Anda di halaman 1dari 52

LABORATORIUM UJI BAHAN - 2

JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN


KELOMPOK 3

TOPIK : BERAT JENIS SEMEN


TANGGAL : 25 APRIL 2017

I. DASAR TEORI.
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering pada suhu kamar dan
berat isi kering air suling pada suhu 4oC, yang isinya sama dengan isi semen.
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15. Pada kenyataannya, berat jenis
semen yang diproduksi berkisar antara 3,05 sampai 3,25. Variasi ini akan berpengaruh pada
proporsi campuran semen dalam campuran. Dan apabila pada percobaan tidak di peroleh
hasil demikian maka pembakarannya tidak sempurna. Pengujian berat jenis dapat dilakukan
dengan menggunakan Le Chatelier Flask menurut standar ASTM C-188.
Semen adalah bahan pelekat yang dapat mengeras bila bersenyawa dengan air,
berbentuk padat dan tidak larut dalam air , dengan berat jenis sekitar 3,15. Bahan dasar
dari semen adalah Batu Kapur(CaO), Silika(SiO2), Alumina(Al2O3), Oxid-Besi(Fe2O3) dan
bahan- bahan lain dalam jumlah yang kecil seperti Trioxid-Belirang(SO3), Belerang(S) dan
sebagainya. Oxid-Besi bersama Alumina dan Silika selalu terdapat di dalam tanah liat, maka
itu selalu terdapat di dalam semen. Pada semen yang baik akan terdapat bahan- bahan utama
dengan komposisi sebagai berikut :
Ø Kapur (CaO) = 58 – 65%
Ø Silika(SiO2) = 20 – 26%
Ø Alumina(Al2O3) = 5 – 9%
Ø Oxid- Besi(FeO3) = 1 – 5%

Bahan- bahan lain seperti :


Ø Trioxide-Belirang(SO3) = 0,5 – 2%
Ø Belerang(S) =0–2

II. TUJUAN.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Menerangkan Prosedur pemeriksaan berat jenis semen.
b. Menggunakan peralatan pemerksaan berat jenis semen.
c.Menentukan berat jenis semen.

III. PERALATAN DAN BAHAN


1. Peralatan :
a. Timbangan 0,001 gram
b. Corong kaca
c. Le chatelier flash
d. Saringan minyak

2. Bahan :
a. Semen portland
b. Minyak tanah.

IV. PROSEDUR PELAKSANAAN


LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

1. Isi botol le chatelier dengan minyak tanah samapai skala 0 dan 1, bagian dalam botol
di atas permukaan cairan dikeringkan.
2. Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu yang ditetapkan pada botol ±20 0 C
untuk menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang ditetapkan pada botol.
3. Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang ditetapkan pada botol, baca
skala pada botol (V1).
4. Masukkan semen portland sebanyak 64 gram sedikit demi sedikit ke dalam botol,
hindari penempelan semen pada dinding dalam botol di atas cairan.
5. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi di atas cairan.
6. Ulang pekerjaan nomer 2, setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang
ditetapkan pada botol, baca skala pada botol (V2).

V. Hasil Percobaan
Pemerikasaan I

 Berat semen = 64 gr

 V1 = 0 ml

 V2 = 22.2 ml
D dianggap 1
Jadi berat jenis semen =
Berat Jenis
Berat jenis = (V2−V1)𝑑

Dimana V1 = pembacaan pertaman pada skala


V2 = pembacaan kedua pada skala
D = berat isi air pada suhu 4oc
64
Maka berat jenis = (22,2−0)𝑥 𝑑 = 2,882

Pemeriksaan II

 Berat semen : 64 gr

 V1 : 0.2 ml

 V2 : 22 ml
D diangap 1
64
Maka berat jenis = (22−0,2)𝑥 1 = 2,9357
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Percobaan III

 Berat semen : 64 gr

 V1 : 0.5 ml

 V2 : 20.5ml
D diangap 1
64
Maka berat jenis = (20.5−0,5)𝑥 1 = 3.2

Percobaan IV

 Berat semen : 15 gr

 V1 : 18 ml

 V2 : 23.01ml
D diangap 1
64
Maka berat jenis = (23.01−18)𝑥 1 = 2,99401

Percobaan V

 Berat semen : 15 gr

 V1 : 18 ml

 V2 : 22.79ml
D diangap 1
64
Maka berat jenis = (22.79−18)𝑥 1 = 3.13

VII. KESIMPULAN
Berat jenis semen Portland yang memenuhi standar adalah 3 – 3.2 pada percobaan
pertama, kedua dan ketiga berat jenis semen Portland dari 64 gr adalah 2.8, 2.9, 3.2. itu
berarti percobaan ketiga menghasilkan berat jenis yang memenuhi standar. Sedangkan pada
percobaan keempat dan kelima semen yang di gunakan 15 gr dimana menghasilkan berat
jenis keempat 2.9 dan yang kelima 3.13. itu berarti percobaan kelim telah memenuhi standal.
Hal itu mungkin terjadi karena adanya kemungkinan kesalahan kesalahan pada percobaan
pertama, kedua, dan keempat seperti adanya semen yang terkena angina sehingga menempel
pada dinding botol yang basah karena kurang kebersihan, serta gelembung udara yang
mengendap tidak keluar semua sehingga memperbesar volume.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK : KONSISTENSI SEMEN


TANGGAL : 18 APRIL 2017

I. DASAR TEORI.
Konsistensi Normal Semen adalah suatu kondisi pasta semen dalam keadaan standar
basah yang airnya merata dari ujung satu hingga ke ujung lainnya. Maksud dari konsistensi
normal semen itu sendiri untuk menentukan waktu mulainya pengikatan semen mulai dari
dicampurnya semen dengan air. Dan juga menentukan kadar air yang sesuai dalam semen
Portland dalam waktu yang ditentukan. Karena jumlah air tersebut nantinya akan
mempengaruhi workability pasta semen itu sendiri.
Teori percobaan ini dilakukan untuk menentukan jumlah air yang dibutuhkan pada
penyiapan pasta semen untuk pengujian. Le Chatelier adalah yang pertama mengobservasi
dan menemukan bahwa hidrasi dari semen secara kimiawi menghasilkan produk yang sama
dengan hidrasi dari masing-masing senyawa.
Hidrasi semen adalah reaksi yang terjadi antara komponen-komponen atau senyawa-
senyawa semen dengan air menghasilkan senyawa hidrat. Reaksi semen tersebut akan
menghasilkan panas yang akhirnya akan mempengaruhi kualitas (mutu) beton.

II.TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah;
a. terampil dalam menggunakan peralatan untuk menentukan konsistensi normal semen.
b. menentukan banyak air yang dipakai untuk mencampur semen dalam keadaan konsistensi
normal.
c. mengidentifikasikan bahwa semen Portland telah mencapai konsistensi normal.

III. PERALATAN DAN BAHAN


1. Peralatan :
a. Alat vicat
b. Sarung tangan karet
c. Mesin pengaduk
d. Timbangan 0,01 gr
e. Spatula
f. Stopwatch
g. Gelas ukur
2. Bahan :
a. Semen portland
b. Air suling sebanyak ±300 cm3

IV. PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Masukkan air suling kedalam tromol mesin pengaduk ±25% dari berat semen.
2. Masukkan semen sebanyak 650 gram kedalam tromol.
3. Diamkan selama 30 detik.
4. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) rpm selama 30 detik.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

5. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Sementara itu bersihkan pasta yang
menempel didinding tromol.
6. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285±10) rpm selama 1 menit.
7. Bentuklah pasta semen seperti bola dengan tangan, kemudian lemparkan 6 kali
dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
8. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konik
yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang konik. Sehingga cincin konik
penuh dengan pasta.
9. Kelebihan pasta pada lubang konik diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring pada permukaan cincin hingga permukaan pasta
rata benar dengan tinggi konik.
10. Letakkan cincin konik di bawah jarum besar vicat dan sentuhkan jarum dengan
bagian tengah permukaan pasta.
11. Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.

V. HASIL DAN PERHITUNGAN


Berat air
Konsistensi = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
Contoh perhitungan : berat semen portland =650 gr
: berat air = 169 gr (B) air = 1
169
Konsistensi semen portland = x 100%
650
= 26 %
berat
penurunan
No semen jumlah air% = gr
( mm )
(gr)
1 650 25%= 162,5 gr 2
2 650 25,8 %= 167,7 gr 5
3 650 26 % = 169 gr 6
4 650 26,5 % = 172,25 gr 8
5 650 27 % = 175,5 gr 14
6 650 26,8 % = 174,2 gr 10

Analisis
Pada percobaan pertama kellompok kami mencampur 162,5 gr air dan mortar
mengalami penurunan sebesar 2mm selama 30 detik. Dan tentunya hal itu sangat jauh dari
konsistensi nortmal maka dari itu kami mencoba 6 kali percobaan dan menghasilkan 10 mm
penurunan dengan konsistensi air 26,8 % .
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan konsistensi normal semen adalah
26,8 %. Hasil dari pengujian konsistensi normal digunakan dalam pengujian waktu
pengikatan semen.
Semakin besar jumlah air maka semakin besar pula penurunan dari mortar menggunakan alat
vicat.

