Anda di halaman 1dari 9

LAMPIRAN A

METODA PEMBUATAN BENDA UJI

A.1 Pemeriksaan Bahan Penyusun Batako


1. Semen
Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah Semen Portland tipe I
diperoleh dari PT. Semen Padang. Semen tidak dilakukan pengujian karena
semen yang digunakan telah memenuhi standar uji sesuai dengan standar SNI
15-2049-2004. Semen disimpan pada tempat yang kering, dalam wadah tahan
lembab, sebaiknya diletakkan di atas papan kayu untuk menghindari
kelembaban.
2. Agregat pasir
 Kadar Air (SNI 03-1971-1990)
Kadar air agregat halus adalah perbandingan berat air yang terkandung
didalam agregat halus dengan berat agregat halus dalam keadaan
kering. Nilai kadar air digunakan sebagai koreksi tekanan air untuk
campuran bata beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di
lapangan. Standar spesifikasi kadar air agregat halus antara 3%-54%.
Menurut SNI 03-0349-1990 dapat dihitung dengan persamaan berikut.

𝑊₂ −𝑊₃
Kadar air agregat halus = (1.1)
𝑊₃
Dimana:
W2 = berat awal sampel agregat (gr)
W3 = berat sampel kering oven (gr)
Prosedur:
1) Berat cawan ditimbang , kemudian dicatat beratnya (W1)
2) Contoh benda uji dimasukkan ke dalam cawan timbang, kemudian
ditimbang bersama tutupnya (W2)
3) Menghitung berat benda uji: (W3) = W2 – W1
4) Mengeringkan contoh benda uji bersama cawan dalam oven pada
suhu 110 ±5°C sampai mendapat bobot tetap
5) Cawan yang telah bersama benda uji yang telah kering ditimbang
(W4)
6) Menghitung berat benda uji kering: (W5) = W4 – W1
 Kadar Lumpur
Pemeriksaan kadar lumpur bertujuan untuk menentukan persentase
kandungan lumpur pada agregat halus. Berdasarkan ASTM C-142,
standar kandungan lumpur pada agregat halus adalah <5%. Kadar
lumpur yang tinggi dapat menyebabkan retak dan susut yang
disebabkan sifat kembang susut dari lumpur. Kadar lumpur agregat
halus dapat dihitung dengan persamaan berikut.

𝑉1
Kadar lumpur agregat halus =
𝑉1+𝑉2
𝑥 100% (1.5)

Dimana:
V1 = Tinggi lumpur (mm)
V2 = Tinggi pasir (mm)
Prosedur:
1) Benda uji dimasukkan kedalam gelas ukur.
2) Tambahkan air kedalam gelas ukur guna melarutkan lumpur.
3) Gelas dikocok guna mencuci pasir dari lumpur, biarkan lumpur
tetap berada didalam gelas karena lumpur akan mengendap pada
bagian atas sehingga bisa diukur ketinggiannya kemudian dihitung
prosentasi kandungan lumpur pada agregat halus.
4) Simpan gelas ditempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap
selama 24 jam.
5) Ukur tinggi lumpur (V1) dan tinggi pasir (V2).
3. Bahan tambahan. Bahan tambahan harus bersifat mudah larut dalam air,
berupa cairan atau bubuk. Bahan tambah harus ditambahkan ke dalam adukan
hingga tercampur dengan merata.
4. Peralatan dan perlengkapan pencampur. Terlebih dahulu harus dibersihkan
dengan seksama untuk menjamin bahan-bahan penyusun batako agar tidak
terkandung material-material lain yang dapat mempengaruhi produk hasil
batako.

A.2 Perhitungan Proporsi Campuran


Sebelum melakukan pembuatan benda uji, terlebih dahulu kita perlu
merencakan proporsi benda uji yang akan dibuat berdasarkan bentuk atau
dimensinya dengan menentukan volume dari batako tersebut. Perhitungan
proporsi benda uji dapat dilihat perhitungan berikut.
Dimensi Eco-bricks
Diketahui: p = 300 mm = 30 cm
l = 150 mm = 15 cm
t = 100 mm = 10 cm
Volume Balok = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
= 30 cm x 15 cm x 10 cm
= 4.500 cm³
= 0,0045 m³
= 4,5 dm³ = 4,5 L = 4,5 kg untuk 1 batako.

