Disusun oleh :
NPM : 20420084
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana Tuhan YME telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat melaksanakan sebuah praktikum dan
menyelesaikannya dengan baik.
Hingga akhirnya terusunlah sebuah laporan resmi praktikum kain secara kimia ini. Laporan ini
telah saya susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktikum Pengujian dan Evaluasi Kain.
Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka saya tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan praktikum kimia ini. Khususnya kepada :
1. Kepada Bapak Kurniawan, S.Si., MT. selaku dosen utama mata kuliah Praktikum
Evaluasi Kain.
2. Kepada para asisten laboratorium yang senantiasa sabar menghadapi saya selama kelas
praktikum
Demikian ini laporan Praktikum Evaluasi Kain yang telah saya buat. Saya mohon kritik dan
sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan Praktikum
Evaluasi kain ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Juga bermanfaat bagi saya selaku penulis.
Penyusun,
Hanum Silmia
DAFTAR ISI
BAB I ...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................................4
BAB II .........................................................................................................................................................6
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA ..............................................................................................6
TERHADAP PENCUCIAN .......................................................................................................................6
BAB III ......................................................................................................................................................14
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA ............................................................................................14
B. UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN ................................................14
BAB IV ......................................................................................................................................................18
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA ............................................................................................18
UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT ..................................................18
BAB V........................................................................................................................................................25
UJI STABILITAS DIMENSI KAIN .......................................................................................................25
BAB VI ......................................................................................................................................................33
UJI KETAHANAN KAIN TERHADAP NYALA API ..........................................................................33
BAB VII.....................................................................................................................................................38
UJI DAYA SERAP KAIN ........................................................................................................................38
CARA TETES...........................................................................................................................................38
BAB VII.....................................................................................................................................................42
UJI DAYA SERAP KAIN HANDUK TERHADAP AIR ......................................................................42
CARA KERANJANG ..............................................................................................................................42
BAB VIII ...................................................................................................................................................46
UJI DAYA TAHAN AIR CARA SIRAM ...............................................................................................46
BAB IX ......................................................................................................................................................50
UJI DAYA TOLAK AIR HUJAN PADA KAIN ....................................................................................50
CARA BUNDESMAN ..............................................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN
• Seleksi bahan baku; Dalam proses produksi bahan baku merupakan satu diantara
faktor-faktor terpenting untuk menentukan baik atau tidaknya produk yang
dihasilkan. Karena nya evaluasi terhadap mutu bahan baku sebelumnya di proses
mutlak harus dilakukan.
TERHADAP PENCUCIAN
Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja tahan karat. Proses
pencucian dilakukan sedemikian rupa sehingga kondisinya sama dengan keadaan pencucian
yang diinginkan. Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung pada suhu yang dikehendaki.
Tabel Kondisi Pengujian Ketahanan Luntur Pada Pencucian
Jenis Suhu Vol JML sabun Jumlah Klor Jumlah Waktu cuci
Uji ºC larutan(ml) (%) % kelereng (Menit)
I 40 200 0,5 - 10 45
II 49 150 0,2 - 50 45
Penilaian tahan luntur dilaksanakan terhadap perubahan warna pada kain contoh uji,
dibandingkan dengan standar perubahan warna pada “Gray Scale”, dan terhadap penodaan
kain multi uji serat atau kain kapas putih yang ikut dicuci bersama contoh uji, dengan
membandingkan terhadap standar penodaan warna pada “Staining Scale”.
Grey Scale
Pada Gray Scale, penilaian tahan luntur warna dan perubahan yang sesuai dilakukan
dengan membandingkan perbedaan contoh yang telah diuji dengan contoh asli
terhadap perbedaan yang sesuai dari deretan standar perubahan yang digambarkan oleh
Gray Scale.
Dalam penggunaan Gray Scale sifat perubahan warna baik dalam corak, kecerahan,
ketuaan atau kombinasinya tidak dinilai. Dasar evaluasinya adalah keseluruhan
perbedaan atau kekontrasan antara contoh uji asli dengan contoh yang telah diuji.
Pada Staining Scale penilaian penodaan pada kain putih di dalam pengujian tahan
luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih
yang ternodai dan yang tidak ternodai terhadap perbedaan yang digambarkan oleh
Staining Scale.