VII. SARAN
Kita harus lebih berkonsentrasi dalam melakukan praktek ini dan tidak lupa juga
membersihkan alat setelah dipakai.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK : KEKEKALAN SEMEN DENGAN KUE DIREBUS


TANGGAL :18 APRIL

I. DASAR TEORI
Kekekalan. Semen sebagai bahan perekat pada beton harus kekal tidak boleh berubah
bentuk, karena jika semen mengembang (tidak kekal) pada beton yang sudah mengeras,
dalam beton timbul tegangan tarik, padahal tegangan tarik pada beton sangat kecil, akibatnya
beton akan mengalami retak. Sifat mengembang pada semen disebabkan oleh bahan yang
dikandung oleh semen itu sendiri dan factor dari luar. Dalam semen ada senyawa MgO dan
CaO, apabila ke dua senyawa ini bereaksi dengan air akan terbentuk Ca(OH)2 dan
Mg(OH)2 yang disertai dengan perubahan volume, dimana volumenya lebih besar dari
asalnya. Reaksi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
CaO + H2O »»» Ca(OH)2 + panas + ΔV
MgO + H2O »»» Mg(OH)2 + panas + ΔV
Perubahan volume pada kedua senyawa tersebut kejadiannya tidak bersamaan, pada
CaO lebih cepat. Pada MgO memerlukan waktu yang lama. Inilah yang membahayakan,
karena jika semen tersebut sudah menjadi struktur beton, maka struktur beton tersebut akan
mengembang, sehingga dalam struktur tersebut timbul tegangan tarik yang mengakibatkan
retak atau pecah

II. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekekalan semen.
b. Menerangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan kekekalan semen dengan cara kue
direbus.
c. Terampil dalam menggunakan peralatan yang diperlukan.

III. PERALATAN DAN BAHAN


1. Peralatan :
a. Gelas ukur
b. Stopwatch
c. Timbangan 0,01 gr
d. Spatula
e. Mesin pengaduk
f. Sarung tangan karet
g. Kaca ukuran 15 x 15 cm
h. Hot plate

2. Bahan
a. Semen portland
b. Air

IV. PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Masukkan air sebanyak jumlah air yang dipakai untuk mencapai konsistensi normal
semen kedalam tromol pengaduk.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

2. Masukkan semen sebanyak 650 gram dan diamkan selama 30 detik.


3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) putaran permenit selama 30
detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan dinding tromol
dari pasta yang melekat.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285±10) putaran permenit selama 1
menit.
6. Ambil pasta sekepal tangan dan letakkan di atas pelat kaca.
7. Bentuk pasta tersebut seperti kue dengan diameter 12 cm dan tinggi dibagian tengah
13 mm dengan mengecil tebalnya ke bagian pinggirnya.
8. Diamkan kue tersebut diruang lembab selama 24 jam.
9. Masukkan kue tersebut kedalam air, kemudian air tersebut di didihkan (waktu
pendidihan 30 menit) dan kue terus direbus selama 3 jam.
10. Setelah itu, angkat kue tersebut dan perhatikan keadaan pisiknya, apakah terjadi
perubahan bentuk, retak, pecah atau menunjukkan perubahan bentuk lainnya

Gambar Urutan Penumbukan

Urutan tumbukan kesatu dan ketiga

Urutan tumbukan kedua dan keempat


LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

V. HASIL PERCOBAAN

MORTAR WARNA KETERANGAN

1 Abu – abu , keputih- putihan Tidak ada retakan rambut/ halus

2 Abu – abu kepurih putihan Tidak ada retakan rambut/ halus

3 Abu – abu keputih putihan Tidak ada reatakan rambut/ halus

4 Abu-abu keputih putihan Terdapat retakan rabut bagian atas


Analisis
Pada percobaan, perebuasn kue mortar 1,2 dan 3 tidak terdapat retakam rambut/ halus.
Namun kue nomor 4 terdapat retakan rambut dibagian atas.
VI. KESIMPULAN
Hasil kue semen no 1,2 dan 3 dapat menghasilkan semen yang baik karena campuran
airna cocok dan ketebalan semen, sehingga sesudah di rebus semen menjadi dan tidak terjadi
keretakan – keretakan. Namun kue semen no 4 tidak baik karena terdapat retakan.
Kemungkinan terjadi pada saat pengangkatan kue semen dari perebusan yang menimbulkan
getaran
VII. SARAN
Semen yang akan dibuat harus sesuai dengan campuran yang diaduk dengan seksama
menghasilkan campuran yang kuat.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK : WAKTU PENGIKATAN SEMEN


TANGGAL : 21 MARET 2017
I. REFERENSI
1. PA-0104-76
2. AASHTO T-131-74
3. ASTM C-191-71
4. SII-0013-81
II. TUJUAN UMUM
Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat menentukan waktu yang pengikatan semen
Portland dengan menggunakan alat vicat.
III. TUJUAN KHUSUS
Setelah akhir pelajaran, trainee diharapkan dapat :
1. menentukan waktu pengikatan awal dari semen Portland.
2. menentukan waktu pengikatan akhir dari semen Portland.
3. terampil menggunakan peralatan dalam pemeriksaan waktu pengikatan semen Portland.
IV. DASAR TEORI
Semen jika dicampur dengan air akan membentuk bubur/pasta yang secara bertahap akan
menjadi kurang plastis dan akhirnya menjadi kaku/keras. Pada proses ini, tahap pertama
dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu tekanan. Waktu untuk mencapai
tahap ini disebut waktu pengikatan. Waktu dari pencampuran air dan semen sampai saat
kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu pengikatan awal, sedangkan waktu sampai
mencapai pasata massa yang keras disebut waktu pengikatan akhir. Waktu pengikatan awal
penting untuk pekerjaan beton. Waktu pengikatan awal penting untuk pekerjaan beton.
Waktu pengikatan awal yang cukup lama diperlukan untuk pekerjaan beton yaitu waktu
transportasi, penuangan, pemadatan dan perataan permukaan.
Pada percobaan kali ini, waktu pengikatan awal ditentukan pada penurunan 25 mm,
sedangkan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada permukaan pasta
semen dengen menggunakan jarum.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Peralatan
No. Peralatan Nama Alat Keterangan
12.034 Gelas Ukur
12.615
12.617 Alat vicat
12.618
12.100 Stop watch
12.125 Timbangan 0.01 gr
12.180 Mesin Pengaduk
12.222 Spatula
12.260 Sarung Tangan Karet

2. Bahan
1. Semen Portland
2. Air Suling

VI. PROSEDUR PELAKSANAAN


1. masukkan air suling sebanyak jumlah air yang dipakai untuk mencapaikonsistensi normal
semen kedalam teromol pengaduk.
2. masukkan benda uji sebanyak 650 gr, diamkan selama 30 detik.
3. jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ±5) putaran permenit selama 30 detik.
4. hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang melekat
pada dinding teromol.
5. jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285±10) putaran permenit selama 1 menit.
6 buat pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konik
yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin konik terisi penuh
dengan pasta.
8. kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan sendok perata yang digerakkan dalam
posisi miring terhadap permukaan cincin.
9. Letakkan pelat kaca pada lubang besar , balikkan kemudian kelebihan pasta pada lobang
kecil cincin konik diratakan dan dilicinkan dengan sendok perata.
10. letakkan cincin konik yang berisi pasta di dalam ruang yang lembab selama 30 menit,
tanpa terjadi kerusakan.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

11. letakkan cincin konik yang berisi pasta di dalam ruang yang lembab selama 30 menit
tanpa terjadi kerusakan.
12. lepaskan cincin konik di bawah jarum vicat diameter 1mm dan kontakkan jarum dengan
bagian tengah permukaan pasta.
13. jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25 mm setiap
menjatuhkan penurunan catatlah penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
VII. CATATAN
1. jarak antara titik-titik tetap menjatuhkan jarum adalah 6.4 mm dan jarak titik terdekat
dengan tepi bagian dalam cincin konik 9.5 mm.
2. waktu pengikatan awal ditentukan pada penurunan 25 mm.
3. waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada permukaan pasta semen
dengan menggunakan jarum.
4. buatlah grafik penurunan terhadap waktu.

