petunjuk dibaca dan di catat dengan pembulatan hingga
angka 0,1 mm terdekat.
6) Menurunkan jarum perlahan-lahan hingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji, kemudian mengatur angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.
7) Melepaskan pemegang jarum dan stopwatch sehingga berjalan serentak
selama jangka waktu (5 0,1) detik.
8) Pekerjaan sampai dengan di atas dilakukan tidak kurang dari 5 kali untuk
benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak
satu sama lain dari tepi dinding lebih dari 1 cm.

21

2.1.6

Data Hasil Pengujian


Tabel 2.3 Data Hasil Penetrasi
Penetrasi Pada
25oC
100 gr, 5 detik
Pengamatan 1
Pengamatan 2
Pengamatan 3
Pengamatan 4
Pengamatan 5
Rerata
Rata-rata

2.1.7

Penetrasi
I
62
66
70
60
68
65.2

II
54
63
48
53
65
56.6
60.9

Perhitungan dan Analisis


Mencari rata-rata nilai penetrasi dari percobaan diatas adalah
sebagai berikut:
Nilai penetrasi rata-rata 1

= 62 + 66 + 70 + 60 + 68
5
= 65.2 mm

Nilai penetrasi rata-rata 2

= 54 + 63 + 48 + 53 + 65
5
= 56.6 mm

Nilai penetrasi rata-rata

= 65.2 + 56 .5
2
= 60.9 mm

Dari analisis data, diperoleh nilai rata-rata 60.9 mm. Hal tersebut
tentunya tidak melampaui angka toleransi yang di ijinkan yaitu sebesar 4 mm
(Tabel 2.1.4).
Penetrasi aspal adalah salah satu cara yang digunakan dalam
pengelompokkan aspal. Dalam penggunaan di lapangan, nilai penetrasi
tersebut disesuaikan dengan suhu lingkungan.
Tabel 2.4 Ketentuan Toleransi Nilai Penetrasi yang Tertinggi dengan yang
Terendah

22

Hasil
penetrasi
Toleransi

0-49

50-149

150-249

250-500

12

20

Tabel 2.5 Range Angka Penetrasi

2.1.8

Penetrasi

40/50

60/70

80/90

Range Angka Penetrasi

40-59

60-79

80-99

Kesimpulan
Nilai penetrasi diperoleh dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada
suhu 25oC dengan beban 100 gram selama 5 detik, di mana dilakukan
sebanyak lima kali dengan dua benda uji. Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan diperoleh nilai penetrasi aspal sebesar 60.9

mm sehingga

memenuhi persyaratan aspal penetrasi 60/70. Hal tersebut berarti aspal


tersebut mempunyai angka penetrasi yang cukup baik dan ideal digunakan
sebagai bahan lapisan aspal beton. Aspal dengan penetrasi 60/70 digunakan
untuk jalan bervolume tinggi dan daerah panas sehingga didapatkan stabilitas
yang tinggi.
2.1.9

Saran
1) Untuk memperoleh angka penetrasi yang tepat, saat memberhentikan dan
membaca stopwatch harus teliti.
2) Jarum perlu dijaga kebersihannya, karena apabila jarum kotor atau aspal
masih tersisa pada jarum, maka penurunan jarum tidak maksimal dan
menghasilkan angka yang tidak sebenarnya.
3) Percobaan

sebaiknya

dilakukan

pada

suhu

ruangan

25oC

agar

mendapatkan hasil yang sesuai atau mendekati spesifikasinya.

23

2.2 Titik Lembek Aspal


Standar spesifikasi:

AASHTO T- 53-74

ASTM D 36-70

SNI 06-2434-1991
2.2.1 Pendahuluan
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat
tertentu, mendesak turun lapisan aspal yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang
terdapat dibawah cincin berukuran tertentu akibat dari kecepatan
kepanasan tertentu.
Titik lembek berkaitan dengan kemampuan suatu campuran
aspal untuk menahan beban lalu lintas di lapangan. Apabila suhu di
lapangan relatif tinggi, maka aspal sebagai bahan pengikat campuran
akan lembek sehingga kekuatan pengikatan menjadi lemah. Oleh karena
itu, aspal yang mempunyai titik lembek tinggi atau relatif tinggi akan
tahan terhadap pengaruh suhu di lapangan sehingga kekuatan campuran
aspal relatif tinggi.
2.2.2 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan titik lembek
aspal yang berkisar antara 30oC-200oC.
Tujuan percobaan tersebut adalah untuk mengetahui pada suhu
dimana aspal mulai lembek sehingga dalam perencanaan jalan bisa
diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan dengan suhu di
lokasi perencanaan jalan tersebut.