1) Non PET
Semen + agregat = 100%
Semen : agregat = 1 : 4
= 20% : 80%
20
Semen = 100 𝑥 4,5 𝑘𝑔 = 0,9 𝑘𝑔 = 900 gr
80
Agregat pasir = 100 𝑥 4,5 𝑘𝑔 = 3,6 𝑘𝑔 = 3.600 gr

Nilai faktor air semen (FAS) = 0,45 dari berat semen


= 0,45 x 900 gr = 405 gr
2) With PET
PET sebagai agregat dalam bahan campuran batako, dimana digunakan
15% dari total komposisi agregat, maka:
Semen : agregat = 1 : 4
= 20% : 80%
PET = Agregat pasir x 15%
15
PET = 100 𝑥 3.600 𝑔𝑟 = 540 gr

Agregat pasir = 3.600 𝑔𝑟 − 540 𝑔𝑟 = 3.060 gr

Karena dilakukan 5 kali pengujian untuk 1 sampel, maka proporsi untuk 10 benda
uji adalah:
10 benda uji = 4,5 kg x 10
= 45 kg

Maka proporsi untuk 10 benda uji adalah:


a. Non PET
Semen + agregat = 100%
Semen : agregat = 1 : 4
= 20% : 80%
20
Semen = 100 𝑥 45 𝑘𝑔 = 9 𝑘𝑔 = 9000 gr
80
Agregat pasir = 100 𝑥 45 𝑘𝑔 = 36 𝑘𝑔 = 36.000 gr

Nilai faktor air semen (FAS) = 0,45 dari berat semen


= 0,45 x 9000 gr = 4.050 gr
b. With PET
PET sebagai agregat dalam bahan campuran batako, dimana digunakan
15% dari total komposisi agregat, maka:
Semen : agregat = 1 : 4
= 20% : 80%
PET = Agregat pasir x 15%
15
PET = 𝑥 36.000 𝑔𝑟 = 5400 gr
100

Agregat pasir = 36.000 𝑔𝑟 − 5.400 𝑔𝑟 = 30.600 gr

3) Bahan Tambah (Kalsium Nitrat)


Proporsi kalsium nitrat digunakan perbandingan terhadap berat semen.
Maka untuk proporsi bahan tambah adalah:
5
Kalsium nitrat (5%) = 100 𝑥 900 𝑔𝑟 = 45 gr
10 benda uji = 45 gr x 10 = 450 gr
8
Kalsium nitrat (8%) = 100 𝑥 900 𝑔𝑟 = 72 gr

10 benda uji = 72 gr x 10 = 720 gr


10
Kalsium nitrat (10%) = 100 𝑥 900 𝑔𝑟 = 90 gr

10 benda uji = 90 gr x 10 = 900 gr

A.3 Tata Cara Pengadukan


Pengadukan Manual
Pengadukan campuran batako dilakukan pada wadah yang kedap air, dan
bersih. Alat yang digunakan seperti pan baja atau wadah lainnya berfungsi sebagai
wadah pada tahap pengadukan, dan sekop berfungsi sebagai alat pengaduk.

a) Aduk semen dan agregat pasir, tanpa menambahkan air hingga semuanya
tercampur merata.

b) Tambahkan air, dan/ tanpa bahan tambah jika digunakan secara sedikit
demi sedikit, dan aduk campuran hingga campuran batako tampak
seragam.

A.4 Penempatan Cetakan


Cetak benda uji sedekat mungkin dengan tempat penyimpanan. Jika tidak
memungkinkan untuk mencetak benda uji dekat tempat penyimpanan,
pindahkan benda uji ke tempat penyimpanan sesegera mungkin setelah
diratakan dan dipadatkan. Letakkan cetakan pada permukaan yang kaku,
bebas dari getaran dan gangguan lainnya. Hindarkan dari gangguan, benturan
atau goresan permukaan benda uji saat pemindahan benda uji ke tempat
penyimpanan.

