Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN DAN EVALUASI KAIN

(Pengujian Cara Kimia)

Disusun oleh :

Nama : Hanum Silmia W

NPM : 20420084

Dosen : Kurniawan, S.Si., MT.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME). Di mana Tuhan YME telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat melaksanakan sebuah praktikum dan
menyelesaikannya dengan baik.

Hingga akhirnya terusunlah sebuah laporan resmi praktikum kain secara kimia ini. Laporan ini
telah saya susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktikum Pengujian dan Evaluasi Kain.

Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka saya tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan praktikum kimia ini. Khususnya kepada :

1. Kepada Bapak Kurniawan, S.Si., MT. selaku dosen utama mata kuliah Praktikum

Evaluasi Kain.

2. Kepada para asisten laboratorium yang senantiasa sabar menghadapi saya selama kelas
praktikum

3. Orang tua kami yang telah mendoakan kelancaran kuliah kami.

4. Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesikan laporan praktikum


evaluasi kimia ini.

Demikian ini laporan Praktikum Evaluasi Kain yang telah saya buat. Saya mohon kritik dan
sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan Praktikum
Evaluasi kain ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Juga bermanfaat bagi saya selaku penulis.

Bandung, 31 Oktober 2022

Penyusun,

Hanum Silmia
DAFTAR ISI

BAB I ...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................................4
BAB II .........................................................................................................................................................6
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA ..............................................................................................6
TERHADAP PENCUCIAN .......................................................................................................................6
BAB III ......................................................................................................................................................14
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA ............................................................................................14
B. UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN ................................................14
BAB IV ......................................................................................................................................................18
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA ............................................................................................18
UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT ..................................................18
BAB V........................................................................................................................................................25
UJI STABILITAS DIMENSI KAIN .......................................................................................................25
BAB VI ......................................................................................................................................................33
UJI KETAHANAN KAIN TERHADAP NYALA API ..........................................................................33
BAB VII.....................................................................................................................................................38
UJI DAYA SERAP KAIN ........................................................................................................................38
CARA TETES...........................................................................................................................................38
BAB VII.....................................................................................................................................................42
UJI DAYA SERAP KAIN HANDUK TERHADAP AIR ......................................................................42
CARA KERANJANG ..............................................................................................................................42
BAB VIII ...................................................................................................................................................46
UJI DAYA TAHAN AIR CARA SIRAM ...............................................................................................46
BAB IX ......................................................................................................................................................50
UJI DAYA TOLAK AIR HUJAN PADA KAIN ....................................................................................50
CARA BUNDESMAN ..............................................................................................................................50
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi tekstil adalah pengetahuan untuk menilai mutu dari bahan dan produk
tekstil secara fisika dan kimia.Untuk itu diperlukan macam-macam ilmu pengetahuan
tentang bahan-bahan tekstil,cara pengujian dan peralatannya,pengetahuan tentang
standarisasi,pengetahuan pengolahan data dan interpretasi data,statistik,pengetahuan dasar
Keteknikan (engineering) dan kimia.
Pengetahuan ini sangat penting baik di Industri maupun diperdagangan tekstil.
Banyak keputusan yang penting dalam industri maupun dalam perdagangan yang
mendasarkan pada pengetahuan evaluasi tekstil.
Evaluasi bahan tekstil dapat dilakukan sebelum proses ,sewaktu proses dan setelah
proses. Bahkan sampai bahan tekstil di perdagangkan.

1.2 Maksud & Tujuan


• Dibidang penelitian ; Hasil evaluasi akan dapat membantu para scientist untuk
menentukan arah penelitiannya.

• Seleksi bahan baku; Dalam proses produksi bahan baku merupakan satu diantara
faktor-faktor terpenting untuk menentukan baik atau tidaknya produk yang
dihasilkan. Karena nya evaluasi terhadap mutu bahan baku sebelumnya di proses
mutlak harus dilakukan.

• Spesifikasi bahan-bahan tekstil ; Keuntungan dengan adanya spesifikasi bahan


yang telah ditetapkan atau disetujui adalah pencegahan penggunaan bahan baku
yang bermutu rendah,Sebagai target mutu produksi sesuai dengan keinginan
konsumen.
• Standarisasi ; Dalam rangka labeling,dan pengontrolan mutu/kwalitas baha, proses
dan produk maka diperlukan evaluasi/pemeriksaan yang dibandingkan dengan
standart yang digunakan. Untuk melaksanakan evaluasi sering kita mem butuhkan
tersedianya standart mutu atau standard performance dan standard
pengujiannya,standart cara –cara pengujian,standard pengambilan sampel,standard
pengolahan data dan sebagainya.
BAB II

PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA

TERHADAP PENCUCIAN

1.3 Tujuan Praktikum


Praktikum ini dimaksudkan agar mahasiswa (praktikan) dapat mengetahui dan
memberikan penilaian pada contoh uji dengan menggunakan Gray scale dan Staining Scale
mengenai ketahanan luntur warna terhadap pencucian dengan mesin yang mengandung
chlor dalam rumah tangga, hampir sama dengan satu kali pengujian selama 45 menit
dengan suhu 40o C.

1.4 Teori Dasar


Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap pencucian.
Berkurangya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan gosokan lima kali
pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hampir sama dengan satu kali pencucian
dengan mesin selama 45 menit. Contoh uji dicuci dengan suatu alat launder-o-meter atau alat
yang sejenis dengan pengatur suhu secara termostatik dan kecepatan putaran 42 putaran per
menit.

Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja tahan karat. Proses
pencucian dilakukan sedemikian rupa sehingga kondisinya sama dengan keadaan pencucian
yang diinginkan. Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung pada suhu yang dikehendaki.
Tabel Kondisi Pengujian Ketahanan Luntur Pada Pencucian
Jenis Suhu Vol JML sabun Jumlah Klor Jumlah Waktu cuci
Uji ºC larutan(ml) (%) % kelereng (Menit)

I 40 200 0,5 - 10 45

II 49 150 0,2 - 50 45

III 71 50 0,2 - 100 45

IV 71 50 0,2 0,015 100 45

Penilaian tahan luntur dilaksanakan terhadap perubahan warna pada kain contoh uji,
dibandingkan dengan standar perubahan warna pada “Gray Scale”, dan terhadap penodaan
kain multi uji serat atau kain kapas putih yang ikut dicuci bersama contoh uji, dengan
membandingkan terhadap standar penodaan warna pada “Staining Scale”.

Grey Scale

Pada Gray Scale, penilaian tahan luntur warna dan perubahan yang sesuai dilakukan
dengan membandingkan perbedaan contoh yang telah diuji dengan contoh asli
terhadap perbedaan yang sesuai dari deretan standar perubahan yang digambarkan oleh
Gray Scale.
Dalam penggunaan Gray Scale sifat perubahan warna baik dalam corak, kecerahan,
ketuaan atau kombinasinya tidak dinilai. Dasar evaluasinya adalah keseluruhan
perbedaan atau kekontrasan antara contoh uji asli dengan contoh yang telah diuji.

Tabel Evaluasi Perubahan Warna


Nilai Arti
Nilai Tidak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke5
5 dalam gray scale.

Nilai Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –4 dalam gray scale


4
Nilai Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –3 dalam gray scale
3
Nilai Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –2 dalam gray scale
2
Nilai Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –1 dalam gray scale
1
(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan contoh uji terhadap gray scale)
Staining Scale

Pada Staining Scale penilaian penodaan pada kain putih di dalam pengujian tahan
luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih
yang ternodai dan yang tidak ternodai terhadap perbedaan yang digambarkan oleh
Staining Scale.