24

2.2.3 Bahan dan Peralatan


Bahan :
1) Aspal Keras (penetrasi 60/70).
2) Es Batu.
3) Air Suling.
Peralatan :
1) Termometer.
2) Cincin kuningan.
3) Bola baja, diameter 9,53 mm, berat 3,45 3,55 gram.
4) Alat pengarah bola.
5) Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5
cm dengan tinggi sekurang-sekurangnya 12 cm.
6) Dudukan benda uji.
7) Penjepit.
2.2.4Penyiapan Benda Uji
1) Memanaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus
hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan dengan
perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara tidak masuk. Setelah
aspal cair merata, tuangkan contoh ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan aspal tidak boleh melebihi 111oC di atas titik lembeknya.
Waktu untuk pemanasan aspal tidak boleh melebihi 2 jam.
2) Memanaskan cincin sampai mencapai suhu tuang contoh dan meletakkan
kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talk dan glycerin.
3) Menuangkan contoh ke dalam cincin dan didiamkan pada suhu sekurangkurangnya 8oC di bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
4) Setelah dingin, permukaan contoh dalam cincin diratakan dengan pisau
yang telah dipanaskan.

25

2.2.5Proses Pengujian
1) Mengisi bejana dengan air suling dan es batu dengan suhu (51) oC
sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6108 mm.
2) Memasang kedua benda uji dan mengaturnya di atas dudukan dan
meletakkan pengarah bola di atasnya, kemudian memasukkan peralatan
tersebut ke dalam bejana gelas. Meletakkan termometer di antara kedua
benda uji (12,7 mm dari cincin). Jarak antara permukaan pelat dasar
dengan dasar benda uji diperiksa dan diatur sehingga menjadi 25,4 mm.
3) Meletakkan bola-bola baja yang bersuhu 5o C di atas dan di tengah
permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 5o C menggunakan
penjepit dengan cara memasang kembali pengarah bola.
4) Memanaskan air hingga kenaikan suhu 5oC per menit. Kecepatan
pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan rata-rata
dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit yang pertama perbedaan
pemanasan tidak boleh melebihi 0,5oC.

26

2.2.6Presentasi Data Hasil Pengujian


Tabel 2.6 Pemeriksaan Titik Lembek
Pembukaan

Contoh dipanaskan

Pembacaan suhu oven

contoh

Mulai jam : 11.01 WIB

temperatur 110oC

Selesai jam : 11.11 WIB


Didiamkan pada suhu ruang
Mendinginkan

Mulai jam : 11.11 WIB

Contoh

Selesai jam : 12.21 WIB


Direndam pada suhu 5oC

Mencapai suhu

Mulai jam : 12.21 WIB

Pembacaan suhu lemari

Pemeriksaan

Selesai jam : 12.50 WIB

es temperatur 5oC

Titik Lembek
Pemeriksaan

Mulai jam : 13.30 WIB


Selesai jam : 14.00 WIB

Tabel 2.7 Data Hasil Pengujian Titik Lembek


No
1
2

Suhu yang diambil


o
o
C
F
5
41
10
50

Waktu (menit)
I
II
0
0
100
100

15

59

200

200

20

68

300

300

25

77

400

400

30

86

500

500

35

95

600

600

40

104

700

700

45

113

800

800

10

50

122

925

925

11

66

131

1700

Titik Lembek ( o C )
I
II

58

27

2.2.7Perhitungan dan Analisa


Rata-rata nilai titik lembek dari percobaan di atas dihitung dengan
sebagai berikut:
Nilai titik lembek rata-rata