Nomor Waktu Penurunan


Penurunan
Pengamatan (Menit)
Penurunan
1 0 50 mm
2 30 40 mm
3 45 40 mm
4 60 40 mm
5 75 29 mm
6 90 29 mm
7 105 2 mm
8 110 2 mm
9 135 0
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Analisis
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pada menit ke 105 pasta semen sudah mengeras dan pada
menit ke 135 semen yang dijatuhi jarum 1 mm (vicat) tidak berbekas. Hasil pengamatan kami
menunjukan bahwa hal ini mungkin dikarenakan oleh jumlah air (konsistensi air) pada
campuran pasta semen sebesar 25,5% sedangkan kelompok 2 mendapatkan konsistensi air
sebesar 26%.
VII. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pengamatan adalah sebagai berikut :
a. Jumlah air sangat mempengaruhi jumlah waktu pengikatan semen.
b. Waktu pengikatan awal pada menit ke 9,25 (penurunan 25 mm)

VIII. SARAN
Pentingnya memperhatikan konsistensi air sangat diperlukan dalam melakukan
percobaan ini dan selalu membersihkan alat. Dari percobaan ini perlunya ketelitian dalam
menimbang untuk itu diharapkan benar-benar fokus terhadap menimbang dan mengaduk
pasta.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Y-Values
60

50

40

30

20

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK : KUAT TEKAN MORTAR SEMEN PORTLAND


TANGGAL : 21-27 MARET 2017

I. TUJUAN UMUM
Setelah akhir pelajaran Trainee diharapkan dapat :

Menerangkan pengaruh kekuatan semen terhadap kekuatan aduk.

II. TUJUAN KHUSUS


Setelah akhir pelajaran, trauinee diharapkan dapat :

1. Menerangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan kekuatan tekan mortar

2. Membuat contoh uji kekuatan tekan aduk mortar

3. Menghitung kekuatan tekan dari aduk mortar

III. DASAR TEORI

Kuat tekan. Pasta semen sebagai bahan perekat pada beton harus memiliki kekuatan
yang memenuhi syarat, karena untuk beton struktural, apabila kuat tekan semennya tidak
memenuhi standard, maka mutu betonnya juga tidak akan memenuhi syarat. Kekuatan pada
semen timbul karena reaksi anatara C3S dan C2S dengan air membentuk Calsium Silikat
Hidrat (C3S2H3) atau dalam semen disebut Tobermorin, seperti terlihat pada reaksi dibawah
ini :
2C3S + 6H »»» C3S2H3 + 3CH
2C2S + 4H »»» C3S2H3 + CH
Sifat dari Tobermorin adalah keras dan tidak mudah larut dalam air, sifat inilah yang
diharapkan dalam bahan perekat untuk beton. Untuk menguji kuat tekan pada semen, dibuat
sampel berbentuk kubus dengan sisi 50 mm. Sampel dibuat dengan campuran semen, pasir
standard dan air dengan perbandingan 1 : 2.75 : 0.485 dalam komposisi berat. Pasir standard
harus menggunakan pasir Ottawa atau pasir silika yang kekerasannya sama dengan pasir
Ottawa, selain pasirnya harus standar juga gradasinya harus memenuhi syarat. Ketiga bahan
tersebut diaduk, lalu dicetak membentuk kubus. Pengadukan dan pencetakan harus mengikuti
standar SII. Pada umur tertentu dilakukan pengujian. Untuk semen jenis I pada umur 3 (tiga)
hari harus memiliki kuat tekan lebih dari 125 kg/cm2 dan pada umur 7 (tujuh) hari harus lebih
dari 200 kg/cm2.
IV. PERALATAN
1. Timbangan 0,01 gr

2. Mesin pengaduk

3. Spatula
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

4. Pisau

5. Mesin Penekan

6. Tanki Pemanas

7. Cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm

8. Pemadat Plastik

V. BAHAN

1. Semen Portland
2. Pasir Ottawa
3. Air Suling
Komposisi Adukan
Perbandingan bahan bahan kering adalah 1 bagian berat semen dan 2.75 bagian berat
pasir standard. Faktorair semen adalah 0,485 untuk semua jenis semen Portland. Banyak
bahan yang diperlukan

Bahan Bahan Banyak Benda Uji


6 9
Semen 500 gr 740 gr
Pasir 1375 gr 2035 gr
Air 242 ml 359 ml

VI. PROSEDUR PELAKSANAAN

a. Persiapkan pasta semen


1. Masukkan air pencampur sebanyak 50% dari berat semen kedalam teromol
pengaduk
2. Masukkan semen sebanyak 500 gr ke dalam teromol pengaduk
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) putaran permenit selama 30
detik
4. Masukkan pasir Ottawa sebanyak 1375 gr perlahanlahan sambil pengaduk
dijalankan dengan kecepatan (140±5) putaran permenit selama 30 detik
5. Hentikan mesin pengaduk, pindahkan kekecepatan sedang menjadi (285±10)
putaran permenit dan jalankan selama 30 detik
6. Hentikan mesin pengaduk, segera bersihkan mortar yang menempel pada dinding
tromol selama 15 detik, selanjutnya teromol ditutup selama 75 detik
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

7. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285±10) putaran,selama 1 menit


8. Adukkan dibiarkan selama 90 detik.
9. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285±10) putaran selama 15 detik.

b. Percetakan Benda Uji


Mencetak benda uji dimulai paling lambat 2,5 menit setelah selesai pengadukan
1. 30 detik setelah selesai pengadukan masukkan mortar ke dalam cetakan kubus 5x5x5 cm.
Cetakan diisi dalam 2 lapisan, dimana setiap lapisan dipadatkan dengan menumbuk
sebanyak 32 kali dalam waktu ±10 detik. Keseluruhan waktu percetakan tidak boleh lebih
dari 2 menit
2. Retakan permukaan mortar kemudian simpan cetakan ditempat yang lembab selama 24
jam.
3. Bukalah cetakan dan rendam mortar dalam air bersih kemudian periksalah kekuatan mortar
dengan umur yang biasanya 3 hari

VII. PERHITUNGAN
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Kekuatan Tekan Mortar = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖 kg/𝑐𝑚2

VIII. HASIL DAN PERHITUNGAN


Mortar 3 Hari
a. Luas bidang tekan : 25 cm
b. Beban maksimum dari 3 benda uji
Mortar 1 : 3925 kg (C)
Mortar 2 : 3552,5 kg (I)
Mortar 3 : 3450 kg (B)
c. Volume mortar : 1125 cm3
d. Berat isi mortar
Mortar 1 : 1,9352 gr/cm3
Mortar 2 : 1,8392 gr/cm3
Mortar 3 : 1,8376 gr/cm3
e. Kekuatan tekan mortar (kg/cm2)
Mortar 1 : 3925 kg/25 cm2 = 157 kg/cm2
Mortar 2 : 3552,5 kg/25 cm2 = 142,1 kg/cm2
Mortar 3 : 3450 kg/25 cm2 = 138 kg/cm2
f. Kuat tekan mortar (3 hari) rata-rata
157 kg/cm2 + 142,1 kg/cm2 + 138 kg/cm2
3
= 145 kg/cm2
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Mortar 7 Hari
a. Luas bidang tekan : 25 cm
b. Beban maksimum dari 3 benda uji
Mortar 1 : 4025 kg (C)
Mortar 2 : 3850 kg (I)
Mortar 3 : 3437 kg (B)
c. Volume mortar : 125 cm3
d. Berat isi mortar
Mortar 1 : 2,0816 gr/cm3
Mortar 2 : 1,9488 gr/cm3
Mortar 3 : 1,9344 gr/cm3
e. Kekuatan tekan mortar (kg/cm2)
Mortar 1 : 3925 kg/25 cm2 = 161 kg/cm2
Mortar 2 : 3552,5 kg/25 cm2 = 154 kg/cm2
Mortar 3 : 3450 kg/25 cm2 = 137,5kg/cm2
f. Kuat tekan mortar (3 hari) rata-rata
161 kg/cm2 + 154 kg/cm2 + 137,5 kg/cm2
3
= 150,83333 kg/cm2

Luas
Tanggal Kekuatan
Berat i Berat isi bidang Tanggal Umur Beban
Pembuata tekan mortar
No (gram) (gr/cm3) tekan Pengujian (Hari) (Ton)
n (kg/cm2)
(cm2)
1 241,9 1,9352 25 21-03- 23-03- 3 3,925 157
2017 2017
2 229,9 1,8392 25 21-03- 23-03- 3 3,552 142,1
2017 2017 5
3 229,7 1,8376 25 21-03- 23-03- 3 3,450 138
2017 2017
Rat
1 260,2 2.0816 25 21-03- 27-03- 7 4,025 161
2017 2017
2 243,6 1,9488 25 21-03- 27-03- 7 3,850 154
2017 2017
3 241,8 1,9344 25 21-03- 27-03- 7 3,437 137,5
2017 2017 5

Analisis
Dari data diatas dapat dilihat bahwa kekuatan tekan mortar yang paling besar adalah
MORTAR no.1 pada hari ketujuh. Dengan menggunakan pasir kali kemungkinan memiliki
perbedaan dengan menggunakan pasir ottawa
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Besar kecilnya kuat tekan mortar bergantung pada beberapa faktor air, semen, umur,
dan perbandingan komposisi antara agregat dan bahan perekat
2. Adapun rata-rata dari kuat mortar dari ketiga mortar adalah 145 kg/cm2 (tiga hari) dan
150,83333 kg/cm2 (tujuh hari)
3. Semakin lama umur dari mortar maka semakin besar pula kuat tekan mortar

X. SARAN
Kita harus lebih berkonsenterasi dalam melakukan praktik ini dan tidak lupa untuk
membersihkan alat setelah pemakain.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK :MENENTUKAN KADAR ORGANIK DIDALAM AGREGAT HALUS

TANGGAL : 4 JULI 2017

I. TUJUAN

Setelah akhir pelajaranTrainee diharapkan dapat : Menentukan dipakai atau tidaknya pasir
untuk adukan berdasarkan kadar organik didalam pasir.