Tabel Evaluasi Penodaan Warna


Nilai Arti
Nilai 5 Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam
Staining scale.

Nilai 4 Penodaan warna setara dengan tingkat ke –4 dalam staining scale


Nilai 3 Penodaan warna setara dengan tingkat ke –3 dalam staining scale
Nilai 2 Penodaan warna setara dengan tingkat ke –2 dalam staining scale
Nilai 1 Penodaan warna setara dengan tingkat ke –1 dalam staining scale
(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih
terhadap Staining Scale)

Nilai tahan luntur contoh uji, adalah angka Gray Scale dan angka Staining Scale
yang sesuai dengan kekontrasan antara contoh uji asli dengan contoh yang telah diuji.

Tabel hasil evaluasi tahan luntur warna terhadap angka-angka Gray Scale dan
Staining Scale adalah sebagai berikut :
Tabel Evaluasi Tahan Luntur Warna
Nilai Tahan Evaluasi Tahan
Luntur Warna Luntur Warna

5 Baik sekali

4–5 Baik

4 Baik

3–4 Cukup baik

3 Cukup

2–3 Kurang

2 Kurang Jelek

1–2 Jelek

Prinsip pengujiannya adalah dimana contoh uji dicuci pada kondisi, suhu,
alkalinitas yang sesuai dan gosokan-gosokan sedemikian, sehingga berkurangnya
warna yang dikehendaki didapat dalam waktu yang singkat. Gosokan diperoleh
dengan lemparan, geseran dan tekanan, bersama-sama dengan digunakannya
perbandingan larutan yang rendah dan sejumlah kelereng baja yang sesuai arah lusi
dan contoh uji pakan lebarnya sejajar arah pakan.
1.5 Alat Dan Bahan

Praktikum menguji kekuatan tahan luntur warna terhadap pencucian ini memerlukan
peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

1. Launderometer/Lini test (dengan kecepatan 42 putaran per menit)


2. Gray scale dan Staining scale,
3. Meja yang dilengkapi lampu
4. Larutan sabun netral 5 g/l, asam asetat 0,014 %
5. Kain berukuran 5 x 10 cm diletakan diantara dua kain putih (poliseter dan kapas) dengan
ukuran yang sama kemudian dijahit.
6. Penilaian : Gray scale for assessing staining (including half-steps).
ISO 105 AO3.

BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methods.

Gray scale for Assesing Chance in colour ISO 106 AO2

BS 1006 AO2 1978 SDC Standard Methods

1.6 Langkah Kerja


1. Persiapan Contoh Uji o Kain putih kapas 1 buah dijahit menjadi satu dengan contoh
uji berukuran (4 x 10) cm, juga dijahit bersama dengan kain putih dari bahan
polyester dengan ukuran yang sama
o Dibuat sebanyak 2 pasang contoh uji.

1.7 Cara Pengujian


1. Memotong contoh uji sesuai ukuran kemudian diberi lapisan kain putih pada kedua
permukaannya kemudian dijahit salah satu ujungnya pada mesin jahit.
2. Memasukan 200 ml larutan yang mengandung 0,5 % volume sabun yang sesuai dan
10 kelereng baja bahan karat ke dalam bejana, kemudian menutup rapat bejana dan
memanaskan bejana sampai 400C.
3. Meletakan bejana tersebut pada tempatnya dimana pemanasan bejana diatur
sedemikian rupa sehingga setiap sisi terdiri dari sejumlah bejana yang sama.
4. Menjalankan mesin untuk pemanasan pendahuluan.
5. Memberhentikan mesin kemudian membuka tutup bejana 6. Memasukan contoh uji
ke dalam bejana lalu menutupnya kembali
7. Menjalankan mesin Linitest selama 40 menit.
8. Menghentikan mesin dan mengeluarkan contoh uji kemudian membilas contoh uji
dan mengasamkannya dengan larutan asam asetat 0,014 %.
9. Memeras dan mengeringkan contoh uji

1.8 Data Percobaan

Nilai Grey Scale

Pengujian ke- Kain Contoh Uji Poliester Kapas

1 4 4 4-5

2 4 4 4-5

1.9 Diskusi

Dalam melakukan praktikum pengujian luntur warna terhadap pencucian ini


praktikan tidak mengalami kesulitan dalam memotong contoh uji. Pada saat melakukan
penilaian disini praktikan mengalami sedikit kesulitan karena harus membandingkan
secara visual kekontrasan antara contoh uji asli dengan contoh uji yang telah diuji
terhadap perbedaan yang digambarkan oleh gray scale.

1.10 Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian, didapat
hasil pengujian untuk perubahan warna maupun penodaan warna sebagai berikut:

1 Nilai perubahan warna (gray scale) pengujian ke 1 dan 2 sebesar 4


2 Nilai perubahan warna (gray scale) pada pengujian ke - 1 poliester sebesar 4
dan kapas sebesar 4-5
3 Nilai perubahan warana (gray scale) pada pengujian ke - 2 poliester sebesar 4
dan kapas sebesar 4-5
Nilai tersebut dapat dikatakan baik, dalam arti kain yang diuji memiliki ketahanan luntur
yang baik.

1.11 Kain Contoh Uji


BAB III

PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA

UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN

1.1 Tujuan Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa
mempraktekan cara menguji ketahanan kain terhadap gosokan, dimaksudkan untuk menguji
penodaan dari bahan berwarna pada kain lain, yang disebabkan karena gosokan (basah dan
kering) dan pemakaian untuk bahan tekstil berwarna dari segala macam serat untuk dapat
dijadikan acuan pada proses pengendalian mutu produksi dan perdagangan.

1.2 Teori Dasar

Pengujian ini meliputi cara uji penodaan dari bahan berwarna pada kain lain yang
disebabkan karena gosokan. Cara ini dapat dipakai untuk bahan tekstil berwarna dari segala
macam serat baik alam bentuk benang maupun kain. Pengujian dilakukan dua kali yaitu
gosokan dengan kain kering dan gosokan dengan kain basah.

Prinsip pengujian tersebut adalah sebagai berikut yaitu contoh uji dipasang pada
Crockmeter, kemudian padanya digosokan kain putih kering dengan kondisi tertentu.
Penggosokan ini diulangi dengan kain putih basah. Penodaan pada kain putih dinilai dengan
mempergunakan staining scale.

1.3 Alat Dan Bahan

Praktikum menguji ketahanan luntur kain terhadap gosokan ini memerlukan peralatan
dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

1. Crockmeter, berjari-jari 1,5 cm yang bergerak satu kali maju mundur sejauh 10 cm setiap
kali putaran dengan gaya tekanan pada kain seberat 500 g.
2. Kertas saring
3. Air suling
4. Kain contoh uji dengan ukuran 5 x 20 cm (4 buah) diukur dari arah diagonal kain
5. Staining Scale
6. Kain kapas ukuran 5 x 5 cm (basah dan kering)
7. Penilaian : staining scale scale for Assessing staining (including half-steps). ISO 105 AO3
BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methods.

1.4 Langkah Kerja


1. Persiapan Contoh Uji o Contoh uji dipotong dengan ukuran 5 x 20 cm
sebanyak masing-masing dua buah untuk pengujian basah dan kering.
o Kain kapas direndam dalam air suling sebanyak dua buah untuk pengujian
ketahanan luntur terhadap gosokan basah.

