Material
Gudang (warehouse)
Buat laporan penerimaan barang Gudang buat quality order Dari Quality order : QC membuat surat perintah pengambilan contoh QA manager menanda tangani surat perintah pengambilan contoh Pengambilan contoh Surat perintah pemeriksaan Pemeriksaan QORR : Quality Order Result Report
Yes
No
Release
Reject
Metode dan Proses Sampling 1. Cara sampling : Pola pengambilan untuk contoh bahan pengemas mengikuti prosedur dan tabel Military Standard 105 D secara umum menggunakan tabel I Special Inspection Level IV serta tabel untuk Normal Inspection. 2. Cara pengambilan keputusan : Untuk setiap bahan yang diperiksa, harus ditetapkan AQL (Acceptable Quality Level) terlebih dahulu misalnya AQL cacat berat 4,0. Untuk jumlah contoh 315 dengan AQL 4,0 mempunyai limit 21 dan 22. Jika ditemukan 21 atau kurang, maka contoh yang ada
acceptable. Jika ditemukan 22 atau lebih, maka contoh yang ada reject. Jika hasil di atas meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan kembali dengan pengambilan contoh baru yang lebih ketat misalnya dengan memakai Special Inspection Level II. Proses Sampling Penentuan metode sampling berdasarkan Military Standard Special Inspection Level (SIL), sedangkan metode pengambilan keputusan, diterima atau reject berdasarkan Acceptable Quality Level (AQL). Penentuan metode sampling dibagi berdasarkan : Untuk wadah : Bahan pengemas kertas Bahan pengemas aluminium foil Untuk gelas, Rubber Stopper : Military Standard SIL IV. :
n 1
Untuk bahan dan produk : - Bahan baku berkhasiat atau nonberkhasiat - Produk jadi - Produk ruahan :
n 1
Contoh cara sampling bahan baku : Pola pengambilan contoh untuk bahan baku menggunakan rumus n 1 , diambil secara acak dari tiap lot contoh. Apabila hasil
n 1 dari 1 lot contoh kurang dari 5 wadah,
maka diambil 5 wadah. Apabila jumlah wadah kurang dari 5 wadah maka diambil dari seluruh wadah.
Pemeriksaan Bahan Pengemas Macam bahan pengemas yang diuji : Vial atau botol. Pengujian cacat tampak Cacat tampak diperiksa secara visual terhadap cacat-cacat yang terdiri dari tiga kriteria yaitu : a) Cacat fatal : cacat yang dapat membahayakan konsumen. b) Cacat berat : cacat yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam proses produksi c) Cacat ringan : cacat yang tidak mengakibatkan kegagalan dalam proses produksi tetapi penampilannya kurang baik. Pengujian dimensi atau ukuran Kelainan dimensi adalah kelainan yang terjadi pada vial atau botol gelas yang menyebabkan kegagalan dalam pemakaiannya. Kesalahan-kesalahan ukuran tidak boleh melebihi toleransi-toleransi yang tertera dalam standar. Cara pengujian: vial atau botol gelas diukur dengan alat dial caliper dengan ketelitian 0,01 mm terhadap : diameter badan, luar mulut, dalam mulut, dan tebal bibir. Pengujian kebocoran Tes ini bertujuan untuk mengetahui kecocokan vial set antara vial, RS, dan aluminium cap dengan cara mengamati masuknya larutan methylene blue 0,2 % melalui celah vial set pada saat di-vacuum. Aluminium cap Pengujian cacat tampak : sama seperti pada vial. Pengujian dimensi Diukur dengan menggunakan alat dial caliper dengan ketelitian 0,01 mm terhadap diameter luar, diameter dalam, tebal dan tinggi. Rubber Stopper Pengujian cacat tampak : sama seperti pada vial. Pengujian dimensi Diukur dengan menggunakan alat dial caliper dengan ketelitian 0,01 mm terhadap diameter luar, diameter dalam, tebal dan tinggi. Pengujian kerapuhan Bertujuan untuk melihat ketahanan tutup karet bila ditusuk dengan jarum. Pengujian kejernihan
Bertujuan untuk mengetahui adanya pelepasan partikel dari bahan tutup karet bila dimasukkan sejumlah air dan dipanaskan pada suhu tertentu dengan pengamatan secara spektrofotometri pada panjang gelombang tertentu. Empty capsule (cangkang) Pengujian cacat tampak : sama seperti pada vial. Pengujian dimensi Diukur dengan menggunakan alat dial caliper dengan ketelitian 0,01 mm terhadap panjang, diameter cangkang kapsul. Pengujian variasi berat Empty Capsule ditimbang satu persatu pada analytical balance (kepekaan 0,1 mg). Printed Material (Barang tercetak) Pengujian cacat tampak : Diperiksa secara visual terhadap cacat fisik dan dikategorikan seperti pada vial. Pengujian dimensi : Dilakukan untuk semua jenis barang tercetak, antara lain : Label: panjang, lebar, tebal, gramatur (berat kertas). Kotak: panjang, lebar, tebal, gramatur, tinggi. Brosur: panjang, lebar, tebal, gramatur. Aluminium foil: lebar dan tebal masing-masing komponen yang terdiri dari celophan, polyethylene dan aluminium.
