NAMA ANGGOTA:
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahma
t dan anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek pengujian bahan i
ni.
Laporan ini kami buat dengan tujuan memperoleh ilmu mengenai pembela
jaran Praktek Pengujian Bahan dalam Teknologi Rekayasa dan Pembeliharaan Ba
ngunan Sipil, dimana pekerjaan ini dipakai dalam suatu pengujian, sehingga dapat
mengetahui kondisi tersebut.
Dalam kesempatan kali ini, kami menyadari bahwa praktikum ini tidak lep
as dari bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu kami mengu
capkan banyak terimakasih kepada Ibu Syahidah Nastiti selaku dosen pengampu
mata kuliah kami dan teman-teman kelompok 3 serta Offering A-06AE program s
tudi D4 Teknologi Rekayasa dan Pembeliharaan Bangunan Sipil yang telah memb
antu dan berkontribusi dalam Tugas Praktek pengujian bahan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh ka
rena itu kami berharap pembaca dapat memberikan penulis kritik dan saran yang
membangun serta menginspirasi kami untuk menciptakan karya yang lebih baik la
gi sehingga tujuan penulis dapat tercapai, dan semoga laporan ini juga dapat berm
anfaat untuk bahan tambahan materi mata kuliah. Atas perhatiannya kami menguc
apkan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
III
DAFTAR TABEL
IV
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknik membutuhkan pengetahuan tentang material dan mesin pengola
h.
Agar bahan apa pun dapat berfungsi secara optimal, diperlukan pengetahu
an tentang sifat-sifatnya.
Sifat-sifat suatu bahan teknik dapat diketahui dengan cara menguji bahan
tersebut menggunakan peralatan atau mesin.
Setiap bagian mesin mempunyai fungsi yang berbeda-beda serta mempuny
ai fungsi dan tujuan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, diperlukan pekerjaan dan pengolahan lebih lanjut untuk m
enyiapkan komponen yang memenuhi spesifikasi yang berlaku.
Misalnya saja mahasiswa yang melakukan uji materi pada saat mengolah
bahan itu sendiri, khususnya jurusan teknologi konstruksi dan pemelihara
an di bidang teknik, memerlukan pengajaran materi teknis.
Hal ini merupakan pendalaman konten yang nantinya dapat digunakan dal
am dunia kerja.
Oleh karena itu, mengunjungi dan menyaksikan proses pengujian materi sa
ngat penting untuk memahami lebih dalam materi yang dihasilkan.
1.4 Manfaat
1. Dapat memperdalam ilmu pengujiuan materi
2. Dapat menguasai pengoprasian alat uji bahan
3. Dapat memahami karakter dari bahan – bahan material
1.5 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang ada, maka permasalahan yang dapat d
irumuskan sebagai berikut :
a.
BAB II
PENGUJIAN MATERIAL
2.1 SEMEN
2.1.1 Pengujian Berat Jenis Semen
A. Standar Pengujian
- SNI 15-2331-1991 mensyaratkan berat jenis semen portland be
rkisar 3,05-3,25.
- ASTM C-188 mensyaratkan berat jenis semen portland berkisa
r 3,15.
D. Prosedur Pengujian
1. Mengisi tabung Le Chatelier dengan kerosin hingga mencapai s
kala 1.
2. Memasukkan botol yang telah terisi kerosin ke dalam gelas uku
r yang berisi air dengan suhu 20°C, bila level kerosin turun, ma
ka harus ditambah sampai kondisi tetap pada skala 1.
3. Mencatat skala pada botol sebagai V1.
4. Memasukkan semen sebanyak 64 gram, sedikit demi sedikit ke
dalam botol, hindari semen menempel pada dinding botol.
5. Setelah semen seluruhnya dimasukkan, botol diputar dengan po
sisi miring secara perlahan-lahan agar gelombang udara tidak ti
mbul lagi pada permukaan cairan.