= 58+58
2
= 58 oC

Pada percobaan ini diperoleh data titik lembek yaitu 58oC . Aspal
yang digunakan dalam percobaan adalah aspal dengan penetrasi 60 / 70 yang
memiliki titik lembek antara 48-58 oC sehingga aspal yang diuji masuk
dalam spesifikasi.
Pengujian titik lembek merupakan salah satu cara untuk
mengetahui pada suhu berapa aspal mulai melembek sehingga dapat
menentukan aspal yang digunakan sesuai atau tidak dengan suhu yang ada di
lapangan.
2.2.8Kesimpulan
Titik lembek aspal percobaan adalah 58 oC sehingga aspal tersebut
memenuhi spesifikasi aspal penetrasi 60/70 di mana titik lembek berada pada
suhu 48-58 oC.
2.2.9Saran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
percobaan adalah :
1) Persiapan pengujian benda uji harus sesuai dengan prosedur.
2) Pembacaan termometer harus teliti.
3) Pembacaan stopwatch harus teliti.

28

2.3 Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar


Standar Spesifikasi :

SK SNI M-19-1990-F

AASHTO T 48-89

ASTM D 92-78

2.3.1

Pendahuluan
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai
dapat mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan dengan
menggunakan Cleveland Open Cup. Titik nyala adalah suhu terendah ketika
terlihat percikan api untuk pertama kalinya di atas permukaan aspal,
sedangkan titik bakar adalah suhu terendah di mana aspal terbakar selama
minimal 5 detik.

2.3.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui suhu pada
saat terlihat nyala api pada permukaan aspal dan mengetahui suhu pada saat
permukaan aspal mulai terbakar.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui titik nyala
dan titik bakar aspal. Suhu yang didapatkan ini adalah sebagai simulasi
terhadap suhu maksimum yang bisa terjadi pada aspal sampai aspal mengalami
kerusakan permanen.

2.3.3

Bahan dan Peralatan


Bahan:
1) Aspal Keras
Peralatan:
1) Cawan kuningan (cleveland open cup).
2) Termometer.
3) Nyala penguji, dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3,2
mm sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm.
4) Plat pemanas terbuat dari logam untuk melekatkan cawan cleveland dan
bagian atas dilapisi asbes setebal 0,6 cm.
29

5) Sumber pemanasan, pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar


alkohol yang tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar bagian
atas cawan.
6) Penahan angin.
7) Stop watch.
8) Korek api.
2.3.4

Penyiapan Benda Uji


1) Memanaskan contoh aspal antara 148,9oC 176oC sampai cukup cair.
2) Menuangkan aspal ke dalam cawan cleveland hingga mencapai garis dan
menghilangkan (memecahkan) gelembung udara yang ada pada
permukaan cairan.

2.3.5

Prosedur Pengujian
1) Meletakkan cawan di atas plat pemanas dan mengatur sumber pemanas
sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.
2) Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan.
3) Menempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak
6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak pada garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji,
kemudian mengatur poros termometer sehingga terletak pada jarak
diameter cawan dari tepi.
4) Menyalakan sumber pemanas dan mengatur pemanasannya sehingga
kenaikan suhu menjadi 15oC per menit sampai benda uji mencapai suhu
56oC dibawah titik nyala perkiraan.
5) Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5oC sampai 6oC per menit
pada suhu antara 56 oC dan 28oC sebelum titik nyala 0,5oC per menit.
6) Menyalakan nyala penguji agar diameter nyala penguji tersebut menjadi
3,2 mm sampai 4,8 mm.
7) Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi
ke tepi cawan) dalam waktu 1 detik. Langkah tersebut diulangi setiap
kenaikan 2oC.