II. TUJUAN KHUSUS

Setelah akhir pelajaran Trainee diharapkan dapat :

1. Menerangkan prosedur pemeriksaan kadar zat organic didalam agregat halus

2. Menggunakan peralatan yang diperlukan

3. Menerangkan cara yang harus dilakukan , jika ternyata agregat halus banyak mengandung

kadar zat organik.

III. DASAR TEORI

Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam sebagai
disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan (artificial sand) yang
dihasilkan alat-alat pemecah batu. Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang
digunakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh
banyak mengandung bahan organik. Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan
humus umumnya banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan organik ini
berpengaruh negatif pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain bereaksi
dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan
beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses pengerasan berlangsung
lambat.Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan pemeriksaan warna
dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH). Pada pemeriksaan ini agregat halus
atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu kedalam botol dan ditambahkan dengan larutan
NaOH 3%. Setelah mengalami beberapa proses dan didiamkan dalam jangka waktu yang
ditetapkan, bandingkan warna campuran dengan warna standar hellige tester No. 3. Apabila
warna campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organik yang tinggi (kotor).
IV. PERALATAN

1. Tabung kaca

Ket : dilengkapi dengan skala isi

2. Gelas ukur

V. BAHAN

1. Pasir
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

2. Larutan Na(OH) 3%

3. Bahan pembantu

Bahan pembantu merupakan cairan pembanding warna (warna standar) yang dapat
dibuat dari :
a. Cairan pembanding sementara (hanya satu kali pakai)
Caranya:
- Buat larutan asam tannin dalam 10% alcohol
- Buat larutan 3% sodium hidroksida
- Campur 2,5 ml larutan asam tannin dengan 97,5 ml larutan sodium hidroksida 3%
- Simpan dalam botol tertutup rapat
- Kocok dan diamkan selama 24 jam
b. Cairan pembanding permanen
Caranya :
- Masukkan campuran 9 gr ferri chloride dengan 1 gram cobalt chloride kedalam 100
ml air yang telah mengandung 1/3 asam HCl
- Simpan larutan ini dalam botol tertutup rapat dan mempunyai warna yang permanen

VI. PROSEDUR PELAKSANAAN.


1. Isikan agregat halus yang diuji kedalam botol sampai 130 ml
2. Tambahkan laritan sodium hidroksida 3% ampai 200 ml
3. Tutup botol dengan rapat
4. Kocok botol selama 10 menit
5. Diamkan selama 24 jam
6. Amati warna cairan diatas permukaan agregat halus dalam botol itu dan
bandingkan warnanya dengan larutan pembanding
VII. HASIL PRAKTIKUM
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dengan membandingkan warna larutan dapat disimpulkan bahwa
agregat halus yang diuji memiliki kadar zat organic yang normal karena tidak lebih tua
ataupun lebih muda dengan helige tester 3. Agregat dapat digunakan.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK : PENENTUAN KADAR BUTIR HALUS LEWAT SARINGAN NO.200

TANGGAL :11 JULI 2014

I. TUJUAN

Setelah akhir pelajaran Trainee diharapkan dapat menentukan kadar lumpur yang
dikandung oleh agregat.

II. TUJUAN UMUM


Setelah akhir pelajaran Trainee diharapkan dapat
1. Menerangkan Prosedur pelaksanaan penentuan kadar butir halus dari agregat
2. Menentukan kadar lumpur dalam agregat halus
3. Menentukan kadar lumpur dalam agregat kasar
4. Menggunakan peralatan yang diperlukan.

I11. DASAR TEORI


Pasir adalah endapan butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4.8 mm dan tertinggal
di atas ayakan 0.075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral
yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi
syarat yang telah ditentukan di dalam PUBI. Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, jika kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara ekivalen
endapan lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam (%) dapat diketahui secara tepat.

IV. PERALATAN
1. Saringan no.16 dan saringan no.200
2. Bejana gelas + pengaduk
3. Oven
4. Timbangan 0,01 gram
5. Cawan
6. Penjepit
7. Desikator

V. BAHAN
Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran agregat
maksimum sesuai dengan daftar:
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Ukuran agregat maksimum Berat contoh agregat minimum


Mm gr
2,36 100
4,8 500
9,6 2000
19,1 2500
30,1 5000

Persiapan benda uji


1. Masukkan contoh agregat kurang lebih 1,25 kali berat benda uji kedalam cawan dan
keringkan dalam oven dengan suhu (110±5)ºC sampai berat tetap.
2. Timbang benda uji dengan berat (w1) sesuai daftar no.

V. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Maukkan benda uji kedalam bejana dan tuangkan air bersih kedalam bejana sehingga
benda uji terendam.
2. Aduk contoh benda uji sehingga terpisah dari bagian halus
3. Tuangkan suspense yang kelihatan keruh dengan perlahan-lahan kedalam susunan
ayakan.
Perhatikan !
Pada waktumenuang suspensi, usahakan agar butiran agregat yang kasar tidak ikut
tertuang untuk mencegah terjadinya kerusakan pada ayakan.
4. Ulangi pekerjaan no.1,2,3 diatas beberapa kali sehingga air cucian didalam bejana
kelihatan jernih.
5. Bilas butiran yang tertinggal diatas susunan ayakan sehingga air bilasan kelihatan jernih
6. Tampung butiran-butiran yang tertinggal diatas ayakan dan didalam bejana
7. Keringkan butiran tersebut dalam oven dengan suhu (110±5)ºC sampai berat tetap.
8. Timbang dan catat beratnya (w2)

VI. PERHITUNGAN
𝑤1−𝑤2
Kadar butir halus lewat saringan no.200 = x 100%
𝑤1

W1 = Berat benda uji semula (gram)


LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

W2 = Berat butiran yang tertahan pada saringan no.200 (gram)


VI. HASIL PERCOBAAN
* berat benda uji semula (w1) = 703,2
* berat benda uji yang tertahan pada saringan no.200 (w2 ) = 684,89

𝑤1−𝑤2
Kadar butir halus lewt saringan no.200 ( kadar lumpur ) = 𝑥 100%
𝑤
703,2−684,89
= 𝑥 100%
684,89

= 2,67 %

VII.KESIMPULAN
Dari percobaan dihasilkan kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus yaitu
2,67 %. Maka agregat tersebut bisa dipakai sebagai bahan campuran beton karena
mengandung kadar lumpur kurang dari 5%.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

SUBJEK : TESTING BAHAN


TOPIK : PENENTUAN KADAR BUTIR HALUS LEWAT SARINGAN NO. 200
TANGGAL : 11 JULI 2017

I . REFERENSI
1. PBI 1971
2. PB – 0208 -76
3. ASTM C – 177 – 69
II . TUJUAN UMUM
Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat menentukan kadar lumpur
Yg dikandung oleh agregat.
III. TUJUAN KHUSUS
Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat :
1. Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan kadar butir halus dari agregat
2. Menentukan kadar lumpur dalam agrega halus
3. Menentukan kadar lumpur dalam agregat kasar
4. Menggunakan peralatan yg diperlukan
IV. DASAR TEORI
Kadar butir halus adalah zat yang terdapat pada lapisan permukaan agregat halus yang
memengaruhi agregat dalam campuran beton. Lumpur adalah agregat yang lolos
saringan no. 200 pada saat pencucian.
Kandungan lumpur yang terdapat pada agregat biasanya terdapat dari tanah ikatan
sewaktu penambangan dan abu ikatan yang berasal dari saham agregat batu pecah (split).
Adapun pengaruh kadar lumpur terhadap beton adalah sebagai berikut :
1. Dapat memperluas permukaan agregat
2. Dapat mengurangi daya ikat semen dengan agregat karena kadar lumpur yang terlalu
banyak dapat memenuhi permukaan agregat sehingga semen sukar terikat pada
agregat
3. Kadar lumpur dapat menghambat proses hidra semen
4. Dapat membuat beton mudah rusak
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Menurut SNI 03-4142-1996, agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
5% dan apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka agregat halus harus dicuci kembali
sehingga kadar lumpur mencapai kecil dari 5%.
Kadar lumpur dicari dengan rumus berikut :
Kadar lumpur = (W1-W2)/W2 x 100% ;
di mana W1 = berat benda uji mula-mula dan
W2 = berat butiran yang tertahan pada saringan no. 200
V . PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan
 Saringan no .16 & no . 200
 Bejana gelas + pengaduk
 Oven
 Timbangan 0.01
 Cawan
 Penjepit
 Desikator

2. Bahan

2.1. Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran agregat maksimum
sesuai dengan daftar :

UKURAN AGREGAT BERAT CONTOH AGREGAT


MAKSIMUM (MM) KERING MIN
2.36 100
4.8 500
9.6 2000
19.1 2500
38.1 5000
2.2. Persiapan benda uji
1. Masukkan contoh agregat kurang lebih 1.25 kali berat benda uji kedalam cawan
& keringkan dalam oven dengan suhu (110±5℃)
Sampai berat tetap.