6. Membaca skala pada botol sebagai V2.
7. Menganalisis berat jenis semen dengan persamaan terlampir.
E. Data Pengujian dan Hasil (Tabel dan/atau grafik pengujian)
DATA PENGUJIAN 1 PENGUJIAN 2
Berat Semen 64 gram 15 gram
Suhu Air 20°C 20°C
Suhu Ruangan 27°C 27°C
Skala I (V1) 1 ml 18 ml
Skala II (V2) 22,3 ml 22,8 ml
● PENGUJIAN ● PENGUJIAN 2
1 BJ = 15 gram : (22,8 – 18)
BJ = 64 gram : (22,3-1) = 3,125
= 3,00469
BJ Rata-rata :
Berat Jenis semen rata-rata = (3,00469+ 3,125) : 2 = 3,06
4845
F. Kesimpulan
Berdasarkan acuan standar SNI 15-2331-1991 yang nilainy
a berkisar antara 3,05-3,25 dan dilakukan pengujian semen dengan
mengikuti Langkah dan prosedur dari modul, ditemukan bahwa se
men Portland yang sudah diuji oleh kelompok kami dengan nilai ra
ta-rata yang didapat adalah 3,1. Maka semen tersebut memenuhi st
andar dan bisa digunakan untuk campuran walaupun tidak memenu
hi standar ASTM C-188.
G. Dokumentasi
2.1.2 Pengujian Kehalusan Butir Semen
A. Standar Pengujian
- ASTM C 786 menjelaskan prosedur pengujian kehalusan butir
D. Prosedur Pengujian
1. Mempersiapkan dan menyusun saringan, dengan urutan saringa
n No. 100, No. 200, dan pan
2. Menimbang 50 gram semen sebagai benda uji.
3. Memasukkan semen ke dalam saringan dan menutup susunan s
aringan untuk menghindari kehilangan berat.
4. Mengayak secara manual selama 3-4 menit
5. Melepaskan saringan No. 100 dan mengetuk-ketuk saringan ter
sebut sehingga butiran bertahan dapat turun ke saringan No. 20
0.
6. Menutup Kembali saringan No. 200, dan melanjutkan proses pe
nyaringan selama 10 menit.
7. Menghentikan proses pengayakan dan mendiamkannya selama
5 menit agar butiran halus dalam saringan mengendap.
8. Memindahkan butiran semen yang tertahan di tiap saringan ke
dalam cawan dan menimbangnya. Kuas dapat membantu memb
ersihkan butiran semen yang tersisa.
9. Mencatat berat semen yang tertahan di tiap nomor saringan.
A 35 ,7
R100 = x 100% = ×100 % = 0,714 %
B 50
A 2 ,1
R100 = x 100% = × 100 %=0,042 %
B 50
Dimana :
A : Berat butiran tertahan dimasing – masing saringan
B : Berat semen total mula-mula
F. Kesimpulan
Kehalusan semen yang dihasilkan dari percobaan ini telah
memenuhi sarat berdasarkan tinjauan standar, dapat dilihat dari per
sentase hasil percobaan penyaringan semen tersebut yang dimana p
ada saringan no.100 sebesar 99,286% dan pada saringan no.200 se
besar 99,958% sehingga akan dapat mempercepat reaksi bermaca
m-macam pembentukan semen dan air.
G. Dokumentasi
D. Prosedur Pengujian
1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Jarum vicat (10 m
m) dipastikan mengenai bibir atas cincin ebonit, dan penunjuk s
kala harus disetel di posisi 0 mm.
2. Mengoleskan bagian dalam cincin ebonit dengan oli, meletakka
n cincin di atas plat kaca, diameter kecil menghadap ke atas da
n diameter besar menapak pada plat kaca.
3. Menimbang semen 300 gram. Disiapkan 3 batch/wadah.
4. Mempersiapkan air dengan prosentase berat air terhadap berat s
emen sebesar 27, 28,dan 29%.
5. Mengaduk semen dengan air selama 3 menit hingga plastis.
6. Menuangkan pasta semen ke dalam cincin ebonit, memadatkan
dengan mengetuk- ngetuk secara perlahan untuk menghilangka
n rongga udara yang terdapat dalam pasta semen semen, dan rat
akan permukaannya.
7. Memindahkan dan memasang plat kaca + cincin ebonit pada al
at vicat.
8. Melepaskan jarum ke arah pasta semen dengan melonggarkan k
nop penjepit.
9. Mencatat penurunan jarum pada detik ke-30 setelah dilepaskan.
10. Melakukan langkah (6) hingga (10) dengan persentase air yang
berbeda.
11. Menggambarkan grafik konsistensi normal semen dari data yan
g telah diperoleh.