1.5 Cara Pengujian


▪ Cara Uji Gosok Kering

1. Meletakan contoh uji diatas alat penguji dengan sisi panjang, searah dengan
arah gosokan.
2. Membungkus jari Crockmeter dengan kain putih kering dengan anyamannya
miring terhadap arah gosokan.
3. Kemudian memulai proses penggosokan sebanyak 10 kali maju mundur (20
kali gosokan) dengan memutar alat pemutar 10 kali dengan kecepatan satu
putaran per detik.
4. Mengambil kain putih dan mengevaluasi kain dengan staining scale.

▪ Cara Uji Gosok Basah

1. Membasahi kain putih dengan air suling, kemudian diperas diantara kertas
saring, sehingga kadar air dalam kain menjadi 65 ± 5 % terhadap berat kain
pada kondisi standar kelembaban relatif 65 ± 2 % dan suhu 21 ± 2 0C.
2. Kemudian mengerjakan langkah kerja seperti pada cara gosok kering dari
nomor 1 – 4 secepat mungkin untuk menghindari terjadinya penguapan.
3. Mengeringkan kain putih di udara bebas sebelum melakukan evaluasi.
4. Mengambil kain putih yang telah kering dan mengevaluasi kain dengan
staining scale

▪ Cara Evaluasi Hasil Uji


Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih
terhadap staining scale. Dan membandingkan penodaan warna, kain penguji diberi
atas tiga lapis kain putih yang sama.

1.6 Data Percobaan

Lebar contoh uji = (5 x 20) cm

Hasil pengujian :
Jenis Pengujian Contoh Uji Nilai pada Staining Scale

Kering 1 4-5

2 5

Basah 1 4

2 4

1.7 Diskusi

Dalam pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan praktikan menggunakan alat
penggosok yang manual (crockmeter) yang digerakan menggunakan tangan kesulitan
yang dialami adalah terkadang gosokannya melenceng dari contoh uji sehingga contoh
uji harus dipegang menggunakan tangan. Dalam pengujian ini hasil uji gosokan basah
lebih jelas terlihat perbedaan warnanya dibandingkan dengan gosokan kering dengan
dilihat secara visual. Hal ini mungkin disebabkan ikatan molekul warna yang mudah
lepas.
1.8 Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian ketahan luntur warna terhadap gosokan, didapat hasil
bahwa berdasarkan nilai perbandingan dengan staining scale diperoleh bahwa untuk uji
gosok pada keadaan basah memberikan nilai yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa
ketahanan luntur contoh uji akan berkurang pada kondisi kering dibandingkan dengan
kondisi basah. Hal itu disebabkan karena friksi antar kain jauh lebih besar dalam keadaan
basah dibandingkan dalam keadaan kering.

1.9 Kain Contoh Uji


BAB IV

PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA

UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT

1.1 Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat ini dilaksanakan dengan
tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara memberikan penilaian
pada contoh uji dengan menggunakan Gray scale dan Staining Scale mengenai ketahanan
luntur warna terhadap larutan keringat buatan baik yang bersifat asam atau bersifat basa,
sehingga mahasiswa dapat mengetahui mutu kain sample untuk dapat dijadikan acuan pada
proses pengendalian mutu produksi dan perdagangan.

1.2 Teori Dasar

Pengujian ini meliputi pengujian ketahanan luntur warna dari segala macam dan bentuk
bahan tekstil berwarna terhadap keringat. Prinsip pengujian dari uji tahan luntur warna
terhadap keringat adalah contoh uji dipotong dengan ukuran 4 x 10 cm dan dijahit diantara
sepasang kain putih dengan ukuran yang sama. Contoh-contoh uji yang terpisah dari bahan
tekstil berwarna dalam larutan keringat buatan bersifat asam dan basa, kemudian diberikan
tekanan mekanik tertentu dan dikeringkan perlahan-lahan pada suhu yang naik sedikit demi
sedikit.
Pada saat pengujian, contoh uji dipasangkan dengan dua helai kain putih dimana yang
sehelai dari serta yang sejenis dengan bahan yqng diuji, sedangkan yang sehelai lagi dari serat
menurut pasangan seperti dibawah ini :
Kain pertama Kain kedua
▪ Kapas ▪ wool kapas kapas
▪ Wool ▪ wool wool
wool/rayon viskosa
▪ Sutera ▪ wool wool rayon
▪ Linen ▪ viskosa

▪ Rayon viskosa ▪
▪ Poliamida ▪
▪ Poliester ▪
▪ Poliakrilat ▪
▪ Asetat ▪

Catatan : yang dimaksud dengan kain putih untuk kapas, wol, sutera, dan linen adalah kain
grey yang diputihkan.

1.3 Alat & Bahan

Praktikum menguji ketahanan luntur warna terhadap keringat ini memerlukan peralatan
dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

1. Kain contoh uji yang berwarna dengan ukuran (6 x 6) cm

2. Perspiration tester

3. AATCC Perspiration Tester atau alat lain yang sejenis

4. Gelas piala 500 ml dan pengaduk kaca

5. Alat pengering listrik/oven

6. Alat pemeras jenis mangel yang diperlengkapi dengan pengatur tekanan

7. Lempeng-lempeng kaca/plastik

8. Gray scale dan Staining Scale

9. Pereaksi : larutan keringat buatan yang beersifat asam dan basa

10. Penilaian : Gray scale for Assesing staining (including half-steps).


• ISO 105 AO3
• BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methodes
• Gray scale for Assesing Change in Colour ISO 105 AO2 BS 1006 AO2
1978 SDC Standard Methods

1.4 Langkah Kerja


1. Persiapan Contoh Uji
Contoh uji dipotong dengan ukuran 4 x 10 cm sebanyak 4 buah dan
masingmasing dijahit dengan kain putih terbuat dari bahan kapas dan polyester

1.5 Cara Pengujian


Pengujian

1. Menjahit dua buah contoh kain berwarna diantara kain putih, kemudian
direndam alam larutan keringat buatan yang bersifat basa, sedangkan dua buah
contoh lainnya dalam larutan keringat bersifat asam selama 15-30 menit untuk
mendapatkan pembasahan yang sempurna.
2. Memeras dan meletakan contoh uji diantara dua lempeng kaca, lalu dipasang
pada prespiration tester dan diberi tekanan 10 pound (60 g/cm 2) dan diatur
sehingga contoh uji dalam kedudukan tegak pada waktu meletakannya dalam
pemanas.
3. Memasukan contoh uji yang telah siap kedalam pemanas pada suhu 38 ± 1 C
selama paling sedikit 6 jam.
4. Melakukan evaluasi perubahan warna terhadap contoh uji yang sudah kering
dengan gray scale dan evaluasi penodaan warna dilakukan dengan cara
membandingkannya dengan staining scale.
Cara evaluasi hasil uji

Tidak tahan lunturnya warna terhadap keringat dapat disebabkan oleh migrasi
warna (bleeding) atau perubahan warna contoh uji. Perubahan warna dapat terjadi
tanpa bleeding, sebaliknya mungkin pula terjadi bleeding tanpa perubahan warna
atau dapat terjadi kedua-duanya.

Tabel Evaluasi Perubahan Warna

(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan contoh uji terhadap gray scale)


Nilai Arti

Nilai 5 Tidak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam
gray scale.

Nilai 4 Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –4 dalam grary scale

Nilai 3 Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –3 dalam gray scale

Nilai 2 Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –2 dalam grary scale

Nilai 1 Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke –1 dalam grary scale


Tabel Evaluasi Penodaan Warna

(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih terhadap
Staining Scale)
Nilai Arti

Nilai 5 Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam
Staining scale.