Nilai tahan luntur contoh uji, adalah angka Gray Scale dan angka Staining Scale
yang sesuai dengan kekontrasan antara contoh uji asli dengan contoh yang telah diuji.
Tabel hasil evaluasi tahan luntur warna terhadap angka-angka Gray Scale dan
Staining Scale adalah sebagai berikut :
Tabel Evaluasi Tahan Luntur Warna
Nilai Tahan Evaluasi Tahan
Luntur Warna Luntur Warna
5 Baik sekali
4–5 Baik
4 Baik
3 Cukup
2–3 Kurang
2 Kurang Jelek
1–2 Jelek
Prinsip pengujiannya adalah dimana contoh uji dicuci pada kondisi, suhu,
alkalinitas yang sesuai dan gosokan-gosokan sedemikian, sehingga berkurangnya
warna yang dikehendaki didapat dalam waktu yang singkat. Gosokan diperoleh
dengan lemparan, geseran dan tekanan, bersama-sama dengan digunakannya
perbandingan larutan yang rendah dan sejumlah kelereng baja yang sesuai arah lusi
dan contoh uji pakan lebarnya sejajar arah pakan.
1.5 Alat Dan Bahan
Praktikum menguji kekuatan tahan luntur warna terhadap pencucian ini memerlukan
peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:
1 4 4 4-5
2 4 4 4-5
1.9 Diskusi
1.10 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian, didapat
hasil pengujian untuk perubahan warna maupun penodaan warna sebagai berikut:
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa
mempraktekan cara menguji ketahanan kain terhadap gosokan, dimaksudkan untuk menguji
penodaan dari bahan berwarna pada kain lain, yang disebabkan karena gosokan (basah dan
kering) dan pemakaian untuk bahan tekstil berwarna dari segala macam serat untuk dapat
dijadikan acuan pada proses pengendalian mutu produksi dan perdagangan.
Pengujian ini meliputi cara uji penodaan dari bahan berwarna pada kain lain yang
disebabkan karena gosokan. Cara ini dapat dipakai untuk bahan tekstil berwarna dari segala
macam serat baik alam bentuk benang maupun kain. Pengujian dilakukan dua kali yaitu
gosokan dengan kain kering dan gosokan dengan kain basah.
Prinsip pengujian tersebut adalah sebagai berikut yaitu contoh uji dipasang pada
Crockmeter, kemudian padanya digosokan kain putih kering dengan kondisi tertentu.
Penggosokan ini diulangi dengan kain putih basah. Penodaan pada kain putih dinilai dengan
mempergunakan staining scale.
Praktikum menguji ketahanan luntur kain terhadap gosokan ini memerlukan peralatan
dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:
1. Crockmeter, berjari-jari 1,5 cm yang bergerak satu kali maju mundur sejauh 10 cm setiap
kali putaran dengan gaya tekanan pada kain seberat 500 g.
2. Kertas saring
3. Air suling
4. Kain contoh uji dengan ukuran 5 x 20 cm (4 buah) diukur dari arah diagonal kain
5. Staining Scale
6. Kain kapas ukuran 5 x 5 cm (basah dan kering)
7. Penilaian : staining scale scale for Assessing staining (including half-steps). ISO 105 AO3
BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methods.
1. Meletakan contoh uji diatas alat penguji dengan sisi panjang, searah dengan
arah gosokan.
2. Membungkus jari Crockmeter dengan kain putih kering dengan anyamannya
miring terhadap arah gosokan.
3. Kemudian memulai proses penggosokan sebanyak 10 kali maju mundur (20
kali gosokan) dengan memutar alat pemutar 10 kali dengan kecepatan satu
putaran per detik.
4. Mengambil kain putih dan mengevaluasi kain dengan staining scale.
1. Membasahi kain putih dengan air suling, kemudian diperas diantara kertas
saring, sehingga kadar air dalam kain menjadi 65 ± 5 % terhadap berat kain
pada kondisi standar kelembaban relatif 65 ± 2 % dan suhu 21 ± 2 0C.
2. Kemudian mengerjakan langkah kerja seperti pada cara gosok kering dari
nomor 1 – 4 secepat mungkin untuk menghindari terjadinya penguapan.