1.4
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
26.5 27 27.5 28 28.5 29 29.5
F. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan sebanyak tiga
pengujian dengan data pengujian pertama 1,5 mm, pengujian kedua
1 mm, pengujian ketiga 1,2 mm dengan ukuran semen dan suhu ya
ng tetap. Semen sudah mencapai konsistensi pada percobaan ketiga
yang dimana tidak boleh kurang dari 1
G. Dokumentasi
D. Prosedur pengujian
1. Mempersiapkan alat vicat dengan berdiameter 1mm, dan meny
eting skala pada posisi nol.
2. Mempersiapkan pasta semen dengan prosentase air yang telah
disesuaikan dengan hasil pengujian konsistensi normal.
3. Mesukan pasta semen ke cicin ebonit yang sudah dilumuri oli,
kemudian memposisikan pada alat vicat.
4. Melepaskan jarum vicat pada menit ke 45 pertama, dan mencat
at penurunan yang terjadi.
5. Mengembalikan posisi jarum seperti semula dan Kembali meny
etel skala pada posisi nol.
6. Melepaskan jarum vicat tiap interval 15 menit berikutnya pada
titik lain dan mencatat penurunan yang terjadi. Jarak minimun a
ntara titim adalah 5mm dan 10 mm tapi dari tepi cicin.
7. Mencatat suhu ruangan pada detik ke-30 setelah jarum dijatuhk
an.
8. Ulangi lankah (5-7), hingga diperoleh penurunan jarum kurang
dari 25 mm.
9. Membuat grafik hunungan antara waktu pembacaan dan besarn
ya penurunan jarum.
10. Waktu pengikatan awal ditentukan jika penurunan telah menca
pai 25 mm. waktu pengikatan awal diperoleh dari grafik hubun
gan awal diperoleh dari grafik hubungan waktu penurunan (me
nit) terhadap besarnya penurunan (mm) dari hasil pengujian.
G. Dokumentasi
B. Tujuan
- Menjelaskan prosedur pengujian kekekalan bentuk semen.
- Terampil dalam mengoperasikan peralatan pengujian kekekalan
bentuk semen.
- Mengidentifikasi kekekalan semen berdasarkam pemeriksaan s
pesimen paca pengujian.
- Membandingkan data pengujian kekekalan bentuk semen terha
dap standart pengujian.
D. Prosedur Pengujian
1. Membentuk pasta semen dengan campuran antara semen dan ai
r (sejumlah hasil pengujian konstitensi normal) dalam pengadu
k 3 menit.
2. Mengambil sekepal pasta semen menggunakan spatula dan me
mbentuk kue dengan PVC sebagai cetakan, posisikan di atas pl
at kaca.(jangan lupa lumuri cetakan dengan oli)
3. Mendiamkan pasta semen tercetak dalam ruangan selama 24 ja
m
4. Lakukan pengamatan terhadap spesimen dan mencatat kondisi
fisik, lalu memasukkan kue semen ke dalam air dan mendidihk
an selama 3 jam.
5. Mengangkat kue semen dari dalam air dan mengamati kondisi f
isik, dan mencatat adanya perubahan bentuk dan warna yang te
rjadi.
F. Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa
pada pengujian 1 dan 2 tidak mengalami peretakan dan perapuhan,
serta sedikit berpori. Pada pengujian 1 tidak terjadi proses pemuaia
n dan perubahan warna, sedangkan pada pengujian 2 terjadi pemua
ian sebesar 0,9% dan perubahan warna dari abu-abu menjadi putih.
Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bawa pengujian 1 telah
memenuhi standar pengujian, sedangkan pengujian 2 belum meme
nuhi standar pengujian.
G. Dokumentasi
CARA KOCOKAN
● KELEBIHAN
● KEKURANGAN
CARA ADUKAN
● KELEBIHAN
● KEKURANGAN
H. Dokumentasi
D. Prosedur Pengujian
1. Memasukkan pasir kering ke dalam gelas ukur sampai setinggi
±130 cc.
2. Menambah larutan NaOH 3% ke dalam gelas ukur hingga mere
sap ke dalam pasir dan mencapai ketinggian 200 cc.
3. Menutup mulut gelas ukur dengan plastik dan menutup rapat de
ngan karet
4. Mengocok gelas ukur selama 30 menit.
5. Mendiamkan gelas ukur berisi pasir dan larutan selama ±24 ja
m.