Material receive
QC Check
Return to Supplier
Manufacturing Process
Bahan Baku dan Bahan Pembantu Jenis pengujian : Jenis pengujian dilakukan sesuai dengan Farmakope yang ada (FI, JP, USP, BP) atau standar lain yang dijadikan rujukan sesuai yang dibutuhkan, contoh : Bahan baku aktif steril :
Tabel Parameter Pemeriksaan Bahan Baku Aktif Steril
Parameter Pemerian Identifikasi Potensi/kadar Kadar air pH Warna larutan Benda asing Rotasi optis Volume serbuk Sisa pemijaran Batas logam berat
Metode Pengujian Cek visual Absorbsi Infrared Kromatografi Titrasi Potensiometri Spektrofotometri Cek visual Polarimetri Hitung densitas serbuk Pemijaran 600 50C Color-Comparison tube
Alat/ Bahan Mikroskop Infrared Spectrophotometer HPLC Karl Fischer /reagent VS pH meter Spektrofotometer UV/Vis Mikroskop Polarimeter Gelas ukur Sulfuric acid Nessler cylinder, Lead Nitrate
Parameter Pemerian Identifikasi Potensi/kadar Kadar air pH Warna larutan Benda asing Rotasi optis Volume serbuk Sisa pemijaran Batas logam berat Ukuran partikel
Metode Pengujian Cek visual Absorbsi Infrared Kromatografi Titrasi Potensiometri Spektrofotometri Cek visual Polarimetri Hitung densitas serbuk Pemijaran 600 50C Color-Comparison tube Pengayakan
Alat/ Bahan Mikroskop Infrared Spectrophotometer HPLC Karl Fischer/ reagent VS pH meter Spektrofotometer UV/Vis Mikroskop Polarimeter Gelas ukur Sulfuric acid Nessler cylinder, Lead Nitrate solution Ayakan dengan mesh tertentu
Bahan pembantu :
Tabel Parameter Pemeriksaan Bahan Pembantu
Parameter Pemerian Identifikasi Kadar air Warna larutan Volume serbuk Sisa pemijaran Batas logam berat Microbial limit test
Metode Pengujian Cek visual Absorbsi Infrared Titrasi Spektrofotometri Hitung densitas serbuk Pemijaran 600 50C Color-Comparison tube Plate method
Alat/ Bahan Mikroskop Infrared Spectrophotometer Karl Fischer /reagent VS Spektrofotometer UV/Vis Gelas ukur Sulfuric acid Nessler cylinder, Lead Nitrate solution SCD media, cawan petri
Uji stabilitas terdiri dari serangkaian tes untuk mendapatkan jaminan kestabilan dari suatu produk obat, yaitu pemeliharaan spesifikasi dari produk obat dikemas dalam kemasan tertentu dan disimpan dalam kondisi penyimpanan yang ditetapkan dalam periode waktu yang ditentukan. Stabilitas adalah faktor penting dari kualitas, keamanan dan kemanjuran produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak memiliki stabilitas yang cukup dapat menyebabkan perubahan fisik (seperti kekerasan, laju disolusi, dll) serta karakteristik kimia (pembentukan zat dekomposisi berisiko tinggi). Ketidakstabilan mikrobiologi produk obat steril juga bisa berbahaya. Tujuan dari studi stabilitas untuk menentukan jangka waktu penyimpanan pada kondisi tertentu di mana produk obat masih memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Uji stabilitas produk dibagi menjadi dua, yaitu: Uji berkala rutin (periodical check) Uji yang dilakukan pada produk release yang sudah dipasarkan. Sampel yang diambil minimal 1 lot/batch pertahun, dan dilakukan pengujian sampai 1 tahun setelah tanggal kadaluarsa. Uji berkala non rutin Uji yang dilakukan jika terdapat hasil trial, kelainan atau adanya perubahan (change control, deviasi, dan validasi) terhadap bahan aktif, bahan pembantu, proses produksi, mesin dan fasilitas