3. Mengeringkan kain putih di udara bebas sebelum melakukan evaluasi.
4. Mengambil kain putih yang telah kering dan mengevaluasi kain dengan
staining scale
Hasil pengujian :
Jenis Pengujian Contoh Uji Nilai pada Staining Scale
Kering 1 4-5
2 5
Basah 1 4
2 4
1.7 Diskusi
Dalam pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan praktikan menggunakan alat
penggosok yang manual (crockmeter) yang digerakan menggunakan tangan kesulitan
yang dialami adalah terkadang gosokannya melenceng dari contoh uji sehingga contoh
uji harus dipegang menggunakan tangan. Dalam pengujian ini hasil uji gosokan basah
lebih jelas terlihat perbedaan warnanya dibandingkan dengan gosokan kering dengan
dilihat secara visual. Hal ini mungkin disebabkan ikatan molekul warna yang mudah
lepas.
1.8 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian ketahan luntur warna terhadap gosokan, didapat hasil
bahwa berdasarkan nilai perbandingan dengan staining scale diperoleh bahwa untuk uji
gosok pada keadaan basah memberikan nilai yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa
ketahanan luntur contoh uji akan berkurang pada kondisi kering dibandingkan dengan
kondisi basah. Hal itu disebabkan karena friksi antar kain jauh lebih besar dalam keadaan
basah dibandingkan dalam keadaan kering.
Praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat ini dilaksanakan dengan
tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara memberikan penilaian
pada contoh uji dengan menggunakan Gray scale dan Staining Scale mengenai ketahanan
luntur warna terhadap larutan keringat buatan baik yang bersifat asam atau bersifat basa,
sehingga mahasiswa dapat mengetahui mutu kain sample untuk dapat dijadikan acuan pada
proses pengendalian mutu produksi dan perdagangan.
Pengujian ini meliputi pengujian ketahanan luntur warna dari segala macam dan bentuk
bahan tekstil berwarna terhadap keringat. Prinsip pengujian dari uji tahan luntur warna
terhadap keringat adalah contoh uji dipotong dengan ukuran 4 x 10 cm dan dijahit diantara
sepasang kain putih dengan ukuran yang sama. Contoh-contoh uji yang terpisah dari bahan
tekstil berwarna dalam larutan keringat buatan bersifat asam dan basa, kemudian diberikan
tekanan mekanik tertentu dan dikeringkan perlahan-lahan pada suhu yang naik sedikit demi
sedikit.
Pada saat pengujian, contoh uji dipasangkan dengan dua helai kain putih dimana yang
sehelai dari serta yang sejenis dengan bahan yqng diuji, sedangkan yang sehelai lagi dari serat
menurut pasangan seperti dibawah ini :
Kain pertama Kain kedua
▪ Kapas ▪ wool kapas kapas
▪ Wool ▪ wool wool
wool/rayon viskosa
▪ Sutera ▪ wool wool rayon
▪ Linen ▪ viskosa
▪ Rayon viskosa ▪
▪ Poliamida ▪
▪ Poliester ▪
▪ Poliakrilat ▪
▪ Asetat ▪
Catatan : yang dimaksud dengan kain putih untuk kapas, wol, sutera, dan linen adalah kain
grey yang diputihkan.
Praktikum menguji ketahanan luntur warna terhadap keringat ini memerlukan peralatan
dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:
2. Perspiration tester
7. Lempeng-lempeng kaca/plastik
1. Menjahit dua buah contoh kain berwarna diantara kain putih, kemudian
direndam alam larutan keringat buatan yang bersifat basa, sedangkan dua buah
contoh lainnya dalam larutan keringat bersifat asam selama 15-30 menit untuk
mendapatkan pembasahan yang sempurna.
2. Memeras dan meletakan contoh uji diantara dua lempeng kaca, lalu dipasang
pada prespiration tester dan diberi tekanan 10 pound (60 g/cm 2) dan diatur
sehingga contoh uji dalam kedudukan tegak pada waktu meletakannya dalam
pemanas.
3. Memasukan contoh uji yang telah siap kedalam pemanas pada suhu 38 ± 1 C
selama paling sedikit 6 jam.
4. Melakukan evaluasi perubahan warna terhadap contoh uji yang sudah kering
dengan gray scale dan evaluasi penodaan warna dilakukan dengan cara
membandingkannya dengan staining scale.
Cara evaluasi hasil uji
Tidak tahan lunturnya warna terhadap keringat dapat disebabkan oleh migrasi
warna (bleeding) atau perubahan warna contoh uji. Perubahan warna dapat terjadi
tanpa bleeding, sebaliknya mungkin pula terjadi bleeding tanpa perubahan warna
atau dapat terjadi kedua-duanya.