6. Mengamati dan mengintepretasikan warna larutan terhadap ska
la warna (Tintometer)
7. Mencatat tinggi pasir dan zat anorganis dalam skala cc.
INDIKATOR TINTOMETER
Warna larutan NaOH = Kuning
F. Standar Pengujian
● (ASTM C40/C40M)
Mensyaratkan agar warna larutan tidak lebih gelap dari skal
a warna No. 3.
● (PBI 1971 N.I-2)
Kandungan zat organis ditunjukan dengan warna larutan Na
OH terhadap Tintometer Abrahms-Harder. Agregat halus y
ang tidak memenuhi kriteria warna masih dapat digunakan
dengan syarat kuat tekan beton pada 7 dan 28 hari mendapa
i 95% dari rencana dan sebagai solusi akhir agregat halus p
erlu dicuci hingga bersih
G. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian kandungan
zat organik dan anorganik yang telah dilakukan mendapatkan hasil
tinggi pasir yaitu 130 cm dengan tinggi endapan 10 cm
H. Dokumentasi
- Pasir harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras sert
a sifatnya kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pe
ngaruh cuaca, seperti terik matahari, kelembapan, hujan
dan perubahan suhu udara.
- Modulus kehalusan agregat halus dibagi menjadi bebera
pa kriteria sebagai berikut :
Prosentase Butiran
Modulus
Jenis Pasir Tertahan di atas
Kehalusan (F)
Saringan 0,063 mm
Sangat kasar 3,6 75-80
Kasar 2,5-3,5 50-75
Sedang 2,0-2,4 35-50
Halus 1,6-1,9 25-35
Sangat halus 1,1-1,5 7-20
D. Prosedur Pengujian
1. Menyiapkan pasir kering oven sebanyak 1000 gram
2. Menyusun saringan dari diameter terbesar dibagian atas hingga
pan diposisikan paling bawah
3. Menuangkan pasir ke dalam susunan saringan
4. Menggoyangkan saringan selama 10 menit dengan menggunak
an mesin vibrator, setelah itu diamkan selama 5 menit
5. Menimbang dan mencatat berat butiran yang tertahan pada mas
ing-masing saringan dengan memindahkannya ke cawan satu p
er satu. Butiran yang tertahan disaringan dapat dibersihkan den
gan menggunakan sikat kawat.
6. Menggambarkan gradasi agregat halus dengan mengeplot juml
ah butir agregat pada sumbu X dan diameter saringan pada sum
bu Y. Sumbu X dibuat dalam skala logaritma. Dengan menamb
ahkan batas atas dan batas bawah.
7. Mengevaluasi gradasi agregat halus yang diuji berdasarkan stan
dar yang digunakan.
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7
ZONA 2
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7
ZONA 4
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7
F. Kesimpulan
Dari hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa baha
n uji termasuk jenis pasir sangat halus berdasarkan ASTM C33B d
an termasuk ke Zona 2.
G. Dokumentasi
● Cawan
● Oven
● Silinder berlubang
D. Prosedur Pengujian
Berat Isi Padat
1. Menimbang silinder berlubang kosong dan mencatat beratnya.
2. Memasukkan pasir ke dalam silinder berlubang hingga 1/3 bagi
an.
3. Menumbuk dengan batang besi dengan diameter 16 mm, Panja
ng 60 cm sebanyak 25 kali secara merata.
4. Memasukkan Kembali pasir ke dalam silinder hingga penuh da
n menumbuknya sebanyak 25 kali.
5. Meratakan bagian atas pasir dengan menggunakan batang besi
(scraping).
6. Menimbang pasir Bersama silinder.
Padat Gembur
1 2 1 2
165 165 Berat Silinder 165 165
1561 1584 Berat Silinder + pasir 1542 1371
1396 1419 Berat Pasir 1377 1206
1044,835 Volume Silinder 1044,835
1,336 1,358 Berat Isi 1,317 1,154
1,347 Berat isi rata-rata 1,235
Wpasir
Berat isi = gram/cm3
Volumepasir
F. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian berat isi agregat ha
lus, dari data didapatkan bahwa berat isi rata-rata agragat halus pad
a kondisi padat adalah 1,347 gram/cm3 dan gembur memiliki berat
adalah 1,235 gram/cm3 . Hal ini mungkin saja terjadi karena adany
a kesalahan dalam proses pemadatan agregat halus dalam silinder b
erlubang.