produski, besaran batch atau hal-hal lainnya yang bias mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 3 lot/batch secara berturut-turut (change control dan validasi) dan sampel dari lot/batch yang mengalami deviasi. Desain Uji Stabilitas Spesifikasi (parameter pengujian) Parameter yang diuji mengacu pada prosedur analitis, dan kriteria penerimaan yang diusulkan. Pengujian harus mencakup sifat fisik, kimia, biologi dan mikrobiologi, kandungan pengawet (misalnya antioksidan, pengawet antimikroba). Asean Guideline for Stability merupakan acuan standar dalam menentukan pramater kritis uji stabilitas. Selain itu, parameter pengujian juga bisa ditambahkan berdasarkan literatur (USB, JP, FI, dll). Frekuensi dan kondisi pemeriksaan
Untuk Uji stabilitas diperpanjang (long term stability/real time), frekuensi pengujian harus cukup untuk menggambarkan profil stabilitas produk. Frekuensi pengujian biasanya dilakukan setiap 3 bulan selama tahun pertama, setiap 6 bulan selama tahun kedua, dan setiap tahun pada tahun ketiga dan seterusnya. Pada Uji stabilitas dipercepat (accelerated stability), minimal tiga titik waktu, termasuk titik waktu awal dan akhir (misalnya, 0, 3, dan 6 bulan), dari studi 6 bulan yang dianjurkan. Frekuensi pengujian juga bias dilakukan sebanyak lima titik waktu, yaitu bulan ke 0, 1, 2, 3, dan 6. Kondisi pemeriksaan Uji stabilitas ada 2 macam: a. Uji stabilitas diperpanjang (long term stability/real time) Pengujian stabilitas pada sampel dengan kondisi real time dilakukan pada 2 tempat dengan kondisi yang diatur sesuai zona wilayah, yaitu: Ruang sampel uji berkala 1 (zona IV), yaitu untuk produk lokal: suhu ruangan 30 + 2 oC dan kelembaban 75 + 5% Ruang sampel uji berkala 2 (zona II), yaitu untuk produk ekspor Suhu 25 + 2 C dan kelembaban 60 + 5%. Periode pemeriksaan yaitu: bulan ke-0, 3, 6, 9, 12, 18, 24, 36, dan 48 bulan
b. Uji stabilitas dipercepat (accelerated stability) Suhu 40 + 2 C dan kelembaban 75 + 5%, dalam Climatic chamber. Periode pemeriksaan yaitu: bulan ke 0, 1, 2, 3, dan 6. a. Rencana pengujian Kondisi penyimpanan dan interval pengujian Tempat Penyimpanan Climatic chamber Interval Pengujian (bulan) 0, 1, 2, 3, dan 6
Kondisi Penyimpanan Accelerated (40+2 C dan R/H 75+5%) Real Time (30+2 oC dan R/H 75+5%)
Kriteria pengujian - Pengujian dilakukan selambat-lambatnya 1 minggu setelah pengambilan - Dilakukan pengujian sesuai parameter dan prosedur pengujian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Warna Bau Bentuk Rupa Identifikasi Potensi Moisture Disolusi Berat Kerapuhan Ketebalan Kekerasan Desintegrasi
Kuning dengan tidak merata Berbau khas Kaplet Bebas dari kontaminasi benda asing Memenuhi 90,0% 120,0% 13,0% Q 30 75% 629 695 mg 0,30% 5,7 6,1 mm 8 13 kp 5 menit
c. Real time stability No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Item test Warna Bau Bentuk Rupa Identifikasi Potensi Moisture Disolusi Berat Kerapuhan Ketebalan Kekerasan Desintegrasi Bulan Standar Kuning dengan tidak merata Berbau khas Kaplet Bebas dari kontaminasi benda asing Memenuhi 90,0% 120,0% 13,0% Q 30 75% 629 695 mg 0,30% 5,7 6,1 mm 8 13 kp 5 menit 0 3 6 9 12 18 24 36 48
MICROBIOLOGICAL