Nilai 4 Penodaan warna setara dengan tingkat ke –4 dalam staining scale

Nilai 3 Penodaan warna setara dengan tingkat ke –3 dalam staining scale

Nilai 2 Penodaan warna setara dengan tingkat ke –2 dalamstaining scale

Nilai 1 Penodaan warna setara dengan tingkat ke –1 dalam staining scale


1.6 Data Percobaan

Hasil pengujian :

Tabel Evaluasi terhadap Hasil Pengujian


Uji Ketahanan terhadap Uji Ketahanan terhadap
keringat Asam Keringat Basa

C.U Poliester Kapas C.U Poliester Kapas


Pengujian
Ke -

1 4 4 4 3 4 3-4

2 3 4 4 3 4 3-4

1.7 Diskusi
Hasil pelaksanaan praktikum menguji ketahanan luntur warna terhadap keringat
asam dan basa ini memiliki tingkat kesulitan yang hampir sama dengan pengujian
ketahanan luntur warna yang lain, yaitu saat penilaian hasil uji, dikarenakan penilaian
terhadap hasil pengujian memerlukan ketelitian yang sangat baik terutama ketelitian
membandingkan warna. Pada proses terakhir yaitu contoh uji dipanaskan didalam oven
dibutuhkan waktu sekiranya 4 jam sehingga evaluasi kain tidak dilakukan saat itu juga.

1.8 Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat asam dan
basa ini dapat dilihat bahwa berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas,
menunjukkan bahwa warna pada kain tersebut cukup banyak menodai kain kapas
perubahan warna kain pun cukup banyak dalam larutan keringat yang bersifat basa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kain contoh uji tersebut kurang cukup tahan
terhadap keringat yang bersifat basa.
1.9 Kain Contoh uji
BAB V

UJI STABILITAS DIMENSI KAIN

1.1 Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian stabilitas dimensi kain tenun ini dilaksanakan dengan tujuan agar
mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara menguji dan menilai berapa besar
perubahan yang terjadi pada kain tenun yang dicuci dengan sabun baik ke arah lusi dan ke arah
pakan setelah mengalami pencucian yang dapat berupa mengkeret atau mulur.

1.2 Teori Dasar

Kain tenun apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian akan mengalami
perubahan dimensi baik kearah lusi ataupun pakan. Apabila perubahan ini terjadi maka,
kondisi tersebut harus dipulihkan kembali denagan cara :
a. Tension Presser
b. Knit Shrinkage Gauge
c. Hand iron

Pada pengujian ini kondisi pencuciannya dengan menggunakan sbun netral pada suhu
400 C selama 30 menit. Untuk pemulihannya pada kain tenun dengan menggunakan Knit
Shrinkage gauge, tetapi pada percobaan ini tidak dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pengujian stabilitas dimensi ialah : a. Proses pencucian
b. Proses pengeringan
c. Proses pemulihan

Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setalah pemakaian sehari-hari termasuk
kain yang mutu kainnya baik. Penyebab utama dari dari perubahan dimensi kain adalah
mengkeret setelah pencucian. Kadang-kadang orang membeli baju dengan ukuran sedikit
lebih longgar dengan harapan apabila dicuci akan mengkeret dan ukurannya sesuai. Ada dua
jenis medngkeret yaitu mengkeret karena teganngan mekanis pada waktu proses pertenunan
dan penyempurnaan. Mmenyebabkan kain tertarik untuk sementara dan waktu pencucian akan
relaxation ke bentuk semmula. Dan jenis mengkeret lain, karena adanya kemampuan serat
untuk menggumpal (felting) dalam pencucian. misalnya serat wol yang cenderung untuk
mengkeret dan menggumpal dalam keadaan basah.
Pakaian atau kain contoh uji dicuci dalam mesin pencuci silinder bolak-balik, lalu
dikeringkan dan apabila perlu diberikan gaya pemulihan. Suhu dan waktu pengadukan didalam
alat yang divariasi untuk mendapatkan berbagai kondisi pencucian yang berbeda-beda. Cara
pengeringan dan cara pemberian gaya pemulihan divariasi untuk menyesuaikan dengan
pengerjaan akhir pencucian dalam rumah tangga atau pencucian komersial. Jarak tanda pada
contoh uji pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran untuk kain rajut)
sebelum dan sesudah pencucian diukur.

1.3 Alat Dan Bahan

Praktikum menguji kekuatan sobek kain dengan cara trapesium ini memerlukan
peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Bahan : Kain tenun dengan ukuran (10x10) inchi setiap sisinya di obras,

Larutan sabun netral 3 g/liter.

Alat–alat :

1. Mesin cuci silinder dan pengering


2. Plat cetakan ukuran untuk kain tenun
3. Mistar
4. Setrika
5. Gunting
6. Spidol tahan air.
1.4 Langkah Kerja
1. Persiapan Contoh Uji
• Contoh uji diletakkan tanpa tegangan pada permukaan yang datar dan halus,
usahakan bebas dari kekusutan ataupun kerutan.
• Contoh uji ditandai pada kedua arah panjang dan lebar. Ukur 10 x 10 inchi.
Jarak yang ditandai sejajar dengan benang yang bersangkutan.
• Gunting kain, setiap ujung kain diobras terlebih dahulu kecuali bagian
pinggir kain.
2. Cara Pengujian

1. Menyiapkan contoh uji kain tenun.


2. Meletakan plat/mal pengukur diatas bahan sedemikian rupa sehingga sisi
lubang plat pengukur yang berukuran 25,4 x 25,4 sejajar dengan lusi dan
pakan, sehingga jumlah kain yang sama terjulur dari bawah plat pengukur
semua sisi.
3. Menggambar titik hasil pengukuran pada kain contoh uji dengan spidol.
4. Menggambar sebuah titik ditengah-tengah setiap sisi dari bujur sangkar.
5. Mengukur panjang awal contoh uji ke arah lusi dan ke arah pakan 6.
Memasukan bahan kedalam mesin cuci dan mengerjakannya pada suhu
40˚C selama 15 menit.
7. Mengangkat kain lalu memerasnya selama 5 menit kemudian membilasnya
selama 5 menit pada suhu 40˚C, memerasnya kembali selama 5 menit
8. Membilas kain uji kembali selama 10 menit pada suhu 40˚C kemudian di
peras selama 5 menit dan mengeringkannya.
9. Menyeterika kain contoh yang di uji
10. Mengukur panjang akhir contoh uji ke arah lusi dan ke arah pakan dan
kemudian melakukan perhitungan.
1.5 Data Percobaan

Tabel Perubahan Dimensi pada Kain Tenun


Kain Tenun

Lusi Pakan
Data
Awal (cm) Akhir (cm) Awal (cm) Akhir (cm)

1 35 34,4 35 34,3

2 35 34,5 35 34,5

3 35 34,7 35 34,7

𝑥̅ : 33 𝑥̅ : 34,5 𝑥̅ : 35 𝑥̅ : 34,5

1. Perubahan Panjang Lusi 1


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,4−35
= 𝑥̅ 100%
35

= - 1,71 %

2. Perubahan Panjang Lusi 2


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,5−35
= 𝑥̅ 100%
35

= - 1,42 %

3. Perubahan Panjang Lusi 3


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,7−35
= 𝑥̅ 100%
35

= - 0,85 %
4. Perubahan Panjang Pakan 1
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,3−35
= 𝑥̅ 100%
35

=-2%

5. Perubahan Panjang Pakan 2


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,5−35
= 𝑥̅ 100%
35

= - 1,42 %

6. Perubahan Panjang Pakan 3


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,7−35
= 𝑥̅ 100%
35

= - 0,85 %

Tabel Perubahan Dimensi pada Kain Rajut


Kain Rajut

Course Wale
Data
Awal (cm) Akhir (cm) Awal (cm) Akhir (cm)