G. Dokumentasi
D. Prosedur Pengujian
1. Menimbang cawan dalam kondisi kosong
2. Memasukkan 500 gram pasir kondisi asli dan SSD dalam cawa
n yang telah ditimbang dan mencatat berat totalnya
3. Memasukkan cawan + pasir ke dalam oven dengan suhu sebesa
r 110°C hingga berat konstan (24 jam).
4. Mengeluarkan benda uji dari oven dan mendinginkannya beber
apa saat.
5. Menimbang benda uji kering beserta cawan.
F. Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data hasil k
adar air kondisi asli sebesar 0,51% dan pada kondisi SSD sebesar 2
73%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian kadar air agreg
at halus belum memenuhi standar pengujian.
G. Dokumentasi
2.2.6 Berat Jenis Agregat Halus
A. Standar Pengujian
SNI-1970-2008 dan ASTM C128 Merekomendasikan standar pros
edur pengujian berat jenis agregat halus. Berat jenis agregat halus b
erkisar antara 2,4 hingga 2,9.
D. Prosedur Pengujian
1. Mempersiapkan pasir dalam kondisi SSD dan asli.
2. Menimbang gelas ukur kosong dan mencatat beratnya.
3. Mengisi gelas ukur dengan air sebanyak 500 ml, Menimbangny
a Bersama dan mencatat hasilnya. Lalu kosongkan Kembali gel
as ukurnya.
4. Menimbang pasir dalam kondisi asli dan SSD masing-masing s
ebanyak 500 gram (C) dan memasukkannya ke dalam gelas uk
ur.
5. Mengisi gelas ukur + pasir dengan air hingga mencapai level 5
00 ml. Pasir dapat diaduk dengan menggunakan batang besi unt
uk memastikan tidak ada gelembung udara pada pasir.
6. Menimbang gela ukur + pasir + air dan mencatat beratnya.
F. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian berat jenis agregat
halus, dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian telah memenuhi st
andar pengujian oleh SNI 15-2331-1991 dan ASTM C-188 yaitu se
besar 2,4 pada kondisi asli dan 2,55 pada kondisi SSD.
G. Dokumentasi
G. Dokumentasi
D. Prosedur Pengujian
1. Mengambil sampel agregat kasar kering oven sebanyak ±5000
gram
2. Mempersiapkan dan Menyusun saringan secara urut dari diame
ter terbesar di bagian atas dan diameter di bagian bawahnya.
3. Memasukkan sampel agregat kasar ke dalam susunan saringan
dan menutupnya.
4. Menjalankan mesin pengguncang selama 10 menit, dan membe
rikan waktu agar debu mengendap selama 5 menit setlah pengu
jian.
5. Menimbang agregat yang tertahan pada masing-masing saringa
n dan mencatat beratnya.
6. Pengujian dilakukan dua kali dengan sampel yang sama.
Percobaan Rata-Rata
Ukura 1 (gra 2 (gra Jumlah Butir Tertaha Jumlah Butir
n (mm) m) m) Gram % n Kumulatif (%) Lolos (%)
38,10 0 0 0 0 0 100
25,4 513 671,5 592,25 59,225 12,01026119 87,98
19,5 2003 1654,9 1828,95 182,895 49,09961 50,90
12,7 1245 1368 1306,5 130,65 75,59418 24,40
9,5 587 419 503 50,3 85,79453 14,20
4,75 467 750 608,5 60,85 98,13433 1,86
2,36 74 45 59,5 5,95 99,34093 0,65
1,18 17 11 14 1,4 99,62484 0,37
0,6 4 2 3 0,3 99,68567 0,31
0,3 2 3 2,5 0,25 99,73637 0,26
0,15 3 2 2,5 0,25 99,78707 0,21
0,075 4 2 3 0,3 99,84791 0,15
0 7 8 7,5 0,75 100 0
GRADASI 10MM
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6
GRADASI 40MM
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6
F. Kesimpulan
G. Dokumentasi
D. Prosedur Pengujian
1. Menimbang cawan kosong
2. Menimbang 500 gram sampel agregat kasar dalam kondisi asli
dan SSD.
3. Memindahkan sampel benda uji ke dalam cawan dan menimba
ng berat totalnya.