Nilai 5 Tidak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam
gray scale.
(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih terhadap
Staining Scale)
Nilai Arti
Nilai 5 Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam
Staining scale.
Hasil pengujian :
1 4 4 4 3 4 3-4
2 3 4 4 3 4 3-4
1.7 Diskusi
Hasil pelaksanaan praktikum menguji ketahanan luntur warna terhadap keringat
asam dan basa ini memiliki tingkat kesulitan yang hampir sama dengan pengujian
ketahanan luntur warna yang lain, yaitu saat penilaian hasil uji, dikarenakan penilaian
terhadap hasil pengujian memerlukan ketelitian yang sangat baik terutama ketelitian
membandingkan warna. Pada proses terakhir yaitu contoh uji dipanaskan didalam oven
dibutuhkan waktu sekiranya 4 jam sehingga evaluasi kain tidak dilakukan saat itu juga.
1.8 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat asam dan
basa ini dapat dilihat bahwa berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas,
menunjukkan bahwa warna pada kain tersebut cukup banyak menodai kain kapas
perubahan warna kain pun cukup banyak dalam larutan keringat yang bersifat basa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kain contoh uji tersebut kurang cukup tahan
terhadap keringat yang bersifat basa.
1.9 Kain Contoh uji
BAB V
Praktikum pengujian stabilitas dimensi kain tenun ini dilaksanakan dengan tujuan agar
mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara menguji dan menilai berapa besar
perubahan yang terjadi pada kain tenun yang dicuci dengan sabun baik ke arah lusi dan ke arah
pakan setelah mengalami pencucian yang dapat berupa mengkeret atau mulur.
Kain tenun apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian akan mengalami
perubahan dimensi baik kearah lusi ataupun pakan. Apabila perubahan ini terjadi maka,
kondisi tersebut harus dipulihkan kembali denagan cara :
a. Tension Presser
b. Knit Shrinkage Gauge
c. Hand iron
Pada pengujian ini kondisi pencuciannya dengan menggunakan sbun netral pada suhu
400 C selama 30 menit. Untuk pemulihannya pada kain tenun dengan menggunakan Knit
Shrinkage gauge, tetapi pada percobaan ini tidak dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pengujian stabilitas dimensi ialah : a. Proses pencucian
b. Proses pengeringan
c. Proses pemulihan
Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setalah pemakaian sehari-hari termasuk
kain yang mutu kainnya baik. Penyebab utama dari dari perubahan dimensi kain adalah
mengkeret setelah pencucian. Kadang-kadang orang membeli baju dengan ukuran sedikit
lebih longgar dengan harapan apabila dicuci akan mengkeret dan ukurannya sesuai. Ada dua
jenis medngkeret yaitu mengkeret karena teganngan mekanis pada waktu proses pertenunan
dan penyempurnaan. Mmenyebabkan kain tertarik untuk sementara dan waktu pencucian akan
relaxation ke bentuk semmula. Dan jenis mengkeret lain, karena adanya kemampuan serat
untuk menggumpal (felting) dalam pencucian. misalnya serat wol yang cenderung untuk
mengkeret dan menggumpal dalam keadaan basah.
Pakaian atau kain contoh uji dicuci dalam mesin pencuci silinder bolak-balik, lalu
dikeringkan dan apabila perlu diberikan gaya pemulihan. Suhu dan waktu pengadukan didalam
alat yang divariasi untuk mendapatkan berbagai kondisi pencucian yang berbeda-beda. Cara
pengeringan dan cara pemberian gaya pemulihan divariasi untuk menyesuaikan dengan
pengerjaan akhir pencucian dalam rumah tangga atau pencucian komersial. Jarak tanda pada
contoh uji pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran untuk kain rajut)
sebelum dan sesudah pencucian diukur.