A.5 Perawatan
1) Penutupan
Untuk menghindari penguapan air dari batako yang belum mengeras,
tutup benda uji segera setelah pekerjaan akhir, lebih dipilih dengan pelat
yang tak menyerap, dan tidak reaktif atau lembaran plastik yang kuat,
dan awet. Goni basah dapat digunakan untuk menutup, tetapi harus
diperhatikan untuk menjaga goni tetap basah hingga benda uji dibuka
dari cetakan. Letakkan lembaran plastik di atas goni akan melindungi
goni untuk tetap basah. Lindungi permukaan luar cetakan papan dari
kontak dengan goni basah atau sumber air lainnya sedikitnya untuk 24
jam setelah batako dicetak. Air dapat menyebabkan cetakan
mengembang dan dapat merusak benda uji pada umur awal.
2) Lingkungan Perawatan
Semua benda uji harus dirawat pada suhu ruangan mulai dari waktu
pencetakan sampai saat pengujian. Penyimpanan benda uji harus pada
lingkungan yang bebas dari getaran. Benda uji tidak boleh diletakkan
pada air yang mengalir atau air yang menetes.
LAMPIRAN B
METODA UJI SIFAT BATAKO

B.1 Uji Kuat Tekan Batako


a) Peralatan
Alat Compressive Strenght

b) Syarat Lulus Uji


Bidang permukaannya harus tidak cacat. Rusuk-rusuknya siku satu
terhadap yang lain, dan sudut rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan
kekuatan jari tangan.

Prosedur pengujian kuat tekan dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai


berikut:
1. Jarum penunjuk gaya tekan dipastikan tepat berada di angka nol.
2. Benda uji diletakkan satu persatu dengan posisi rata dan sejajar pada alat
press compressive strength.
3. Alat kuat tekan dinyalakan dan lihat jarum penunjuk beban, sambil
memberi beban tekan secara perlahan-lahan. Penekanan dilakukan hingga
menyebabkan benda uji hancur.
4. Kecepatan penekanan dari mulai pemberian beban sampai benda uji
hancur diatur sehingga tidak kurang dari 1 menit dan tidak lebih dari 2
menit.
5. Selama proses pembebanan, lihat dan dicatat beban maksimum yang
diterima oleh benda uji.
6. Gaya kuat tekan dari benda uji (batako) tersebut dihitung dari besarnya
beban persatuan luas, dalam satuan kg/cm2 (SNI 03-0349-1989).

B.2 Uji Penyerapan Air (water absorption) Batako


a) Peralatan
1. Drying oven (oven pengering), digunakan untuk mengeringkan benda
uji untuk pengujian penyerapan air.

2. Bak air, digunakan untuk merendam benda uji.


3. Timbangan, untuk mengetahui berat suatu bahan.
b) Syarat Lulus Uji
Bidang permukaannya harus tidak cacat. Rusuk-rusuknya siku satu
terhadap yang lain, dan sudut rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan
kekuatan jari tangan.

Prosedur pengujian penyerapan air dilakukan dengan beberapa tahapan


sebagai berikut:
1. Benda uji seutuhnya direndam dalam air bersih yang bersuhu ruangan,
selama 24 jam.
2. Benda uji diangkat dari bak perendaman, dan air sisanya dibiarkan
meniris kurang lebih 1 (satu) menit.
3. Permukaan benda uji diseka dengan kain lembab, agar air yang
berkelebihan yang masih melekat dibidang permukaan benda uji
terserap kain lembab itu.
4. Benda uji ditimbang beratnya menggunakan alat timbangan.
5. Benda uji dikeringkan menggunakan oven pada suhu (105 ±5) ºC,
hingga beratnya pada 2 (dua) kali penimbangan tidak berbeda lebih
dari 0,2 % dari penimbangan terdahulu.
6. Selisih dari berat benda uji dicatat kemudian dihitung (SNI 03-0349-
1989).

Anda mungkin juga menyukai