2. Timbang benda uji dengan berat ( w1 ) sesuai daftar no.1

VI. PROSEDUR PELAKSANAAN


LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

1. Masukkan benda uji kedalam bejana , dan tuangkan air bersih kedalam bejana
sehingga benda uji terendam.
2. Aduk contoh benda uji sehingga terpisah dari bagian halus
3. Tuangkan suspensi yg kelihatan keruh dengan perlahan – lahan
Kedalam susunan ayakan .perhatian ! ( pada waktu menuang suspensi ,
usahakan agar butiran agregat yg kasar tidak ikut tertuang untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada ayakan )
4. Ulangi pekerjaan nomor : 1,2,3 diatas beberapa kali sehingga air cucian didalam
bejana kelihatan jernih .
5. Bilas butiran – butiran yg tertinggal diatas susunan ayakan sehingga air bilasan
kelihatan jernih .
6. Tampung butiran – butiran yg tertinggal diatas susunan ayakan dan di dalam
bejana .
7. Keringkan butiran tersebut dalam oven dengan suhu (110±5℃) sampai berat
tetap .
8. Timbang dan catat .
VIII. HASIL PERCOBAAN
* berat benda uji semula (w1) = 703,2
* berat benda uji yang tertahan pada saringan no.200 (w2 ) = 684,89

𝑤1−𝑤2
Kadar butir halus lewt saringan no.200 ( kadar lumpur ) = 𝑥 100%
𝑤
703,2−684,89
= 𝑥 100%
684,89

= 2,67 %

IX. KESIMPULAN
Dari percobaan dihasilkan kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus yaitu
2,67 %. Maka agregat tersebut bisa dipakai sebagai bahan campuran beton karena
mengandung kadar lumpur kurang dari 5%.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK : ANALISA AYAK AGREGAT


TANGGAL : 4 JULI AGREGAT
I. REFERENSI

1. PBI 1971
2. PB-0201-76
3. AASHTO T-27-74
4. ASTM C-136-50

II. TUJUAN UMUM


Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat menghitung perbandingan agregat
halus dan kasar menjadi agregat gabungan yang mempunyai gradasi yang diinginkan.

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat:
1. Menentukan gradasi agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
hasil analisis saringan/ayakan.
2. Menggunakan peralatan yang diperlukan
3. Menggambarkan data hasil pemeriksaan kedalam grafik gradasi.

IV. DASAR TEORI


Analisa ayak adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan pembagian
susunan ukuran butiran suatu agregat, baik agregat kasar maupun agregat halus menjadi
komposisi gabungan yang ditinjau berdasarkan saringan.
Adapun tujuan dari analisa saringan yaitu:
a. Untuk mendapatkan beton yang mudah dikerjakan, yang mempunyai tingkat
workability yang tinggi
b. Untuk mendapatkan harga beton yang ekonomis, kekuatan tinggi
c. Untuk mendapatkan beton yang benar-benar padat
d. Untuk mendapatkan batas gradasi dari agregat
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

e. Untuk mendapatkan komposisi campuran dalam bentuk ideal


Bentuk-bentuk gradasi agregat :
 Well gradet (bergradasi baik)
 Gap gradet (bergradasi terputus)
 Uniform gradet (bergradasi beragam)
Gradasi agregat halus sangat penting peranannya dalam suatu konstruksi yang
berkualitas karena gradasi ini berpengaruh terhadap sifat beton
Ukuran maksimal agregat ada 3, yaitu 40, 30, dan 10 mm. Tujuan mendapatkan
ukuran maksimal agregat adalah untuk mengetahui batas gradasi.
a. Batas gradasi maksimum 10mm
N
Q Batas Gradasi
o.
1 9,6 100
2 4,8 30-75
3 2,4 20-60
4 1,2 15-46
5 0,6 12-34
6 0,3 3-20
7 0,15 1-6

b. Batas gradasi maksimum 20 mm


N Q Batas Gradasi
o.
1 19,5 100
2 9,6 45-75
3 4,8 29-49
4 2,4 23-42
5 1,2 15-42
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

6 0,6 9-20
7 0,3 2-13
8 0,15 1-3

c. Batas gradasi maksimum 40 mm


N Q Batas Gradasi
o.
1 38 100
2 19,5 50-75
3 9,6 35-60
4 4,8 23-47
5 2,4 18-37
6 1,2 12-30
7 0,6 7-23
8 0,3 3-15

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Peralatan
No. Alat Nama peralatan keterangan
12.120 Timbangan Kapasitas 23 kg
12.125 Timbangan Kapasitas 5 kg dengan
ketelitian 0,1 gr
12.316 Ayakan standart Untuk agregat kasar
12.318 Ayakan standart Untuk agregat
halus
12.338 Mesin penggelar
ayakan
12.345 Kuas Dibuat dari bulu
dan kawat tembaga
2. Bahan
Contoh agregat dikeringkan diudara, dicampur rata.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Kemudian contoh agregat diambil sebagian. Pengambilan contoh uji dapat


dilakukan dengan dua cara.
 Cara kuatering
Contoh agregat diaduk dan dionggongkan menyerupai bukit berbentuk
lingkaran. Lingkaran ini dibagi empat, dua bagian yang berhadapan
dicampur lagi dan yang lain dipisahkan. Terhadap bagian yang dicampur
ini dilakukan lagi seperti diatas. Pekerjaan ini dilakukan beberapa kali
sehingga dicapai jumlah contoh yang cukup untuk percobaan ayak.
 Menggunakan riffle sampler
Contoh agregat diaduk dan dimasukan kedalam riffle sampler, dimana alat
ini dengan sendirinya membagi contoh agregat menjadi dua bagian.
Terhadap salah satu bagian dilakukan pemisahan dengan riffle sampler
lagi. Pekerjaan ini dilakukan hingga dicapai jumlah contoh yang cukup
untuk percobaan ayak (beberapa kali).

 Jumlah contoh
a. Agregat halus
Jumlah contoh agregat halus mula-mula diambil 5 kg, kemudian dari 5
kg ini diambil sebagian sama dengan angka kehalusannya.
1. Angka kehalusan lebih dari 2,5 diambil contoh agregat 400-800
grm.
2. Angka kehalusan lebih dari 1,5-2,5, diambil contoh agregat 200-
400 grm.
3. Angka kehalusan kurang dari 1,5, diambil contoh agregat 100-200
gr.
b. Agregat kasar
Jumlah contoh untuk diayak kurang lebih0,4 kali besar nutir terbesar dalam mm, dijadikan
kg.
Misal :
Besar butir maksimum = 50 mm (50 kg)
Jadi contoh agregat yang diambil = 0,4 x 50 kg = 20 kg

VI. PROSEDUR PRAKTIKUM


a. Analisa ayak agregat halus
1. Agregat halus dikeringkan didalam oven dengan suhu (110±50), sampai berat tetap.
2. Timbang agregat halus sebanyak 5000 kg.
3. Saring benda uji sebanyak itu dengan menggunakan susunan ayakan 4 mm keatas.
4. Dari benda uji yang tembus ayakan 4 mm, timbang sebanyak 500 gr.
5. Ayak agregat yang banyaknya 500 gr tersebut, dengan susunan ayakan sebagai
berikut : 0,125 mm : 0,25 mm : 0,5 mm : 1 mm : 2 mm sedangkan ukuran ayakan
paling besar ditempatkan paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan meletakan
susunan ayakan pada mesin pengguncang, dan agregat digoncang selama 15 menit.
6. Bersihkan masing-masing ayakan, dimulai dari ayakan teratas dengan kuas cat yang
lemas.
Perhatikan!
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Pengikatan jangan terlalu keras, sekedar menurunkan debu yang mungkin masih melekat
pada ayakan.
7. Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan.
8. Hitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing ayakan
terhadap berat total.
Perhatikan !
 Prosentase berat benda uji yang tertahan diatas ayakan 4 mm keatas, dihitung
berdasarkan berat 5000 gr.
 Prosentase berat benda uji yang tertahan diatas ayakan 2 mm ke
bawah, dihitung berdasarkan berat 500 gr.