Praktikum menguji kekuatan sobek kain dengan cara trapesium ini memerlukan
peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:
Bahan : Kain tenun dengan ukuran (10x10) inchi setiap sisinya di obras,
Alat–alat :
Lusi Pakan
Data
Awal (cm) Akhir (cm) Awal (cm) Akhir (cm)
1 35 34,4 35 34,3
2 35 34,5 35 34,5
3 35 34,7 35 34,7
𝑥̅ : 33 𝑥̅ : 34,5 𝑥̅ : 35 𝑥̅ : 34,5
34,4−35
= 𝑥̅ 100%
35
= - 1,71 %
34,5−35
= 𝑥̅ 100%
35
= - 1,42 %
34,7−35
= 𝑥̅ 100%
35
= - 0,85 %
4. Perubahan Panjang Pakan 1
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
34,3−35
= 𝑥̅ 100%
35
=-2%
34,5−35
= 𝑥̅ 100%
35
= - 1,42 %
34,7−35
= 𝑥̅ 100%
35
= - 0,85 %
Course Wale
Data
Awal (cm) Akhir (cm) Awal (cm) Akhir (cm)
33,2−35
= 𝑥̅ 100%
35
= - 5,14 %
34,4−34,7
= 𝑥̅ 100%
34,7
= - 0,86 %
33,6−35,1
= 𝑥̅ 100%
35,1
= - 4,27 %
34,4−34,7
= 𝑥̅ 100%
34,7
= - 0,86 %
34,1−35,3
= 𝑥̅ 100%
35,3
= - 3,39 %
6. Perubahan Panjang Wale 3
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
34,3−34,9
= 𝑥̅ 100%
34,9
= - 1,71 %
1.6 Diskusi
Dari hasil pelaksanaan praktikum menguji perubahan dimensi kain tenun pada proses
pencucian dan pengeringan diketahui bahwa dimensi kain berubah stelah mengalami
pencucian dan pengeringan. Hal tersebut dikarenakan adanya gerakan penarikan dan
perendaman serta masuknya zat-zat pencuci pada detergen, dan lain sebagainya.
1.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian ini, didapat hasil sebagai berikut :
1.6 Diskusi
Dalam melaksanakan praktikum pengujian tahan nyala api yang telah dilakukan
praktikan megalami kesulitan dalam menghitung menggunakan stopwatch karena
dibutuhkan ketelitian dalam menghitung nyala api sampai habis dan bara api sampai
habis.Dari hasil pelaksanaan praktikum pengujian tahan nyala api yang telah dilakukan
ternyata kain yang diujikan tidak tahan nyala api, karena setelah 12 detik dibakar kemudian
api dijauhkan, ternyata kain bersifat meneruskan pembakaran sampai sepanjang kain habis
terbakar. Selain itu, setelah nyala api tidak ada bara yang tetap menyala dan bau yang
dihasilkan seperti plastic dan juga apabila bara diraba remuk seperti kapas dibakar hal
tersebut menggidentifikasikan bahwa kain yang diuji campuran polyester dan cotton.
1.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian ketahanan nyala api, didapat hasil bahwa waktu
nayala api pada arah lusi lebih lama dibanding arah pakan. Bahan pada arah lusi ternyata
memiliki waktu nyala lebih lama dibanding arah pakan. Hal ini menunjukan bahwa bahan
pada arah lusi lebih tahan api dibanding arah pakan.
1.8 Kain contoh uji
BAB VII
CARA TETES
Untuk mengetahui kecepatan basah (wetting time) maka dikenal dua macam cara, yaitu
:
• Uji tetes, dilakukan pada permukaan kain yang rata dan halus
• Cara keranjang, Dilakukan untuk kain yang tidak rata, misalnya kain handuk
Pada prinsipnya kedua pengujian ini adalah sama yaitu untuk mengetahui kecepatan
basah dari contoh uji tetapi perbedaannya terletak pada kasar atau tidaknya permukan contoh
uji. Prinsip uji tetes adalah menghitung waktu dari air yang diteteskan pada permukaan kain
yang dipasang tegang sampai air tersebut hilang terserap. Yang dimaksud dengan waktu basah
adalah waktu dari saat air diteteskan sampai air hilang terserap.
Daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan dan bnetuk tujuan
tertentu, misalnya kain pembalut, kain handuk dan lai-lain. beberapa kain harus mempunyai
kemampuan untuk menyerap air atau cairan secara cepat atau mudah terbasahi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembasahan kain :
1. Bila setetes air dijatuhkan pada permukaan dari tiga jenis benda padat yang rata, maka
tetesan air tersebut mungkin berbentuk bulat, pipih atau antara bulat dan pipih. Karena sifat air
maka perbedaan kondisi tekanan air pada ketiga permukaan benda padat disebabkan oleh
perbedaan sifat dari gabungan antara air dan permukaan benda padat.