4. Mengerikan sampel Bersama cawan ke dalam oven dengan suh
u 110°C selama 24 jam
5. Menimbang masing-masing sampel + cawan dalam kondisi ker
ing oven dan mencatat beratnya.
F. Kesimpulan
Pada pengujian kadar air menggunakan spesimen uji agrega
t kasar asli mengguakan 2 sempel dan spesimen uji agregat kasar S
SD menggunakan 2 sempel uji, diperoleh data kadar air sebesar 0,0
425 % untuk pengujian agregat kasar asli dan kadar air sebesar 0,9
735 % untuk pengujian agregat kasar SSD. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengujian agregat halus asli dan SSD telah me
menuhi standar pengujian menurut standar SNI 03-1971-1990 yang
memberikan batasan kadar air agregat kasar maksimal sebesar 3%.
G. Dokumentasi
D. Prosedur Pengujian
- Menimbang silinder berlubang kosong dan mencatat beratnya
- Memasukkan agregat kasar ke dalam silinder berlubang hingga
1/3 bagian.
- Mengetuk-ngetuk silinder + agregat kasar sebanyak 25 kali
- Memasukkan Kembali agregat kasar ke dalam silinder hingga p
enuh dan mengetuk-ngetuknya sebanyak 25 kali
- Meratakan bagian atas silinder dengan menggunakan batang be
si.
- Menimbang agregat kasar Bersama silinder.
Untuk berat isi agregat kasar kondisi gembur, prosedur pe
ngujian mengikuti Langkah sebelumnya tanpa disertai pem
adatan.
F. Kesimpulan
● Kondisi Asli
Pada pengujian berat isi agregat kasar kondisi asli padat dip
eroleh data sebesar 2,7805 gr /cm3 dan berat isi agregat kas
ar kondisi asli gembur sebesar 2,5405 gr /cm3. Dari data ters
ebut dapat disimpulkan bahwa berat isi agregat kasar kondi
si asli baik keadaan padat maupun gembur telah memenuhi
standar spesifikasi berat jenis yaitu 2,58 s/d 2,83 gr /cm3.
● Kondisi SSD
Pada pengujian berat isi agregat kasar kondisi SSD padat di
peroleh data sebesar 2,8485 gr /cm3 dan berat isi agregat kas
ar kondisi asli gembur sebesar 2,789 gr /cm3. Dari data ters
ebut dapat disimpulkan bahwa berat isi agregat kasar kondi
si SSD pada keadaan padat belum memenuhi standar spesifi
kasi, sedangkan berat isi agregat kasar kondisi SSD pada ke
adaan gembur telah memenuhi standar spesifikasi berat jeni
s yaitu 2,58 s/d 2,83 gr /cm3.
G. Dokumentasi
D. Prosedur Pengujian
- Menyetel timbangan ke posisi nol.
- Mempersiapkan dan menimbang agregat kasar dalam kondisi a
sli dan SSD masing-masing ±500 gram.
- Menimbang sampel uji dalam keranjang didalam air dan menca
tat hasilnya.
- Melakukan percobaan sebanyak masing- masing 2 kali untuk k
ondisi asli dan SSD.
F. Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data berat je
nis agregat kasar pada kondisi asli sebesar 2,5955 dan kondisi SSD
sebesar 2,0015. Pengujian agregat kasar pada kondisi asli telah me
menuhi standar pengujian, sedangkan pengujian agregat kasar pada
kondisi SSD belummemenuuhi standar pengujian.
G. Dokumentasi
2.4 BAJA
2.4.1 Uji Tarik Baja
A. Maksud dan Tujuan
- Menjelaskan prosedur pengujian kuat tarik baja berdasarkan sta
ndar yang berlaku.
- Melaksanakan pengujian tarik baja.
- Menganalisis grafik tegangan regangan baja yang diperoleh dar
i pengujian.
- Mengkategorikan kekuatan material baja terhadap standar.