b. Analisa ayak agregat kasar


1. Timbang benda uji seberat 0,4 x besar butir terbesar dijadikan kg.
2. Ayak benda uji tersebut dengan mengggunakan susunan ayakan sebagai
berikut : 4 mm : 8 mm : 16 mm : 31,5 mm : 63 mm. Sedangkan ayakan
yang terbesar diletakkan paling atas. Pengayakan ini dilakukan dengan
melatakkan susunan ayakan pada mesin pengguncang dan diguncang
selama 15 menit atau diayak menggunakan tangan.
Perhatikan!
Jika yang tembus dari ayakan 4 mm lebih dari atau sama dengan 500 gr, maka yang tembus
harus diayak lagi, menggunakan ayakan agregat halus yaitu 2 mm ke bawah.
3. Timbang berat agregat yang tertahan diatas masing-masing lubang ayakan.
4. Hitung prosentase berat benda yang tertahan diatas masing-masing lubang
ayakan terhadap berat total.
Perhitungan
𝐴
Prosentase berat benda uji yang tertahan diatas saringan a = 𝐵 x 100 %

A= berat benda uji yang tertahan diatas saringan a mm


B= berat benda uji total.
Contoh perhitungan :
Data dari hasil pemeriksaan diperoleh :
a. Berat benda uji yang tertahan diatas a = 285 gr.
b. Berat benda uji = 13100 gr
285
Prosentase berat benda uji yang tertahan diatas saringan a mm = 13100 x 100% = 2,18%

(contoh pemasukan data dari hasil analisa ayak dapat dilihat pada lampiran ).
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

VII. CATATAN
1. Pemeriksaan analisa ayak ini dapat dilakukan hanya 1 kali percobaan.
2. Data hasil pemeriksaan dilaporkan :
a. Jumlah persen sisa diatas masing-masing ayakan, dihitung dari contoh aslinya
sampai dengan 1 desimal
b. Modulus kehalusan dari masing-masing agregat.
Modulus kehalusan adalah jumlah sisa keseluruhan pada tiap-tiap ayakan yang lubangnya
berbanding 2 kali lipat, dimulai dengan ayakan terhalus 0,125 mm, dibagi 100.

c. Persentasi tembus kumulatif pada masing-masing lubang ayakan.


d. Gambar grafik dari hasil masing-masing analisa ayak.
VI. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Analisa Saringan Agregat Kasar
Berat Agregat 8000 gr
Lubang ayakan Berat tertahan Persentase Persentase tahan Persantase lolos
(mm) (gr) tertahan (%) komulatif (%) komulatif (%)
63 0 0 0 100
31,5 2383,1 29,8 29,8 70,2
16,5 3862,1 48,27 78,07 21,93
9,5 1702,5 21,28 99,35 0,65
4 52,3 0,65 100 0
jumlah 8000 100 307,22
Analisa Saringan Agregat Kasar
Berat Agregat 500 gr

Lubang ayakan Berat ancaman Persentase Persentase Persentasi lolos


(mm) (gr) tertahan (%) tertahan komulatif (%)
komulatif (%)
2 76,8 15,36 15,36 84,64
1 43,6 8,72 24,08 75,92
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

0,5 98,6 19,72 43,8 56,2

0,25 113,1 22,62 66,42 33,58


0,125 136,7 27,34 93,76 6,24
Pan 31,2 6,24 100 0
Jumlah 500 100 343,42

343,42
Angka kehalusan = = 3,43
100
a b
Ygab = ya100 + yb 100

a + b = 100
a = 100
ditinjau dari lubang ayakan y. 95 mm
100−b b
y95 = 0,65 +100
100 100
0,65b
55 = 0,65- 100 + b
65−0,65b+100b
55 = 100
65+99,35b
55 = 100

5500 = 65 + 99,35b
99,35b = 5500-65
b = 54,7
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Penggabungan Agregat Halus Dan Kasar


%lolos % lolos
lubang komulatif gabungan
ayakan kasar halus kasar halus total lolos % tahan
(mm) (a) (b) (a) (b) gabungan komulatif
63 100 100 45,3 54,7 100 0
31, 5 70,2 100 31,8 54,7 86,5 13,5
16,5 21,93 100 9,93 54,7 64,63 35,37
9,5 0,65 100 0,3 54,7 55 45
4 0 100 0 54,7 54,7 45,3
2 0 84,64 0 46,3 46,3 53,7
1 0 75,92 0 41,53 41,53 58,47
0,5 0 56,2 0 30,74 30,74 69,26
0,25 0 33,58 0 18,46 18,46 81,54
0,125 0 6,24 0 3,45 3,45 96,55
pan 0 0 0 100
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK : KADAR AIR AGREGAT


TANGGAL : 4 JULI 2017

I. REFERENSI
 PB – 0210 – 76
 ASTM C – 556 – 67

II. TUJUAN UMUM


Setelah akhir pelajaran trainee, diharapkan dapat menentukan prosentase air yang
dikandung agregat
III. TUJUAN KHUSUS
Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat
 Menerangkan prosedur pemeriksaan kadar air agregat
 Menghitung prosentase kadar air agregat
 Menggunakan peralatan yang diperlukan
IV. DASAR TEORI

Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering.Jumlah air yang terkandung didalam agregat
perlu diketahui , karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam
campuran beton.Agregat yang basah (banyak mengandung air) akan membuat campuran
juga lebih basah dan sebaliknya.
Kadar air dapat dihitung dengan rumus berikut :
(𝑤3−𝑤5)
Kadar air = x 100%
𝑤5

Dimana W3 = berat benda uji coba (gr)


W5 = berat benda uji kering oven (gr)
Pada percobaan,berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran butir
maksimum sesuai tabel dibawah ini :

Ukuran Butir Maksimum (mm) Berat Contoh Agregat Minimal (kg)


6,3 0,5
9,6 1,5
12,7 2,0
19,1 3,0
25,4 4,0
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

38,1 6,0

Ukuran Butir Maksimum (MM) Berat Contoh Agregat Min (kg)


50,8 8
63,5 10
76,2 13
88,9 16
101,6 25
152,4 50

V. PERAKATAN DAN BAHAN


 Peralatan
NO. Alat Nama Peralatan Keterangan
12.125 Timbangan Ketelitian 0,01 gr
12.150 Oven pengering Cavan Dibuat dari proselin baja

 Bahan
Berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran butir maksimun butir
maksimun sesuai daftar no. 1
UKURAN BUTIR MAKSIMUN (MM) BERAT CONTOH AGREGAT MIN
(KG)
6,3 0,5
9,6 1,5
12,7 2,0
19,1 3,0
25,4 4,0
38,1 6,0
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

UKURAN BUTIR MAKSIMUN (MM) BERAT CONTOH AGREGAT MIN


(KG)
50,8 8
63,6 10
76,2 13
88,9 16
101,6 25
152,4 50

VI. PROSEDUR PELAKSANAAN


 Timbang berat cawan (W1)
 Masukkan benda Uji kedalam dan timbang beratnnya (W2(
 Hitung berat benda uji ( W3=W2-W1)
 Keringkan benda uji berikut cawan dalam dalam oven dengan suhu (110 ±5o )C
sampai beratnya tetap
 Timbang berat cawan dan benda uji (W4)
 Hitung berat benda umi kering oven (W5 = W4-W1)

VII. PERHITUNGAN
(𝑊3−𝑊5)
Kadar air agregat = X 100 %
𝑊5!
W3 : Berat benda Uji semula (gram)
W5 : Berat benda ujia kering oven(gram)
Contoh perhitungan
Data dari hasil pemeriksaan
 Berat benda ujia semula = 500 gram
 Berat benda ujia kering oven = 470 gram
(500−470)
Kadar air agregat asli = X 100 %
470

= 6,38%
VIII. CATATAN
1. Pemeriksaan kadar air agregat dilakukan minimal 2 kali kemudian diambil harga rata
– ratanya
2. Hasil perhitungan air agregat dilaporkan dalam 2 desimal

IX. HASIL PRAKTIKUM DAN PERHITUNGAN


LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Percobaan (Pada Agregat Kasar Lubang Ayakan 9.6)


Pemeriksaan
I II II
Berat Benda Uji
6000 Kg 6000 Kg 6000 Kg
Semula (W3)

Berat Benda Uji


5763.32 Kg 5698.41 Kg 5703.94
Kering Oven (W5)
Kadar Air Agregat
4.10 % 5.29 % 5.19
Asli
Rata – rata Kadar Air
4.86%
Agregat Asli

X. KESIMPULAN
Adapun dari hasil praktikum diatas yang dilakukan 3 kali percobaan yaitu 4.10 %,
5.29%, 5.19% Dihasilkan rata-rata 4.86 %. Agregat ini berarti memiliki kadar air 4,86 % dan
menunjukkan bahwa air yang dikandung agregat ini rendah kadarnya.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK :BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR


TANGGAL : 6 JUNI 2017

I. LANDASAN TEORI
Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ini bertujuan untuk
mendapatkan angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenis dan berat
jenis semu dan besarnya angka penyerapan. Yang biasanya data ini akan digunakan
untuk perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton, dan perencanaan
campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.