2. Permukaan benda padat dimana tetesan air akan membetuk bola menunjukan sudut kontak,
and akn cenderung untuk menggelinding meninggalkan permukaan benda padat dalam
keadaan kering. Semakin kecil susdut kontak, semakin mudah tetesan air menyebar
keseluruhan perm ukaan benda padat dan membasahi benda padat tersebut. Perbedaaan
permukaan disebabkan oleh perbedaan energi permukaan dan teganngan permukaan pada ntar
muka dari dua fase, yaitu padat-cair, cair-udara, dan padat-udara.
Percobaan oleh Cassie menunjukan bahwa bahan yang tahan air akan memberikan sudut
kontak tinggi. Sudut kontak yang tinggi akan terjadi pada air diatas suatu permukaan yangn
kering dan susdut kontak tersebut akan mengacil apabila cairan makin berkurang , permukaan
menjadi basah.
Praktikum menguji kekuatan dan mulur kain ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan
yang diantaranya adalah:
Alat :
- Simpai bordir.
- Stop watch.
1 >30 detik
2 >30 detik
3 >30 detik
1.6 Diskusi
Dalam melakukan pengujian daya serap kain rajut praktikan mengalami kesulitan
dalam mengeluarkan air dari buret yang berisi air, air yang dikeluarkan dari buret cukup
satu tetes jika lebih dari satu tetes pengujian harus diulangi, selain itu dalam melakukan
praktikum ini dibutuhkan ketelitian dalam mengamati air sampai meresap atau menyebar
ke contoh uji tanda apabila air sudah meresap keseluruh permukaan kain contoh uji yaitu
tidak ada air yang berada diatas kain contoh uji biasanya air tersebut berkilau apabila berada
diatas kain contoh uji. Pengujian ini dilakukan sebanyak tiga kali pada tempat yang berbeda
dibutuhkan ketepatan dalam mengukur air sampai meyerap ke contoh uji dalam
menggunakan stopwatch.
1.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapat hasil bahwa penyerapan kain rajut terhadap tetesan air
di 3 titik semuanya lebih dari 30detik hal tersebut menunjukan bahwa daya serap kain
tersebut kurang.
1.8 Kain Contoh Uji
BAB VII
CARA KERANJANG
Praktikum pengujian daya serap kain handuk terhadap air menggunakan cara keranjang
ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara
mengukur kemampuan kain dalam menyerap air (kapasitas serap) dan waktu serapnya
sehingga terjadi pembasahan sempurna pada contoh uji.
Dalam uji daya serap dinyatakan dalam dua cara yaitu waktu serap dan kapasitas serap.
Daya serap adalah kemampuan kain untuk menyerap air, sedangkan waktu serap yaitu waktu
yang diperlukan untuk pembasahan sempurna seluruh contoh uji yang dinyatakan dalam detik.
Basah sempurna yang dimaksud adalah pada saat contoh uji tepat mulai tenggelam.
Pengujian daya serap sangat penting untuk dilakukan yaitu untuk mengendalikan mutu
kain yang khusus dibuat dengan daya serap besar. Kain yang membutuhkan daya serap besar
adalah kain handuk, mutu kain handuk ini ditentukan oleh kemampuannya untuk daya serap
air yang mungkin tergantung dari sifat serat atau konstruksi handuk tersebut.
Untuk pengujian waktu serap masing-masing contoh uji digulung kearah dalam
keranjang sehingga memenuhi keranjang tersebut dan dijatuhkan pada ketinggian dua cm dari
permukaan air dan dihitung waktu serapnya. Untuk pengujian kapasitas serap dilakukan
dengan membiarkan contoh uji terendam dalam air selama 10 detik. Keranjang kawat diambil
dengan memegangnya pada bagian yang terbuka dan dibiarkan selama 10 detik supaya airnya
menetes. Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan kedalam piala plastik yang sudah
ditimbang. Kemudian piala plastik yang berisi keranjang tersebut ditimbang.
1.11 Alat Dan Bahan
Praktikum menguji daya serap kain mengguankan cara keranjang ini memerlukan
peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:
Alat :
- Keranjang tembaga berbentuk silinder dengan tinggi 5 cm, garis tengah 3 cm, berat 3 gram
dan berpori-pori.
- Stop watch
- Air suhu kamar yang dituangkan kedalam bejana hingga mencapai ketinggian 17 cm.