Laboratorium Mikrobiologi 1. Uji Sterilitas Dilakukan untuk mengetahui sterilitas dari suatu sediaan steril, pengujian ini dilakukan dengan metode: a. Metode inokulasi langsung Untuk menguji sterilitas dari produk yang tidak bisa difiltrasi, botol tetes mata. Dilakukan dengan media TGC (thiglucolat), dan SCD (soy-bean casein dextrose). Produk ditanam pada media dan diinkubasi selama 14 hari. Untuk TGC pada suhu 20-25C dan SCD pada suhu 30-35C. Jika terdapat kekeruhan menandakan adanya pertumbuhan
mikroorganisme. Jika tidak terdapat pertumbuhan mikroba maka tetap jernih. b. Metode filtrasi membran Membran system terbuka: Digunakan untuk pengujian produk steril lokal. Metode ini menggunakan filter dengan diameter 0,45 m, sampel difiltrasi dengan bantuan vakum. Filternya kemudian dibagi dua dan masing-masing ditanam pada media tripton cair 1%, dikerjakan diruang steril (kelas A) dibawah clean banch. Jika terdapat kekeruhan pada media menandakan adanya pertumbuhan mikroorganisme. Membran system tertutup: Metode ini digunakan untuk menguji sterilitas produk ekspor, raw material, dan air. Sampel dimasukkan dalam steril container melewati filter, selanjutnya diberi rinsing solution 1% dan dimasukkan media SCD (untuk bakteri aerob dan yeast) dan TGC (bakteri anaerob dan aerob). Selanjutnya diinkubasi selama 14 hari. 2. Uji Bacterial Endotoxin Pengujian yang dilakukan pada sediaan steril untuk mengetahui ada tidaknya bakteri endotoxin pada sediaan yang diproduksi. Pengujian ini menggunakan LAL (limulus amoebocyt lysate). Metode yang digunakan antara lain : a. Gel clot (kualitatif) Metode ini digunakan untuk produk local. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dulu dilakukan uji sensitivitas LAL, untuk mengetahui apakah LAL masih dapat membentuk clot dengan sampel. Ekstrak LAL jika berikatan dengan sampel yang mengandung endotoxin maka akan membentuk cloting (bekuan) yang terjadi setelah 1 jam. Perbandingan yang digunakan yaitu 1:1 (AB : LAL) b. Turbidimetri (kuantitatif)
Metode ini selain dilakukan untuk sediaan steril ekspor dan juga dilakukan untuk pengujian Water for injection. Untuk WFI nilai bakterial endotoxin tidak boleh lebih dari 0,25 endotoxin EU/ml. Metode ini menggunakan toxinometri dengan pembacaan hasil secara spektrofotometer. Adapun perlakuan untuk metode Turbidimetri sebagai berikut : Mula-mula dibuat larutan kontrol negatif dengan komposisi 0,1 ml pelarut WFI ditambahkan 0,1 LAL kedalam tabung borosilikat yang kemudian dimasukkan kedalam alat Toxinometer dengan suhu 370C selama 1 jam. Pengujian siap dilanjutkan ketahap selanjutnya bila hasilnya menunjukkan negatif endotoxin (n/g). Selanjutnya dilakukan uji linearitas, dengan membuat larutan CSE (Control Standard Endotoxin) yang diencerkan dengan konsentrasi 0,015 EU/ml; 0,03 EU/ml; serta 0,06 EU/ml. Contoh cara membuat larutan CSE dengan pengenceran yaitu: 1 vial CSE 0,5 EU + 2,5 ml WFI = 1000 EU/ml 0,2 ml CSE 1000 EU/ml + 1,8 ml WFI = 100 EU/ml 1,2 ml CSE 100 EU/ml + 3,8 ml WFI = 24 EU/ml 0,2 ml CSE 24 EU/ml + 1,8 ml WFI = 2,4 EU/ml 0,4 ml CSE 2,4 EU/ml + 3,6 ml WFI = 0,24 EU/ml 3 ml CSE 0,24 EU/ml + 3 ml WFI = 0,12 EU/ml 3 ml CSE 0,12 EU/ml + 3 ml WFI = 0,06 EU/ml 2 ml CSE 0,06 EU/ml + 2 ml WFI = 0,03 EU/ml 2 ml CSE 0,03 EU/ml + 2 ml WFI = 0,015 EU/ml
Pengujian dapat dilanjutkan bila nilai linearitas (r) dari pengujian ketiga konsentrasi tersebut 0,98.