30

8) Melanjutkan langkah f dan g sampai terlihat nyala singkat pada suatu


titik di atas permukaan benda uji.
9) Melakukan pembacaan suhu sampai terlihat nyala yang agak lama
sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji.
10) Membaca dan mencatat suhu pada termometer.
2.3.6

Presentasi Data Hasil Pengujian


Tabel 2.8 Pemeriksaan Titik Nyala

Pembukaan

Contoh dipanaskan

Pembacaan

Pembacaan suhu

contoh

Mulai jam :

waktu

oven

Selesai jam :

10:45

Temperatur

11:02

110oC
Pembacaan suhu

Menentukan titik

Penuangan contoh

nyala contoh

Mulai jam :

11:05

menuang

Selesai jam :

11:05

Temperatur
110oC

Kenaikan suhu

Sampai.56oC

Contoh

Dibawah
Titik nyala
Mulai jam :

11:05

15oC/menit

Selesai jam :

11:17

5oC-6oC/menit

Mulai jam :

11:17

Titik nyala

Selesai jam :

12:02

perkiraan ( oC )

Antara 56oC - 28oC

Tabel 2.9 Data Hasil Percobaan Titik Nyala


31

2.3.7

C dibawah titik nyala

Waktu

56

Titik nyala

124

204

51

318

209

46

512

214

41

76

219

36

912

224

31

1054

229

26

1248

234

21

1442

239

16

1636

244

11

1830

249

2024

254

2218

259

260 oC

Perhitungan dan Analisa Data


Pada pengamatan, titik nyala terlihat jelas karena ruangan yang
digunakan tidak gelap dan pengaturan kenaikan suhu yang tidak bertahap.
Pada pengamatan, titik bakar tidak terlihat karena kapasitas termometer yang
digunakan rendah.

2.3.8

Kesimpulan
Menurut spesifikasi yang digunakan, titik nyala terjadi minimal
pada suhu 200oC, dan titik bakar terjadi 5 menit dari titik nyala. Dari hasil
pemeriksaan menunjukkan titik nyala sebesar 260 oC 200oC berarti
memenuhi spesifikasi sifat untuk penetrasi 60/70.

2.3.9

Saran
1) Pengamatan titik nyala dan titik bakar sebaiknya dilaksanakan di
ruangan yang gelap agar nyala api dapat terlihat dengan jelas.
2) Nyala api harus stabil untuk mendapatkan kenaikan suhu yang bertahap.
3) Pembacaan suhu pada termometer harus teliti dan tepat.
4) Suhu pada ruangan harus lebih stabil.

32

2.4 Pemeriksaan Daktilitas


Standar spesifikasi:

2.4.1

AASHTO T-54-74

ASTM D-113-69

SK.SNI M-08-1989-F

Pendahuluan
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak
langsung dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau
daktilitas aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah aspal
yang memiliki daya adhesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal
yang memiliki nilai daktilitas yang tinggi.

2.4.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengukur jarak yang
terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras
sebelum putus pada suhu 25oC dan kecepatan tarik 5 cm/detik. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai daktilitas aspal dimana akan
berpengaruh dalam pengikatan terhadap agregat pada campuran aspal panas.

2.4.3

Bahan dan Peralatan


Bahan:
1) Aspal keras
2) Glycerin
3) Dexarin
4) Air
Peralatan:

1)

Cetakan daktilitas yang terbuat dari kuningan.


2)Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama
pengujian dengan ketelitian 0,1oC dan benda uji dapat direndam sekurangkurangnya 10 cm di bawah permukaan air. Bak tersebut dilengkapi
dengan pelat dasar yang berlubang diletakkan 5 cm dari bak dasar
perendam untuk meletakkan benda uji.

33

3)Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :


4)Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap.
5)Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan.
2.4.4

Penyiapan Benda Uji


1) Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat
dasar dengan campuran glycerin dan dexarin
2) Memanaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga menjadi cair dan
dapat dituang. Untuk menghindarkan pemanasan setempat, dilakukan
dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80oC sampai
1000C di atas titik lembek, kemudian menuangkan contoh ke dalam
cetakan dari ujung ke ujung hingga penuh.
3) Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang dengan hati-hati dari ujung
ke ujung hingga penuh berlebihan.
4) Mendinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit, lalu
memindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan
pada suhu pemeriksaan selama 30 menit, dan diratakan.