- Penjepit.
- Timbangan.
Bahan : Kain Handuk contoh dengan lebar 7,5 cm dan berat 5 gram.
Potong contoh uji dengan ukuran lebar 7,5 cm dan panjang sesuai dengan
berat 5 gram
2. Cara Pengujian
1. Contoh uji digulung kearah dalam keranjang sehingga memenuhi keranjang
tersebut
2. Jatuhkan keranjang yang telah terisi contoh uji pada ketinggian dua cm dari
permukaan air dan dihitung waktu serapnya.
3. Catat waktunya mulai dari saat jatuh ke dalam air sampai keranjang tenggelam.
4. Biarkan contoh uji terendam dalam air selama 10 detik.
5. Keranjang kawat diambil dengan memegangnya pada bagian yang terbuka dan
dibiarkan selama 10 detik supaya airnya menetes.
6. Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan kedalam piala plastik yang sudah
ditimbang.
7. Piala plastik yang berisi keranjang tersebut ditimbang kembali.
1.14 Perhitungan
1. Kain 1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
% Kapasitas serap = 𝑥̅ 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
83,95−53,79
= 𝑥̅ 100%
5,02
= 600,79%
2. Kain 2
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
% Kapasitas serap = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
𝑥̅ 100%
83,13−53,81
= 𝑥̅ 100%
5,04
= 581,74%
1.15 Diskusi
Dalam melakukan pengujian daya serap kain cara keranjang ini kain yang diuji
praktikan memiliki daya serap <30 detik sehingga pada pengujian pertama cukup
dicelupkan ke dalam air selama <30 detik kemudian pada pengujian ke dua kain
dicelupkan selam 10 detik kedalam air setelah itu diangkat dan didiamkan kemudian
ditimbang barulah didapat berat basah kain tersebut.
1.16 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian daya serap kain cara keranjang, didapat hasil daya
serap kain handuk 1 yang diuji adalah sebesar 600,79% dan kain handuk 2 yang diuji
adalah sebesar 581,74% Hal ini menunjukan bahwa kain handuk yang diuji memiliki
daya serap cukup baik, dikarenakan standar mutu kain handuk yang baik adalah memiliki
daya serap minimum 500%.
Praktikum pengujian tahan air cara siram ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa
dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara menguji ketahanan kain terhadap air
menggunakan cara siram.
Cara uji ini dapat digunakan pada semua jenis kain, baik yang tidak/belum ataupun yang
sudah dilakukan penyempurnaan tahan air atau tolak air. Cara ini terutama sesuai untuk menilai
kebaikan penyempurnaan tolak air yang telah diberikan pada kain khususnya kain dengan
anyaman polos. Cara ini tidak dimaksudkan untuk meramalkan tahan hujan kain, oleh karena
itu perembesan air melalui kain tidak diukur.
Dalam uji siram dipakai siraman air yang berasal dari corong dengan lubang penyiraman.
Air disiramkan diatas contoh uji yang dipasang pada lingkaran penyulam dan dipasang pada
kedudukan miring 45o dengan bidang horisontal.
Pengujian dilakukan dengan menyiramkan secara teratur 200 cm2 air dengansuhu 22 o C
kedalam corong penyiram. Setelah penyiraman selesai, pemegang contoh diambil dan sisa air
dibuang dengan memukul-mukulkan tepi lingkaran penyulam sebanyak enam kali pada benda
keras, dengan permukaan kain mengarah pada benda keras tersebut. Pemukkulan tersebut
dilakukan dalm dua posisi yaitu 3 kali pada posisi di suatu tempat pda pemegang contoh dan
tiga kali pada posisi setengah lingkaran 180o terhadap posisi pertama.
Penilaian terhadap uji daya tolak air dilakukan dengan menggunakan standar penilaian
uji siram. Setelah kelebihan air selesai dibuang, permukaan kain diamati secara visual dengan
membandingkan peta air yang tinggal pada permukaan kain dengan peta pada standar penilaian
uji siram.
Standar penilain uji siram bervariasi antara lain sebagai berikut :
Nilai 100 : Tidak ada air yang menempel atau membasahi permukaan kain.
Nilai 70 : Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan kain bagian atas.
Nilai 0 : Terjadi pembasahan pad seluruh permukaa kain bagan atas dan bawah.
Praktikum menguji daya tahan air cara siram ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan
yang diantaranya adalah:
Alat :
- Spray test.