1 35 33,2 34,7 34,4

2 34,7 34,4 35 ,3 34,1

3 35,1 33,6 34,9 34,3

𝑥̅ : 34,9 𝑥̅ : 33,7 𝑥̅ : 34,9 𝑥̅ : 34,2


1. Perubahan Panjang Course 1
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

33,2−35
= 𝑥̅ 100%
35

= - 5,14 %

2. Perubahan Panjang Course 2


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,4−34,7
= 𝑥̅ 100%
34,7

= - 0,86 %

3. Perubahan Panjang Course 3


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑥̅ 100%

33,6−35,1
= 𝑥̅ 100%
35,1

= - 4,27 %

4. Perubahan Panjang Wale 1


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,4−34,7
= 𝑥̅ 100%
34,7

= - 0,86 %

5. Perubahan Panjang Wale 2


𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,1−35,3
= 𝑥̅ 100%
35,3

= - 3,39 %
6. Perubahan Panjang Wale 3
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan Panjang lusi = 𝑥̅ 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

34,3−34,9
= 𝑥̅ 100%
34,9

= - 1,71 %

1.6 Diskusi

Dari hasil pelaksanaan praktikum menguji perubahan dimensi kain tenun pada proses
pencucian dan pengeringan diketahui bahwa dimensi kain berubah stelah mengalami
pencucian dan pengeringan. Hal tersebut dikarenakan adanya gerakan penarikan dan
perendaman serta masuknya zat-zat pencuci pada detergen, dan lain sebagainya.

1.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian ini, didapat hasil sebagai berikut :

▪ Perubahan dimensi arah lusi 1 = - 1,71 %


▪ Perubahan dimensi arah lusi 2 = - 1,42 %
▪ Perubahan dimensi arah lusi 3 = - 0,85 %
▪ Perubahan dimensi arah pakan 1 = - 2 %
▪ Perubahan dimensi arah pakan 2 = 1,42 %
▪ Perubahan dimensi arah pakan 3 = - 0,85 %

▪ Perubahan dimensi arah course 1 = - 5,14 %


▪ Perubahan dimensi arah course 2 = - 0,86 %
▪ Perubahan dimensi arah course 3 = - 4,27 %
▪ Perubahan dimensi arah wale 1 = - 0,86 %
▪ Perubahan dimensi arah wale 2 = - 3,39 %
▪ Perubahan dimensi arah wale 3 = - 1,71 %
Pada contoh uji kain tenun dan rajut terjadi perubahan dimensi (mengkeret atau
mulur) setelah pengujian baik pada arah lusi, paka, course, dan wale ini berarti bahwa
contoh uji mempunyai kestabilan dimensi yang cukup. Hal ini disebabkan karena faktor
konstruksi kainnya maupun dari bahan yang digunakan (benang) atau ada sifat khusus
yang diinginkan oleh produsen tergantung dari kebutuhan dan penggunaan kain
tersebut.

1.8 Kain Contoh Uji


BAB VI

UJI KETAHANAN KAIN TERHADAP NYALA API

1.1 Tujuan Praktikum


Praktikum pengujian ketahanan bahan tekstil terhadap nyala api ini dilakukan
dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara menguji
ketahanan konstruksi kain terhadap nyala api dan mengetahui sifat fisik kain tersebut
terhadap nyala api
1.2 Teori Dasar

Di dalam berbagai proses industri, dimana kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran


besar sekali, sangat mutlak diperlukan adanya kain yang tahan terhadap nyala api . begitu pula
dalm kehidupan sehari-hari banyak kecelakaan terjadi karena kebakaran didalam rumah yang
berasal dari hubungan pendek listrik, kompor, rokok dan lainnya. Untuk mencegah kebakaran
perlu digunakan kain yang tahan terhadap nyala api untuk pakaian tidur, kain kasur, permadani,
pakaian pemadam kebakaran, tekstil yang berkaitan dengan penerbangan, atau bahkan pakaian
bayi.
Pengaruh kontruksi kain terhadap nyala api adalah sebagai berikut :
a. Komposisi serat pada kain
Sifat anti nyala api sangat dipengaruhhi oleh jenis serat pada kain. Serat-serat selulosa
seperti kapas, flaks, dan rayon mempunyai sifat tahan nyala api yang rendah, sedangkan
wol biasanya sulit terbakar. Bahan nilon dan poliester adalah serat termoplastik yang akan
mengkeret terhadap nyala api dan cenderung untuk tidak terbakar, meskipun karena proses
penganjian atau pencelupan dengan zat warna tertentu dapat menyebabkan kain nilon dan
poliester mudah terbakar.
b. Jenis benang
Kontruksi benag tidak berpengaruh terhadap sifat anti nyala.
c. Struktur kain
Sifat anti nyala api pada kain tidak tergantung pada konstruksi, misal kain tenun, kain rajut,
kain renda, kain felt dan sebagainya.
d. Berat kain
Berat kain berpengaruh langsung terhadap sifat anti nyala api. Untuk jenis serta apapun,
makin berat maka sifat tahan nyala api juga makin baik.
Terdapat beberapa cara pengujian tahan nyala api, diantaranya
1. Uji tahan api cara uji miring 45o
2. Pengujian tahan nyala api dengan uji jalur vertikal
Pada pengujian kali ini digunakan pengujian cara jalur vertikal.
Pengujian dengan cara uji jalur vertikal dimaksudkan untuk kain asli yang tahan nyala
api atau untuk kain yang diberi penyempurnaan tahan nyala api. Dalam pengujian ini
dibedakan antara kain yang dapat terbakar tetapi tahan terhadap nyala api atau tidak merusak
nyala api, dengan kain termoplastik yang tidak terbakar bila didekatkan pada nyala api, tetapi
meleleh dan mengkerut menjauhi nyala api.
Pengujian dengan uji jalur vertikal dilakukan dengan jalan membakar kain yang dipasang
pada kedudukan vertikal dan pada ujung kain bagian bawah dibakar dengan nyala api bunsen,
dengan ukuran kain bervariasi sesuai dengan standar yang dipakai dan tujuan penggunaan kain
yang tahan nyala api.
Pengujian ini ditujukan untuk menentukan apakah suatu kain bersifat anti nyala api,
dapat dipakai untuk menguji semua jenis kain yang berbentuk lembaran atau dipotong-potong
menjadi bentuk lembaran-lembaran kain.
Prinsip dari pengujain ini yaitu membakar kain contoh uji yang telah dikondisikan yang
disiapkan pada suatu pemegang contoh dan diletakkan vertikal dalam suatu alat uji. Contoh uji
kemudian dibakar pada kondisi tertentu, waktu nyala api, waktu bara, serta panjang arang
diukur dan dicatat.