2.4.5

Prosedur Pengujian
1) Mendiamkan benda uji pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85
sampai 95 menit, kemudian benda uji tersebut dilepaskan dari plat dasar
dan sisi-sisi cetakan.
2) Memasang benda uji pada mesin uji, kemudian menarik benda uji secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Perbedaan
kecepatan 5% masih diijinkan.
3) Membaca jarak antara pemegang cetakan pada saat benda uji putus (dalam
cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus terendam sekurangkurangnya 2,5 cm dari air dan suhu harus dipertahankan tetap (25
9.5)oC.

34

2.4.6

Presentasi Data Hasil Pengujian


Tabel 2.10 Pemeriksaan Daktilitas

Pembukaan

Contoh dipanaskan

contoh

Mulai jam:

14.18

Selesai jam:

14.25

Mendinginkan

Didinginkan

contoh

suhu ruang

Pembacaan waktu Pembacaan suhu


temperatur 110oC

pada

Mulai jam:

14.25

Selesai jam:

14.35

Mencapai

Direndam pada suhu

Pembacaan

suhu

25oC

temperatur 25oC

pemeriksaan

Mulai jam:

14.35

Selesai jam:

16.05

Pemeriksaan

suhu

Daktilitas pada suhu

Pembacaan

25oC

temperatur 25oC

Mulai jam:

16.05

Selesai jam:

16.15

suhu

Tabel 2.11 Data Hasil Pemeriksaan Daktilitas


Daktilitas pada suhu 25C

Pembacaan pengukuran pada alat

5 cm per menit
Pengamatan I

113 cm (belum putus)

Pengamatan II
Rata-rata

113 cm (belum putus)


113 cm (belum putus)

2.4.7

Perhitungan dan Analisa


Pada percobaan I dan II diperoleh daktilitas yang sama, yaitu: 110
cm.
Jadi daktilitas rata-rata = 113+ 113
2
= 113cm (belum putus)
Daktilitas adalah salah satu cara pengujian aspal untuk mengetahui
pada jarak berapa aspal akan putus. Semakin tinggi nilai penetrasinya maka

35

nilai daktilitas akan semakin tinggi, sehingga aspal akan terbilang semakin
plastis.
2.4.8

Kesimpulan
Besarnya daktilitas aspal 60/70 disyaratkan minimal 100 cm. Dari
hasil uji pemeriksaan daktilitas terhadap kedua benda uji aspal di atas
diperoleh hasil 113cm sehingga memenuhi spesifikasi penetrasi 60/70.

2.4.9

Saran
1) Percobaan sebaiknya dilakukan pada suhu ruang (25 oC) untuk agar
mendapuatkan hasil yang sesuai dengan standar percobaan.
2) Mesin uji dengan kapasitas alat ukur yang lebih panjang sangat
disarankan untuk melihat dengan jelas jarak terpanjang benda uji akan
putus.
3) Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemeriksaan sebaiknya dilakukan
dengan yang teliti dan minimal percobaan dilakukan dua kali.

2.5 Pemeriksaan Kelarutan Aspal dengan Karbon Tetra Klorida (CCl4)


Standar spesifikasi :

AASHTO T-44-70
36

2.5.1

AASHTO D-165-42

Pendahuluan
Kemurnian aspal adalah jumlah bitumen yang larut dalam CCL4,
dimana semakin sedikit residu atau kotoran yang larut maka kemurnian aspal
makin tinggi.
2.5.2

Maksud dan Tujuan


Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar bitumen yang
larut dalam karbon tetra klorida (CCl4), sehingga dapat diketahui kemurnian
aspal. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui

tingkat

kemurnian aspal dan untuk menentukan apakah aspal yang diuji, layak
digunakan atau tidak sebagai bahan pengikat.
2.5.3

Bahan dan Peralatan


Bahan :

1)

Aspal.

2)

CCl4 (100 ml).


Peralatan :

1)

Labu Erlenmeyer berkapasitas 125 ml, 1 buah.

2)

Kertas saring.

3)

Oven.

4)

Pompa hisap.

5)

Timbangan.

2.5.4

Penyiapan Benda Uji


Bitumen sudah disiapkan di laboratorium dalam bentuk aspal cair
dengan penetrasi 60/70 seberat 3 gram.