C. Prosedur Pengujian
1. Mempersiapkan spesimen tarik baja dan alat uji
2. Mengukur dimensi spesimen,yang terdiri
daripanjang total,panjang efektif,diameter
awal,diameterbubut,jari-jari bubut,dan bentuk spesimen
standar yang berlaku
(Periksa petunjuk pengukuran pada gammbar)
3. Menandai panjang efektif dengan menggunakan spidol
4. Menjepit spesimen baja pada mesin uji tarik tepat pada bagian
yang ditandai, dan memasang extensometer pada benda uji dan
memasang extensometer pada benda uji
5. Melakukan pengujian tarik dengan pembebanan sesuai standar
hingga spesimen mengalami kegagalan
6. Memvisualisasikan grafik dengan hubungan beban
Perpanjangan yang diperoleh dari UTM,dan mengkonversi
grafik tersebut menjadi grafik hubungan tegangan regangan
baja
7. Menentukan tegangan leleh dan tegangan putus baja
8. Memetakan zona grafik pengujian tarik baja sesuai perilaku
material baja
9. Mengkategorikan kekuatan baja sesuai standar baja yang
berlaku
D. Standar Pengujian
E. Hasil Pengujian
Diameter Awal A 10,65
(mm)
Diameter Akhir B 7,26
(mm)
Diameter Permuk C 2449,496
aan (mm2)
Panjang Awal (m D 88,2
m)
Panjang Akhir (m E 106,5
m)
Pertambahan Panj F = E-D 18,3
ang (mm)
Perpanjang (%) G = F/D*100 20,75
Gaya Leleh (N) H 33500
Gaya Puncak (N) I 67031
Gaya Putus (N) J 27395
Teg. Leleh (MPa) K = H/C 13,676
Teg. Puncak (MP L = I/C 27,365
a)
Teg. Putus (MPa) M = J/C 11,183
F. Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah dilakukan, baja ulir tersebut putus pada
saat tenggangan 11,183 mpa, mengalami perpanjangan sebesar 18,
3 mm.
G. Zonasi Uji Tarik
2.4.2 Uji Lengkung Baja
A. Maksud dan Tujuan
- Menjelaskan prosedur pengujian kuat tarik baja berdasarkan sta
ndar yang berlaku.
- Melaksanakn pengujian tarik baja.
- Menganalisis grafik tegangan regangan baja yang diperoleh dar
i pengujian.
- Mengkategorikan kekuatan material baja terhadap standar.
C. Prosedur Pengujian
10. Mempersiapkan specimen uji lengkung baja.
11. Mengukur diameter dan panjang spesimen uji, serta mengamati
secara visual spesimen sebelum diuji.
12. Menandai bagian tengah bentang dari spesimen baja yang diuji
dengan menggunakan spidol.
13. Mengatur jarak tumpuan UTM sesuai dengan diameter tulanga
n. Ketentuan jarak tumpuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Diameter Tulanga Diameter Duri Pel Jarak Pelengkung
n engkung
A : 15,65 cm D : 7,45 cm L = D + 3A =
D. Kesimpulan
E. Standar Pengujian
SNI 07-0410-1989 mengatur prosedur pengujian lengkung t
ulangan baja.
BAB V
PENGUJIAN MORTAR
B. Prosedur Pengujian
1. Membasahi kerucut Abrams, papan, dan tongkat pemdat dengan air
hingga basah.
2. Memposisikan kerucut Abrams dengan diameter kecil menghadap k
e atas.
3. Memijakan kaki pada kiri kanan kerucut agar kerucut dalam kondisi
stabil.
4. Memasukan campuran beton ke dalam kerucut per -1/3 tinggi keruc
ut.
5. Melakukan pemadatan sebanyak 25 kali tiap 1/3 bagian.
6. Mengisis kerucut dengan campuran beton hingga penuh.
7. Memangkas sisa volume beton pada bagian puncak.
8. Mengangkat kerucut secara vertical lurus, dan mengukur penurunan
di 3 titik yang berbeda, yaitu di penurunan terendah, antara, dan terti
nggi.
9. Menghitung keinggian rata-rata.
B. Prosedur Pengujian
1. Membersihkan cetakan beton dari sisa beton dan mortar kering dengan
menggunakan cetok dan palu.
2. Merangkai cetakan kubus dan silinder serta mengencangkan kait dan ba
ut penyambung dengan kunci dan tang.
3. Mengolesi bagian dalam cetakan menggunakan oli.
4. Memasukkan beton secara bertahap per – 1/3 ketinggian cetakan diselin
gi dengan pemadatan dengan tongkat sebanyak 25 kali setiap lapisnya.
5. Mengetuk-ngetuk bagian sisi cetakanmenggunakan palu karet secara m
erata untuk menghilangkan gelembung udara pada beton tercetak.