Kemudian dilakukan preparing sampel yang akan diujikan. Dimana sampel sebanyak 60 mg dilarutkan dalam 20 ml WFI sebagai larutan stok.
Dari larutan stok diambil 0,4 ml dan ditambahkan 3,6 ml WFI (sampel A) kedalam tabung skala.
Disiapkan 4 tabung borosilikat yang dimasukkan 1 ml sampel A dan ditambahkan 1 ml WFI (Sampel B) kedalam masing-masing tabung 1 dan 2, sedangkan 1 ml sampel A yang ditambahkan 1 ml CSE 0,06 EU/ml (Sampel C) kedalam masing-masing tabung 3 dan 4 sebagai kontrol positif. Semua tabung kemudian diinkubasi dalam Toxinometer pada suhu 370C selama 60 menit. Hasil pengujian akan ditampilkan oleh software dilayar komputer.
Adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui batas mikroba dalam air (Purified water, filter water), bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi sediaan non steril. Untuk air dilakukan uji batas mikroba dengan metode MPN (most probable number) dan filtrasi membran. Filtrasi membran dilakukan dengan menyaring air (PW, RW, FW, PFS) pada filter dengan bantuan vakum. Filter ini kemudian dimasukkan dalam media cair dan dilihat jumlah pertumbuhan mikroba pada filter tersebut. Untuk produk non steril dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. a. Uji kuantitatif Total mikroba bakteri aerob Untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat pada sediaan non steril. Menggunakan media SCD (Soy-bean casein dextrose) kemudian diinkubasi pada suhu 30-35C selama 3-5 hari. Total yeast Untuk mengetahui jumlah yeast yang terdapat pada sediaan non steril. Menggunakan media SGA/ SDA kemudian diinkubasi pada suhu 20-25C selama 5-7 hari. b. Uji kualitatif Terdapat beberapa bakteri yang perlu dilakukan pengujian antara lain : Eschericia colli, Pseudomonas auriginosa, Staphylococus aureus, dan Salmonella thyposa. Pengujian ini dilakukan dari media umum, selanjutnya ke media selektif dan media konfirmatif. Eschericia colli: 10 g sampel dilarutkan dalam 100 ml SCD diinkubasi pada suhu 3035C selama 1 hari. Jika terjadi kekeruhan maka dilanjutkan ke media selektif yaitu MC con kay, diinkubasi selama 3 hari pada suhu 40-45C. Jika positif (terjadi perubahaan warna dari ungu-hijau) makan selanjutnya akan ditumbuhkan di media MC con kay, jika koloni berwarna merah bata artinya postif. Tetapi tetap dilanjutkan ke media konfirmatif untuk memastikan apakah bakteri yang tumbuh pada media adalah benar E.coli, yaitu dengan media EMB (eosin metilen blue) jika terbentuk koloni berwarna metalik hijau, artinya dalam produk tersebut terdapat bakteri E.colii. Salmonella thyposa: 10 g sampel dilarutkan dalam 100 ml SCD diinkubasi pada suhu 3035C selama 1 hari. Jika terjadi kekeruhan maka dilanjutkan ke media selektif yaitu RVSE media jika terjadi perubahan warna dari biru tua-biru muda, maka dilanjutkan ke media XLD, jika positif akan terbentuk koloni merah dengan bintik hitam ditengahnya, dilanjutkan ke media konfirmasi yaitu TSE jika terjadi perubahan warna dari merahkuning, artinya terdapat pertumbuhan Salmonella thyposa
Pseudomonas aeruginosa: 10 g sampel dilarutkan dalam 100 ml SCD diinkubasi pada suhu 30-35C selama 1 hari. Jika terjadi kekeruhan maka dilanjutkan ke media selektif CTA, jika positif ada pertumbuhan koloni yang berwarna hijau floresens, artinya terdapat pertumbuhan P. aeruginosa
Staphylococcus aureus: 10 g sampel dilarutkan dalam 100 ml SCD diinkubasi pada suhu 30-35C selama 1 hari. Jika terjadi kekeruhan maka dilanjutkan ke media MSA (manitol salt agar), jika terbentuk zona bening kuning dengan koloni kuning, artinya terdapat pertumbuhan S.aureus.