2.5.5

Prosedur Pengujian
1)Menimbang Labu erlenmeyer.

37

2) Memasukkan benda uji ke dalam labu erlenmayer hingga suhunya sama


dengan suhu ruangan. Setelah itu, tuangkan 100 ml CCL4 sedikit demi
sedikit sehingga bitumen larut.
3) Menuangkan kertas saring dan dioven selama 5 menit dan ditimbang.
4) Melipat kertas saring yang telah dioven sehingga menyerupai corong
diletakkan di atas mulut pompa hisap.
5) Menuang larutan dari prosedur b ke atas kertas saring yang telah
disiapkan.
6) Setelah larutan habis, kertas saring dimasukkan ke dalam oven selama 15
menit, lalu ditimbang.
2.5.6

Presentasi Dari Hasil Pengujian


Tabel 2.11 Tabel Pemeriksaan Kelarutan Aspal

1.Pemanasan
contoh

Contoh dipanaskan

Pembacaan

Pembacaan

Mulai jam

waktu

suhu oven

Selesai jam

09.45

2. Pemeriksaan

Didiamkan Pada Suhu

10.30

Penimbangan

Ruang

Pelarutan

Mulai jam

4. Penyaringan
5. Pengeringan
6. Penimbangan

Selesai jam

10.30

Mulai jam

11.10

Selesai jam

11.25

Mulai jam

12.55

Selesai jam

12.55

Mulai jam

13.15

Selesai Jam

13.20

110o C

13.25

2.5.7

Hasil Pengujian
Tabel 2.12 Tabel Data Hasil Percobaan Kelarutan Aspal
38

2.5.8

Berat Erlenmeyer + aspal

116,91

gr

Berat Erlenmeyer kosong

= 113,91

gr

Berat aspal

gr

Berat kertas saring + endapan

= 2

Berat kertas Saring kosong

= 1,23

gr

Berat endapan

= 0,77

gr

Atau

= 0,77/3 x 100% = 2,31%

Rata rata
Yang larut

= 2,31%
= (100-2,31)% = 97,69%

3
gr

0,02
3

Perhitungan dan Analisa


Berat aspal

= (berat erlenmeyer + aspal) (berat


erlenmeyer kosong)
= 116,91 113,91
=

Berat endapan

gram

= (berat kertas saring + endapan) (berat


kertas saring kosong)
= 2 1,23
= 0,77

Prosentase endapan

gram

= 0,77/3 x 100%
= 2,31 %

Presentase aspal yang larut

= 100% - 2,31%
= 97,69 %

Dari hasil pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCl4 diperoleh nilai


kelarutan aspal = 97,69 %. Ini berarti aspal tersebut tidak memenuhi syarat
untuk aspal penetrasi 60/70 sebesar 99 %.
2.5.9

Kesimpulan
Jumlah bitumen yang larut dalam CCl4 menyatakan kemurnian aspal
dimana makin besar bitumen yang larut maka tingkat kemurnian aspal makin
tinggi.
Dari hasil pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCl 4, diperoleh nilai
kelarutan CCl4 = 97,69%. Ini berarti aspal yang diuji tidak memenuhi
persyaratan di mana nilai kelarutan minimal 99%. Aspal tersebut tidak
39

diperbolehkan untuk dipakai karena mengandung bahan lain >1%, residu


berupa debu atau kotoran yang dapat mengganggu ikatan antara aspal dan
agregat, menurunkan nilai daktilitas, dan plastisitas.
Data pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCl4 dapat pula berfungsi
sebagai pengontrol terhadap material aspal yang dipakai di lapangan.
2.5.10 Saran
1) Untuk menjaga keawetan aspal, maka perlu dicegah terjadinya kontak
antara aspal dengan CCl4 karena dapat menyebabkan kerapuhan pada
aspal.
2) Untuk mendapatkan hasil yang akurat, percobaan dilakukan dengan
cermat dan teliti serta percobaan dilakukan dua ( 2 ) kali.