1.3 Alat Dan Bahan


Praktikum menguji ketahanan terhadap nyala api ini memerlukan peralatan dan
bahanbahan yang diantaranya adalah:
Bahan : Bahan contoh uji dengan ukuran (7x32)cm pada arah lusi dan pakan
Alat-alat :
1. Flammability tester
2. Stop Watch
3. Pemegang dan penjepit contoh uji
4. Pembakar Bunsen

1.4 Langkah Kerja


1. Persiapan Contoh Uji
Contoh uji dipotong dengan ukuran 7 x 32 cm sebanyak dua buah dengan
arah lusi dan pakan.
2. Cara Pengujian
1. Menyiapkan contoh uji masing-masing 1 buah untuk arah lusi dan pakan
dengan ukuran (7 x 32) cm, dan memberi tanda pada permukaan yang berlawanan
dengan permukaan yang akan diuji.
2. Mengondisikan contoh uji dalam eksikator selama 15 menit sampai
mencapai keseimbangan kelembaban setelah sebelumnya dioven 1000C terlebih
dahulu + 1 jam.
3. Memasang contoh uji vertikal pada pemegang contoh, lalu meletakkan
pemegang contoh pada alat uji sehingga ujung bawah contoh uji akan berada tepat
di tengah nyala api
4. Meletakkan pembakar bunsen di dalam alat uji dan membuka katup aliran
gas dan menyalakan api.
5. Membakar contoh uji selama 12 detik lalu api dipadamkan, kemudian
menutup pintu alat uji dan menghitung waktu nyala api.
6. Setelah nyala api pada kain padam, lalu membiarkan contoh uji membara
sampai padam sendiri. Kemudian mengukur waktu bara contoh uji 7. Mengukur
panjang arang dari ujung yang terbakar sampai ujung sobek.
1.5 Data Percobaan

▪ Waktu pembakaran = detik


Tabel Hasil Pengamatan pada Uji Pembakaran
Contoh uji
Waktu nyala api Waktu bara api Panjang arang
Arah lusi 21 detik 1 menit Kain uji terbakar
seluruhnya

Arah pakan 21 detik 57 detik Kain uji terbakar


seluruhnya

1.6 Diskusi
Dalam melaksanakan praktikum pengujian tahan nyala api yang telah dilakukan
praktikan megalami kesulitan dalam menghitung menggunakan stopwatch karena
dibutuhkan ketelitian dalam menghitung nyala api sampai habis dan bara api sampai
habis.Dari hasil pelaksanaan praktikum pengujian tahan nyala api yang telah dilakukan
ternyata kain yang diujikan tidak tahan nyala api, karena setelah 12 detik dibakar kemudian
api dijauhkan, ternyata kain bersifat meneruskan pembakaran sampai sepanjang kain habis
terbakar. Selain itu, setelah nyala api tidak ada bara yang tetap menyala dan bau yang
dihasilkan seperti plastic dan juga apabila bara diraba remuk seperti kapas dibakar hal
tersebut menggidentifikasikan bahwa kain yang diuji campuran polyester dan cotton.

1.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian ketahanan nyala api, didapat hasil bahwa waktu
nayala api pada arah lusi lebih lama dibanding arah pakan. Bahan pada arah lusi ternyata
memiliki waktu nyala lebih lama dibanding arah pakan. Hal ini menunjukan bahwa bahan
pada arah lusi lebih tahan api dibanding arah pakan.
1.8 Kain contoh uji
BAB VII

UJI DAYA SERAP KAIN

CARA TETES

1.1 Tujuan Praktikum


Praktikum pengujian daya serat kain menggunakan cara tetes ini dilaksanakan
dengan tujuan agar mahasiswa dapat bisa mempraktekan dan mengetahui kecepatan
waktu penyerapan air pada contoh uji kain rajut dengan uji tetes

1.2 Teori Dasar

Untuk mengetahui kecepatan basah (wetting time) maka dikenal dua macam cara, yaitu
:
• Uji tetes, dilakukan pada permukaan kain yang rata dan halus
• Cara keranjang, Dilakukan untuk kain yang tidak rata, misalnya kain handuk

Pada prinsipnya kedua pengujian ini adalah sama yaitu untuk mengetahui kecepatan
basah dari contoh uji tetapi perbedaannya terletak pada kasar atau tidaknya permukan contoh
uji. Prinsip uji tetes adalah menghitung waktu dari air yang diteteskan pada permukaan kain
yang dipasang tegang sampai air tersebut hilang terserap. Yang dimaksud dengan waktu basah
adalah waktu dari saat air diteteskan sampai air hilang terserap.
Daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan dan bnetuk tujuan
tertentu, misalnya kain pembalut, kain handuk dan lai-lain. beberapa kain harus mempunyai
kemampuan untuk menyerap air atau cairan secara cepat atau mudah terbasahi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembasahan kain :
1. Bila setetes air dijatuhkan pada permukaan dari tiga jenis benda padat yang rata, maka
tetesan air tersebut mungkin berbentuk bulat, pipih atau antara bulat dan pipih. Karena sifat air
maka perbedaan kondisi tekanan air pada ketiga permukaan benda padat disebabkan oleh
perbedaan sifat dari gabungan antara air dan permukaan benda padat.
2. Permukaan benda padat dimana tetesan air akan membetuk bola menunjukan sudut kontak,
and akn cenderung untuk menggelinding meninggalkan permukaan benda padat dalam
keadaan kering. Semakin kecil susdut kontak, semakin mudah tetesan air menyebar
keseluruhan perm ukaan benda padat dan membasahi benda padat tersebut. Perbedaaan
permukaan disebabkan oleh perbedaan energi permukaan dan teganngan permukaan pada ntar
muka dari dua fase, yaitu padat-cair, cair-udara, dan padat-udara.
Percobaan oleh Cassie menunjukan bahwa bahan yang tahan air akan memberikan sudut
kontak tinggi. Sudut kontak yang tinggi akan terjadi pada air diatas suatu permukaan yangn
kering dan susdut kontak tersebut akan mengacil apabila cairan makin berkurang , permukaan
menjadi basah.

1.3 Alat Dan Bahan

Praktikum menguji kekuatan dan mulur kain ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan
yang diantaranya adalah:

Alat :

- Buret yang berisi air.

- Simpai bordir.

- Stop watch.

Bahan : Kain rajut

1.4 Langkah Kerja

1. Memasang kain uji pada simpai bordir sehingga tegang


2. Simpai tersebut diletakan dengan jarak 1- 1,5 cm dari buret.
3. Setetes air diteteskan pada permukaan kain yang dipasang pada simpai bordir.
4. Waktu penyerapan air di mulai pada saat air berada pada permukaan kain.
5. Waktu penyerapan air dihentikan pada saat air benar-benar habis terserap pada permukaan
kain.
6. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali pada 3 tempat yang berbeda.
1.5 Data Percobaan

▪ Tabel Hasil pengujian


Pengujian Waktu serap
Ke

1 >30 detik

2 >30 detik

3 >30 detik

1.6 Diskusi

Dalam melakukan pengujian daya serap kain rajut praktikan mengalami kesulitan
dalam mengeluarkan air dari buret yang berisi air, air yang dikeluarkan dari buret cukup
satu tetes jika lebih dari satu tetes pengujian harus diulangi, selain itu dalam melakukan
praktikum ini dibutuhkan ketelitian dalam mengamati air sampai meresap atau menyebar
ke contoh uji tanda apabila air sudah meresap keseluruh permukaan kain contoh uji yaitu
tidak ada air yang berada diatas kain contoh uji biasanya air tersebut berkilau apabila berada
diatas kain contoh uji. Pengujian ini dilakukan sebanyak tiga kali pada tempat yang berbeda
dibutuhkan ketepatan dalam mengukur air sampai meyerap ke contoh uji dalam
menggunakan stopwatch.

1.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapat hasil bahwa penyerapan kain rajut terhadap tetesan air
di 3 titik semuanya lebih dari 30detik hal tersebut menunjukan bahwa daya serap kain
tersebut kurang.
1.8 Kain Contoh Uji
BAB VII

UJI DAYA SERAP KAIN HANDUK TERHADAP AIR

CARA KERANJANG

1.9 Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian daya serap kain handuk terhadap air menggunakan cara keranjang
ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara
mengukur kemampuan kain dalam menyerap air (kapasitas serap) dan waktu serapnya
sehingga terjadi pembasahan sempurna pada contoh uji.