4. Uji Potensi Merupakan cara untuk menetapkan potensi antibiotik dengan membandingkan antara diameter hambatan uji terhadap diameter hambatan sediaan baku yang dihasilkan pada media pertumbuhan yang sesuai. Media yang digunakan yaitu : Media agar untuk seed layer Pepton Meat extract Agar Air ad 5g 3g 13 - 20% 1000 mL
Atur pH 6,5 - 6,6 setelah sterilisasi Bakteri yang dipakai: Bacillus subtilis Penetapan Potensi : Teteskan larutan standar dan larutan sediaan uji hasil pengenceran ke dalam silinder cup pada cawan petri dengan menggunakan mikropipet 0,2 ml. Inkubasikan cawan petri tersebut pada temperatur 32 37 C selama 16 - 20 jam Ukur diameter daerah hambatan yang terjadi di sekeliling silinder dan tulis pada formulir uji potensi dengan satuan mm. Tabel 4.29 Tabel Isian Hasil Uji Potensi Antibiotika Petri 1 2 3 4 5 Total SH UH SL UL
SL
UL
UH
SH
Gambar 4.22 Uji Potensi Antibiotika dengan Silinder Cup Pada Cawan Petri Keterangan gambar : SH (Standard High) SL (Standard Low) UH (Uji High) UL (Uji Low)
X 0,6021
Keterangan: Log A = nilai logaritma dari berat bahan uji berkhasiat dibandingkan berat standar berkhasiat UH, UL, SH, SL = jumlah diameter hambatan dari UH, UL, SH, dan SL 0,6021 = nilai logaritma dari potensi standar konsentrasi tinggi (SH) dibandingkan dengan potensi standar konsentrasi rendah (SL) 5. Bioburden Uji ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan mikroba di lingkungan produksi. Uji ini juga sering diaplikasikan untuk mengetahui cemaran penisilin pada area produksi. Ada beberapa cara yang sering dilakukan yaitu: Setting plate. Menggunakan cawan petri biasa untuk mengetahui paparan mikroba di ruang produksi kelas III. Caranya dengan menempatkan cawan yang sudah diisi media di beberapa sudut ruangan selama 3 jam. Kemudian inkubasi pada suhu 30-35 0C. Uji ini dilakukan 1 kali sebulan.
Setting plate juga digunakan untuk mengetahui cemaran penisilin. Caranya dengan menempatkan cawan petri yang berisi mikroba pada dust collector dan AHU. Hambatan pertumbuhan bakteri menjadi tolok ukur adanya cemaran penisilin pada lingkungan. Air sampler. Uji ini menggunakan alat khusus yang mengisap udara luar secara aktif. Udara kemudian terjebak pada alat tersebut, berupa plat yang sebelumnya sudah diisi media. Kemudian kedua plat diinkubasi selama 10 hari pada suhu 30-35 0C. Uji ini dilakukan 1 kali sehari. Contact plate. Uji ini dilakukan dengan pada area permukaan. Diaplikasikan untuk menguji bakteri maupun jamur yang dibawa oleh operator. Caranya dengan melekatkan plate pada baju, tangan, dan kepala operator. Kemudian inkubasi selama 6 hari pada suhu 30-35 0C.