II. REFERENSI
1. Laporan Teknologi Beton (BPPB)
2.PB – 0202 – 76
3.AASHTO T – 85 – 74
4.AS7M C – 127 – 68

III. TUJUAN UMUM


Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat menentukan berat jenis
dan prosentase berat air yang dapat di serap agregat kasara dihitung terhadap berat
kering.
IV. TUJUAN KHUSUS

Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat :


1. Menentukan berat jenis agregat kasar dalam keadan kering oven
2. Menentukan berat jenis agregat kasar dalam jenuh air permukaan (SSD)
3 Menentukan kadar air agregat kasar dalam keadaan kering permukaan jenuh air
4. Menerangkan kegunaan pemeriksaan ini dalam kaitannya dengan perhitungan
rancangan susunan campuran beton
5. Menggunakan peralatan yang dipakai.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

V. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan
NO. ALAT NAMA PERALATAN KETERANGAN

12.097
12.125 Timbangan 0.01 gr Kapasitas >5000 g
12.150 Oven Pengering Dapat diatur suhu konstan
110°C±5°C
12.252 Penjepit
- Alat pembagi contoh Riffle Sampler
- Desikator
Bejana
Kain Penyerap
2. Bahan
2.1 Agregat kasar diperoleh dengan menggunakan Riffle Sampler atau sistem
perempat (Quatering) sebanyak kira-kira 500 gr.

VI. PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang merekat
pada permukaan agregat
2. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu (110±5°)C sampai berat tetap
3. Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang beratnya (Bk)
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam keadaan jenuh air kering
permukaan atau SSD.
Perhatikan !
Untuk butiran yang besar, pengeringan dengan lap harus satu persatu
6. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering permukaan (Bj)
7. Masukkan benda uji kedalam bejana gelas dan tambahkan air hingga benda uji
terendam dan permukaan air pada tanda batas (Pada bejana gelas diberi tanda
batas)
8. Timbang berat bejana yang berisi benda uji + air (W1)
9. Bersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi sampai permukaannya
ada pada tanda batas (seperti 7)
10. Timbang beratnya (W2)

VII. PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering (Bulk specific gravity)
𝐵𝐾
= 𝑊2+𝐵𝑗 −𝑊1
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

2. Berat jenis kering permukaan jenuh air (Saturated surface dry)


𝐵𝑗
= 𝑊2+𝐵𝑗−𝑊1
3. Penyerapan
𝐵𝑗− 𝐵𝑘
= x 100 %
𝐵𝑘

Bk = Berat jenis uji kering oven


Bj = Berat jenis uji kering permukaan jenuh air
W1 = Berat bejana berisi benda uji + air
W2 = Berat bejana berisi air

VIII. HASIL PENGUJIAN


Pemeriksaan dan Penyerapan Agregat Kasar

PEMERIKSAAN I II

Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) (Bj) 505.9 512.3

Berat benda uji kering oven (Bk) 500 500

Berat piknometer dan isi air (B) 803.8 916.2

Berat piknometer +benda uji + air (Bt) 1112.6 1246.5

PEMERIKSAAN I II Rata-Rata
𝐵𝑘
Berat jenis (Bulk) 2.53 2.74 2.653
(𝐵+𝐵𝑗−𝐵𝑡)

Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)


𝐵𝑘 2.56 2.81 2.685
(𝐵+𝐵𝑗−𝐵𝑡)

(𝐵𝑗−𝐵𝑘)
Penyerapan X 100% 2.36% 2.46% 2.41 %
𝐵𝑘

IX. KESIMPULAN
Dari hasil kesimpulan pengujian pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
kasar didapatkan bahwa hasil rata – rata dari berat jenis agregat kasar adalah 2.653. berat
jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah 2.685 dan penyerapannya didapatkan rata-rata
2.41%
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK :BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS


TANGGAL : 6 JUNI 2017
I. REFERENSI
1. Laporan teknologi beton (BPPB)
2. PB – 0203 – 76
3. AASHTD T – 84 -74
4. ASTM C-128-68

II. TUJUAN UMUM


Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat menentukan berat jenis dan
prosentase berat air yang dapat diterap agregat halus dihitung terhadap berat kering.

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat:
1. menentukan berat jenis agregat halus dalam keadaan kering oven.
2. menentukan berat jenis agregat halus dalam keadaan kering oven.
3. menentukan kadar air agregat halus kering permukaan jenuh air (SSD)
4. Menerangkan kegunaan pemeriksaan ini dalam kaitannya dengan perhitungan rancangan
susunan campuran beton.
5. menggunakan peralatan yang dipakai.

IV. DASAR TEORI

 Berat jenis permukaan kering (SSD) yaitu perbandingan antara berat isi kering
permukaan jenuh dengan berat air suling yang beratnya sama dengan berat agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
 Berat jenis kering adalah perbandingan antara berat jenis kering dan berat air yang
isinya dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
 Penyerapan adalah persentase berat air yang dapat diserap pori-pori terhadap berat
jenis kering. Besarnya penyerapan bergantung porositas yaitu perubahan volume
yang dapat menyerap air.

V. PERALATAN DAN BAHAN


1. Peralatan
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

NO. Alat Nama Peralatan Keterangan


12.370 Timbangan 0.01 gr Kapasitas >2000 gr
Piknometer/gelas ukur Kapasitas 500 ml
Kerucut terpancung untuk Diameter atas (30±3) mm
menentukan SSD dan
Diameter bawah (90±3)mm
dari logam tebal minimum
0.8 mm
12.372 Barang Penumbuk Dengan Penampang rata,
berat (340±15) gr diameter
permukaan penumbuk
(25±3)mm
12.318 Saringan no.4 (4.75 mm) Saringan standar
12.154 Oven Pengering Dapat diatur suhu konstan
110˚C+5˚C
- Thermometer
12.296 Cawan
12.142 Hot plate
12.060 Desikator
12.060 Desikator
12.310 Alat Pembagi contoh Riffler Sampler

2. Bahan
2.1. benda uji adalah agregat yang lewat saringan no.4, yang diperoleh dari alat pembagi
contoh atau system perempat (Quatering) sebanyak ±1000 gr.
2.2. benda uji terlebih dahulu di buat dalam keadaan jenuh air kering permukaan.
V. PROSEDUR PELAKSANAAN
A. penentuan SSD Agregat Halus
1. masukkan benda uji kedalam kerucut terpancung dalam 3 lapisan, yang masing-masing
lapisan ditumbuk sebanyak 3 kali, ditambah 1 kali penumbukkan untuk bagian atasnya
(seluruhnya 25 kali tumbukan)
2. angakat cetakan kerucut terpancung perlahan-lahan
PERHATIKAN!
a. sebelum diangkat, cetakan kerucut terpancung harus diberihkan dari butiran agregat yang
berada dibagian luar cetakan.
b. pengangkatan cetakan harus benar-benar vertical.
3. periksalah bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut terpancung diangkat.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

PERHATIKAN !
1. jika keadaan agregat kering , maka agregat perlu ditambah air.
2. jika keadaan agregat basah, maka agregat perlu dikeringkan di udara.

B. Penentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus.


1. timbang agregat dalam keadaan SSD tersebut pada a seberat 500 gr dan masukkan kedalam
piknometer/ gelas ukur.
2.masukkan air bersih mencapai 90% isi piknometer, putar sambil diguncang sampai tidak
terlihat gelembung udara didalamnya.
PERHATIKAN!!
Proses untyk menghilangkan udara dalam piknometer dapat dipercepat dengan menggunakan
pompa hampa udara atau dengan merebus piknometer.
3. tambahkan air sampai tanda batas
4. timbang piknometer berisi air s bneda uji (B1)
5. keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110±5˚)C sambai berat tetap
kemudian diinginkan benda uji dalam desikator, lalu timbang beratnya (B2)
6. isi kembali piknometer dengan air sampai tanda batas, lalu timbang beratnya.

