BANDUNG
2018
PENGUJIAN KETAHANAN API BAHAN TEKSTIL CARA VERTIKAL & CARA
MIRING
I. Tujuan Praktikum
Praktikum pengujian ketahanan bahan tekstil terhadap nyala api ini dilakukan dengan
tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara menguji ketahanan
konstruksi kain terhadap nyala api dan mengetahui sifat fisik kain tersebut terhadap nyala
api .
Pengujian dengan cara uji miring 45o adalah mengukur waktu perambatan nyala api
membakar contoh uji yang dijepit rangka dan diletakan 45o dengan jarak 127 mm,sejak api
pembakar diambil.
Pengujian dengan cara uji jalur vertikal dimaksudkan untuk kain asli yang tahan
nyala api atau untuk kain yang diberi penyempurnaan tahan nyala api. Dalam pengujian ini
dibedakan antara kain yang dapat terbakar tetapi tahan terhadap nyala api atau tidak
merusak nyala api, dengan kain termoplastik yang tidak terbakar bila didekatkan pada
nyala api, tetapi meleleh dan mengkerut menjauhi nyala api.
Pengujian dengan uji jalur vertikal dilakukan dengan jalan membakar kain yang
dipasang pada kedudukan vertikal dan pada ujung kain bagian bawah dibakar dengan nyala
api bunsen, dengan ukuran kain bervariasi sesuai dengan standar yang dipakai dan tujuan
penggunaan kain yang tahan nyala api.
Pengujian ini ditujukan untuk menentukan apakah suatu kain bersifat anti nyala api,
dapat dipakai untuk menguji semua jenis kain yang berbentuk lembaran atau dipotong-
potong menjadi bentuk lembaran-lembaran kain.
Prinsip dari pengujain ini yaitu membakar kain contoh uji yang telah dikondisikan
yang disiapkan pada suatu pemegang contoh dan diletakkan vertikal dan miring dalam
suatu alat uji. Contoh uji kemudian dibakar pada kondisi tertentu, waktu nyala api, waktu
bara, serta panjang arang diukur dan dicatat.
Bahan :
1. Bahan contoh uji dengan ukuran (7x32)cm pada arah lusi dan pakan
2. Bahan contoh uji dengan ukuran (5x15)cm pada arah lusi dan pakan
Alat-alat :
1. Flammability tester
2. Stop Watch
4. Pembakar bunsen
1. Menyiapkan contoh uji masing-masing 1 buah untuk arah lusi dan pakan dengan
ukuran (7 x 32) cm, dan memberi tanda pada permukaan yang berlawanan dengan
permukaan yang akan diuji.
2. Mengondisikan contoh uji dalam eksikator selama 15 menit sampai mencapai
keseimbangan kelembaban setelah sebelumnya dioven 1000C terlebih dahulu +
1 jam.
3. Memasang contoh uji vertikal pada pemegang contoh, lalu meletakkan pemegang
contoh pada alat uji sehingga ujung bawah contoh uji akan berada tepat di tengah
nyala api
4. Meletakkan pembakar bunsen di dalam alat uji dan membuka katup aliran gas
dan menyalakan api.
5. Membakar contoh uji selama 12 detik lalu api dipadamkan, kemudian menutup
pintu alat uji dan menghitung waktu nyala api.
6. Setelah nyala api pada kain padam, lalu membiarkan contoh uji membara sampai
padam sendiri. Kemudian mengukur waktu bara contoh uji
7. Mengukur panjang arang dari ujung yang terbakar sampai ujung sobek.
V. HASIL PERCOBAAN
Contoh Uji
Contoh Uji
VI. DISKUSI
Prinsip pada pengujian ini adalah Contoh uji yang telah dikondisikan, disiapkan
pada suatu pemegang contoh dan diletakan dalam suatu alat uji. Contoh uji kemudian
dibakar pada kondisi tertentu, waktu nyala dan waktu bara dicatat serta panjang arang
diukur.
Pada kain yang diuji secara miring kain termasuk kain kelas normal (diterima
sebagai pakaian) karena waktu terbakarnya lebih dari 3,5 detik.
Pada kain yang diuji vertikal merupakan termasuk kategori mudah terbakar
(flammable) karena kain yang meneruskan nyala api dengan cepat dan apabila
dijauhkan dari api kain akan terus terbakar. Pada arah lusi kain meneruskan nyala api
walaupun sudah dijauhkan dari api. Pada arah lusi 11,5 detik kemudian ada bara 9
detik setelah api hilang. Hal ini menunjukkan bahwa kain ini tahan apinya kurang
baik. Begitupun pada daerah pakan. Nyala api lebih lama yaitu 11 detik dengan waktu
bara 9,5 detik.
Sifat ketahanan api yang rendah ini mungkin terjadi karena kain contoh uji
tersebut pada poses penyempurnaan sebelumnya tidak melalui proses penyempurnaan
anti api.
Selain itu faktor lainnya yang berpengaruh terhadap nyala api juga adalah sebagai
berikut :
Komposisi serat pada kain
Sifat anti nyala api sangat dipengaruhi oleh jenis seratnya. Serat-serat selulosa
seperti kapas, flax dan rayon mempunyai sifat tahan nyala api yang rendah,
sedangkan wol biasanya sulit tebakar. Bahan nilon dan poliester adalah serat
termoplastik yang mengkeret dari nyala api dan cenderung untuk tidak terbakar,
meskipun karena proses penganjian atau pencelupan dengan zat warna tertentu dapat
menyebabkan kain nilon dan poliester mudah terbakar.
Jenis benang
Konstruksi benang tidak berpengaruh terhadap sifat anti nyala api pada bahan
Struktur kain
Sifat anti nyala api pada kain tidak tergantung pada konstruksi misalnya kain tenun,
kain rajut, kain renda, kain felt, dan sebagainya.
Berat kain
Berat kain berpengaruh langsung terhadap sifat anti nyala api untuk jenis serat
apapun, makin berat sifat nyala apinya makin baik. Untuk kain tahan terhadap nyala
api diuji dengan jalur vertikal (vertical strip test) sedangkan untuk kain yang tidak
tahan nyala api diuji dengan cara uji miring (the 45o test). Untuk menguji apakah sifat
tahan nyala api permanen atau tidak, perlu diterangkan apakah pengujian dilakukan
sebelum proses pencucian atau proses cuci kering (dry cleaning) atau sesudahnya
VII. KESIMPULAN
Panjang arang = 0 cm
Panjang arang = 0 cm
Dengan cepatnya kain terbakar dan juga sifatnya yang meneruskan pembakaran,
menunjukkan bahwa kain tenun tersebut memiliki ketahanan api yang kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Cara Uji Tahan Api Pada Bahan Tekstil, SII No. 2055-87, Departemen
Perindustrian, 1975.
Moerdoko, Wibowo, S.Teks, dkk, Evaluasi tekstil bagian kimia, Institut Teknologi
Tekstil, 1975.