40

2.6 Berat Jenis Bitumen atau Aspal Keras


Standar spesifikasi :

AASHTO T-228-68

ASTM D-70-72

2.6.1

Pendahuluan
Dalam penggunaan aspal sebagai material campuran aspal panas
harus benar-benar diketahui sifatnya, termasuk di antaranya berat jenis
bitumen. Berat jenis bitumen adalah perbandingan antara berat bitumen dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

2.6.2

Maksud dan Tujuan


Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan berat jenis
aspal dengan membandingkan berat bitumen dan berat air suling
menggunakan alat picnometer. Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk
membandingkan berat jenis aspal terhadap persyaratan yang ditentukan
untuk digunakan dalam analisis campuran.

2.6.3

Bahan dan Peralatan


Bahan :
1) Aspal Keras
2) Air Suling
Peralatan :
1) Timbangan.
2) Picnometer.
3) Bejana gelas.

41

2.6.4

Prosedur Pengujian
1) Membersihkan, mengeringkan dan menimbang Picnometer dalam
keadaan kosong kemudian mencatat berat picnometer kosong ( A ).
2) Mengisi picnometer dengan air hingga penuh dan ditutup rapat, kemudian
picnometer + air ditimbang dan catat beratnya ( B ).
3)Mengeluarkan air dari dalam picnometer, lalu membersihkan picnometer
tersebut dan dikeringkan. Selanjutnya, mengisi picnometer tersebut
dengan aspal yang sudah dipanaskan setinggi 3/4 bagian dari isi
picnometer, lalu mendiamkannya sampai dingin tidak kurang dari 40
menit. Timbang dan catat berat picnometer dan aspal tersebut (C) tersebut.
4) Picnometer + aspal diisi air hingga penuh dan ditutup rapat kemudian
timbang dan catat berat picnometer + aspal + air (D).
5) Membersihkan Picnometer dan mengembalikannya ke tempatnya semula.

2.6.5

Data Hasil Pengujian


Tabel 2.13 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal
Pembukaan contoh

Dipanaskan

Pembacaan suhu oven

Mulai jam : 10.00

Temperatur 110oC

Selesai jam : 10.44


Mendinginkan contoh

Didiamkan
Mulai jam : 10.45
Selesai jam : 11.30

Mencapai suhu

Direndam

Pemeriksaan

Mulai jam : 11.31


Selesai jam : 12.00

Pemeriksaan

Berat jenis
Mulai jam : 12.00
Selesai jam : 12.20

Tabel 2.14 Data Hasil Pengujian Berat Jenis Aspal


42

Contoh
Berat picnometer + contoh (C)

I
29,65 gr

II
26,59 gr

Berat picnometer kosong (A)

15,8 gr

14,05 gr

13,85 gr

12,54gr

Berat picnometer + Air (B)

40,4 gr

39,02 gr

Berat picnometer kosong (A)

15,8 gr

14,05 gr

Berat Air (2)

24,6 gr

24,97 gr

Berat picnometer + aspal + air (D)

41,1 gr

39,55 gr

Berat picnometer + aspal (C)

29,65 gr

26,59 gr

Berat Air (3)

11,45 gr

12,96 gr

Berat aspal (2 - 3)

13,15 gr

12,01 gr

Berat Jenis = (1)/(2-3)

1,053

1,044

Rata-Rata

1,0485

Berat aspal (1)

2.6.6

Perhitungan dan Analisa


(C-A)

BJ =

( CA ) (B-A)- (D-C)
( BA )( DC )
Keterangan:
A

= Berat picnometer kosong (dengan penutup) (gram)

= Berat picnometer berisi air

(gram)

= Berat picnometer berisi aspal

(gram)

= Berat picnometer berisi aspal dan air

(gram)

43

Contoh I
Berat contoh (1)

=C-A
= 29,65 15,8
= 13,85 gram

Berat Air (2)

= (B-A)
BJ air
= (40,4 15,8)
1
= 24,6 gram

Berat Air (3)

= (D-C)
BJ air
= (41,1 29,65)
1
= 11,45 gram

Isi Contoh

=(23)
= 24,6 11,45
= 13,15 gram

Berat Jenis Aspal Keras

= Berat Contoh
Isi Contoh
= 13,85
13,15
= 1,053

Contoh II
Berat contoh (1)