VII. PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering (Bulk dry specific gravity)
𝐵𝑡
(𝐵 + 𝐵𝑗 − 𝐵𝑡)
2. berat jenis jenuh kering permukaan (SSD)=
(Bulk SSD Specific gravity)
𝐵𝑘
(𝐵 + 𝐵𝑗 − 𝐵𝑡)
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

3. Penyerapan =
(𝐵𝑗 − 𝐵𝑘)
𝑥 100%
𝐵𝑘
B1= berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
B2=berat benda uji kedalam keadaan kering oven (gram)
B3=Berat Piknometer berisi air (gram)
500= Berat benda uji dalam keadaan SSD (gram)

VIII. CATATAN
1. Hasil perhitungan dilaporkan dalam 2 desimal.

VIII. HASIL PENGUJIAN


Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

PEMERIKSAAN I II

Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) (Bj) 500 500

Berat benda uji kering oven (Bk) 478.1 471.5

Berat piknometer dan isi air (B) 754.1 828.8

Berat piknometer +benda uji + air (Bt) 1072.2 1146.3

PEMERIKSAAN I II Rata-Rata
𝐵𝑡
Berat jenis (Bulk) 2.75 2.74 2.745
(𝐵+𝐵𝑗−𝐵𝑡)

Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)


𝐵𝑘 2.63 2.58 2.605
(𝐵+𝐵𝑗−𝐵𝑡)

(𝐵𝑗−𝐵𝑘)
Penyerapan x 100% 4.58% 6.04% 5.31 %
𝐵𝑘

VII. KESIMPULAN
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

Dari hasil kesimpulan pengujian pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
halus didapatkan bahwa hasil rata – rata dari berat jenis agregat halus adalah 2.745. berat
jenis kering permukaan jenuh (SSD) adalah 2.605 dan penyerapannya didapatkan rata-rata
5.31%.
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

TOPIK :KEKERASAN AGREGAT KASAR


TANGGAL : 30 MEI 2017
I. LANDASAN TEORI
Pengujian kekuatan agregat terhadap tekanan (ACV) merupakan simulasi
pemberian bebean terhadap suatu benda uji agregat . Prinsip percobaan ini adalah benda
uji agregat diberikan tekanan tertentu selama beberapa waktu agregat yag hancur kemudia
ditimbang dan dibandingkan dengan semua berat benda uji
Kekuatan agregat apat bervariasi dalam batasan yang besar. Butir butir agregat dapat
bersifat kurang kuat karena disebabkan oleh beberapan faktor berikut :
1. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat
tetapi tidak baik dalam hal pengikatan
2. Partikel yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan kekuataan
terhadap beban kejut
Presentase nilai ACV yang merupakan besarnya benda uji yang menembus
lubang ayakan 2,36 mm dinyatakan dalam rumus berikut :
𝐴−𝐵
% ACV = x 100 %
𝐴
Dimana ; A = Berat benda uji
B = Berat benda uji yang tertahan diatas
ayakan 2,36 mm
Presentase dari agregat kasar yang tembus 2,36 mm dari hasil pemeriksaan
kekerasan agregat kasar untuk pemakaian suatu struktur beton adalah sebagai berikut :
No % agregat tembus 2,36 Pemakaian
mm
1 30 % Digunakan untuk beton tahan air
2 40 % Beton biasa

II. REFERENSI
1. BS 812 : Part 3 : 1975

III. TUJUAN UMUM


Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat menentukan agregat kasar
untuk pembuatan suau konstruksi beton berdasarkan kekerasannya.

IV. TUJUAN KHUSUS


LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

1. Menerangkan prosedur pelaksanaan pengujian kekerasan agregat dengan


menggunakan bejana tekan ( berdasarkan standar British)
2. Menentukan sifat keras terhadap daya hancur dari agregat kasar
3. Menggunakan peralatan yang diperlukan

V. DASAR TEORI
Pengujian kekuatan agregat terhadap tekanan (ACV) merupakan simulasi
pemberian bebean terhadap suatu benda uji agregat . Prinsip percobaan ini adalah benda
uji agregat diberikan tekanan tertentu selama beberapa waktu agregat yag hancur kemudia
ditimbang dan dibandingkan dengan semua berat benda uji
Kekuatan agregat apat bervariasi dalam batasan yang besar. Butir butir agregat dapat
bersifat kurang kuat karena disebabkan oleh beberapan faktor berikut :
3. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat
tetapi tidak baik dalam hal pengikatan
4. Partikel yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan kekuataan
terhadap beban kejut
Presentase nilai ACV yang merupakan besarnya benda uji yang menembus
lubang ayakan 2,36 mm dinyatakan dalam rumus berikut :
𝐴−𝐵
% ACV = x 100 %
𝐴
Dimana ; A = Berat benda uji
B = Berat benda uji yang tertahan diatas
ayakan 2,36 mm
Presentase dari agregat kasar yang tembus 2,36 mm dari hasil pemeriksaan
kekerasan agregat kasar untuk pemakaian suatu struktur beton adalah sebagai berikut :
No % agregat tembus 2,36 Pemakaian
mm
1 30 % Digunakan untuk beton tahan air
2 40 % Beton biasa
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

VI. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan
No. Alat Nama Peralatan Keterangan

12.125 Timbangan 1 gr Kapasitas 2000 gr


12.104 Oven pengering Dapat diatur pada suhu
konsytan (110±5°)C
12.316 Ayakan standar Dengan mata ayakan 14 ;
mm ; 10mm ; dan 2,36 mm
12.380 Bejana silinder lengkap Terbuat dari baja (lihat
stempel gambar 11)
12.372 Batang pemadat Dari baju ø16mm, panjang
12.402 60cm
12.409 Mesin penekan

2. Bahan
Agregat kasar yang akan diuji dalam keadaan jenuh air kering permukaan atau
dalam keadaan kering yaitu dengan mengeringkannya dalam oven pada suhu
110±5°C selama 4 jam.

VII. PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Saring agregat kasar dengan susunan ayakan 14mm dan 10mm
2. Masukkan agregat dengan fraksi 14-10mm ke dalam bejana setinggi 10cm
dalam 3 lapisan yang masing-masing lapisan dipadatkan sebanyal 25 kali
dengan bidang baja
Perhatikan !
Tinggi jatuh dari batang baja tersebut adalah 50mm di atas permukaan
agregat
3. Ratakan permukaan agregat
4. Keluarkan bejana benda uji dari bejana dan timbang beratnya (A gr)
5. Lakukan pekerjaan no. 2 dan no. 3 sekali lagi
6. Letakkan stempel penekan ke dalam bejana
7. Tekan bejana berikut stempelnya dengan tekan 40KN yang dicapai dalam
waktu 10menit.
8. Hentikan penekanan dan keluarkan benda uji dari dalam bejana
9. Saring benda uji yang telah ditekan dengan saringan 2,36 mm
10. Timban berat uji yang tahan di atas ayakan 2,46 mm (B gr)
LABORATORIUM UJI BAHAN - 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL - POLITEKNIK NEGERI MEDAN
KELOMPOK 3

11. Hitung persentase benda uji yang menembus lubang ayakan 2,36 mm
sampai 1 desimal

VIII. PERHITUNGAN
𝐴−𝐵
Benda uji yang menembus lubang ayakan 2,36 mm = 𝐴 𝑥 100%
A = Berat benda uji
B = Berat benda uji yang tertahan di atas ayakan 2,36mm

IX. CATATAN
1. Pemeriksaan kekerasan agregat kasar dilakukan dalam 2 kali percobaan,
sedangkan nilai presentase agregat kasar yang tembus 2,36 mm diambil
rata-rata.
2. Persentase dari agregat kasar yang tembus 2,36 mm dari hasil pemeriksaan
kekerasan agregat kasar untuk pemakaian suatu struktur beton adalah
sebagai berikut :

% Agregat tembus 2,36 mm Pemakaian


<30% Digunakan untuk beton tahan aus
40% Beton Biasa

X. HASIL PERHITUNGAN
Berat Benda uji Berat Benda Uji (C%) Persen
Berat Benda Uji
Percobaan Tertahan 2.39 mm Tembus ayakan Berat Benda uji
A (gr)
B (gr) C (gr) lolos ayakan
1 3256.4 2788.1 468.3 14%

2 3195.6 2802.9 392.7 12%

Rata-rata 13%

XI. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian diatas didapatkan rata-rata benda uji lolos ayakan 2.36 adalah
14%. Persentase yang kecil mungkin dikarenakan :
1. agregat kasar tidak di oven selama 4 jam.
2. penekanan agregat dengan 400 kN selama kurang dari 10 menit.
Adapun berdasarkan tabel pemeriksaan, dimana agregat kasar prosentasenya kurang
dari 30% maka digunakan untuk beton tahan aus

Anda mungkin juga menyukai