1.10 Teori Dasar

Dalam uji daya serap dinyatakan dalam dua cara yaitu waktu serap dan kapasitas serap.
Daya serap adalah kemampuan kain untuk menyerap air, sedangkan waktu serap yaitu waktu
yang diperlukan untuk pembasahan sempurna seluruh contoh uji yang dinyatakan dalam detik.
Basah sempurna yang dimaksud adalah pada saat contoh uji tepat mulai tenggelam.

Pengujian daya serap sangat penting untuk dilakukan yaitu untuk mengendalikan mutu
kain yang khusus dibuat dengan daya serap besar. Kain yang membutuhkan daya serap besar
adalah kain handuk, mutu kain handuk ini ditentukan oleh kemampuannya untuk daya serap
air yang mungkin tergantung dari sifat serat atau konstruksi handuk tersebut.

Untuk pengujian waktu serap masing-masing contoh uji digulung kearah dalam
keranjang sehingga memenuhi keranjang tersebut dan dijatuhkan pada ketinggian dua cm dari
permukaan air dan dihitung waktu serapnya. Untuk pengujian kapasitas serap dilakukan
dengan membiarkan contoh uji terendam dalam air selama 10 detik. Keranjang kawat diambil
dengan memegangnya pada bagian yang terbuka dan dibiarkan selama 10 detik supaya airnya
menetes. Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan kedalam piala plastik yang sudah
ditimbang. Kemudian piala plastik yang berisi keranjang tersebut ditimbang.
1.11 Alat Dan Bahan

Praktikum menguji daya serap kain mengguankan cara keranjang ini memerlukan
peralatan dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Alat :

- Piala gelas 250 ml

- Keranjang tembaga berbentuk silinder dengan tinggi 5 cm, garis tengah 3 cm, berat 3 gram
dan berpori-pori.

- Stop watch

- Bejana dengan tinggi minimum 25 cm

- Air suhu kamar yang dituangkan kedalam bejana hingga mencapai ketinggian 17 cm.

- Penjepit.

- Timbangan.

Bahan : Kain Handuk contoh dengan lebar 7,5 cm dan berat 5 gram.

1.12 Langkah Kerja


1. Persiapan Contoh Uji

Potong contoh uji dengan ukuran lebar 7,5 cm dan panjang sesuai dengan
berat 5 gram

2. Cara Pengujian
1. Contoh uji digulung kearah dalam keranjang sehingga memenuhi keranjang
tersebut
2. Jatuhkan keranjang yang telah terisi contoh uji pada ketinggian dua cm dari
permukaan air dan dihitung waktu serapnya.
3. Catat waktunya mulai dari saat jatuh ke dalam air sampai keranjang tenggelam.
4. Biarkan contoh uji terendam dalam air selama 10 detik.
5. Keranjang kawat diambil dengan memegangnya pada bagian yang terbuka dan
dibiarkan selama 10 detik supaya airnya menetes.
6. Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan kedalam piala plastik yang sudah
ditimbang.
7. Piala plastik yang berisi keranjang tersebut ditimbang kembali.

1.13 Data Percobaan

Tabel Hasil Pengujian (dalam gram)


Pengujian Waktu Berat gelas Berat Contoh Berat Kering Berat Basah
Ke - Serap dan keranjang Uji
(gram) (gram)
(gram)
(gram)
1. 4 detik 48,77 5,02 53,79 83,95

2 3 detik 48,77 5,04 53,81 83,13

1.14 Perhitungan
1. Kain 1
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
% Kapasitas serap = 𝑥̅ 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖

83,95−53,79
= 𝑥̅ 100%
5,02

= 600,79%
2. Kain 2
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
% Kapasitas serap = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖
𝑥̅ 100%

83,13−53,81
= 𝑥̅ 100%
5,04

= 581,74%

1.15 Diskusi

Dalam melakukan pengujian daya serap kain cara keranjang ini kain yang diuji
praktikan memiliki daya serap <30 detik sehingga pada pengujian pertama cukup
dicelupkan ke dalam air selama <30 detik kemudian pada pengujian ke dua kain
dicelupkan selam 10 detik kedalam air setelah itu diangkat dan didiamkan kemudian
ditimbang barulah didapat berat basah kain tersebut.

1.16 Kesimpulan

Dari hasil praktikum pengujian daya serap kain cara keranjang, didapat hasil daya
serap kain handuk 1 yang diuji adalah sebesar 600,79% dan kain handuk 2 yang diuji
adalah sebesar 581,74% Hal ini menunjukan bahwa kain handuk yang diuji memiliki
daya serap cukup baik, dikarenakan standar mutu kain handuk yang baik adalah memiliki
daya serap minimum 500%.

1.17 Kain Contoh Uji


BAB VIII

UJI DAYA TAHAN AIR CARA SIRAM

1.1 Tujuan Praktikum

Praktikum pengujian tahan air cara siram ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa
dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara menguji ketahanan kain terhadap air
menggunakan cara siram.

1.2 Teoori Dasar

Cara uji ini dapat digunakan pada semua jenis kain, baik yang tidak/belum ataupun yang
sudah dilakukan penyempurnaan tahan air atau tolak air. Cara ini terutama sesuai untuk menilai
kebaikan penyempurnaan tolak air yang telah diberikan pada kain khususnya kain dengan
anyaman polos. Cara ini tidak dimaksudkan untuk meramalkan tahan hujan kain, oleh karena
itu perembesan air melalui kain tidak diukur.

Dalam uji siram dipakai siraman air yang berasal dari corong dengan lubang penyiraman.
Air disiramkan diatas contoh uji yang dipasang pada lingkaran penyulam dan dipasang pada
kedudukan miring 45o dengan bidang horisontal.

Pengujian dilakukan dengan menyiramkan secara teratur 200 cm2 air dengansuhu 22 o C
kedalam corong penyiram. Setelah penyiraman selesai, pemegang contoh diambil dan sisa air
dibuang dengan memukul-mukulkan tepi lingkaran penyulam sebanyak enam kali pada benda
keras, dengan permukaan kain mengarah pada benda keras tersebut. Pemukkulan tersebut
dilakukan dalm dua posisi yaitu 3 kali pada posisi di suatu tempat pda pemegang contoh dan
tiga kali pada posisi setengah lingkaran 180o terhadap posisi pertama.

Penilaian terhadap uji daya tolak air dilakukan dengan menggunakan standar penilaian
uji siram. Setelah kelebihan air selesai dibuang, permukaan kain diamati secara visual dengan
membandingkan peta air yang tinggal pada permukaan kain dengan peta pada standar penilaian
uji siram.
Standar penilain uji siram bervariasi antara lain sebagai berikut :

Nilai 100 : Tidak ada air yang menempel atau membasahi permukaan kain.

Nilai 90 : Terjadi sedikit pembasahan pada permukaan kain bagian atas.

Nilai 80 : Terjadi pembasaha pada permukaan kain bagian atas.

Nilai 70 : Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan kain bagian atas.

Nilai 50 : Terjadi pembasahan pada seluruh permukaan kain bagian atas.

Nilai 0 : Terjadi pembasahan pad seluruh permukaa kain bagan atas dan bawah.

1.3 Alat Dan Bahan

Praktikum menguji daya tahan air cara siram ini memerlukan peralatan dan bahan-bahan
yang diantaranya adalah:

Alat :

- Spray test.

- Labu ukur 250 ml.

- Peta penilai uji siram.

- Lap pengering.

- Simpai sulam.