6. Uji Kualitas Air Air sangat rentan terkontaminasi mikroba. Oleh karena itu, wajib dilakukan pemeriksaan pada air yang digunakan selama proses produksi. Uji kualitas air dibedakan berdasarkan jenis air. Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Filter water. Air yang dibuat dari raw water yang telah melewati klorinasi serta filtrasi sand filter. Item check berupa: untuk general bacteria dan coliform bacilli. Spesifikasi 100 CFU/ml. Metode pemeriksaan untuk general bacteria: 80 ml sampel + 0.02-0.05 g Na-tiosulfat pentahydrate. Diambil 1 ml + 15 ml NA dan inkubasi selama 22-26 jam pada suhu 35-37 0C. Metode pemeriksaan untuk coliform bacilli: 10 ml sampel dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham dan media LB. Inkubasi selama 45-51 jam pada suhu 35-37 0C. Dilanjutkan dengan uji penegasan jika ada gas: tanam 1 loop sampel tersebut pada media BGLB. Inkubasi selama 45-51 jam pada suhu 35-37 0C. Water For Injection (WFI). Air yang dipanaskan dalam evaporator dengan uap panas dan dialirkan dalam kondensator sehingga mengalami proses destilasi. Uji batas mikroba 10 CFU/100 ml. Pengujian dilakukan dengan menggunakan media R2A dengan metode filtrasi membrane. Inkubasi selama 4-7 hari pada suhu 20-25 0C Pyrogen Free Steam (PFS) adalah air yang dipanaskan dalam evaporator dengan uap panas (130C.) sehingga mengalami perubahan wujud menjadi gas (uap). Total viable count 10 CFU/100 ml. Metode pemeriksaan sama dengan WFI. 7. Identifikasi Bakteri Menggunakan Vitek 2 Compact
Vitek 2 Compact merupakan instrumen dengan sistem otomatis mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri dan yeast. Prinsip kerjanya berdasarkan pembacaan nilai transmitan untuk mengukut transmisi cahaya yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pada smart card sehingga menyebabkan perubahan biokimiawi pada substrat uji. Smart card teridiri atas 64 lubang yang berisis substrat kering. Substrat kolorimetrik untuk mengoptimalkan pendeteksian reaksi yang cepat dan akurat. Ada 4 tipe smart card yang digunakan pada Vitek 2 Compact: Untuk mengidentifikasi bakteri gram positif Untuk mengidentifikasi bakteri gram negatif Untuk mengidentifikasi bacillus Untuk mengidentifikasi yeast dan ANC (bakteri aerob) Adapun proses identifikasi bakteri pada Vitek 2 Compact sebagai berikut: a. Kultur (pemurnian) bakteri hingga didapatkan fresh cultur (24-72 jam) dan koloni single forming b. Pewarnaan bakteri untuk menentukan jenis smart card yang akan digunakan. Lalu dibuat suspensi menggunakan alat densicheck untuk menentukan tingkat kekerasan suspensi. c. Tahap running filling (pengisian suspensi pada smart card) dan loading inkubasi
PRODUCT
QC Check
Reject
Released
Reprocess destroyed
Packing Process
Re packing
Transfer to warehouse
Alat/ Bahan
Karl Fischer/ reagent VS pH meter Spektrofotometer Limulus Amoebocyte Lysate Media SCD
3. Produk Ruahan Proses pengujian produk ruahan menggunakan One Line System, yaitu: Produk ruahan yang sudah jadi di sampling oleh QC, kemudian bisa langsung dikemas sebelum hasil pengujian dari QC keluar. Dengan menggunakan sistem ini maka waktu yang digunakan untuk proses operasional produksi (pengemasan produk ruahan) bisa lebih hemat dan juga bisa menghemat tempat untuk karantina produk ruahan. Macam-macam pengujian produk ruahan : Injeksi
Tabel Parameter Pemeriksaan Produk Injeksi
Alat/ Bahan
Kapsul
Tabel Parameter Pemeriksaan Produk Kapsul
Metode Pengujian Kromatografi Titrasi Uji disolusi Uji disintegrasi Penimbangan HPLC
Alat/ Bahan
Tablet hisap
Tabel Parameter Pemeriksaan Produk Tablet Hisap
Parameter Potensi/kadar Kadar air Disolusi Disintegrasi Isi bersih Keseragaman bobot Kerapuhan
Metode Pengujian Kromatografi Titrasi Uji disolusi Uji disintegrasi Penimbangan Weight variation Uji kerapuhan HPLC
Alat/ Bahan
Karl Fischer /reagent VS Dissolution tester Disintegration tester Timbangan mg Timbangan mg Tablet friability apparatus
Granul
Tabel Parameter Pemeriksaan Produk Granul
Parameter Potensi/kadar pH
Alat/ Bahan
pH meter
Dry syrup
Tabel Parameter Pemeriksaan Produk Dry Syrup
Alat/ Bahan
3. Produk Jadi Pemeriksaan dilakukan secara visual terhadap: Cacat tampak yang terjadi pada proses pengemasan. Kebenaran nomor batch. Kebenaran jumlah per satuan kemasan. 4. Obat Kembalian Dari hasil pemeriksaan, bagian pengawasan mutu akan menentukan apakah obat kembalian dapat dikemas ulang, ditolak, atau dikembalikan sebagai persediaan gudang.