- Lap pengering.
- Simpai sulam.
1. Memasang contoh uji pada simpai sulam (diameter 6”) sehingga bagian permukaan kain
yang lembut menghadap ke atas.
2. Memasang simpai sulam pada alat penguji sedemikian rupa sehingga bagian muka kain
yang lembut berada di bagian paling atas.
3. Melakukan penyiraman pada kain contoh uji dengan menuangkan air sebanyak 200 ml
kedalam corong pada alat penguji (± 25-30 detik)
4. Menghilangkan air yang berada dipermukaan kain dengan memukul-mukulkan bingkai
sulam pada tangan sehingga pembasahan pada kain dapat terlihat.
5. Melakukan penilaian dengan menggunakan peta penilai uji siram standar.
1.6 Diskusi
Pada saat melakukan pengujian ketahanan kain menggunakan cara siram ini diperlukan
ketelitian dalam menccokan hasil kain yang telah dibasahi dengan grade gambar, kain yang
diuji pada pengujian ini memiliki nilai sebesar 80 yang berarti terjadi pembasahan pada
kain pada permukaan kain bagian atas hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
kegiatan praktikum ini adalah pada saat kain sudah basah dalam memukul – mukulkan
bingkai sulam cukup dua kali jangan terlalu keras karena apabila terlalu keras akan
mempengaruhi hasil dari penilaian.
1.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapat bahwa daya tolak air dari bahan tekstil adalah
kemampuan dari suatu serat tekstil, untuk menahan pembasahan. Prinsip pengujian ini
dilakukan dengan menyiramkan air pada permukaan contoh uji yang tegang dalam
kondisi tertentu untuk menghasilkan pola pembasahan yang ukurannya tergantung pada
penolakan relatif kain.
Pada pengujian yang dilakukan diperoleh nilai tolak air sebesar 80 yang artinya
bahwa terdapat permukaan yang basah pada bagian atas kain.
1.8 Kain Contoh Uji
BAB IX
CARA BUNDESMAN
Untuk mendapatkan hasil uji yang serba sama dan dapat diulang-ulang, maka perlu
dicatat kondisi pengujian berikut ini:
1. Suhu air hujan buatan yaitu (18-20)o C.
2. pH air 6-8
3. Kecepatan siraman air = 62-68 ml/menit untuk setiap tabung
4. Tetesan air yang jatuh harus sama besar dengan berat rata-rata antara 0,075 ± 0,005 g
5. Sebelum pengujian contoh uji dikondisikan didalam atmosfir standar selama 24 jam,
kemudian ditimbang didalam botol timbang.
Menurut Baxser dan Cassie, kekuatan air hujan dari alat jenis Bundesmann adalah 5,8
kali tembusan awan, 91 kali kekuatan tetesan hujan lewat, 480 kali tetesan hujan biasa dan
21000 kali kekuatan hujan ringan.
Alat :
- Bundesman tester
- Stop watch dan kain terpal contoh
- Gunting
- Timbangan
- Mal lingkaran (diameter 14 cm)
- Gelas ukur
- Alat pemeras pusingan
- Mesin cuci dan pengering
1.6 Perhitungan
(𝑏−𝑘) 11,203−10,047
Kapasitas perembesan = 𝑥̅ 100% = 𝑥̅ 100% = 10,31%
𝑘 11,203
1.7 Diskusi
Pada saat melakukan praktikum ini kesulitan yang dialami adalah pemasangan contoh
uji pada tabung pemegang contoh uji,permukaan kain harus rata dengan tegangan yang
cukup dan tidak boleh kendor karena akan mempengaruhi tekanan air yang jatuh selain itu
pada praktikum ini hal yang harus diperhatikan yaitu jangan sampai lupa menutup kran yang
terdapat pada tabung karena apabila tidak ditutup air dari rembesan kain contoh uji tidak
akan tertampung pada tabung.
1.8 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian daya tolak air kain cara bundesman dapat disimpulkan
bahwa uji ketahanan terhadap hujan pada umumnya diperuntukkan untuk kain-kain yang
dalam pemakaiannya berhubungan dengan kemampuan untuk menahan / menerima air
hujan. Kain-kain yang termasuk diantaranya adalah kain terpal. Dari percobaan yang telah
dilakukan didapat hasil kapasitas perembesan sebesar : 10,31%