=C-A
= 26,59 14,05
= 12,54 gram

Berat Air (2)

= (B-A)
BJ air
= (39,02 -14,05)
1
= 24,97 gram

Berat Air (3)

= (D-C)

( D C )
BJ Air
= (39,55 26,59)
1
= 12,96 gram
BJ air

Isi contoh

=(23)
= 24,97 12,96 = 12,01 gram

Berat Jenis Aspal Keras

= Berat Contoh
44

Isi Contoh
= 12,54
12,01
= 1,044
Berat Jenis Rata-Rata

= 1,053+1,044
2
= 1,0485

Menurut SNI 06-2441-1991, persyaratan yang ditentukan untuk berat


jenis aspal penetrasi 60/70 adalah minimal 1,0. Dari hasil pemeriksaan diperoleh
hasil 1,0485. Sehingga aspal yang memenuhi spesifikasi aspal penetrasi 60/70.
Nilai berat jenis aspal hasil pengujian tersebut digunakan dalam formula berat jenis
maksimum campuran dan persentase rongga terisi aspal. Pengujian berat jenis
aspal tersebut harus dilakukan dengan teliti agar menghasilkan campuran yang
memiliki spesifikasi yang sesuai dengan spesifikasi AC.
2.6.7

Kesimpulan
Berdasarkan dari pengujian, diperoleh nilai berat jenis rata-rata aspal
sebesar 1,0485 sehingga aspal yang telah diuji tersebut memenuhi syarat
sebagai aspal penetrasi 60/70 yaitu berat jenis minimal 1.
2.6.8

Saran
1) Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan akurat, perlu dilakukan
percobaan yang cermat dan ketelitian dalam pelaksanaan percobaan.
2) Aspal penetrasi 60/70 dapat direkomendasikan untuk bahan pembuatan
campuran aspal beton di daerah dengan suhu tropis dan dengan
kelembaban yang tinggi dan sebagai alat kontrol terhadap material aspal
yang dipakai di lapangan.

45

2.7

Kesimpulan Pengujian Bahan Aspal


Dari hasil pengujian terhadap bahan aspal, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Nilai Penetrasi aspal 60/70 sebesar 60,9 mm. Diperoleh dari uji penetrasi
dari alat penetrometer pada suhu 25oC dengan beban 100 gram selama 5
detik, di mana dilakukan sebanyak lima kali dengan dua benda uji. Untuk
aspal 60/70 range angka penetrasi adalah 60-79 dengan toleransi sebesar 4,
sehingga benda uji memenuhi persyaratan sebagai aspal penetrasi 60/70.
2. Titik lembek aspal percobaan adalah 58 oC sehingga aspal tersebut
memenuhi spesifikasi aspal penetrasi 60/70 di mana titik lembek berada
pada suhu 48-58 oC.
3. Dari hasil pemeriksaan menunjukkan titik nyala sebesar 260oC . Menurut
spesifikasi yang digunakan, titik nyala terjadi minimal pada suhu 200 oC,
dan titik bakar terjadi 5 menit dari titik nyala.sehingga aspel tersebut
memenuhi spesifikasi sifat untuk penetrasi 60/70.
4. Besarnya daktilitas dari pemeriksaan terhadap kedua benda uji aspal di atas
adalah 113 cm.Besarnya daktilitas aspal 60/70 disyaratkan minimal 100 cm
sehingga memenuhi spesifikasi penetrasi 60/70.
5. Nilai kelarutan CCl4= 97,69 %. Ini berarti aspal yang diuji tidak memenuhi
persyaratan di mana nilai kelarutan minimal 99%. Aspal tersebut tidak
diperbolehkan untuk dipakai karena mengandung bahan lain >1%, residu
berupa debu atau kotoran yang dapat mengganggu ikatan antara aspal dan
agregat, menurunkan nilai daktilitas, dan plastisitas.
6. Nilai berat jenis rata-rata aspal sebesar 1,0485 sehingga aspal yang telah diuji
tersebut memenuhi syarat sebagai aspal penetrasi 60/70 yaitu berat jenis
minimal 1.

46

Anda mungkin juga menyukai