Bahan : Kain Parasut

1.4 Langkah Kerja

1. Memasang contoh uji pada simpai sulam (diameter 6”) sehingga bagian permukaan kain
yang lembut menghadap ke atas.
2. Memasang simpai sulam pada alat penguji sedemikian rupa sehingga bagian muka kain
yang lembut berada di bagian paling atas.
3. Melakukan penyiraman pada kain contoh uji dengan menuangkan air sebanyak 200 ml
kedalam corong pada alat penguji (± 25-30 detik)
4. Menghilangkan air yang berada dipermukaan kain dengan memukul-mukulkan bingkai
sulam pada tangan sehingga pembasahan pada kain dapat terlihat.
5. Melakukan penilaian dengan menggunakan peta penilai uji siram standar.

1.5 Data Percobaan


Tabel Hasil Pengujian
Pengujian Nilai
Ke
1 80
2 80

1.6 Diskusi

Pada saat melakukan pengujian ketahanan kain menggunakan cara siram ini diperlukan
ketelitian dalam menccokan hasil kain yang telah dibasahi dengan grade gambar, kain yang
diuji pada pengujian ini memiliki nilai sebesar 80 yang berarti terjadi pembasahan pada
kain pada permukaan kain bagian atas hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
kegiatan praktikum ini adalah pada saat kain sudah basah dalam memukul – mukulkan
bingkai sulam cukup dua kali jangan terlalu keras karena apabila terlalu keras akan
mempengaruhi hasil dari penilaian.

1.7 Kesimpulan

Dari hasil praktikum didapat bahwa daya tolak air dari bahan tekstil adalah
kemampuan dari suatu serat tekstil, untuk menahan pembasahan. Prinsip pengujian ini
dilakukan dengan menyiramkan air pada permukaan contoh uji yang tegang dalam
kondisi tertentu untuk menghasilkan pola pembasahan yang ukurannya tergantung pada
penolakan relatif kain.

Pada pengujian yang dilakukan diperoleh nilai tolak air sebesar 80 yang artinya
bahwa terdapat permukaan yang basah pada bagian atas kain.
1.8 Kain Contoh Uji
BAB IX

UJI DAYA TOLAK AIR HUJAN PADA KAIN

CARA BUNDESMAN

1.1 Tujuan Praktikum


Praktikum pengujian daya tolak air kain cara bundesman ini dilaksanakan dengan tujuan
agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan cara menguji daya tolak air hujan
pada kain menggunakan cara bundesman.

1.2 Teori Dasar


Kedua cara uji tahan air dengan uji siram dan uji penetrasi bermaksud untuk menyerupai
curah hujan yang jatuh pada kain. Uji tahan air hujan yang lebih mendekati adalah uji tahan
air cara Bundesmann dengan menggunakan alat uji jenis Bundesman. Kain dipasang tepat
dibawah curahan air hujan buatan. Air yang menetes kain ditampung dalam tabung dan
jumlah air yang tertampung tersebut itu diukur, begitu pula yang tertinggal diatas kain diukur
jumlahnya.
Penyiraman air hujan dipasang sejauh 150 cm dari tempat tabung yang dipasang pada
alas yang berputar dengan kecepatan 5 putaran per menit. Padasaat kain yang dipasang pada
tabung berputar dibawah curahan air hujan buatan, alat penghapus yang berada didalam tabung
akan menggosok kain bagian dalam untuk meniru gosokan mekanis yang ditimbulkan oleh
pemakai jas hujan didalam pemakaian sebenarnya. Gerakan menggosok kain ini akan
membantu penetrasi air kedalam kain.
Setelah curah hujan disiramkan selama 10 menit, penyiraman dihentikan dan contoh uji
diambil secara hati-hati untuk penilaian hal-hal sebagai berikut :
• Penetrasi air
• Air yang tertampung didalam tabung diukur jumlahnya dan volume rata-rata
diperhitungkan sebagai ketelitian 1 ml.
• Penyerapan
• Dari berat contoh ujis ebelum dan sesudah pengujian apat diukur banyaknya air
yang tertinggal pada setiap contoh uji dan diperhitungkan sebagai % air yang
terserap oleh kain.
• Kondisi Pengujian

Untuk mendapatkan hasil uji yang serba sama dan dapat diulang-ulang, maka perlu
dicatat kondisi pengujian berikut ini:
1. Suhu air hujan buatan yaitu (18-20)o C.
2. pH air 6-8
3. Kecepatan siraman air = 62-68 ml/menit untuk setiap tabung
4. Tetesan air yang jatuh harus sama besar dengan berat rata-rata antara 0,075 ± 0,005 g
5. Sebelum pengujian contoh uji dikondisikan didalam atmosfir standar selama 24 jam,
kemudian ditimbang didalam botol timbang.

Menurut Baxser dan Cassie, kekuatan air hujan dari alat jenis Bundesmann adalah 5,8
kali tembusan awan, 91 kali kekuatan tetesan hujan lewat, 480 kali tetesan hujan biasa dan
21000 kali kekuatan hujan ringan.

1.3 Alat Dan Bahan


Praktikum menguji kemampuan kembali kain dari kekusutan ini memerlukan peralatan
dan bahan-bahan yang diantaranya adalah:

Alat :
- Bundesman tester
- Stop watch dan kain terpal contoh
- Gunting
- Timbangan
- Mal lingkaran (diameter 14 cm)
- Gelas ukur
- Alat pemeras pusingan
- Mesin cuci dan pengering

Bahan : Kain terpal contoh berbentuk lingkaran dengan diameter 14 cm


1.4 Langkah Kerja
1. Mengeringkan tabung penggosok dan penjepit pada alat uji
2. Menyiapkan contoh uji dengan ukuran diameter 14 cm dari menimbangnya.
3. Memasang contoh uji pada mulut tabung dan menjepitnya dengan cincin penjepit (diameter
10 cm).
4. Melepaskan penggosok dan memasang tabung dan menjapitnya pada tempatnya.
5. Menjalankan motor dan menggeser penahan air.
6. Menghitung waktu pengujian (10 menit) dengan menggunakan stop watch, dimulai pada
saat air hujan mengenai contoh uji.
7. Menimbang kain contoh uji yang telah dihujani
8. Mengukur air yang merembes pada gelas ukur (bila ada). Persiapan contoh uji

1.5 Data Percobaan


1. Tabel Hasil Pengujian
Berat Kering (k) Berat basah (b) Perembesan
10,047 g 11,203 g -

1.6 Perhitungan

(𝑏−𝑘) 11,203−10,047
Kapasitas perembesan = 𝑥̅ 100% = 𝑥̅ 100% = 10,31%
𝑘 11,203

1.7 Diskusi
Pada saat melakukan praktikum ini kesulitan yang dialami adalah pemasangan contoh
uji pada tabung pemegang contoh uji,permukaan kain harus rata dengan tegangan yang
cukup dan tidak boleh kendor karena akan mempengaruhi tekanan air yang jatuh selain itu
pada praktikum ini hal yang harus diperhatikan yaitu jangan sampai lupa menutup kran yang
terdapat pada tabung karena apabila tidak ditutup air dari rembesan kain contoh uji tidak
akan tertampung pada tabung.

1.8 Kesimpulan
Dari hasil praktikum pengujian daya tolak air kain cara bundesman dapat disimpulkan
bahwa uji ketahanan terhadap hujan pada umumnya diperuntukkan untuk kain-kain yang
dalam pemakaiannya berhubungan dengan kemampuan untuk menahan / menerima air
hujan. Kain-kain yang termasuk diantaranya adalah kain terpal. Dari percobaan yang telah
dilakukan didapat hasil kapasitas perembesan sebesar : 10,31%

1.9 Kain Contoh Uji

Anda mungkin juga menyukai