6. Meletakkan beton tercetak pada tempat datar, sejuk, dan terlindungi dar
i perubahan cuaca (indoor) selama lebih kurang 24 jam.
7. Melepaskan beton yang telah mengering dari cetakan.
8. Membersihkan cetakan dari sisa beton dan mortar yang mengeras.
9. Memberikan identitas pada benda uji dengan menggunakan spidol.
10. Menenggelamkan spesimen dalam tampungan air selama 2 hari.
11. Mengangkat dan mengeringkan spesimen di luar ruangan hingga selur
uh kandungan air hilang.
B. Prosedur Pengujian
1. Mempersiapkan spesimen beton yang akan diuji.
2. Mengukur dimensi spesimen beton meliputi : sisi 1, sisi 2, dan sisi 3.
3. Menimbang dan mencatat berat spesimen.
4. Meletakkan spesimen beton pada alat uji tekan beton (Compression Tes
ting Mechine)
5. Menjalankan atau mengoperasikan alat uji tekan beton.
6. Mencatat capaian beban maksimum yang diperoleh dari alat uji tekan.
7. Menentukan kuat tekan beton pada usia 7 hari, dengan melengkapi dan
menganalisis data uji dalam table data.
8. Mengonversi kuat tekan beton ke usia 28 hari.
Dimensi spesimen :
Luas permukaan spesimen :
No. Berat Gaya Tekan Kuat Tekan 7 H Kuat Tekan 28 Ha
(gram) (ton) ari (MPa) ri (MPa)
1 60
2 50
3 14
4 20
5 39
D. Kesimpulan
E. Dokumentasi
BAB V
PENGUJIAN KAYU
C. Prosedur Pengujian
- Mengukur dimensi panjang dan penampang sampel kayu.
- Meletakkan balok kayu dalam posisi mendatar di atas tumpuan secara
Sentris
- Menjalankan mesin pembebanan dengan kecepatan 2,5 mm/menit (untuk
Pengujian utama),atau 1,3mm/menit (pengujian sekunder)
- Menghentikan pembebanan saat balok mengalami kegagalan
- Mencatat beban maksimum yang dicapai, dan menghitung tegangan
lentur
- Mendokumentasikan jenis kegagalan yang dialami oleh sampel berdasar-
Kan standar yang berlaku.
- Menggambar pola retak yang terjadi pada sampel
D. Standar Pengujian
- ASTM D143 mengkategorikan dimensi sampel kayu untuk uji lentur
menjadi dua tipe, yaitu 50 x 50 x 760 mm (untuk pengujian primer), dan
25 x 25 x 410 mm (pengujian sekunder).
- SNI 03-3400-1994 mensyaratkan dimen-si spesimen pengujian
berukuran 50 x 50× 760 mm.
- SNI 03-3527-1994 membagi mutu kayu berdasarkan kuat lentur pada
kondisi kering udara.
Kelas
Kuat Kuat Lentur (kg/cm2)
I >1221
II 795
III 437
IV 278
V >278
-
E. Hasil Pengujian
F. Dokumentasi
C.Prosedur Pengujian
- Mengukur dimensi sampel kayu, meliputi dimensi utuh dan
lekukan.
- Meletakkan sampel kayu pada pen-jepit sedemikan rupa
sehingga terkekang selama pengujian ber-langsung.
- Meletakkan sampel + penjepit pada UTM.
- Menjalankan mesin pembebanan dengan kecepatan 0,6
mm/menit hingga spesimen mengalami kega-galan.
- Mencatat beban maksimum yang dicapai, dan menghitung
tegangan geser.
- Mendokumentasikan jenis kegagalan yang dialami oleh
sampel berdasar-kan standar yang berlaku.
- Menggambar pola retak yang terjadi pada sampel.
D. Standar Pengujian
- ASTM D 143 menentukan dimensi sampel uji geser dengan
ukuran 50 x 50 x 63 mm, dan dibuat lekukan sehingga
diperoleh penampang geser 50 x 50 mm.
- SNI 03-3527-1994 menentukan mutu kayu berdasarkan kuat
geser sejajar serat pada kondisi kering udara.
E. Hasil Pengujian
p
ԏ= bxℎ
p: Beban Maksimum
b:Lebar penampang geser
h:Tinggi penampang geser
F. Dokumentasi